Você está na página 1de 20

Pendidikan Ideal di Era Digital

Posted on July 5, 2011 by Admin KhotbahJumat.com

Khutbah Jumat ini menerangkan tentang urgensi pendidikan dan sekolah dalam kehidupan
seorang muslimin, khususnya dalam menyiapkan generasi Islam yang dihiasi oleh nilai-nilai
luhur Islam. Sebab, kebutuhan terhadap pendidikan lebih tinggi dari kebutuhan lainnya.
Semoga bermanfaat. [Redaksi KhutbahJumat.com]

***

KHUTBAH PERTAMA

‫ام َعلى‬ ‫ضلَهُ َعلَى َكثهي ٍْر هم َّم ْن َخلَقَ هب ْ ه‬


َ َ‫ فَإه هن ا ْستَق‬،‫اْل ْن َع هام َوالت َّ ْك هري هْم‬ َّ َ‫ َوف‬،‫س هن تَ ْق هوي ٍْم‬ َ ْ‫سانَ فهي أَح‬ ‫ب ْال َعالَ هميْنَ َخلَقَ ْ ه‬
َ ‫اْل ْن‬ ‫ْال َح ْمد ُ هلِله َر ِّ ه‬
َ‫ َوأ َ ْش َهد ُ أَ ْن الَ إهلَهَ إهالَّ هللاُ َوحْ دَهُ ال‬،‫ب ْاْل َ هلي هْم‬ َ ْ
‫ان َوالعَذا ه‬ ْ َّ
‫ َوإهال ُردَّ فهي ال َه َو ه‬،‫ت الن هعي هْم‬ َّ َّ
‫ض ْي ُل فهي َجنا ه‬ ْ َّ َ َ
‫طا َع هة هللاه ا ْست َ َم َّر لهُ هذا التف ه‬ َ
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي هه‬ َ }‫ع هظي هْم‬ َ ‫ق‬ ٍ ُ‫{و هإنَّكَ لَ َعلى ُخل‬ َ :‫ش ههدَ لَهُ َربُّهُ هبقَ ْو هل هه‬ َ ُ‫س ْولُه‬ ْ ْ
ُ ‫ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬،‫ش هَر ْيكَ لَهُ َوه َُو ال َخالَّ ُق ال َع هلي هْم‬
َ َ ً َ
ُ‫ أ َّم بَ ْعد‬،‫سل َم ت ْس هليْما كثهي ًْرا‬ َّ َ
َ ‫ َو‬،‫اط ال ُم ْست هقي هْم‬
‫الص َر ه‬ِّ ‫ار ْوا َعلَى النَّ ْهجه القَ هوي هْم َو ه‬ ُ ‫س‬َ َ‫ص َحابه هه الَّ هذيْن‬ ْ َ ‫َو َعلَى آ هل هه َوأ‬

Saudara-saudara kaum muslimin rahimahumullah! Saya berwasiat kepada Anda dan saya
pribadi untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bertakwalah kepada Allah
dalam mengurus diri sendiri dan keluarga Anda. Betakwalah kepada Allah dalam mengurus
anak-anak dan orang-orang yang menjadi tanggung jawab Anda. Bertakwalah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, maka dia akan memberikan perlindungan, kecukupan dan petunjuk
kepada Anda.

Ibadallah! Tahukah Anda, ukuran apakah yang digunakan untuk mengukur kemajuan
individu dan masyarakat? Timbangan apakah yang digunakan untuk menilai keunggulan
suatu bangsa? dan apa landasan yang digunakan untuk membangun kejayaan dan peradaban?
Semua itu tidak mungkin terjadi tanpa perhatian yang amat besar terhadap tema yang sangat
penting. Sebuah tema yang merupakan cita-cita para ulama dan pendidik, masalah para da’i
dan muballigh, serta sasaran para intelektual dan relawan. Dan sebelum itu semua, ia
merupakan cita-cita para orang tua, kerja besar pada guru, dan pendidik, di samping
merupakan tuntunan mendesak pada semua negara dan pemerintahan. Betapa banyak tenaga
yang dihabiskan untuk mengurusnya. Betapa banyak potensi dan kemampuan yang
dikerahkan untuk mendukungnya! Betapa banyak kekuatan yang dicurahkan untuk
mewujudkannya! Dan betapa banyak dana yang dibelanjakan untuk melaksanakannya!
Namun, itu semua tidak bisa dianggap banyak untuk sebuah tema kunci kejayaan umat yang
berkuasa, sukses dan memimpin. Sebaliknya jika diabaikan, kerusakan dan kehancuran akan
menimpanya. Ketika itu ucapkan, “Selamat tinggal” kepada umat dan berikan ucapan bela
sungkawa kepada puing-puingnya.

Wahai para hamba Allah! Tahukah Anda, apakah tema yang sangat penting itu? tema itu
ialah “Pendidikan”. Ini bener-bener tugas dan tanggung jawab yang sangat berat.

Ma’asyiral muslimin rahimahumullah! Sesungguhnya, tanggung jawab mendidik generasi


muda dan menyiapkan tokoh-tokoh laki-laki dan wanita adalah tanggung jawab yang sangat
berat. Dan sesungguhnya masalah perhatian terhadap belahan jiwa dan buah hati (baca: putra-
putri) adalah masalah yang sangat besar. Umat Islam harus mencurahkan seluruh
perhatiannya kepada masalah ini. Sebab, pilar-pilar kebahagian mereka pada diri pribadi
maupun masyarakat bertumpu pada masalah pendidikan ini. Oleh karena itu, pendidikan
harus dipersiapkan secara matang. Kurikulum harus dirumuskan, perencanaan harus
disiapkan, tenaga harus dikerahkan dan orang-orang yang berkemampuan harus dibatalkan,
agar proses pendidikan berjalan dengan baik, tidak teratuk batu di tengah jalan, jauh dari
segala macam pertentangan dan dualisme. Terhindar dari taklid buta dan latah, serta
dibarengi perasaan bangga akan kepribadian Islam dan tata cara syar’i, seraya berpegang
teguh pada petunjuk Alquran dan mengikuti Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

(Saudara-saudara seagama), Ikhwatal Islam! Sesungguhnya, kepentingan kita pada


pendidikan melebihi segala kepentingan lainnya. Dan kebutuhan kita terhadap pendidikan
lebih tinggi dari kebutuhan lainnya. Apa artinya tubuh dan badan tanpa nilai aturan dan
agama? Apa artinya jasad dan raga tanpa akal dan nyawa? Apa artinya wadah bila isinya
rusak? Setiap makhluk punya jasad. Manusia dan binatang sama-sama mencari makanan dan
minuman. Orang-orang mukmin dan kafir, berbakti dan durhaka, baik dan jahat sama-sama
butuh makanan dan udara. Tetapi, kaidah-kaidah, aturan-aturan, pendidikan, pengajaran,
akidah dan iman yang benar hanyalah milik orang-orang Islam.

Saudara-saudara seiman dan seakidah! Masyarakat manusia dewasa ini banyak didera
musibah dan bencana. Dan banyak sekali kemalangan dan malapetaka menimpa mereka.
Mengapa angka kejahatan mengalami peningkatan dan mencengangkan? Hal itu tidak lain
karena kurangnya perhatian terhadap pendidikan. Kezaliman, kesewenang-wenangan, dan
kerusakan tidak akan merajalela kecuali pendidikan manusia diperlakukan secara buruk,
akhlaknya menyimpang dan perilakunya terperosok ke dalam jurang kehancuran. Banyak
generasi telah berganti dengan fitnah terjungkir balik, tidak ada pendidikan, dan tidak
mengetahui hak-hak Allah, maupun hak-hak hamba Allah. Mereka tidak punya amanah yang
harus diemban, tidak punya tujuan yang hendak dicapai, tidak bisa mengenali
yang makruf dan tidak bisa mengetahui yang mungkar. Hidup mereka hanyalah permainan
dan pengangguran. Kondisi mereka sangat buruk dan menyimpang. Mereka tenggelam di
dalam lumpur kenistaan dan mengabaikan keutamaan. Mereka tidak menyimpan kebaikan
sedikit pun bagi bangsa dan negara. Adakah kejahatan sosial yang lebih berat dari ini?

Sesungguhnya, keberadaan generasi yang jauh dari pendidikan yang benar merupakan
kejahatan terhadap masyarakat dan umat secara keseluruhan. Betapa banyak masyarakat yang
mengeluhkan penyimpangan prilaku remaja? Betapa banyak orang tua yang mengeluhkan
kenakalan anak-anak? Dan betapa banyak ayah ibu yang tersiksa dengan kedurhakaan anak-
anak dan keengganan mereka untuk menunaikan tugas-tugas. Namun, mereka lupa (atau
pura-pura lupa) bahwa inti persoalan ini terletak pada buruknya pendidikan.

Oleh karena itu, umat Islam berkewajiban melaksanakan tanggung jawabnya masin-masing
dalam menyelesaikan masalah ini dengan mengerahkan segenap potensi dan kemampuan
yang dimiliki. Mereka juga harus bekerja sama dengan semua saluran yang ada: rumah,
keluarga, kedua orang tua, kerabat, sekolah, kampus, masjid, klub bermain, seluruh lapisan
masyarakat, dan segenap media massa dengan semua saluran yang ada. Semuanya harus
bekerja keras dalam mendidik, membangun, dan menanamkan norma-norma akhlak pada diri
putra-putrinya. Agar kelak lahir generasi muda yang ideal, baik laki-laki maupun wanita.

Wahai umat Islam! Agama kita telah memberikan perhatian yang sangat besar pada masalah
pendidikan. Bahkan, masyarakat dahulu maupun sekarang belum pernah diberikan oleh rezim
manapun di barat maupun di timur. Jauh dari filsafat-filsafat yang rumit dan pikiran-pikiran
yang tercemar. Maka, Islampun tampil dengan penemuan baru. Sementara upaya orang-orang
yang tertipu oleh musuh-musuhnya gagal total. Cahaya hidayah menyinari umat manusia,
sedang kehidupan orang-orang yang berpaling dari jalan hidayah Tuhan adalah gelap gulita,
kendati gelar mereka berkibar-kibar. Mereka melabuhi orang-orang awam dengan kata-kata
bermadu yang mengklaim pembaharuan dan modernisasi. Padahal, sejatinya semua teori
pendidikan yang jauh dari petunjuk Alquran dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah kebangkrutan yang tiada tara. Apa yang bisa dia berikan kepada umat manusia apabila
ia sendiri berlindung dari panasnya pasir dengan bara api?

Tidak ada yang bisa menyelamatkan generasi muda dunia selain pendidikan yang didasarkan
pada ajaran Islam. Karena hanya pendidikan inilah yang memiliki tujuan mulia, yaitu
pengabdian kepada Allah yang Mahaesa lagi Mahaperkasa dan pendayagunaan semua bidang
untuk berkhidmat kepada prinsip yang fundamental ini. Demikian juga pendidikan yang
dimaksudkan untuk menjadikan generasi muda sebagai pengemban akidah, pemilik cita-cita
yang tinggi, pembawa iman, dan pemilik budi pekerti. Hal itu terlihat pada ucapan, pola
pergaulan dan prilaku mereka.

Ikhwatal iman! Ketika kita merenungkan tentang saluran-saluran terpenting yang


bertanggung jawab atas pendidikan di masyarakat, kita melihat bahwa rumah adalah pondasi
utama pendidikan. Keluarga adalah bibit pertama dalam pelaksanaan proses pendidikan. Dan
hal itu harus dimulai dari pemilihan calon istri shalihah yang memiliki asal-usul yang baik
dan mutu yang bagus (bibit-bobot-bebet). Karena, seorang istri harus dipersiapkan menjadi
pedidik yang handal dan sekolah yang pertama. Dan hal ini harus dilakukan secara bertahap
hingga si anak dapat membuka matanya di pangkuan kedua orang tuanya. Di sini, ia harus
mendapatkan perhatian akhlak dan pendidikan iman yang memadai, sebelum perhatian
masalah duniawi. Ini berangkat dari kewajiban Islam dalam masalah tersebut. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫صونَ هللاَ َمآأَ َم َر ُه ْم‬ ٌ َ‫ارة ُ َعلَ ْي َها َمآلئهكَةٌ هغال‬


ُ ‫ظ هشدَادُُُ الَّ َي ْع‬ َ ‫اس َو ْال هح َج‬ ً ‫س ُك ْم َوأ َ ْه هلي ُك ْم ن‬
ُ َّ‫َارا َوقُودُهَا الن‬ َ ُ‫يَاأَيُّ َها الَّذهينَ َءا َمنُوا قُوا أَنف‬
َ‫َو َي ْف َعلُونَ َمايُؤْ َم ُرون‬

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim :6)

Menurut para ulama, maksudnya ialah: “Ajarilah, didiklah dan bimbinglah mereka dengan
sesuatu yang bisa memelihara mereka dari azab Allah.”

Ini adalah amanah yang sangat berat. Benar-benar celaka orang yang mengkhianatinya. Imam
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullallah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya),

“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya.”
(H.R. Al-Bukhari, 2554, dan Muslim, 1829)

Di rumah anak-anak semasa kecilnya belajar dari apa yang ada pada ayah dan ibunya.
Keduanya adalah suri teladan baginya. Anak-anak selalu meniru ucapan dan perbuatan kedua
orang tuanya. Karenanya, orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam
mengarahkan anaknya. Tentang besarnya pengaruh orang tua terhadap anaknya Rasulullah
bersabda (artinya),

“Setiap anak Adam dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam). Lalu kedua orang tuanya
membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Al-Bukhari, 1385 dan Muslim,
2658)

At-Tirmidzi dan lain-lain meriwayatkan atsar,

“Tidaklah seorang ayah memberikan sesuatu kepada anaknya yang lebih baik dari adab
yang bagus.” (H.R.Ahmad, 3/412, At-Tirmidzi, 1952 dan Al-Hakim, 4/263 )

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda (artinya),

“Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat saat berusia tujuh tahun. Dan pukullah
mereka (dengan pukulan yang mendidik, ed.), karena meninggalkannya saat berusia sepuluh
tahun. Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur.” (H.R. Ahmad,2/180, Abu Daud, 495 dan
Al-Hakim,1/197)

Ini adalah petunjuk-petunjuk pendidikan bagi rumah tangga muslim, di mana anak-anak didik
dengan akidah dan keutamaan, di samping memiliki bekal empirik yang memadai, bahkan
lebih banyak. Oleh karena itu, banyak para orang tua yang keliru ketika mereka
mengutamakan pendidikan anak-anaknya pada pemenuhan keinginan dan kebutuhan materi
(duniawi) semata.

Wahai para ayah dan para ibu! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
mendidik putra-putri Anda. Jadilah suri teladan yang baik bagi mereka. Didiklah mereka
untuk peduli kepada Kitab Allah dan perhatian kepada Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Ikutilah jalan Islam di dalam mendidik mereka. Perlakukanlah mereka dengan
lemah lembut. Tapi tegaslah kepada mereka bila mereka melakukan kesalahan berulang-
ulang. Jangan sekali-kali tampil di hadapan mereka dengan penampilan yang tidak layak.
Biasakanlah mereka berbuat baik untuk orang lain. Biasakanlah mereka dengan akhlak yang
mulia saat bergaul dengan sesama. Biasakanlah mereka menjaga lidah mereka dan menjauhi
caci maki, dusta, ucapan kotor, dan sebagainya. Dan janganlah sekali-kali putra-putri Anda
melihat pertengkaran Anda. Karena hal itu bisa mengganggu kejiwaan mereka dan merusak
mental mereka.

Jangan pernah menyerahkan sepenuhnya proses pendidikan mereka kepada para pembantu
rumah tangga. Karena hal itu sangat beresiko terhadap keluarga. Sebab, fakta di lapangan
menunjukkan bahwa pada umumnya para pembantu memiliki pola pikir, perangai dan
kebiasaan yang kurang baik. Bahkan, bagi orang-orang yang sangat peduli pada keluarganya
menganggap bahwa para pembantu itu bener-bener berbahaya. Jauhkanlah putra-putri Anda
dari pergaulan yang buruk. Kontrollah shalat mereka. Awasilah kesendirian mereka.
Perhatikanlah, dengan siapa mereka berjalan? Dengan siapa mereka berteman? Apa yang
mereka baca? Apa yang mereka dengarkan? Dan apa yang mereka saksikan? Terapkan
pengawasan ketat, tetapi dibarengi dengan perasaan cinta dan belas kasih. Karena,
penggembala yang baik tidak akan membiarkan gembalanya mendekati padang binatang
buas.
Jangan sekali-kali keluarga Anda disuapi aneka macam perang pemikiran dan moral, baik
dengan izin maupun tidak. Karena penyusup-penyusup itu bisa merobohkan apa yang telah
Anda bangun dengan susah payah dan meruntuhkan apa yang telah Anda tegakkan.
Besarkanlah mereka dengan kemuliaan-kemuliaan dan jauhkanlah mereka dari kenistaan-
kenistaan.

Generasi muda kita akan tumbuh dan berkembang


Sesuai dengan apa yang dibiasakan oleh ayahnya

Berdoalah selalu kepada Allah agar mereka senantiasa mendapat hidayah dan menjadi orang
yang shalih, seperti yang dilakukan oleh para Nabi.

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam di dalam doanya mengucapkan,

َ‫صا هل هحين‬
َّ ‫َربِّ ه هَبْ هلي همنَ ال‬

Ya Rabb-ku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang


saleh. (Q.S. Ash-Shaffat: 100)

‫َام‬
َ ‫صن‬ْ َ ‫ي أَن نَّ ْعبُدَ اْْل‬
َّ ‫َواجْ نُ ْبنهي َوبَنه‬

Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (Q.S.
Ibrahim: 35)

‫صالَ هة َو هم ْن ذُ ه ِّريَّ هتي‬ َ ‫َربِّ ه اجْ َع ْل هني ُم هق‬


َّ ‫يم ال‬

Ya Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat.
(Q.S. Ibrahim: 40)

Zakariya ‘alaihissalam pernah berdoa,

ً‫طيِّهبَة‬
َ ً‫قَا َل َربِّ ه هَبْ هلي همن لَّدُنكَ ذ ُ ه ِّريَّة‬

Ya Rabb-ku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. (Q.S. Ali Imran: 38)

Apa artinya anak kalau tidak baik? Wal ‘iya dzubillah.

Luqman Al-Hakim memberikan banyak wasiat yang terkenal kepada anaknya sebagaimana
termaktub dalam surat Luqman.

Dan Nabi kita Muhammad pun banyak memberikan bimbingan dan pendidikan kepada
generasi muda, baik melalui ucapan maupun perbuatan.

Ajarilah mereka adab-adab makan, minum, tidur, bergaul dan di masjid.

Wahai para ayah dan ibu! Bertakwalah kepada Allah. Awasilah putra-putri Anda, karena
mereka adalah amanah yang ada di pundak Anda. Jangan pernah membiarkan mereka lepas
dari pengawasan Anda sama sekali. Saudaraku! Kalau Anda bertanya tentang saluran kedua
dalam mendidik generasi muda menurut sistem pendidikan Islam, jawabnya adalah sekolah.
Karena, perannya dalam bidang pendidikan sengat menonjol. Apa yang terbayang di benak
Anda saat melihat tempat di mana anak-anak menghabiskan setengah harinya di sana dengan
beragam aktivitas dan kegiatan? Tidak ada yang meragukan dan menyangsikan, bahwa
sekolah adalah pos yang sangat penting dan benteng pertahanan yang sangat kokoh. Para
penanggungjawabnya harus melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dalam mengajar,
mendidik dan memperbaiki kondisi anak didiknya.

Wahai para bapak guru dan ibu guru! Bertakwalah kepada Allah dalam menunaikan amanah
mendidik putra-ptri umat Islam. Jadilah suri teladan yang baik bagi mereka. Didiklah mereka
agar mencintai pendidikan dan pengajaran. Padukanlah kedua proses tersebut. Buatlah
jembatan komunikasi yang selalu terhubung antara sekolah dan wali murid, agar keshalihan
anak-anak dapat tercapai dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan pernah anak didik
Anda melihat Anda melakukan sesuatu yang diharamkan. Karena demi Allah, ilmu
pengetahuan tidak akan bermanfaat tanpa disertai dengan adab, akhlak dan pendidikan.

Wahai para hamba Allah! Saat tiba giliran masjid, ternyata ia adalah taman di tengah padang
pasir (oase) yang aman, damai, nyaman dan tenteram. Di sini, setiap orang bisa belajar
membaca Alquran, menunaikan shalat, berzikir, dan berdoa. Tidak ada yang menyangsikan
bahwa masjid dan sekolah memiliki peras besar dalam dunia pendidikan. Karena masjid dan
sekolah merupakan pertahanan yang kuat, benteng yang kokoh dan pos yang penting. Karena
di situlah terpancar sinar perbaikan bagi seluruh masyarakat.

Sedangkan media massa memiliki tanggung jawab paling besar, terutama pada era informasi
seperti ini. Maka adalah wajib hukumnya memanfaatkan media-media ini untuk mendidik
dan membesarkan generasi setiap rumah dan menjangkau seluruh kota dan desa. Karenanya
harus dimanfaatkan untuk menyampaikan kebajikan dan menyebarluaskan nilai-nilai
keutamaan. Dan para penanggungjawabnya pasti menyadari hal itu. Sebutlah gelombang
yang dipancarkan oleh saluran-saluran televisi dan internet yang merusak pendidikan. Ini
membuat kita sangat waspada dan hati-hati.

Kita memohon kepada Allah agar berkenan memberi kita kekuatan dalam mendidik putra-
putri kita sesuai dengan ajaran yang diridhai dan dicintai-Nya.

‫اجنَا َوذ ُ ه ِّريَّاتهنَا قُ َّرة َ أ َ ْعي ٍُن‬


‫َربَّنَا هَبْ لَنَا هم ْن أ َ ْز َو ه‬

Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami). (Q.S. Al-Furqan: 74)

Ya Tuhan kami, jadikanlah keturunan kami sebagai orang yang shalih dan mengajak orang
lain menjadi orang yang shalih, dan menjadi orang yang mendapat hidayah dan menjadi
hidayah bagi orang lain. Wahai Tuhan Yang Maha Mendengar doa.

‫ أَقُ ْو ُل قَ ْو هل ْي هذا َوأ َ ْست َ ْغ هف ُر هللاَ هل ْي َولَ ُك ْم‬.‫ت َوال هذِّ ْك هر ْال َح هكي هْم‬
‫ َونَفَ َعنه ْي َو هإيَّا ُك ْم هب َما فه ْي هه همنَ ْاْل َيا ه‬،‫آن ْالك هَري هْم‬
‫باركَ هللا هل ْي َولَ ُك ْم فهي ْالقُ ْر ه‬
َ

KHUTBAH KEDUA

ُ‫ َوأ َ ْش َهد ُ أَ ْن الَ إهلَهَ إهالَّ هللا‬،‫ب‬ ‫ب هع ْندَ قَ ْس َوةه القُلُ ْو ه‬‫ َش هد ْي هد ْال هعقَا ه‬، ُ‫ َوقَابه هل الت َّ ْوبَ هة هم َّم ْن َيت ُ ْوب‬،‫ب‬
‫ب َو َعالَّ هم الغُي ُْو ه‬ ‫ب القُلُ ْو ه‬ ‫ْال َح ْمد ُ هلِله ُمقَ هلِّ ه‬
‫سلَّ َم‬
َ ‫ان‬
ٍ ‫س‬ ْ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي هه َو َعلَى آ هل هه َوأ‬
َ ْ‫ص َحا هب هه َو َم ْن تَ هب َع ُه ْم هبإهح‬ َ ،ُ‫س ْولُه‬ ُ ‫ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬،ُ‫َوحْ دَهُ الَ ش هَريْكَ لَه‬
ُ‫ أَ َّم بَ ْعد‬،‫تَ ْس هليْما ً َكثهي ًْرا‬
Ibadallah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan laksanakanlah kewajiban
Anda dalam mendidik diri dan anak-anak yang menjadi tanggung jawab Anda. Karena Anda
semua sudah tahu betapa pentingnya masalah ini, terutama pada zaman akhir seperti ini.
Demi Allah yang tiada Ilah selain Dia, kalau kita mau melaksanakan kewajiban ini, niscaya
kita tidak akan mengeluhkan banyaknya masalah, kejahatan dan prilaku yang menyimpang.
Di samping itu permasalahan kenakalan akan berkurang dan kerusakan akhlak akan
menghilang.

Namun, ada satu bagian yang amat sangat istimewa dalam masalah pendidikan secara umum.
Yaitu perhatian terhadap pedidikan wanita, baik sebagai anak, saudara, maupun istri.
Terutama wanita semenjak dini untuk memegang teguh nilai-nilai keutamaan dan memiliki
rasa malu. Tepat sekali apa yang dikatakan oleh penyair berikut ini,

Siapakah yang peduli pada pendidikan wanita?


Karena dialah penyebab keterpurukan di timur
Didiklah anak-anak perempuan dengan keutamaan
Karena ia adalah pegangan terbaik mereka di timur dan di barat
Ibu adalah sekolah
Bila Anda menyiapkannya dengan baik
Anda telah menyiapkan bangsa yang harum namanya
Ibu adalah taman, bila air hujan terus mengguyurnya
Daun-daun dan rimbun akan mengelilinginya
Ibu adalah guru pertama bagi para guru
Yang kemuliaan mereka melanglang buana

Kini, masyarakat mengeluhkan maraknya kejadian-kejadian yang haram; pemandangan yang


merangsang birahi, penampilan seronok, pakaian mini, dan pergaulan bebas. Hal itu terjadi
setelah mereka mengabaikan pendidikan wanita. Bertakwalah kepada Allah wahai orang-
orang yang bertanggung jawab memimpin wanita, baik sebagi suami, maupun orang tua.
Didiklah mereka dengan baik, bimbinglah mereka ke jalan yang benar. Yakinkan mereka
agar tetap tinggal di rumah dan menjaga hijab. Agar mereka tidak menjadi pemicu fitnah atau
korban fitnah. Karena ini dapat merusak bangunan masyarakat dari pondasinya.

Adalah kesalahan nyata dan pengkhianatan besar bila kita membiarkan wanita begitu saja dan
menuruti segala kemauannya, tanpa bertanya halal atau haram, tanpa membimbing maupun
mengawasi, dalam hal berpakaian maupun hal-hal penting lainnya. Bahkan, ada sebagian
orang yang sengaja membawa foto-foto seronok, gambar-gambar terlarang dan media-media
yang mengundang syahwat dan membiarkannya berada di tengah-tengah putra-putrinya.

Dia melemparkannya ke laut dengan tangan terikat


Dan dia berkata, “Awas! Awas! Jangan sampai basah terkena air!”

Jadi, semua orang hendaknya bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
menjalankan amanah yang ada di pundaknya. Laksankanlah kewajiban Anda dalam
memberikan pendidikan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Jika ini dilaksanakan
dengan baik, niscaya kondisi akan membaik dan masyarakat akan merasakan kebahagiaan
yang nyata. Insya Allah.

‫س هلِّ ُموا تَ ْس هلي ًما‬


َ ‫صلُّوا َعلَ ْي هه َو‬
َ ‫ي ه يَآأَيُّ َها الَّذهينَ َءا َمنُوا‬
ِّ ‫صلُّونَ َعلَى النَّ هب‬
َ ُ‫هإ َّن هللاَ َو َمالَئه َكتَهُ ي‬
‫‪Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang‬‬
‫‪yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan‬‬
‫)‪kepadanya. (Q.S. Al-Ahzab: 56‬‬

‫ار ْك َعلَى‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى هإب َْرا ههي َْم‪َ ،‬و َعلَى آ هل هإب َْرا ههي َْم‪ ،‬هإنَّكَ َح هم ْيدٌ َم هج ْيد ٌ‪ .‬اللهم بَ ه‬ ‫ص ِّهل َعلَى ُم َح َّمدٍ‪َ ،‬و َعلَى آ هل ُم َح َّمدٍ‪َ ،‬ك َما َ‬ ‫اللهم َ‬
‫ار ْكتَ َعلَى إهب َْرا ههي َْم‪َ ،‬و َعلَى آ هل إهب َْرا ههي َْم‪ ،‬إهنَّكَ َح هم ْيدٌ َم هج ْيد ٌ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫‪ُ .‬م َح َّمدٍ‪َ ،‬و َعلى آ هل ُم َح َّمدٍ‪ ،‬ك َما بَ َ‬
‫ـر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَ َن ُكون ََّن همنَ ْالخَا هس هريْنَ ‪َ ،‬ربَّنَا آتهنَا فهي الدُّ ْنيَا‬ ‫سنَا َوإه ْن لَ ْم ت َ ْغـ هف ْ‬ ‫ـر هل ْل ُم ْس هل هميْنَ َو ْال ُم ْس هل َماته‪َ ،‬ربَّنَا َ‬
‫ظلَ ْمنَا أ َ ْنفُ َ‬ ‫اللهم ا ْغـ هف ْ‬
‫ت‬‫م‬ ‫ع‬ ‫ن‬
‫َ ه ه ْ َ هكَ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫زَ‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫م‬ ‫ب‬
‫ه ُ ْ هكَ ه‬‫ُ‬ ‫ذ‬ ‫و‬ ‫ع‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫ا‬ ‫َّ‬ ‫ن‬‫إ‬ ‫اللهم‬ ‫َى‪.‬‬ ‫ن‬ ‫غ‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫و‬
‫َ َ َ َ ه‬ ‫اف‬ ‫َ‬ ‫ف‬‫ع‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ق‬‫ُّ‬ ‫ت‬‫ال‬‫و‬ ‫ى‬ ‫د‬
‫ه ْ كَ ُ َ َ‬‫ه‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫ُ‬ ‫ل‬‫َ‬ ‫أ‬ ‫س‬‫ن‬
‫َ‬ ‫ا‬ ‫َّ‬ ‫ن‬‫إ‬ ‫اللهم‬ ‫‪.‬‬ ‫ار‬
‫ه‬ ‫َّ‬ ‫ن‬‫ال‬ ‫سنَةً َو هفي ه َ ه َ َ َ ه َ َ‬
‫اب‬ ‫َ‬ ‫ذ‬ ‫ع‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫ق‬ ‫و‬ ‫ً‬ ‫ة‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫س‬ ‫ح‬ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫خ‬ ‫ْ‬
‫اْل‬ ‫َح َ‬
‫َ‬
‫صلى هللا َعلى نَبهيِّهنَا ُم َح َّم ٍد‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫آخ ُر دَع َْوانَا أ هن ال َح ْمد ُ هلل َربِّ ه العَال هميْنَ ‪َ .‬و َ‬ ‫َطكَ ‪َ .‬و ه‬ ‫سخ ه‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫َوت َ َح ُّو هل َعافهيَتهكَ َوف َجا َءةه نهق َمتهكَ َو َج هميْعه َ‬
‫سلَّ َم‬ ‫َو َعلَى آ هل هه َو َ‬
‫صحْ هب هه َو َ‬
Pendidikan Anak Dimulai dari Rumah
Posted on January 6, 2014 by admin

Khutbah Pertama:

ْ ُ‫ض ِّل لَهُ َو َم ْن ي‬


‫ض هل ْل‬ ‫ت أ َ ْع َما هلنَا َم ْن يَ ْه هد هه هللاُ فَالَ ُم ه‬
‫سيِّئ َا ه‬ ُ ‫إه ِّن ْال َح ْمدَ ه َّلِله نَحْ َمدُهُ َونَ ْست َ هع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغ هف ُرهُ َو َنعُ ْوذ ُ بهاهلله هم ْن‬
َ ‫ش ُر ْو هر أَ ْنفُ هسنَا َو‬
ُُ‫س ْوله‬ َ َ َ َ
ُ ‫هي لَهُ أ ْش َهد ُ أ ْن الَ إهلهَ إهالِّ هللاُ َوأ ْش َهدُ أ ِّن ُم َح ِّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬ َ ‫فَالَ هَاد‬

‫ان إهلَى يَ ْو هم الدِّيْن‬


ٍ ‫س‬ ْ َ ‫سلِّ ْم َعلى ُم َح ِّم ٍد َو َعلى آ هل هه هوأ‬
َ ْ‫ص َحابه هه َو َم ْن تَبهعَ ُه ْم بهإهح‬ َ ‫اَلل ُه ِّم‬.
َ ‫ص ِّل َو‬

َ‫يَاأَيِّ َها الِّذَيْنَ آ َمنُ ْوا اتِّقُوا هللاَ َح ِّق تُقَاته هه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ ِّن إهالِّ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس هل ُم ْون‬

‫ث هم ْن ُه َما هر َجاالً َكثهي ًْرا َونه َسا ًء َواتِّقُوا هللاَ الَذهي‬ ‫َاس اتِّقُ ْوا َر ِّب ُك ُم الِّذهي َخلَقَ ُك ْم هم ْن نَ ْف ٍس َو ه‬
ِّ َ‫احدَةٍ َو َخلَقَ هم ْن َها زَ ْو َج َها َوب‬ ُ ‫يَاأَيِّ َها الن‬
َ ‫سا َءلُ ْونَ هب هه َواْْل َ ْر َح‬
‫ام هإ ِّن هللاَ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقه ْيبًا‬ َ َ‫ت‬

ُ ‫ص هل ْح لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ هف ْرلَ ُك ْم ذُنُ ْو َب ُك ْم َو َم ْن ي هُطعه هللاَ َو َر‬


‫س ْو َلهُ َف َق ْد َفازَ فَ ْو ًزا‬ َ ً‫يَاأَيِّ َها الِّ هذيْنَ آ َمنُ ْوا اتِّقُوا هللاَ َوقُ ْولُ ْوا قَ ْوال‬
ْ ُ‫س هد ْيدًا ي‬
َ
ُ‫ أ ِّما بَ ْعد‬،‫… َع هظ ْي ًما‬

‫ َو ُك ِّل ُمحْ دَثَ ٍة بهدْ َعةٌ َو ُك ِّل‬،‫ َوش َِّر اْْل ُ ُم ْو هر ُمحْ دَثَات ُ َها‬،‫سلِّ َم‬ َ ‫صلِّى هللا‬
َ ‫علَ ْي هه َو‬ ‫ َو َخي َْر ْال َهد ه‬،‫ث هكتَابُ هللاه‬
ُ ْ‫ْى َهد‬
َ ‫ى ُم َح ِّم ٍد‬ ‫صدَقَ ْال َح هد ْي ه‬
ْ َ ‫فَأ ِّهن أ‬
‫ار‬ ‫ضالَلَ هة فهي النِّ ه‬ ً
َ ‫ َو ُك ِّل‬،‫ضالَلَة‬ َ ‫ هبدْ َع ٍة‬.

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Kami mengajak kepada semua jamaah, marilah kita semua meningkatkan takwa kepada Allah
‘Azza wa Jalla. Bekal takwa inilah yang akan menyelamatkan kita dari siksa neraka. Karena
tidak ada yang akan selamat dari neraka, kecuali orang-orang yang bertakwa.

َّ ‫ث ُ َّم نُنَ ه ِّجي الَّذهينَ اتَّقَ ْوا َونَذَ ُر ال‬


‫ظا هل همينَ فهي َها هجثهيًّا‬

“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-
orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 72)

Kaum muslimin yang berbahagia.

Islam agama yang sempurna, sangat memperhatikan pertumbuhan generasi. Untuk itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kita agar memilih istri
shalihah, penuh kasih sayang dan banyak keturunannya. Dari istri yang shalihah ini,
diharapkan terlahir anak-anak yang shalih dan kokoh dalam beragama. Sehingga Islam
menjadi kuat, dan orang-orang yang membenci Islam menjadi gentar. Demikianlah, ibu
memiliki peranan yang dominan dalam membangun pondasi dan mencetak generasi, karena
dialah yang mendidik anak-anak dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Perhatian lainnya yang Islam tunjukkan terkait dengan pendidikan anak yaitu Rasulullah
menganjurkan agar orang tua memberi nama yang baik terhadap anak-anaknya. Suatu nama
akan turut memberi pengaruh terhadap anak. Sehingga banyak riwayat yang menjelaskan
Rasulullah merubah beberapa nama yang tidak sesuai dengan Islam.
Kedatangan Islam dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, ketika anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua
mengajarkan dan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اجعه‬
‫ض ه‬َ ‫ َوفَ ه ِّرقُ ْوا بَ ْينَ ُه ْم فهي ْال َم‬،‫ َواض هْرب ُْو ُه ْم َعلَ ْي َها َو ُه ْم أَ ْبنَا ُء َع ْش ٍر‬، َ‫سبْعه هسنهيْن‬
َ ‫صالَةه َو ُه ْم أ َ ْبنَا ُء‬
َّ ‫ُم ُروا أ َ ْوالَدَ ُك ْم بهال‬

“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh
tahun, dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat, serta
pisahkanlah mereka di tempat tidurnya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Perintah mengerjakan shalat berarti juga mencakup hal-hal yang berkaitan dengan shalat.
Misalnya, tata cara shalat, tata cara wudhu, dan hukum shalat berjamaah di masjid bagi anak
laki-laki, hasilnya pun anak-anak akan mengenal dan dekat dengan sesama kaum muslimin.

Adapun pukulan pada anak, Islam memperbolehkan para orang tua untuk memukul jika
anaknya enggan melaksanakan shalat. Tetapi yang harus diperhatikan, pukulan tersebut
adalah pukulan dalam batasan-batasan mendidik, bukan pukulan yang membahayakan lagi
emosinal, bukan juga pukulan permainan sehingga tidak menimbulkan efek jera pada anak.

Namun kita lihat pada masa ini, pukulan sebagai salah satu metode mendidik, banyak
ditinggalkan orang tua. Dalih yang disampaikan, karena rasa sayang kepada anak. Padahal
rasa sayang yang sebenernya adalah diwujudkan dengan pendidikan. Dan salah satu metode
pendidikan adalah dengan memukul sesuai dengan kadar dan ketentuannya saat anak
melakukan pelanggaran syariat yang layak diberi hukuman dengan pukulan.

Rasulullah juga memerintah para orang tua supaya memisahkan tempat tidur anak-anak yang
telah memasuki usia sepuluh tahun. Maksud pemisahan ini, menjaga norma-norma hubungan
antara saudara laki-laki dan perempuan karena dalam hal tertentu ada kebiasaan-kebiasaan
alamiah dan tingkah laku perempuan yang dia enggan apabila dilihat oleh laki-laki, demikian
juga sebaliknya.

Oleh karena itu, dalam Islam, orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak mereka saat
mereka tidur, apalagi saat mereka terjaga, mereka keluar rumah, bergaul dengan
lingkungannya. Orang tua harus memperhatikan anaknya, menjauhkannya dari pergaulan
buruk dan tidak benar. Pendidikan tidak hanya terjadi pada saat mereka berada di rumah,
namun juga ada perhatian lainnya yang bisa diberikan orang tua tatkala anak-anaknya berada
di luar rumah. Hendaknya orang tua mengetahui kemana dan dengan siapa anak-anaknya
bergaul. Orang tua adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya.

‫ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل َع ْن َر هعيَّته هه‬،ٍ‫ُكلُّ ُك ْم َراع‬

“Setiap kalian adalah orang yang memiliki tanggung jawab. Setiap kalian akan dimintai
pertanggung-jawabannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Kebaikan anak menjadi penyebab kebaikan khususnya bagi orang tua dan keluarganya, dan
secara umum untuk kaum muslimin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berabda,
َ ‫ أَ ْو َولَ ٍد‬,‫ أَ ْو هع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع هبه‬,ٍ‫اريَة‬
ُ‫صا هلحٍ يَدْع ُْو لَه‬ َ :ٍ‫ط َع َع َملُهُ هإ َّال هم ْن ثَالَث‬
‫صدَقَ ٍة َج ه‬ َ َ‫هإذَا َماتَ هإ ْبنُ آدَ َم هإ ْنق‬

“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara;
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendo’akannya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan seorang anak dengan kebaikan dan ketaatannya,
memiliki manfaat dan pengaruh yang besar bagi para orang tua, baik ketika masih hidup
maupun sudah meninggal dunia. Ketika orang tua masih hidup, sang anak akan menjadi
hiburan, kebahagiaan dan penyejuk hati. Dan ketika orang tua sudah meninggal dunia, maka
anak-anak yang shalih senantiasa akan mendoakan, beristighfar dan bershadaqah untuk orang
tua mereka.

Sebaliknya, betapa malang orang tua yang anaknya tidak shalih dan durhaka. Anak yang
durhaka tidak bisa memberi manfaat kepada orang tuanya, baik ketika masih hidup maupun
saat sudah meninggal. Orang tua tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali hanya kerugian
dan keburukan. Keadaan seperti ini bisa terjadi jika para orang tua yang tidak memperhatikan
pendidikan anak-anaknya.

Salah satu contoh dalam pendidikan yang benar, yaitu hendaklah para orang tua bersikap adil
terhadap semua anak-anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita,

‫فَاتَّقُ ْوا هللاَ َوا ْع هدلُ ْوا َبيْنَ أَ ْو َال هد ُك ْم‬

“Maka bertakwalah kalian semua kepada Allah dan berbuat adillah kepada anak-anak
kalian.” (HR. Bukhari)

Pernah terjadi, ketika salah seorang sahabat memberi kepada sebagian anak-anaknya,
kemudian ia menghadap kepada Rasulullah supaya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersedia menjadi saksi. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah semua
anakmu engkau beri seperti itu?”

Dia menjawab, “Tidak.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Carilah
saksi selain diriku, karena aku tidak mau menjadi saksi dalam keburukan. Bukankah engkau
hagiakan, apabila memberikan sesuatu yang sama?”

Dia menjawab, “Iya.” Lalu beliau menanggapi, “Jika demikian, lakukanlah!”

Kaum muslimin yang berbahagia

Anehnya, ada sebagian orang tua manakala dinasehati tentang pendidikan anak, justru
mereka malah menyanggah. Orang tua ini mengatakan, bahwa kebaikan adalah di tangan
Allah, atau hidayah terletak di tangan Allah. Memang benar hidayah berada di tangan Allah,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

َّ ‫هإنَّكَ َال ت َ ْهدهي َم ْن أَحْ َببْتَ َو َٰلَ هك َّن‬


َ‫َّللاَ يَ ْهدهي َم ْن يَشَا ُء ۚ َوه َُو أَ ْعلَ ُم هب ْال ُم ْهتَدهين‬

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi,
tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash: 56)
Namun yang perlu diperhatikan, faktor yang menjadi penyebab adanya kebaikan dan
hidayah, ialah karena peran orang tua. Apabila para orang tua telah berperan secara maksimal
dan telah menunaikan kewajiban dalam mendidik, maka hidayah berada di tangan Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan jika orang tua lalai dan mengabaikan tarbiyah, maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan balasan dengan kedurhakaan dan keburukan kepada
anak. Ingatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

َ ‫َص َرا هن هه أَ ْو يُ َم ه ِّج‬


‫سا هن هه‬ ْ ‫ُك ُّل َم ْولُ ْو ٍد ي ُْولَد ُ َعلَى ْال هف‬
ِّ ‫ فَأ َ َب َواهُ َي َه ِّ هودَا هن هه أ َ ْو يُن ه‬،‫ط َر هة‬

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), lalu kedua orang tuanya menjadikannya
sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Di sinilah kita harus memahami secara benar, betapa besar peranan orang tua terhadap anak.
Orang tua memiliki tanggung jawab membentuk keimanan dan karakter anak. Dari orang tua
itulah akan terwujud kepribadian seorang anak.

Akhirnya, marilah kita menjaga fitrah anak-anak kita. Yaitu fitrah di atas kebenaran dan
kebaikan. Karena yang kita lakukan atas diri anak, akan diminta pertanggungjawabannya di
hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

َ ‫ت َفا ْست َ ْغ هف ُر ْوهُ هإنَّهُ ه َُو الغَفُ ْو ُر‬


‫الر هح ْي ُم‬ َ ‫أَقُ ْو ُل قَ ْو هلي َهذَا َوأ َ ْست َ ْغ هف ُر هللاَ هلي َولَ ُك ْم َو هل‬
‫سا هئ هر ال ُم ْس هل هميْنَ َوال ُم ْس هل َما ه‬

Khutbah Kedua:

ُ‫ أَ ْش َهدُ أ َ ْن الَ إله هإالَّ هللا َوأَ ْش َهد‬، َ‫ُظ هه َرهُ َعلَى ال هدِّي هْن ُك هلِّ هه َولَ ْو ك هَرهَ ْال ُم ْش هر ُك ْون‬
ْ ‫ـق هلي‬
‫س ْولَهُ هب ْال ُهدَى َو هدي هْن ْال َح ِّ ه‬ ْ ‫اَ ْل َح ْمد ُ هلل الَّ هذ‬
َ ‫ي أ َ ْر‬
ُ ‫س َل َر‬
َ َ َ َ َ
ْ ‫ص ِّهل َعلى ُم َح َّم ٍد َو َعلى آ هل هه َوأ‬
‫ أ َّمابَ ْعد‬. َ‫ص َحابه هه أجْ َم هعيْن‬ َ ‫اللهم‬،ُ‫س ْوله‬ ُ َ
ُ ‫أ َّن ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬

Ma’syiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Perhatian terhadap anak merupakan perkara yang sangat penting dan pertanggungjawaban
yang besar di sisi Allah. Oleh karena itu, para manusia terbaik, yaitu para nabi dan rasul
senantiasa mendoakan kebaikan untuk anak keturunan mereka.

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdoa,

َ‫صا هل هحين‬
َّ ‫َربِّ ه هَبْ هلي همنَ ال‬

“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh.” (QS. Ash-Shaffat: 100)

َّ ُ‫َربَّنَا َواجْ عَ ْلنَا ُم ْس ِل َمي ِْن لَكَ َو ِم ْن ذ ُ ِر َّيتِنَا أ ُ َّمةً ُم ْس ِل َمةً لَكَ َوأ َ ِرنَا َمنَا ِس َكنَا َوتُبْ َعلَ ْينَا ۖ إِنَّكَ أَ ْنتَ الت َّ َّواب‬
‫الر ِحي ُم‬

“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan
(jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan
tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat
kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al-Baqarah: 128)

Nabi Zakariya ‘alaihissalam berdoa,


َ َ‫ط هيِّبَةً ۖ هإنَّك‬
‫س همي ُع الدُّ َع ه‬
‫اء‬ َ ً‫ُهنَالهكَ دَ َعا زَ ك هَريَّا َربَّهُ ۖ قَا َل َربِّ ه هَبْ هلي هم ْن لَدُ ْنكَ ذ ُ ه ِّريَّة‬

“Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku
dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. (QS.
Ali Imran: 38)

Begitu juga dengan orang-orang shalih yang Allah sebutkan dalam Alquran, mereka berdoa,

‫اجنَا َوذُ ه ِّريَّاتهنَا قُ َّرةَ أ َ ْعيُ ٍن َواجْ عَ ْلنَا هل ْل ُمتَّقهينَ إه َما ًما‬
‫َوالَّذهينَ يَقُولُونَ َربَّنَا هَبْ لَنَا هم ْن أ َ ْز َو ه‬

“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqon: 74)

Demikianlah para nabi dan rasul, meskipun kedudukan mereka dekat dengan Allah
Subhanahu wa Ta’ala, mereka tetap saja senantiasa berdoa penuh harap, memohon kepada
Allah agar dianugerahi keturunan yang shalih dan shalihah. Jika demikian, bagaimana dengan
kita? Tentunya kita harus lebih semangat lagi.

Oleh karena itu, marilah kita berdoa dan selalu berusaha memberikan pendidikan kepada
anak-anak kita dengan berlandaskan agama yang lurus.

‫س هلِّ ُموا تَ ْس هلي ًما‬


َ ‫صلُّوا َعلَ ْي هه َو‬
َ ‫ي ه َيآأَ ُّي َها الَّذهينَ َءا َمنُوا‬
ِّ ‫صلُّونَ َعلَى النَّ هب‬
َ ُ‫هإ َّن هللاَ َو َمالَ هئ َكتَهُ ي‬

‫ص َّليْتَ َعلَى هإب َْرا ههي َْم َو َعلَى آ هل هإب َْرا ههي َْم هإ َّنكَ َح هم ْيدٌ َم هج ْيدٌ وبارك َعلَى ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
َ ‫ص هِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ هل ُم َح َّم ٍد َك َما‬
َ َ ْ
ٌ‫اركتَ َعلى إهب َْرا ههي َْم َو َعلى آ هل إهب َْرا ههي َْم إهنَّكَ َح هم ْيد ٌ َم هج ْيد‬ َ
َ َ‫َو َعلى آ هل ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬

‫اجنَا َوذ ُ ه ِّريَّاتهنَا قُ َّرة َ أَ ْعي ٍُن َواجْ عَ ْلنَا هل ْل ُمتَّقهينَ إه َما ًما‬
‫َربَّنَا هَبْ لَنَا هم ْن أ َ ْز َو ه‬

َ‫سنَا َوإهن لَّ ْم ت َ ْغ هف ْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَ َن ُكون ََّن همنَ ْالخَا هس هرين‬
َ ُ‫ظلَ ْمنَا أَنف‬
َ ‫َربَّنَا‬

َ َ‫سنَةً َوقهنَا َعذ‬


‫اب النَّ ه‬
‫ار‬ َ ‫سنَةً َوفهي اْْل َ هخ َرةه َح‬
َ ‫َربَّنَآ َءاتهنَا فهي الدُّ ْنيَا َح‬

َ‫آخ ُر دَع َْوانَا ْال َح ْمدُ ه َّلِله َربِّ ه ْالعَالَ هميْن‬


‫سلَّ َم َعلَى ُم َح َّم ٍد ت َ ْس هل ْي ًما َكثهي ًْرا َو ه‬
َ ‫صلَّى هللاُ َو‬
َ ‫َو‬
Khutbah Jum'at: Pentingnya Pendidikan
Penulis: alquran-sunnah

Dipublikasikan: 27 May 2011

Dibaca: 6252 kali.

ْ ُ‫ت أ َ ْع َما ِلنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم ِض ّل لَهُ َو َم ْن ي‬


َ‫ض ِل ْل فَال‬ ِ ُ‫ست َ ْغف ُِر ُه َونَعُ ْوذُ بِاهللِ مِ ْن ش ُُر ْو ِر أ َ ْنف‬
َ ‫سنَا َو‬
ِ ‫س ّيئ َا‬ ْ َ‫ِإنّ ا ْل َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُد ُه َون‬
ْ َ‫ست َ ِع ْينُهُ َون‬
ُ‫س ْولُه‬ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬َ ‫ش َه ُد أَنّ ُم َح ّمدًا‬ْ َ ‫ش َه ُد أ َ ْن الَ إِلهَ إِالّ هللاُ َوأ‬
ْ َ ‫ِي لَهُ أ‬
َ ‫هَاد‬

َ ‫سانّ ت َ ِب َعهُمّ َو َمنّ ِوأَصحَا ِب ِّه آ ِل ِّه َوعَلى ُمحَمدّ عَلى َو‬
ّ‫سلمّ صَلّ اَللهُم‬ َ ‫الدين يَو ِّم ِإلَى ِب ِإح‬.

‫ُمس ِل ُمونَّ َوأَنت ُمّ إِلّ ت َ ُموت ُنّ َو ّل َ تُقَاتِ ِّه حَقّ للاَّ اتقُوا آ َمنُوا الذَينَّ يَاأَيهَا‬

‫اس يَاأَيهَا‬
ُّ َ‫سا اّء َكثِي ارا ِرجَا ّلا مِن ُه َما َوبَثّ َزو َجهَا مِنهَا َو َخلَقَّ َواحِ دَةّ نَفسّ مِ نّ َخلَقَكُمّ الذِي َرب ُك ُّم اتقُوا الن‬
َ ِ‫سا َءلُونَّ الَذِي للاَّ َواتقُوا َون‬
َ َ‫ت‬
‫للا ِإنّ ََ َواألَرحَام ِب ِّه‬
َّ َّ‫علَيكُمّ كَان‬
َ ‫َرقِي ابا‬

‫سدِيداا قَو ّلا َوقُولُوا للاَّ اتقُوا آ َمنُوا الذِينَّ يَاأَيهَا‬


َ ّ‫از فَقَدّ َو َرسُولَ ّهُ للاَّ يُطِ ّعِ َو َمنّ ذُنُوبَكُمّ َويَغفِرلَكُمّ أَع َمالَكُمّ لَكُمّ يُصلِح‬
َّ َ‫عَظِ ي اما فَوزا ا ف‬، ‫أَما‬
‫… بَع ُّد‬

ّ‫ث أَصدَقَّ فَأِن‬ ِّ ، ‫ى َو َخي َّر‬


ُّ َ ‫للا ِكت‬
ِّ ‫اب ال َحدِي‬ ُّ ‫علَي ِّه للا صَلى ُمحَمدّ َّهد‬
ِّ ‫ى الهَد‬ َ ‫سل َّم‬ َ ّ‫ ُمح َدثَاتُهَا األ ُ ُمو ِّر َوشَر‬، ّ‫بِدعَةّ َوكُلّ بِدعَةّ ُمح َدثَةّ َوكُل‬
َ ‫و‬،
ّ‫ضالَلَةا‬
َ ، ّ‫ضالَلَ ِّة َوكُل‬
َ ‫ار فِي‬ ِّ ‫الن‬.

Khutbah yang Pertama

Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,

Kami mengajak kepada semua jama’ah, marilah kita semua meningkatkan takwa kepada
Allah subhanahu wata’ala. Bekal takwa inilah yang akan menyelamatkan kita dari siksa
neraka. Karena tidak ada yang akan selamat dari neraka, kecuali orang-orang yang bertakwa.
Firman Allah Ta’ala, artinya,

“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan


orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 72)

Kaum muslimin yang berbahagia,

Islam, agama yang sempurna, sangat memperhatikan pertumbuhan generasi. Untuk itu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan kita agar memilih istri
shalihah, penuh kasih sayang dan banyak keturunannya. Dari istri-istri yang shalihah ini,
diharapkan terlahir anak-anak yang shalih-shalihah, kokoh dalam beragama. Sehingga islam
menjadi kuat dan musuh merasa gentar. Demikianlah, ibu memiliki peran yan dominan dalam
membangun pondasi dan mencetak generasi, karena dialah yang akan mendidik anak-anak
dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala.

Perhatian Islam lainnya yang terkait dan ikut berpengaruh dengan pendidikan anak, yaitu
Rasulullah menganjurkan agar orang tua memberi nama yang baik terhadap anak-anaknya.
Suatu nama akan turut memberi pengaruh pada anak. Sehingga banyak riwayat yang
menjelaskan Rasulullah merubah beberapa nama yang tidak sesuai dengan Islam.
Ketegasan Islam dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, bahwa ketika anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua
mengajarkan dan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ِ ‫ش ٍر َوفَ ِرقُوا بَ ْينَ ُه ْم فِي اْل َمض‬


‫َاج ِع‬ َ ‫علَ ْيهَا َو ُه ْم أ َ ْبنَا ُء‬
ْ ‫ع‬ ْ ‫سنِ ْينَ َوا‬
َ ‫ض ِربُو ُه ْم‬ َ ‫صالَ ِة َو ُه ْم أ َ ْبنَا ُء‬
ِ ‫سب ِْع‬ َّ ‫ُم ُروا أ َ ْوالَ َد ُك ْم بِال‬

“Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah jika
enggan melakukannya bila telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di
antara mereka.” (HR. Abu Daud, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih
Sunan Abi Dawud. No. 466).

Perintah mengajarkan shalat, berarti juga mencakup hal-hal berkaitan dengan shalat.
Misalnya, tata cara shalat, thaharah, dan kewajiban shalat berjama’ah di masjid, sehingga
anak bisa lebih dekat dan akrab dengan kaum Muslimin.

Adapun pukulan pada anak, Islam memperbolehkan para orang tua untuk memukul, jika anak
malas dan enggan melakukan shalat. Tetapi hendaklah diperhatikan, pukulan tersebut dalam
batas-batas tarbiyah (pendidikan), dengan syarat bukan pukulan yang membahayakan, dan
bukan pula pukulan mainan, sehingga tidak ada pengaruh apapun. Di antara tujuannya,
supaya anak merasakan hukuman bila ia melakukan kemaksiatan meninggalkan shalat.

Namun kita lihat pada masa ini, pukulan, sebagai salah satu wasilah dalam tarbiyah, banyak
ditinggalkan para orang tua. Dalih yang disampaikan, karena rasa sayang kepada anak.
Padahal rasa sayang yang sebenarnya harus diwujudkan dengan pemberian pendidikan. Dan
salah satunya dengan dipukul saat anak melakukan perbuatan maksiat.

Rasulullah juga memerintahkan para orang tua supaya memisahkan tempat tidur anak-anak
yang telah memasuki usia sepuluh tahun. Maksud pemisahan ini, ialah untuk menghindari
fitnah syahwat.

Oleh karena itu, jika orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anaknya saat mereka tidur,
lalu bagaimana saat mereka keluar dari rumah dan bergaul dengan masyarakat? Maka tentu
orang tua memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi. Orang tua harus senantiasa
mengawasi anak-anaknya, menjauhkannya dari teman dan pergaulan yang buruk lagi
menyesatkan. Karena tarbiyah tidak hanya ketika berada di rumah saja, namun juga ketika
anak-anak berada di luar rumah. Sebagai orang tua harus mengetahui tempat dan dengan
siapa anak-anaknya bergaul. Ingatlah, orang tua adalah pemimpin, ia akan diminta tanggung-
jawabnya.

ْ ‫كلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم‬


ُُ ‫سؤُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه‬

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban
tentang yang kalian pimpin.” (Muttafaqun ‘alaih).

Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,

Kebaikan anak menjadi penyebab kebaikan, khususnya bagi orang tua dan keluarganya, dan
secara umum untuk kaum Muslimin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ُ‫َاريَ ٍة أ َ ْو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع ِب ِه أَََ ْو َولَ ٍد صَا ِلحٍ يَ ْدعُو لَه‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة ج‬ َ ‫ِإذَا َماتَ ا ْبنُ آ َد َم ا ْنقَ َط َع‬
ٍ َ‫ع َملُهُ ِإالَّ ِم ْن ثَال‬
َ ‫ث‬

“Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali
tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan
kedua orang tuanya.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan seorang anak dengan kebaikan dan ketaatannya,
memiliki manfaat dan pengaruh yang besar bagi para orang tua, baik ketika masih hidup
maupun sesudah meninggal dunia. Ketika orang tua masih hidup, sang anak akan menjadi
hiburan, kebahagiaan dan qurrata a’yun (penyejuk hati). Dan ketika orang tua sudah
meninggal dunia, maka anak-anak yang shalih senantiasa akan mendoakan, beristighfar, dan
bershadaqah untuk orang tua mereka.

Sebaliknya, betapa malang orang tua yang anaknya tidak shalih dan ia durhaka. Anak yang
durhaka tidak bisa memberi manfaat kepada orang tuanya, baik ketika masih hidup maupun
saat sudah meninggal. Orang tua tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali hanya kerugian
dan keburukan. Keadaan seperti ini bisa terjadi, jika para orang tua yang tidak
memperhatikan pendidikan atau tarbiyah anak-anaknya.

Salah satu contoh dalam tarbiyah yang benar, yaitu hendaklah para orang tua bersikap adil
terhadap semua anak-anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita,

‫فَاتَّقُوا هللاَ َوا ْع ِدلُوا َب ْينَ أ َ ْوالَ ِد ُك ْم‬

“Maka bertakwalah kalian semua kepada Allah dan berbuatlah adil kepada anak-
anakmu.” (HR. Imam al-Bukhari).

Pernah terjadi, ketika salah seorang sahabat memberi kepada sebagian anak-anaknya,
kemudian ia menghadap kepada Rasulullah supaya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
menjadi saksi. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah semua anakmu
engkau beri seperti itu?” Dia menjawab, “Tidak,” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Carilah saksi selain diriku, karena aku tidak mau menjadi saksi
dalam keburukan. Bukankah akan bisa membahagiakanmu, apabila engkau memberikan
sesuatu yang sama?” Dia menjawab, “Ya,” maka kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Maka lakukanlah!”

Kaum Muslimin yang berbahagia,

Anehnya ada sebagian orang tua, manakala dinasehati tentang tarbiyah anak, justru
melakukan sanggahan. Orang tua ini mengatakan bahwa kebaikan ada di tangan Allah, atau
hidayah terletak di tangan-Nya. Memang benar hidayah berada di tangan Allah, sebagaimana
firman ta’ala, artinya,
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS. Al-Qashash: 56)

Namun yang perlu diperhatikan, faktor yang menjadi penyebab adanya kebaikan dan hidayah
ialah karena peran orang tua. Apabila para orang tua telah berperan secara maksimal dan
telah menunaikan kewajibannya dalam tarbiyah, maka hidayah berada di tangan Allah
subhanahu wata’ala. sedangkan jika orang tua lalai dan mengabaikan tarbiyah, maka Allah
subhanahu wata’ala akan memberikan balasan dengan kedurhakaan dan keburukan kapada
anak. Ingatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

َ ‫َلى اْل ِف ْط َر ِة فَأَبَ َواهُ يُه َِودَانِ ِه أ َ ْو يُنَ ِص َرانِ ِه أ َ ْو يُ َم ِج‬


‫سانِ ِه‬ َ ‫ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُو َل ُد ع‬

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang
menyebabkan anak menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. al-Bukhari)

Di sinilah kita harus memahami secara benar, betapa besar peran orang tua terhadap anak.
Orang tua memiliki tanggung jawab membentuk keimanan dan karakter anak. Dari orang tua
itulah akan terwujud sosok kepribadian seorang anak.

Akhirnya, marilah kita menjaga fitrah anak-anak kita. Yaitu fitrah di atas kebenaran dan
kabaikan. Karena semua yang kita lakukan atas diri anak, akan diminta
pertanggungjawabannya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.

‫الر ِحي ِْم‬ ْ ‫ت فَا‬


ّ ‫ست َ ْغ ِف ُر ْوهُ إِنّهُ ُه َو ا ْلغَفُ ْو ُر‬ ْ ‫س ِل ِم ْينَ َوا ْل ُم‬
ِ ‫س ِل َما‬ ْ ‫سائِ ِر ا ْل ُم‬ ْ َ ‫أَقُ ْو ُل قَ ْو ِلي َهذا أ‬
َ ‫ست َ ْغ ِف ُر هللاَ ِلي َو َل ُك ْم َو ِل‬

[Khutbah Kedua]

Ma’asyiral Muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,

‫ت أ َ ْع َما ِلنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم ِض ّل لَهُ َو َم ْن‬ َ ‫سنَا َو‬


ِ ‫سيّئَا‬ ِ ُ‫ست َ ْغ ِف ُرهُ َونَعُ ْوذُ بِاهللِ ِم ْن ش ُُر ْو ِر أ َ ْنف‬ ْ َ‫إِنّ ا ْلح َْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َون‬
ْ َ‫ست َ ِع ْينُهُ َون‬
ُ‫س ْولُه‬ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َ
َ ‫ش َه ُد أنّ ُم َح ّمدًا‬ َ َ
ْ ‫ش َه ُد أ ْن الَ إِلهَ إِالّ هللاُ َوأ‬ َ
ْ ‫ِي لَهُ أ‬ َ
َ ‫ض ِل ْل فالَ َهاد‬ ْ ُ‫ي‬

Perhatian terhadap anak merupakan perkara yang teramat penting dan pertanggungjawaban
yang besar di hadapan Allah. Oleh karena itu, para manusia terbaik, yaitu para Nabi
senantiasa mendoakan kebaikan untuk diri dan anak keturunan mereka.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdo’a,

“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
shalih.” (QS. Ash-Shaffat: 100)

“Ya Rabb kami jadikan kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau, dan
(jadikanlah) di antara anak-cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau, dan
tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah
taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.” (QS. al-Baqarah: 128).

Nabi Zakaria ’alaihissalamberdo’a,

“Di sanalah Zakaria berdoa kepada Rabbnya seraya berkata, “Ya Rabbku, berilah aku
dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a.”
(QS. Ali ‘Imran: 38).

Begitu juga dengan para salaf pendahulu kita, mereka berdoa,

“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. al-Furqan: 74).
‫‪Demikianlah para Nabi, meskipun memiliki kedudukan dan dekat dengan Allah subhanahu‬‬
‫‪wata’ala, mereka tetap saja senantiasa berdoa penuh harap, memohon kepada Allah‬‬
‫‪subhanahu wata’ala agar dianugerahi keturunan yang shalih dan shalihah, maka bagaimana‬‬
‫‪dengan kita? Tentunya, kita tergerak dan lebih bersemangat melakukannya.‬‬

‫‪Oleh karena itu, marilah kita berdoa dan selalu berusaha memberikan pendidikan kepada‬‬
‫‪anak-anak kita dengan berlandaskan agama yang shahih dan lurus.‬‬

‫ع َلى‬
‫علَى ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫علَى آ ِل إِب َْرا ِه ْي َم‪ ،‬إِنَّكَ ح َِم ْي ٌد َم ِج ْيدٌ‪َ .‬وبَ ِاركْ َ‬ ‫ع َلى إِب َْرا ِه ْي َم َو َ‬ ‫صلَّيْتَ َ‬‫ع َلى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم ص َِل َ‬
‫علَى آ ِل ِإب َْرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ ح َِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫علَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َ‬ ‫اركْتَ َ‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫َ‬
‫ك‬
‫ِ ُ َ َّ َ َ َ‬ ‫ٍ‬
‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬‫م‬ ‫ل‬ ‫‪.‬آ‬
‫ت‬
‫ْب الدع ََوا ِ‬ ‫ْب ُم ِجي ُ‬ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِري ٌ‬ ‫اء ِم ْن ُه ْم َواْألَ ْم َواتِ‪ ،‬إِنَّكَ َ‬ ‫ت اْألَحْ يَ ِ‬ ‫س ِل َماتِ‪َ ،‬وا ْل ُمؤْ ِمنِ ْينَ َوا ْل ُمؤْ ِمنَا ِ‬‫س ِل ِم ْينَ َوا ْل ُم ْ‬ ‫‪.‬اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْ‬
‫علَََ ى ال ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْب ِلنَا َربنَا َوالَ تًحَم ْلنَا َماالَ‬ ‫علَ ْي َنا ِإص ًْرا َك َما َح َم ْلتَهُ َ‬ ‫س ْينَا أ َ ْو أ َ ْخ َطأْنَا َرب َنا َوالَ تَحْ ِم ْل َ‬ ‫َاخ ْذ َنا ِإ ْن نَ ِ‬‫َربنَا الَتُؤ ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫على الق ْو ِم الكَافِ ِر ْينَ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ص ْرنا َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ارح َْمنا أنتَ َم ْوالَنا فان ُ‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ْف عَنا َواغ ِف ْر لنا َو ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫‪.‬طاقة لنا بِ ِه َواع ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫اب الن ِار‪ .‬والحمد هلل رب العالمين‬ ‫عذَ َ‬ ‫سنَةً َوقِ َنا َ‬ ‫سنَةً َوفِي اْأل َ ِخ َر ِة َح َ‬ ‫‪َ .‬ربَنَا َءاتِنَا فِي الد ْن َيا َح َ‬
Khutbah Jum'at 15 menit : Karakter Anak
Dibentuk oleh Orangtua

َّ ‫لِلِ ْال َح ْم ََّد ِإ‬


‫ن‬ َّ ِ ُ‫للِ َونَعُو َّذُ َونَ ْست َ ْغف ُِرَّْه َونَ ْست َ ِع ْينُ َّهُ نَحْ َم ُدَّه‬َّ ‫ن ِبا‬ َّْ ِ‫ش ُر ْو َِّر م‬ ُ ‫مِن أ َ ْنفُ ِسنَا‬
َّْ ‫ت َو‬ َِّ ‫س ِيئ َا‬ َ ‫أ َ ْع َما ِلنَا‬، ‫ن‬ َّ َ‫ل‬
َّْ ‫للاُ َي ْه ِدَِّه َم‬ َّ َ‫ضلَّ ف‬ ِ ‫ن لَ َّه ُ ُم‬َّْ ‫ضل ِْل َّهُ َو َم‬
ْ ُ‫لَ ي‬ َّ َ‫ف‬
ََّ ‫لَ َّهُ هَاد‬. ‫ن َوأ ْش َه َُّد‬
‫ِي‬ َ َ َّ َ‫للاُ إِلَّ إِلَ َّه‬
َّْ ‫لَ أ‬ َّ ُ‫لَ َوحْ َدَّه‬ َّ ‫ْك‬ َ َ
ََّ ‫ع ْب ُدَّهُ ُم َحمدًا أنَّ َوأ ْش َه َُّد لَ َّهُ ش َِري‬ ُ
َ ُ‫س ْول َّه‬ ُ ‫و َر‬. َ ‫اس أيُّ َها يَا‬ َ َُّ ‫ص ْي ُك َّْم الن‬ ُ
ِ ‫اي أ ْو‬ ََّ ‫للاِ بِت َ ْق َوى َوإِي‬ َّ ‫از فَقَ َّْد‬ ََّ َ‫ف‬
ُ ْ
ََّ ‫ال ُمتق ْو‬. ‫ل‬
‫ن‬ َ
ََّ ‫تَعَالى قَا‬: ‫ْن أيُّهَّا َ يَا‬ َ ُ
ََّ ‫لَ تقَاتِ َِّه َحقَّ للاََّ اتقوا َءا َمنُوا ال ِذي‬ ُ ُ ُ
َّ ‫ن َوأنت َّْم إِلَّ ت َ ُم ْوتنَّ َو‬ َ ََّ ‫ ُّم ْس ِل ُم ْو‬. ‫ل‬ َ
ََّ ‫تَعَالى قَا‬: ‫اس أيُّ َها يَا‬ َ ُ
َُّ ‫ي َربك َُّم اتق ْوا الن‬ ُ َّْ ‫ال ِذ‬
ُ‫ن َخلَقَك َّْم‬ َّْ ‫ق َواحِ َدةَّ نَ ْفسَّ ِم‬ َ ْ
ََّ ‫ل مِ ن ُه َما َوبَثَّ زَ ْو َج َها مِ ن َها َو َخل‬ ْ ً َّ ‫سآ ًَّء َكثِي ًْرا ِر َجا‬ ُ
َ ِ‫ي للاََّ َواتقوا َون‬ َّْ ‫ن ال ِذ‬ ُ
ََّ ‫سآ َءل ْو‬ َ َ ‫ام بِ َِّه ت‬ َ ْ
ََّ ‫َان للاََّ إِنَّ َواأل ْر َح‬ ََّ ‫عَّلَ ْيك َّْم ك‬
ُ َ ‫رقِ ْيبًا‬.
َ
َ
‫ْن أيُّ َها يَا‬ ُ ُ
ََّ ‫ل َوق ْول ْوا للاََّ اتقوا َءا َمنوا ال ِذي‬ ُ ُ ً َ
َّ ‫س ِد ْيدًا ق ْو‬
َ . ‫ِح‬
َّْ ‫صل‬ ُ َ ُ َ
ْ ُ‫ِر أ ْع َمالك َّْم لك َّْم ي‬ َ ْ ُ َ ُ
َّْ ‫ن ذن ْوبَك َّْم لك َّْم َويَغف‬ ُ ُ ْ ُ َ
َّ ‫از فق َّد َو َرسُ ْول َّه للاََّ يُطِ عَِّ َو َم‬ ْ َ َ َ ً َ
ََّ ‫عظِ ْي ًما ف ْوزا ف‬ َ .
‫َب ْعدُ؛ أَما‬

Khutbah yang Pertama


Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,
Marilah kita meningkatkan ketaqwaan kita kepada Alloh swtKami mengajak kepada semua jama’ah,
marilah kita semua meningkatkan tekwa kepada Allah subhanahu wata’ala. Bekal takwa inilah yang
akan menyelamatkan kita dari siksa neraka. Karena tidak ada yang akan selamat dari neraka, kecuali
orang-orang yang bertakwa.
Firman Allah Ta’ala,
artinya,
“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang
yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 72)
Kaum muslimin yang berbahagia,
Islam, agama yang sempurna, sangat memperhatikan pertumbuhan generasi mudanya. Untuk
itu,dalam al-Qur’an dan melalua sabda-sabdanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalla banyak
menganjurkan kita untuk mendidik dan memelihara anak-anak sesuai dengan ajaran Islam.
Tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup
menghasilkan orang-orang yang bermoral,laki-laki maupun wanita,memiliki jiwa yang
bersih,kemauan yang keras,cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi,tahu arti kewajiban dan
pelaksanaannya,menghormati hak-hak manusia,bias membedakan yang buruk dengan baik,memilih
suatu perbuatan yang bermanfaat karena suka kepada yang bermanfaat,menghindari perbuatan
tercela karena mengerti akan akibatnya,dan mengingat Alloh dalam setiap pekerjaan yang
dilakukannya.
Penyair besar Syauqi pernah menulis :

“Suatu bangsa itu tetap hidup kokoh selama akhlak suatu bangsa tetap baik dan apabila akhlak suatu
bangsa buruk maka pertanda suatu bangsa itu akan hancur “
Kalau kita memperhatikan bagaimana seorang anak bisa berbicara,Baik dan buruk sifat dan tingkah
laku anak –anak kita tergantung dari sifat dan tingkah laku yang diperlihatkan sehari-hari orang
tuanya dan bagaimana orang tua menjaga anak-anaknya dengan lingkungan pergaulannya,karena
setiap kata,sikap dan tingkah laku orang tua dan lingkungan bergaulnya akan selalu ditiru oleh
seorang anak kemudian akan mengulang-ulangi perbuatan tersebut sehingga menjadi kebiasaan
sampai menjadi dewasa
Rasululloh SAW bersabda :

Artinya: “Semua anak-anak itu dilahirkan suci,tetapi ibu-bapaknyalah yang menjadikan ia


Yahudi,nasrani dan Majusi “.
Ibnu sina berpendapat :anak-anak itu lebih cepat dipengaruhi oleh kawan-kawannya,lebih cepat
meniru dan lebih senang bergaul sesame mereka yang seusia.
Imam Gozali dalam Ihyaulumuddin jilid II hal 63 mengatakan :
“ Ketahuilah melatih pemuda-pemuda adalah suatu hal yang sangat pentingdan perlu.anak-anak
adalah amanah di tangan ibu-bapaknya,hatinya masih suci ibarat permata yang sangat mahal
hargnya,maka apabila dibiasakan pada suatu hal yang baik dan di didik,maka dia akan besar dengan
sifat-sifat yang baikserta akan berbahagia di dunia dan akhirat.Sebaliknya jika terbiasa dengan adat-
adat yang buruk dan tidak di pedulikan seperti halnya hewan,ia akan hancur dan binasa.seorang
ayah yang memelihara anaknyahendaklah dengan jalan mendidik,mengasuh dan dan mengajarnya
dengan akhlak dan moral yang tinggi dan menjauhkannya dari teman-teman yang jahat.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,
Marilah kita saling mengingatkat untuk membangun suatu negeri yang maju dan kuat kewajiban
kitalah untuk memikirkan persoalan-persoalan pendidikan anak kita suatu bangsa tidak akan bisa
maju hanya dengan uang saja akan tetapi suatu bangsa akan menjadi maju dengan ilmu dan akhlak
yang tinggi
Dengan ilmu dan pendidikan akhlak kita akan sanggup mengembalikan keagungan kaum muslimin
yang pernah mencapai keemasan dulu dan kita akan sanggup menuntun dunia sekarang dan dunia
yang akan datang seperti kita pernah memimpinnya di waktu-waktu yang lampau.

َّ‫ي للاََّ أ َ ْست َ ْغف ُِر‬ ََّ ‫ت ْال ُم ْسلِمِ ي‬


َّْ ‫ْن َو ِل َجمِ ي َِّْع َولَ ُك َّْم ِل‬ َِّ ‫ن َو ْال ُم ْس ِل َما‬ َِّ ُ‫ذَ ْنبَّ ك‬. ُ‫الرحِ ْي َُّم ْالغَفُ ْو َُّر ه ََُّو إِن َّهُ فَا ْست َ ْغف ُِر َّْوَّه‬.
َّْ ِ‫ل م‬

Khutbah kedua:
َّ‫لِلِ ْال َح ْم ََّد ِإن‬ َّ ِ ُ‫للِ َونَعُو َّذُ َونَ ْست َ ْغف ُِرَّْه َونَ ْست َ ِع ْينُ َّهُ نَحْ َم ُدَّه‬ َّ ‫ن ِبا‬ َّْ ِ‫ش ُر ْو َِّر م‬ ُ ‫مِن أ َ ْنفُ ِسنَا‬ َّْ ‫ت َو‬ َِّ ‫س ِيئ َا‬َ ‫أ َ ْع َما ِلنَا‬، ‫ن‬ َّ َ‫ل‬
َّْ ‫للاُ َي ْه ِدَِّه َم‬ َّ َ‫ضلَّ ف‬ ِ ‫ن لَ َّه ُ ُم‬ َّْ ‫ِل َو َم‬ َّْ ‫ضل‬ْ ُ‫ل َ ي‬ َّ َ‫ف‬
ََّ ‫لَ َّهُ هَاد‬. ‫ن َوأ ْش َه َُّد‬
‫ِي‬ َ َ َّ َ‫للاُ إِلَّ إِلَ َّه‬
َّْ ‫لَ أ‬ َّ ُ‫لَ َوحْ َدَّه‬ َّ ‫ْك‬ َ َ
ََّ ‫ع ْب ُدَّهُ ُم َحمدًا أنَّ َوأ ْش َه َُّد لَ َّهُ ش َِري‬ ُ
َ ُ‫س ْول َّه‬ ُ ‫و َر‬. َ ُ ‫علَى َوالسلَ َُّم َوالصلََّة‬ َ َّ‫علَى ُم َحمد‬ َ ‫صحْ بِ َِّه آ ِل َِّه َو‬ َ ‫و‬. َ
َ
‫بَ ْعدُ؛ أما‬
َّ‫للا ِإن‬ ََّ ُ‫ن َو َملَ ِئ َكَّت َ َّه‬ ََّ ‫صلُّ ْو‬َ ُ‫علَى ي‬ َ ِ‫ي‬ َّ ‫الن ِب‬، ‫ْن أَيُّهَّا َ َيا‬ ََّ ‫صلُّ ْوا َءا َمنُ ْوا ال ِذي‬ َ ‫علَ ْي َِّه‬ َ ‫س ِل ُم ْوا‬ َ ‫ت َ ْس ِل ْي ًما َو‬. َّ‫ل اَلل ُهم‬ َِّ ‫ص‬ َ ‫علَى‬ َ َّ‫علَى ُم َحمد‬ َ ‫ل َو‬ َِّ ‫ْت َك َما ُم َحمدَّ آ‬ ََّ ‫صلي‬ َ
‫علَى‬ َّ
‫ْم‬ ‫ي‬‫ه‬ِ ‫ا‬ ‫ْر‬
َ َ َ ِ َ َ ِ َ َ ِ ‫ب‬ ‫إ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫و‬ َّ
‫ل‬ ‫آ‬ َّ
‫ْم‬ ‫ي‬ ‫ه‬
ِ ‫ا‬ ‫ْر‬ ‫ب‬ ‫إ‬ ، َّ
‫ك‬َ ‫ن‬‫إ‬ ‫ْد‬
َّ
ِ َ ِ َ ‫ي‬ ِ‫م‬ ‫ح‬ ‫ْد‬
َّ ‫ي‬ ‫ج‬ ‫م‬ . ْ
َّ
‫ك‬ ‫ار‬ ‫ب‬‫و‬
ِ َ َ َ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫د‬
َّ ‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬
َ ُ َ َ ِ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫و‬ َّ
‫ل‬ ‫آ‬ ‫د‬
َّ ‫م‬ ‫ح‬
َ ُ َ‫م‬ ‫ا‬ ‫م‬ َ
‫ك‬ َّ
‫ت‬َ ‫ك‬ْ ‫ار‬ ‫ب‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬ َّ
‫ْم‬
َ َ َ َ َ ِ َ َ ِ َ َ ِ ‫ي‬‫ه‬ِ ‫ا‬ ‫ْر‬ ‫ب‬‫إ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫و‬ َّ
‫ل‬ ‫آ‬ َّ
‫ْم‬ ‫ي‬ ‫ه‬
ِ ‫ا‬ ‫ْر‬ ‫ب‬ ‫إ‬، َّ
‫ك‬َ ‫ن‬ ‫ِإ‬
َّ‫ َم ِجيْدَّ َحمِ يْد‬. َّ‫ْن اغفر اَلل ُهم‬ ََّ ‫ت ل ِْل ُم ْسلِمِ ي‬ َِّ ‫ْن َو ْال ُم ْس ِل َما‬ ََّ ‫ت َو ْال ُمؤْ مِ نِي‬ َِّ ‫اء َو ْال ُمؤْ مِ نَا‬ َِّ َ‫ت مِ ْن ُه َّْم اْألَحْ ي‬َِّ ‫ َواْأل َ َّْم َوا‬. َّ‫ك ِإنا اَلل ُهم‬ ََّ ُ‫ِن نَ ْسأَل‬ََّ ‫ْر م‬ َِّ ‫ع ِل ْمنَا َما ُك ِل َِّه ْال َخي‬ َ
ُ‫نَ ْعلَ َّْم لَ َّْم َو َما مِ ْن َّه‬. ‫ِح اَلل ُه ََّم‬ َّْ ‫صل‬ ْ َ‫ل أ‬ ََّ ‫ْن أَحْ َوا‬ ْ
ََّ ‫ص ال ُم ْسلِمِ ي‬ َّْ ِ‫ار ُه َّْم َوأ َ ْرخ‬ َ ‫ي َوآمِ ْن ُه َّْم أ َ ْس َع‬ َّْ ِ‫طانِ ِه َّْم ف‬َ ‫أ َ ْو‬. ‫سنَ َّةً ال ُّد ْنيَا فِي آتِنَا َربنَا‬ َ ‫سنَ َّةً اآلخِ َرةَِّ َوفِي َح‬ َ ‫َح‬
‫اب َوقِنَا‬ ََّ َ‫عذ‬ َ ‫ار‬ َِّ ‫الن‬.
‫للاَِّ ِعبَا ََّد‬، َّ‫ل يَأ ْ ُم ُر ُك َّْم للاََّ إِن‬ َِّ ‫ان بِ ْالعَ ْد‬َِّ ‫س‬ َ ‫َآئ َواْ ِإل ْح‬ َِّ ‫ن َويَ ْن َهى ْالقُ ْربَى ذِي َوإِيت‬ َِّ ‫ع‬ َِّ ‫َر ْالفَحْ ش‬
َ ‫َآء‬ َِّ ‫ي ِ َو ْال ُمنك‬ َّ ‫ظ ُك َّْم َو ْالبَ ْغ‬
ُ ‫ن لَعَل ُك َّْم يَ ِع‬ ََّ ‫تَذَك ُر ْو‬. ‫للاََّ فَا ْذ ُك ُروا‬
‫ن َوا ْسأَلُ ْوَّهُ يَ ْذ ُك ْر ُك َّْم ْالعَظِ َّْي ََّم‬ َّْ ِ‫ض ِل َِّه م‬ْ َ‫أ َ ْكبَ َُّر للاَِّ َولَ ِذ ْك َُّر يُعْطِ ُك َّْم ف‬.

Você também pode gostar