Você está na página 1de 9

Nama Usaha : “Jahe Bubuk Kamp.

IPB”
Jenis Produk : Jahe bubuk

Latar Belakang

Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah-rempah penting.


Oleh karena itu, jahe menjadi komoditas yang mempunyai prospek untuk
dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak
kegunaan, antara lain sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan
seperti roti, kue, biskuit, dan kembang gula. Jahe juga digunakan dalam industri
obat, minyak wangi, dan jamu tradisional. Jahe yang masih muda dapat dimakan
sebagai lalapan dan diolah menjadi asinan dan acar. Di samping itu, karena dapat
memberi efek rasa panas dalam perut, maka jahe juga digunakan sebagai bahan
minuman seperti bandrek dan sekoteng. Jahe tergolong tanaman herbal yang
mempunyai ciri fisik tegak, dapat mencapai ketinggian 40-100 cm, dan dapat
berumur tahunan. Batangnya berupa batang semu yang tersusun dari helaian daun
yang pipih memanjang dengan ujung lancip. Bunganya terdiri dari tandan bunga
yang berbentuk kerucut dengan kelopak berwarna putih kekuningan. Akarnya
sering disebut dengan rimpang jahe yang berbau harum dan berasa pedas.
Rimpangnya bercabang tak teratur, berserat kasar, dan menjalar mendatar dengan
bagian dalam berwarna kuning pucat.
“Jahe gajah” (Zingiber officinale var. officinale) adalah salah satu dari
varietas jahe yang ada, mempunyai rimpang yang besar dan serat yang sedikit dan
halus dapat dilihat pada Gambar 1. Adapun keuntungan dari budidaya “jahe gajah”
sendiri menurut Santoso (1994) adalah produksi per hektar lebih tinggi
dibandingkan produksi jenis jahe lainnya dan resiko kegagalan dapat ditekan
serendah mungkin. Hal ini dikarenakan “jahe gajah” dapat dimanfaatkan pada saat
masih muda (umur tanaman 3-5 bulan) maupun setelah tua (umur tanaman 10-12
bulan) (Suprapti 2003). Produksi jahe untuk tahun 2016 ini diperkirakan stagnan
diangka 150.000-170.000 ton atau sama seperti tahun sebelumnya. Padahal, tren
produksi jahe sejatinya mulai naik sejak tahun 2013, namun kembali menurun di
tahun 2014 dan hingga kini relatif stabil. Menurut Ketua Asosiasi Petani Jahe
Organik (Astajo) Kabul Indarto, permintaan jahe merah pada tahun 2016 mencapai
4 ton per pekan, jahe emprit 10 ton per pekan, sedangkan jahe gajah bisa lebih dari
20 ton per pekan. Umumnya pasar ekspor lebih mengutamakan jahe gajah
ketimbang jahe lainnya. Permintaan jahe gajah sangat tinggi di Belanda sebagai
bahan baku minuman. Selain dikonsumsi, ternyata Belanda adalah negara pengepul
jahe gajah di Uni Eropa. Belanda juga menjual lagi jahe gajah ini ke beberapa
negara Eropa lainnya dengan harga tinggi. Peluang besar di pasar ekspor belum bisa
dimaksimalkan petani. Selain produksi yang tak mencukupi, petani juga tak mampu
menjual langsung ke Eropa karena pembeli di Eropa juga mensyaratkan kemasan
khusus dan juga kualitas jahe yang baik. Sehingga, pasar ekspor jahe ke Eropa saat
ini dipegang oleh China dan Thailand.
Gambar 1 Penampakan jahe gajah

Jika jahe gajah diekspor, maka jahe emprit dan jahe merah justru menjadi
penguasa di negeri sendiri. Kedua jenis jahe tersebut diserap oleh industri makanan
dan minuman, jamu, dan farmasi sehingga hanya sedikit yang bisa diekspor. Tahun
2016 harga jahe emprit Rp 5.000 per kg, jahe merah Rp 25.000 per kg, sedangkan
harga jahe gajah Rp 13.000 per kg di pasar ekspor. Padahal, harga pokok produksi
(HPP) jahe hanya Rp 2.000 per kg. Biasanya jahe cocok ditanam di lahan lereng
gunung dan bisa dipanen dua kali dalam setahun. Tahun 2016 rata-rata harga jahe
mencapai US$ 400 per ton di pasar ekspor dan bisa melonjak hingga US$ 1.000 per
ton jika Thailand dan China sebagai eksportir utama sedang mengalami gagal
panen.
Dengan diberikannya nilai tambah pada komoditas jahe akan memberikan
peluang bisnis yang besar. Selain itu perlu adanya pemberian standar pada olahan
atau bubuk jahe yang dihasilkan agar lebih dapat diterima di pasar ekspor.

Penjelasan Produk

Produk olahan jahe yang dihasilkan adalah dalam bentuk bubuk dan
dilakukan beberapa uji standar untuk dapat diterima oleh pasar ekspor. “Jahe
Bubuk Kamp. IPB” berkomoditas utama jahe gajah. Proses pembuatannya adalah
jahe yang telah dipanen dari kebun dicuci bersih dengan dilakukan penyikatan pada
kulit agar sisa tanah tak tersisa, kemudian dilakukan pengirisan untuk
mempermudah proses penggilingan. Irisan jahe gajah bersih siap digiling dengan
perbandingan air 1:1 agar proses pengilingan lebih mudah. Jahe yang telah digiling
selanjutnya dilakukan pemerasan untuk memisahkan ampas dan air jahe.
Selanjutnya ampas yang telah diperoleh diletakkan diloyang untuk dipanaskan pada
oven dengan suhu 48-60ºC hingga kadar air maksimal 10%. Setelah jahe kering
pada oven dilakukan pengecilan ukuran agar jahe bubuk yang dihasilkan seragam
± 60 mesh. Jahe bubuk yang telah diayak dan seragam dikemas kedalam plastik PP
dan diseal agar produk yang dihasilkan terjamin kualitasnya dan kedap udara.
Produk siap untuk disimpan dan didistribusikan.
Gambar 2 Penampakan produk “Jahe Bubuk Kamp. IPB”

Produk “Jahe Bubuk Kamp. IPB” ini nantinya akan digunakan untuk pasar
ekspor dan dalam negeri dalam bidang campuran olahan makanan, minuman dan
farmasi. Adapun syarat umum jahe bubuk pada Tabel 1 dan syarat khusus jahe
bubuk pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 1 Syarat umum jahe bubuk ekspor


No Jenis Uji Persyaratan
1 Organoleptik Memenuhi
2 Makroskopis Memenuhi
3 Mikroskopis Memenuhi
4 Serangga hidup dan hama lain Memenuhi
Sumber : Badan Standar Nasional 2005

Tabel 2 Syarat khusus bubuk jahe ekspor


No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Kadar air, maks % 10
2 Kadar abu, maks % 5
3 Benda asing, maks % 2
4 Kadar timbal mg/kg negatif
5 Kadar arsen mg/kg negatif
6 Kadar tembaga, maks mg/kg 30
7 Mikroba pathogen koloni/gram negatif
Sumber : Badan Standar Nasional 2005

Sejarah Dan Latar Belakang Perusahaan

Sejarah dan latar belakang perusahaan ini yaitu banyaknya hasil pertanian
atau budidaya jahe yang ada di Indonesia memungkinkan terciptanya banyak
peluang bisnis yang muncul. Hasil pertanian jahe yang melimpah menjadikan bahan
baku untuk “Jahe Bubuk Kamp. IPB” sangat mudah ditemukan atau di dapat
sehingga dengan bahan baku tersebut terciptalah ide tentang “Jahe Bubuk Kamp.
IPB”. Penanganan pasca panen yang sangat minim menyebabkan hasil panen jahe
kurang diterima oleh industri, selain itu emberikan nilai tambah pada komoditas
jahe agar mempunyai kegunaan yang lebih beragam dan penggunaan dalam
berbagai industri.
Tujuan Atau Potensi Usaha

Tujuan pembentukan “Jahe Bubuk Kamp. IPB” yaitu menciptakan peluang


usaha dengan menerapkan added value pada komoditas jahe gajah dengan kualitas
yang dapat diterima oleh pasar ekspor dan didalam negeri. Potensi usaha yaitu
sangat baik dan sangat menguntungkan karena “Jahe Bubuk Kamp. IPB” memiliki
kualitas yang baik dan terjaga hingga ke pengemasannya sehingga akan menjadi
bisnis usaha yang baru dan sangat menguntungkan.

Keunikan produk

Keunikan produk ini yaitu produk “Jahe Bubuk Kamp. IPB” kualitas terbaik
dengan standar produk sesuai dengan keinginan pasar, proses pengolahan yang
aman dan bahan baku terbaik. Dengan standar yang selalu terjaga dengan dilakukan
quality control maka produk akan terjaga kualitasnya.

ASPEK PEMASARAN

1. STRATEGI PEMASARAN
a) Segementing
Saya membagi konsumen ke dalam beberapa kelompok sebagai berikut :
- Industri
Dalam kelompok ini merupakan bagian dari industri yang fokus pada
pengolahan makanan, minuman, bimbu, dan obat obatan berbahan dasar
jahe bubuk dalam negeri maupun luar negeri, karena produk “Jahe
Bubuk Kamp. IPB” merupakan produk antara.
- Distributor
Dalam kelompok ini merupakan orang-orang yang menjadi distributor
“Jahe Bubuk Kamp. IPB” untuk di jual lagi dalam pasar atau untuk di
ekspor ke luar negeri. Kami menerima dan dengan sangat terbuka apa
bila ada yang hendak menjadi agen dari produk kami dengan kerjasama
marketing yang baik.
b) Targeting
Berdasarkan segmen diatas, maka saya menjadikan konsumen Industri dan
Distributor menjadi target utama.
Alasannya adalah karena industri dan distributor biasanya membeli dalam
jumlah yang sangat besar untuk pengolahan skala besar atau dipasarkan
kembali ataupun untuk di ekspor ke luar negeri.

c) Positoning
Berdasarkan target pasar tersebut, saya memposisikan diri sebagai penyedia
/ penjual “Jahe Bubuk Kamp. IPB” dengan kualitas terbaik, proses terjaga
dan bahan baku pilihan yang berbeda dengan produk lain bagi para
konsumen.

RENCANA PENGEMBANGAN USAHA

Rencana pengembangan usaha jahe bubuk “Jahe Bubuk Kamp. IPB”


diantaranya:
1. Meningkatkan jumlah produksi
Dengan meningkatkan proses produksi akan membantu penanganan pasca
panen komoditas jahe, sehingga peluang kerusakan jahe akan semakin kecil.
Selain itu dengan jumlah yang besar maka kontinuitas produk “Jahe Bubuk
Kamp. IPB” akan stabil.
2. Pengembangan produk lain dari komoditas jahe
Selain penanganan pasca panen untuk jahe bubuk, dapat juga diolah menjadi
simplisia atau bahkan dikstraksi untuk mendapatkan minyak atsiri dari jahe.
Karena produk antara seperti diatas tersebut sangat besar peluangnya untuk
dilakukan usaha. Karena produk olahan dari jahe itu sendiri sangat beragam,
seperti yang tercantum pada Gambar 3 berikut ini.

Gambar 3 Pohon industri jahe


ANALISIS FINANSIAL
BIAYA PRODUKSI
1. Fix Cost
Biaya yang dikeluarkan secara tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume produksi ataupun pada kegiatan produksi yang sudah ditetapkan.
Berikut adalah peralatan tahunan yang digunakan dengan asumsi masa pakai
peralatan dalam produksi “Jahe Bubuk Kamp. IPB“ selama 5 tahun.
Perhitungan fix cost produk ARM terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Harga fix cost
Jumlah Harga Total Harga
No Nama Barang (Rp)
(buah) Satuan (Rp)

1. Pisau 10 17.000 170.000

2. Talenan 10 12.000 120.000

3. Mesin Giling 1 3.200.000 3.200.000

4. Timbangan 1 199.900 199.900

5. Wajan 7 30.000 210.000

6. Pengaduk Kayu 7 5000 35.000

7. Kain Saring 5 15.000 75.000

8. Nampan Alumuniun 20 30.000 600.000

9. Baskom 3 15.000 45.000

10. Ayakan 60 Mesh 10 40.000 400.000

11. Mesin Sealer 1 120.000 120.000

12. Oven 1 6.000.000 6.000.000

Biaya Tenaga Kerja 600.000


13. 1 600.000
(TK)
Total 11.774.900
2. Variable Cost
Biaya yang dikeluarkan dapat mengalami perubahan sesuai dengan jumlah
produksi yang akan dihasilkan. Berikut adalah bahan habis pakai untuk satu kali
produksi (100 kg jahe gajah). Perhitungan variable cost produk “Jahe Bubuk
Kamp. IPB“ terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Harga Variabel Cost


Harga Jumlah Harga
No Nama Barang Jumlah Satuan (Rp)
(Rp)
1. Jahe Gajah 100 kg 13.000 1.300.000

2. Plastik Kemasan 1 bungkus 26.000 26.000

Total 1.326.000

3. Biaya total
Biaya total = fix cost + variable cost
= Rp11.774.900 + Rp1.326.000
= Rp13.100.900
4. Biaya dan harga per kg
Dengan asumsi produksi dilakukan seminggu 6 kali produksi (1 bulan = 24 kali
produksi). Satu kali produksi menghasilkan 20 kg bubuk jahe (1 minggu = 120
kg, 1 bulan = 480 kg) maka :
-Biaya yang dibutuhkan perbulan
-Fix cost yang diperlukan perbulan
Tabel 5. Harga fix cost perbulan
Harga Total Harga (Rp)
No Nama Barang
Satuan (Rp)
1. Pisau 17.000 170.000 : 12 = 14.200

2. Talenan 12.000 120.000 : 12 = 10.000

3. Mesin Giling 3.200.000 3.200.000 : 12 = 266.700

4. Timbangan 199.900 199.900: 12 = 16.700

5. Wajan 30.000 210.000 : 12 = 17.500

6. Pengaduk Kayu 5000 35.000 : 12 = 2900

7. Kain Saring 15.000 75.000 : 12 = 6250

8. Nampan Alumuniun 30.000 600.000 : 12 = 50.000


9. Baskom 15.000 45.000 : 12 = 3.750

10. Ayakan 60 Mesh 40.000 400.000 : 12 = 33.350

11. Mesin Sealer 120.000 120.000 : 12 = 10.000

12. Oven 6.000.000 6.000.000 : 12 = 500.000

Biaya Tenaga Kerja 600.000


13. 600.000
(TK)
Total 1.531.350

Total biaya perbulan = fix cost perbulan + variable cost perbulan


= Rp1.531.350 + (Rp1.326.000 x 24)
= Rp33.355.350
Biaya per kg adalah biaya total produksi dalam 1 bulan : jumlah produk yang
dihasilkan perbulan
Biaya per kg = Rp3.355.350 : 480
= Rp69.490 per kg

5. Modal awal
Modal awal == fix cost perbulan + variable cost perbulan
= Rp1.531.350 + (Rp1.326.000 x 24)
= Rp33.355.350

6. Analisis Titik Imapas (Break Even Point)

BEP (Break Even Point) = total biaya produksi perbulan : jumlah


produksi
= Rp33.355.350 : 480
= Rp69.490 per kg
Harga per kg = Rp80.000
BEP produksi = Total biaya produksi : harga per kg
= Rp33.355.350 : Rp80.000
= 417 kg
Jadi, untuk mencapai titik impas harus terjual 417 kg bubuk jahe dengan harga
Rp80.000/kg

7. Analisis Keuntungan
Pendapatan per bulan = harga jual x jumlah produk terjual
= Rp80.000 x 480
= Rp38.400.000
Total biaya produksi perbulan = Rp33.355.350
Keuntungan = perndapatan perbulan – total biaya perbulan
= Rp38.400.000 - Rp33.355.350
= Rp5.044.650

Jadi, keuntungan yang diperoleh dari pernjualan 480kg bubuk jahe dalam
satu bulan adalah Rp5.044.650

8. Pengambalian dana usaha


Lama pengembalian dana modal dalam memproduksi produk ARM = total
biaya : laba per bulan
= Rp33.355.350 : Rp5.044.650
= 6,6 bulan ≈198 hari

Você também pode gostar