Você está na página 1de 16

Makalah Pemalas

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


“Isi sorangan blog”

Disusun Oleh:

Bimo Si Pemalas Otak Mesum 8938786876

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA MANDIRI BANDUNG

JURUSAN AKUNTANSI

2013/2014
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 3
C. Tujuan.......................................................................................................................................... 3
BAB II..................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 4
2.1 KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM ............................................................................... 4
1. Aqidah ......................................................................................................................................... 4
2. Syari’ah........................................................................................................................................ 5
3. Akhlaq ......................................................................................................................................... 6
4. Keterkaitan antara Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq ....................................................................... 6
2.2. Definisi dan Tujuan Dasar Dinul Islam ....................................................................................... 7
2.3. Unsur-unsur Ajaran Islam .......................................................................................................... 8
2.4. KEDUDUKAN AQIDAH DALAM ISLAM ........................................................................... 10
BAB. III ................................................................................................................................................ 15
PENUTUP ............................................................................................................................................ 15
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................................... 15
3.2. KRITIK DAN SARAN ............................................................................................................. 15

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga

makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak

terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan

baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun

menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih

banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 8 Desember 2016

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari
langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim ada 3, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam.
Ketiga agama ini mempunyai beberapa kesamaan dan perbedaan yang beberapa di antaranya
sangat mendasar. Yahudi adalah agama tribal/kesukuan yang hanya bisa dianut oleh bangsa
Yahudi.Agama ini tidak bisa disebarkan ke luar dari suku Yahudi. Oleh karena itu jumlahnya
tidak berkembang. Hanya sekitar 14 juta pemeluknya di seluruh dunia. Sementara agama
Nasrani dan Islam karena disebarkan ke seluruh manusia dipeluk oleh milyaran pengikutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Penjelasan Kerangka Dasar Ajaran Islam ?

2. Apa Tujuan Dinul Islam ?

3. Apa Unsur-unsur Ajaran Islam?

4. Bagaimana Fungsi dan Kedudukan Ajaran/Aqidah Islam ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan Definisi Dasar Ajaran Islam

2. Menjelaskan Definisi dan Tujuan Dasaar Dinul Islam

2. Menjelaskan Unsur-unsur Ajaran Islam

3. Mengetahui Fungsi dan Kedudukan Ajaran/Aqidah Islam

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM

Islam pada hakikatnya adalah aturan atau undang – undang Allah yang terdapat dalam
kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya yang meliputi perintah dan larangan serta petunjuk supaya
menjadi pedoman hidup dan kehidupan umat manusia guna kebahagiaannya di dunia dan
akhirat.

Secara umum aturan itu dibagi menjadi 3 hal pokok, yaitu Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq.

1. Aqidah
Aqidah adalah sistem keyakinan yang mendasari seluruh aktivitas muslim. Ajaran
Islam berisikan tentang apa saja yang mesti dipercayai, diyakini, dan diimani oleh setiap
muslim. Karena agama Islam bersumber kepada kepercayaan dan keimanan kepada Allah
swt, maka aqidah merupakan sistem kepercayaaan yang mengikat manusia kepada Islam.
Seorang manusia disebut muslim jika dengan penuh kesadaran dan ketulusan bersedia terikat
dengan sistem kepercayaan Islam. Karena itu, aqidah merupakan ikatan dan simpul dasar
dalam Islam yang pertama dan utama.

Aqidah dibangun atas 6 dasar keimanan yang lazim disebut Rukun Iman. Rukun iman
meliputi : iman kepada Allah swt, para malaikat, kitab – kitab, para Rasul, hari akhir, dan
Qodlo dan Qodar. Allah berfirman dalam QS.An-Nisa’, ayat 136 yang artinya “ Wahai orang
yang beriman, tetaplah beriman kepaada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang
diturunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya, hari Kemudian, maka sesungguhnya
orang itu telah sesat sejauh- jauhnya”.

Berdasarkan 6 fondasi tersebut, maka keterikatan setiap muslim yang semestinya ada
pada jiwa setiap muslim adalah :

Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir, mengandung syariat yang
menyempurnakan syariat – syariat yang diturunkan Allah sebelumnya.

4
Meyakini bahwa Islam adalah satu- satunya agama yang benar di sisi Allah. Islam dating
dengan membawa kebenarana yang bersifat absolute guna menjadi pedoman hidup dan
kehidupan manusia selaras dengan fitrahnya.

Meyakini bahwa Islam adalah agama yang universal serta berlaku untuk semua manusia
dalam segala lapisan masyarakat dan sesuai dengasn tuntutan budaya manusia.

2. Syari’ah
Komponen Islam yang kedua adalah syari’ah yang berisi peraturan dan perundang-
undangan yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan manusia. Syari’at adalah
sistem nilai yang merupakan inti ajaran Islam. Syari’ah aatau sistem nilai Islam yang
diciptakan oleh Allah sendiri. Dalam kaitan ini, Allah disebut Syaari atau pencipta hukum.

Sistem nilai Islam secara umum meliputi 2 bidang :

Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara vertikal dengan Allah (ibadah mahdah /
khusus). Disebut ibadah mahdah karena sifatnya yang khas dan sudah ditentukan secara pasti
oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh Allah. Dalam konteks ini, syari’at berisikan
ketentuan tentang tata cara peribadatan manusia kepada Allah, seperti kewajiban shalat,
puasa, zakat, haji.

Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara horizontal dengan sesama dan makhluk
lainnya ( mu’amalah ). Mu’amalah meliputi ketentuan perundang- undangan yang mengatur
segala aktivitas hidup manusia dalam pergaulan dengan sesamanya dan alam sekitarnya.

Adanya sistem mu’amalah ini membuktikan bahwa Islam tidak meninggalkan urusan dunia,
bahkan tidak pula melakukan pemisahan terhadap persoalan dunia maupuu akhirat. Bagi
Islam, ibadah yang diwajibkan Allah atas hambanya bukan sekedar bersifat formal belaka,
melainkan disuruhnya agar semua aktivitas hidup dijalankan manusia hendaknya bernilai
ibadah. Ajaran ini sesuai dengan ajaran Islam tentang tujuan diciptakannya manusia supaya
beribadah. Allah berfirman dalam QS. Az-Zarariyat, ayat 56

“ Dan tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya beribadah kepada- Ku “

Hubungan horizontal ini disebut pula dengan ibadah gairu mahdah / umum karena sifatnya
umum, di mana Allah atau Rasul-Nya tidak memerinci macam dan jenis perilakunya, tetapi
hanya memberikan prinsip dasarnya saja.

5
3. Akhlaq
Akhlaq merupakan komponen dasar Islam yang ketiga yang berisi ajaran tentang
perilaku atau sopan santun. Akhlaq maupun syari’ah pada dasarnya membahas perilaku
manusia, tetapi yang berbeda di antaranya adalah obyek materia. Syari’ah melihat perbuatan
manusia darin segi hukum yaitu : wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram. Sedangkan aklaq
melihat perbuatan manusia dari segi nilai / etika, yaitu perbuatan baik ataupun buruk.

Akhlaq merupakan sistematika Islam, sebagai sistem, akhlaq memiliki spektrum yang
luas, mulai sikap terhadap dirinya, orang lain, dan makhluk lain, serta terhadap Allah SWT.

4. Keterkaitan antara Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq

Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran
Islam. ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan.

Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen – elemen dasar


keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syari’ah
sebagai sistem nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sdangkan akhlaq
sebagai sistem etika menggambarkan arah dan tujuan yuang hendak dicapai agama. Oleh
karena itu, ketiga komponen tersebut seyogyanya terintegrasi dalam diri seorang muslim.
Integrasi ketiga komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat sebuah pohon. Akarnya adalah
aqidah, sementar batang, dahan, dan daunnya adalah syari’ah, sedangkan buahnya adalah
aqidah. Muslim yang baik adalah orang yang memiliki aqidah yang lurus dan kuat yang
mendorongnya untuk melaksanakan syari’ah yang hanya ditujukan kepada Allah sehingga
tergambar akhlaq yang terpuji, atas dasar hubungan itu, maka :

· Seseorang yang melakukan suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah , maka
orang itu termasuk dalam kategori kafir.
· Seseorang yang mengaku beraqidah, tetapi tidak mau melaksanakan syari’ah, maka orang
itu disebut fasik.
- Seseorang yang mengaku beraqidah dan melaksanakan syari’ah, tetapi dengan landasan
aqidah yang tidak lurus, maka orang itu disebut munafik.
- Seseorang yang melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi aqidah, maka
perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah
perbuatan yang sesuai dengan nilai- nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang
benar menurut Allah.

6
Perbuatan baik yang didorong oleh keimanan terhadap Allah sebagai wujud pelaksanaan
syari’ah disebut sebagai amal sholeh. Oleh karena itu, dala Al-Qur’an kata amal sholeh selalu
diawali dengan kata iman, antar lain dalam QS. An-Nur, ayat 55

2.2. Definisi dan Tujuan Dasar Dinul Islam

Dinul Islam menurut istilah agama Islam berarti sikap tunduk dan patuh kepada tata
aturan yang berasal dari Allah Swt yang diperuntukan untuk segenap manusia yang
disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw untuk memperoleh kesejahteraan dan
keselamatan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Firman Allah dalam surat Al-An’am ayat
153.

“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan
kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa

TUJUAN DINUL ISLAM

• Mengatur hubungan antara manusia dengan Allah

• Mengatur hubungan antara manusia dengan manusia

• Mengatur hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya / makhluk lain

KARAKTERISTIK DINUL ISLAM


• Islam sebagai agama fitrah

• Islam penyempurna agama lain

• Islam sebagai pedoman hidup

• Islam sebagai pendorong kemajuan

RUANG LINGKUP DINUL ISLAM


• IMAN (ada 6 Rukun Iman), kajian tentang akidah/prinsip keimanan ini melahirkan
disiplin ilmu Tauhid, ilmu akidah, Ilmu Ushuluddin dan Ilmu Kalam.

7
• ISLAM (ada 5 Rukun Islam), kajian tentang keislaman ini, melahirkan disiplin ilmu
syari’ah atau ilmu feqih.

• IHSAN (akhlak/etika), kajian tentang ihsan ini melahirkan disiplin ilmu tasawuf.

2.3. Unsur-unsur Ajaran Islam

Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama Islam dapat dijelaskan
sesuai hadist riwayat Muslim dibawah ini :

Dari Umar ra. juga dia berkata : “Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah s.a.w suatu hari
tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut
sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun
diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu
menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah s.a.w) seraya berkata: “Ya
Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah s.a.w, “Islam
adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa
Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa
Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata, “anda benar“.

Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya
lagi, “Beritahukan aku tentang Iman?“ Lalu beliau bersabda, “Engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman
kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia berkata, “anda benar“.
Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukan aku tentang ihsan ?“. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan
adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak
melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang
hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya “. Dia berkata, “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda, “Jika
seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan
dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan
bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau
(Rasulullah s.a.w) bertanya, “Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata, “Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada
kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian“. (HR. Muslim).

8
Hadits ini menerangkan pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan serta
memperhatikan isi Al Qur’an secara keseluruhan maka dapat dikembangkan bahwa pada
dasarnya sistematika dan pengelompokkan ajaran Islam secara garis besar adalah aqidah,
syariah dan akhlak.

Ditinjau dari ajarannya, Islam mengatur berbagai aspek kehidupan pada manusia yang
meliputi :

1. Hubungan manusia dengan Allah (Hablum Minallah).

Sesuai firman yang berbunyi :

”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku”.
(QS.51: 56)

2. Hubungan Manusia dengan Manusia (Hablum minan-Naas).

Sesuai firman yang berbunyi :

”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”. (QS.5:2).

3. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya/ lingkungan.

Sesuai firman yang berbunyi :

”Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmuran”.
(QS.11:61)

Vera Micheles Dean dalam bukunya ”The Nature of The Non Western World”, sebagaimana
dikutip Humaidi Tata Pangarsa; bahwa Islam meliputi empat unsur yaitu :

1. Islam is religion.

2. Islam is political system.

3. Islam is way of live.

4. Islam is interpretation of history

9
Dilihat secara parsial maka Dinul Islam dapat dibedakan kepada :

1. Iqlimiyah Al-Islam

Adanya ajaran – ajaran Islam yang berbeda dalam satu iklam (wilayah) dengan wilayah
lainnya sebagai akibat perbedaan situasi dan kondisi.

2. Alqawa’id Al-Hikmah

Ajaran Islam yang memiliki kontek keberlakuan akidah secara mendunia sepanjang masa.

2.4. KEDUDUKAN AQIDAH DALAM ISLAM

1. Pengertian Aqidah

Aqidah secara bahasa berasal dari kata ( ‫ )عقد‬yang berarti ikatan. Secara istilah adalah
keyakinan hati atas sesuatu. Kata ‘aqidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang
terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada
istilah aqidah Islam, aqidah nasrani; ada aqidah yang benar atau lurus dan ada aqidah yang
sesat atau menyimpang.

Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas sesuatu
yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir baik dan buruk. Hal
ini didasarkan kepada Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Shahabat
Umar bin Khathab r.a. yang dikenal dengan ‘Hadits Jibril’.

1. Kedudukan Aqidah dalam Islam

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan,
aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq,
adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu
bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar
menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur
berantakan.

Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya
suatu amal. Allah swt berfirman,

10
َ ُ‫أَ َحداا َر ِِّب ِه ِِ ِب ِع َبادَة َوالَيُش ِرك‬.
‫صا ِل احا َع َملا فَل َيع َمل َر ِِّب ِه ِلقَآ َء َير ُجوا َكانَ فَ َمن‬

Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka
hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)

Allah swt juga berfirman,

‫ى َولَقَد‬ ِ ُ ‫ط َّن أَش َركتَ لَئِن قَبلِكَ ِمن الَّذِينَ َوإِلَى إِلَيكَ أ‬
َ ‫وح‬ َ َ‫الخَا ِس ِرينَ ِ ِّمنَ َولَتَ ُكون ََّن لُكَ َِ َعم لَيَحب‬.

Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu,
bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur,
dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)

Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan
dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah saw
berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-
nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang
lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan
minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu
kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau
landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran
dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih
singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita
mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.

SUMBER, METODE DAN CARA PENGAMBILAN AQIDAH ISLAM

1. Sumber-sumber Aqidah Islam

A Pengertian Aqidah

Aqidah secara bahasa berasal dari kata ( ‫ )عقد‬yang berarti ikatan. Secara istilah adalah
keyakinan hati atas sesuatu. Kata ‘aqidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang
terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada
istilah aqidah Islam, aqidah nasrani; ada aqidah yang benar atau lurus dan ada aqidah yang
sesat atau menyimpang.

11
Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas sesuatu
yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir baik dan buruk. Hal
ini didasarkan kepada Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Shahabat
Umar bin Khathab r.a. yang dikenal dengan ‘Hadits Jibril’.

Kedudukan Aqidah dalam Islam

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan,
aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq,
adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu
bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar
menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur
berantakan.

Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya
suatu amal. Allah swt berfirman,

َ ُ‫أَ َحداا َربِِّ ِه ِِبِ ِعبَادَة َوالَيُش ِرك‬.


‫صا ِل احا َع َملا فَليَع َمل َربِِّ ِه ِلقَآ َء يَر ُجوا َكانَ فَ َمن‬

Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka
hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)

Allah swt juga berfirman,

‫ى َولَقَد‬ ِ ُ ‫ط َّن أَش َركتَ لَئِن قَبلِكَ ِمن الَّذِينَ َو ِإلَى ِإلَيكَ أ‬
َ ‫وح‬ َ َ‫الخَا ِس ِرينَ ِ ِّمنَ َولَتَ ُكون ََّن لُكَ َِ َعم لَيَحب‬.

Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu,
bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur,
dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)

Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan
dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah saw
berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-
nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang
lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan
minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu

12
kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau
landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran
dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih
singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita
mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.

Sumber-sumber Aqidah Islam

Aqidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran yang hanya dapat
ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka, sumber ajaran aqidah Islam
adalah terbatas pada al-Quran dan Sunnah saja. Karena, tidak ada yang lebih tahu tentang
Allah kecuali Allah itu sendiri, dan tidak ada yang lebih tahu tentang Allah, setelah Allah
sendiri, kecuali Rasulullah saw.

Metode Memahami Aqidah Islam dari Sumber-sumbernya Menurut Para Shahabat

Generasi para shahabat adalah generasi yang dinyatakan oleh Rasululah sebagai generasi
terbaik kaum muslimin. Kebaikan mereka terletak pada pemahaman dan sekaligus
pengamalannya atas ajaran-ajaran Islam secara benar dan kaffah. Hal ini tidak
mengherankan, karena mereka adalah generasi awal yang menyaksikan langsung turunnya
wahyu, dan mereka mendapat pengajaran dan pendidikan langsung dari Rasulullah saw.
Setelah generasi shahabat, kualifikasi atau derajat kebaikan itu diikuti secara berurutan oleh
generasi berikutnya dari kalangan tabi’in, dan selanjutnya diikuti oleh generasi tabi’ut tabi’in.
Tiga generasi inilah yang secara umum disebut sebagai generasi salaf. Rasulullah bersabda
tentang mereka,

ِ َّ‫… َيلُونَ ُهم الَّذِينَ ث ُ َّم َيلُونَ ُهم الَّذِينَ ث ُ َّم قَر ِني الن‬
‫اس خَي ُر‬

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah generasi pada masaku, lalu generasi berikutnya, lalu
generasi berikutnya…” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Generasi salaf yang shalih (al-salaf al-shalih) mengambil pemahaman aqidah dari al-Quran
dan sunnah dengan metode mengimani atau meyakini semua yang diinformasikan
(ditunjukkan) oleh kedua sumber tersebut. Dan apa saja yang tidak terdapat dapat dalam
kedua sumber itu, mereka meniadakan dan menolaknya. Mereka mencukupkan diri dengan
kedua sumber tersebut dalam menetapkan atau meniadakan suatu pemahaman yang menjadi
dasar aqidah atau keyakinan.

13
Dengan metode di atas, maka para shahabat, dan generasi berikutnya yang mengikuti mereka
dangan baik (ihsan), mereka beraqidah dengan aqidah yang sama. Di kalangan mereka tidak
terjadi perselisihan dalam masalah aqidah. Kalau pun ada perbedaan, maka perbedaan di
kalangan mereka hanyalah dalam masalah hukum yang bersifat cabang (furu’iyyah) saja,
bukan dalam masalah-masalah yang pokok (ushuliyyah). Seperti ini pula keadaan yang
terjadi di kalangan para imam madzhab yang empat, yaitu Imam Abu Hanifah (th. 699-767
M), Imam Malik (tahun 712-797), Imam Syafi’i (tahun 767-820), dan Imam Ahmad (tahun
780-855 M).

Karena itulah, maka mereka dipersaksikan oleh Rasulullah saw sebagai golongan yang
selamat, sebagaimana sabda beliau,

‫ قَا َل‬: ‫َوأَص َحابِى َعلَي ِه أَنَا َما‬

Artinya: “Mereka (golongan yang selamat) adalah orang-orang yang berada di atas suatu
prinsip seperti halnya saya dan para shahabat saya telah berjalan di atasnya.” (H.R. Tirmidzi)

14
BAB. III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

A. Rangka ajaran islam

- Aqidah

- Syariah

- Akhlaq

B. Unsur-unsur ajaran islam

- Hubungan manusia dengan Allah (Hablum Minallah).

- Hubungan Manusia dengan Manusia (Hablum minan-Naas).

- Hubungan manusia dengan makhluk lainnya/ lingkungan.

C. Kedudukan aqidah dalam islam

Merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan
rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
hari akhir, serta taqdir baik dan buruk.

3.2. KRITIK DAN SARAN


Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan - kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

15

Você também pode gostar