Você está na página 1de 11

Artikel mengenai PSAK 24 Imbalan Kerja

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“Akuntansi Keuangan Menengah II”

Disusun Oleh:

Dikdik Maulana 0117124

POLITEKNIK PRAKTISI BANDUNG

JURUSAN AKUNTANSI

2017
Dewan Standar Akutansi Keuangan (DSAK), yang berada di bawah organisasi
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), merupakan dewan yang mengeluarkan standar akuntansi
keuangan di Indonesia. Mereka mengeluarkan buku panduan untuk penerapan standar
akuntansi keuangan yang disebut dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK).
Penerapan PSAK Nomor 24 (PSAK 24) dirasa paling sulit penerapannya oleh
orang-orang yang bekerja di bagian accounting dan finance di satu perusahaan. PSAK 24
ini mengatur pernyataan akuntansi tentang imbalan kerja di perusahaan. PSAK 24 revisi
2013 sudah diterbitkan dan akan berlaku efektif mulai tahun 2015. Perubahan tersebut
mempengaruhi pengukuran, penyajian dan pengungkapan imbalan pascakerja.
Perusahaan harus menghitung ulang liabilitas imbalan pascakerja berdasarkan standar
baru. Dampak perubahan ini akan mempengaruhi penyajian nilai ekuitas dan
liabilitas dalam laporan posisi keuangan. Ketentuan pengungkapan lebih banyak dan
lebih lengkap sehingga pengguna dapat lebih mudah menilai imbalan manfaat pasti.
PSAK 24 revisi 2013 telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan pada 1 Desember 2013. PSAK baru ini merivisi PSAK 24 revisi 2010. Sejak
tahun 1994 dengan nama PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun, PSAK ini telah
berubah 3 kali yaitu tahun 2006, 2010 dan terakhir 2013. Perubahan PSAK 24 dilakukan
karena terjadi perubahan dan revisi atas IAS 19 Employee Benefit. Sebagai konsekuensi,
Indonesia mengadopsi IFRS, maka setiap terjadi perubahan IFRS/IAS akan dilakukan
perubahan terhadap PSAK terkait. Terdapat dua perbedaan IAS 19 dengan PSAK 24
yaitu tentang tanggal efektif dengan meniadakan penerapan dini dan tentang
amandemen penghilangan paragrap IAS19. Penghilangan penerapan dini dihilangkan
untuk menjaga keselarasan dengan PSAK lain yang terkena dampak. Untuk
perbedaan kedua tidak diadopsi karena tidak relevan dengan PSAK.

Cakupan dari PSAK 24


Secara umum PSAK 24 adalah mengatur pernyataan akuntansi tentang imbalan
kerja di perusahaan. Latar belakang Penerapan PSAK 24 tentang Imbalan Kerja adalah
Undang-Undang Ketenagakerjaan (UUK) Nomor 13 Tahun 2003 mengatur secara umum
mengenai tatacara pemberian imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari imbalan istirahat
panjang sampai dengan imbalan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).Imbalan-imbalan di
UUK tersebut dapat diatur lebih lanjut di Peraturan Perusaaan (PP) atau di Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) antara Perusahaan dan Serikat Pekerja dan tentu saja merujuk kepada
ketentuan di UUK.
Pemberlakuan UUK ini mengakibatkan perusahaan akan dibebani dengan jumlah
pembayaran pesangon yang tinggi terutama untuk perusahaan yang memiliki jumlah
karyawan ribuan orang. Untuk mengantisipasi kemungkinan terganggunya cash flow
perusahaan akibat dari ketentuan dalam UU No. 13 tahun 2003 tersebut, maka PSAK No.
24 mengharuskan perusahaan untuk membukukan pencadangan atas kewajiban
pembayaran pesangon/imbalan kerja dalam laporan keuangannya. Pernyataan ini
mengharuskan pemberi kerja (entitas) untuk mengakui:

 Liabilitas, jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalah
kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan
 Beban, jika entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang
diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.

Pengertian Imbalan Kerja


Imbalan kerja (employee benefits) adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan
suatu entitas dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk pemutusan
kontrak kerja.
Jika dilihat dari jenis imbalan kerja yang termasuk kedalam definisi imbalan kerja
di PSAK-24 adalah sebagai berikut:

1. Imbalan Kerja Jangka Pendek: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya kurang
dari 12 bulan. Contoh dari Imbalan Kerja Jangka Pendek ini adalah; Gaji, iuran
Jaminan Sosial, cuti tahunan, cuti sakit, bagi laba dan bonus (jika terutang dalam
waktu 12 bulan pada periode akhir pelaporan), dan imbalan yang tidak berbentuk
uang (imbalan kesehatan, rumah, mobil, barang dan jasa yang diberikan secara
cuma-cuma atau memalui subsidi).
2. Imbalan Pasca Kerja: Yaitu imbalan kerja yang diterima pekerja setelah pekerja
sudah tidak aktif lagi bekerja. Contoh dari Imbalan Pasca Kerja ini adalah : Imbalan
Pensiun, Imbalan asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca kerja. Jika
dikaitkan dengan penjelasan diawal tulisan ini, imbalan pasca kerja yang tercantum
di perundangan ketenagakerjaan adalah; Imbalan Pensiun, Meninggal Dunia,
Disability/cacat/medical unfit dan mengundurkan diri.
3. Imbalan Kerja Jangka Panjang: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya lebih
dari 12 bulan. Contoh dari Imbalan Jangka Panjang ini adalah: Cuti besar/cuti
panjang, penghargaan masa kerja (jubilee) berupa sejumlah uang atau berupa
pin/cincin terbuat dari emas dan lain-lain.

4. Imbalan Pemutusan Kontrak Kerja (PKK): Yaitu imbalan kerja yang diberikan
karena perusahan berkomitmen untuk: (1) Memberhentikan seorang atau lebih
pekerja sebelum mencapai usia pensiun normal, atau (2) Menawarkan pesangon
PHK untuk pekerja yang menerima penawaran pengunduran diri secara sukarela
(golden shake hand). Imbalan ini dimasukan kedalam pernyataan PSAK-24, jika
dan hanya jika perusahaan sudah memiliki rencana secara jelas dan detail untuk
melakukan PKK dan kecil kemungkinan untuk membatalkannya.

Salah satu ketentuan di UUK adalah mengenai imbalan pasca kerja, yaitu imbalan
yang harus diberikan perusahaan kepada karyawan ketika karyawan sudah berhenti bekerja
(pasca kerja=setelah kerja). Imbalan-imbalan Pasca Kerja tersebut secara akuntansi harus
di cadangkan dari saat ini, karena imbalan-imbalan pasca kerja tersebut termasuk ke dalam
salah satu konsep akutansi yaitu accrual basis. Ada 4 (empat) imbalan pasca kerja yang
dihitung untuk di cadangkan dalam PSAK-24, yaitu:

1. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Pensiun;


2. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan/Cacat;

3. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Meninggal Dunia;

4. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Mengundurkan Diri.

Keempat imbalan kerja di atas harus dihitung oleh perusahaan, karena ke-empat imbalan
kerja tersebut termasuk dalam prinsip akutansi imbalan kerja yaitu on going concern
(berkelanjutan). Alasan kenapa perusahaan harus menerapkan PSAK-24 adalah:

1. Adanya prinsip akutansi accrual basis. Penerapan PSAK-24 pada perusahaan


adalah sesuai prinsip akutansi accrual basis, yaitu perusahaan harus mempersiapkan
(mencadangkan/mengakui) utang (liability), untuk imbalan yang akan jatuh tempo
nanti.
2. Tidak ada kewajiban yang tersembunyi. Artinya jika didalam laporan keuangan
tidak ada account untuk imbalan pasca kerja (melalui PSAK 24), maka secara tidak
langsung perusahaan sebenarnya “menyembunyikan” kewajiban untuk imbalan
pasca kerja.

3. Berkaitan dengan arus kas, jika ada karyawan yang keluar karena pensiun dan
perusahaan memberikan manfaat pesangon pensiun kepada karyawan tersebut,
maka pada periode berjalan perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang
mengurangi laba perusahaan. Jika dari awal perusahaan sudah mencadangkan
imbalan pensiun ini (imbalan pasca kerja), maka imbalan pensiun yang dibayarkan
tersebut tidak akan secara langsung mengurangi laba, akan tetapi akan mengurangi
pencadangan/accrual/kewajiban atas imbalan pasca kerja yang telah di catatkan
perusahaan di laporan keuangan.

Perkembangan PSAK-24 Imbalan Kerja.


PSAK-24 telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangannya. Pada
awalnya PSAK-24 mengatur mengenai akuntansi biaya manfaat pensiun. PSAK-24
dengan ruang lingkup ini di disahkan tanggal 7 September 1994. Jika dibandingkan dengan
PSAK24 (Revisi 2004), PSAK-24 versi tahun 1994 ini cakupannya lebih sempit, yaitu
hanya mengatur mengenai akuntansi dari akuntansi biaya manfaat pensiun. Sebagai
penekanan, PSAK-24 versi ini bukan mengatur mengenai dana pensiun, karena PSAK
yang mengatur mengenai akuntansi dana pensiun diatur dalam PSAK tersendiri, yaitu
PSAK-18 tentang akuntansi dana pensiun.
Didalam perkembangannya, pada tanggal 24 Juni 2004 PSAK-24 telah berubah
menjadi PSAK-24 Revisi tahun 2004 (PSAK-24 R2004). Berbeda dari versi sebelumnya,
PSAK-24 R2004 ini memiliki cakupan yang lebih luas, tidak hanya mengatur mengenai
manfaat pensiun, akan tetapi mengatur semua imbalan kerja yang berlaku di perusahaan.
Setelah 10 tahun berlalu, pada tahun 2010 DSAK-IAI mengeluarkan PSAK-24
versi terbaru, yaitu PSAK-24 Revisi 2010 (PSAK-24 R2010). PSAK-24 terbaru ini mulai
berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012.
Pada tahun 2013 DSAK-IAI mengeluarkan PSAK-24 versi terbaru, yaitu PSAK-24
Revisi 2013. PSAK-24 terbaru ini mulai berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015. Pemberlakuan dini tidak dianjurkan.
Keterkaitan Profesi Auditor (Kantor Akuntan Publik) dengan PSAK 24
Pihak yang terkait dalam proses perhitungan beban imbalan kerja PSAK 24 adalah
auditor, terutama eksternal auditor (Kantor Akuntan Publik-KAP). Seperti yang telah
diketahui setiap perusahaan akan menyusun laporan keuangan di akhir tahun buku, maka
pihak KAP akan melakukan audit diperusahaan. Pada proses audit tersebut lah hasil
laporan PSAK 24 yang telah dihitung akan di cek validasi nya. Apakah sudah sesuai
dengan PSAK 24 yang di keluarkan oleh DSAK-IAI atau belum. Terkadang auditor juga
melakukan cross check terhadap hasil perhitungan dengan meminta contoh perhitungan.
Penerapan PSAK 24 dianjurkan kepada perusahaan, jika tidak diterapkan, maka
auditor akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian PSAK 24. Artinya, semua
akun di laporan keuangan adalah wajar, bebas dari salah saji material, kecuali salah satu
akun sehubungan dengan PSAK 24, karena perusahaan tidak mengikuti Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia. Apa yang dilakukan auditor sudah sesuai
dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Penerapan dari PSAK-24 mengacu kepada keadaan on going concern, untuk
mengukur beban imbalan kerja secara on going concern, terdapat faktor-faktor yang tidak
pasti (uncertainty). Jika dikaitkan dengan imbalan pasca kerja ; Pensiun, meninggal dunia,
disability dan mengundurkan diri, maka dapat di contohkan faktor yang tidak pasti tersebut
adalah:

 Apakah semua karyawan di satu perusahaan akan tetap bekerja sampai dengan usia
pensiun?
 Dalam rentang usia seorang pekerja, pasti ada kemungkinan-kemungkinan
meninggal dunia, sakit berkepanjangan atau cacat. Berapakah besarnya peluang
dari kemungkinan-kemungkinan tersebut?

 Dalam dunia kerja sudah menjadi hal yang lumrah pekerja mengundurkan diri,
untuk menghitung kemungkinan beban imbalan pasca kerja dari mengundurkan diri
. Berapa besar kemungkinan pekerja mengundurkan diri?

 Berapakah gaji seorang pekerja ketika memasuki usia pensiun?

 Dan faktor-faktor lainnya yang tidak pasti.

Dalam PSAK-24 telah diatur tata cara perhitungan beban imbalan kerja yang
terdapat unsur ketidakpastian yaitu dengan menggunakan ilmu pengetahuan bernama
aktuaria. Aktuaria adalah suatu ilmu pengetahuan yang merupakan kombinasi dari ilmu
statistik, matematika dan ekonomi yang digunakan untuk memperkirakan suatu nilai
dengan data dan asumsi yang telah ditentukan.
Di Indonesia, perngungkapan imbalan kerja PSAK-24 biasanya dihitung oleh
seorang aktuaris yang bekerja di konsultan aktuaria, yaitu konsultan yang melakukan
konsultasi dalam bidang aktuaria. Di PSAK-24 tidak disebutkan keharusan menggunakan
jasa konsultan aktuaria untuk menentukan beban imbalan kerja. Namun, akan lebih baik
jika perusahaan meminta jasa konsultan aktuaria untuk menghitung beban imbalan kerja,
kerena:

1. Professionalisme: Konsultan aktuaria merupakan konsultan yang sudah ahli


dibidangnya, untuk itu mereka sudah pasti lebih berpengalaman dalam
menghitungan beban untuk imbalan kerja PSAK-24 ini.
2. Independensi: Konsultan aktuaria merupakan pihak diluar perusahaan, jadi mereka
akan lebih independen dalam menghitung beban imbalan kerja di perusahaan.
Independensi ini juga yang seringkali di minta oleh pihak auditor external ketika
mereka melakukan audit di satu perusahaan.

3. Efisiensi: dengan menyerahkan proses perhitungan beban imbalan kerja sesuai


PSAK-24 maka proses audit keuangan akan lebih efisien, karena perusahaan tidak
perlu dibuat rumit dengan perhitungan-perhitungan yang kompleks.

Dampak Perubahan Psak 24 Revisi 2013 Terhadap Perusahaan


Terdapat tiga perubahan pokok dalam PSAK 24 revisi 2014 yaitu cara
perhitungan beban pensiun, pengakuan keuntungan dan kerugian aktuaria serta
pengkungkapan. Perubahan tersebut akan mempengaruhi secara signifikan nilai kewajiban
imbalan pascakerja yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Pengakuan keuntungan
dan kerugian aktuaria sebagai komponen pendapatan komprehensif secara signifikan
akan mempengaruhi total ekuitas perusahaan. Pengungkapan dibuat lebih komprehensif
dengan menjelaskan karakteristik, jumlah yang timbul dari program dalam laporan
keuangan dan analisis sensitifitas atas program imbalan pasti.
Beban pensiun yang akan diakui dalam laba rugi menurut PSAK 24 revisi 2013
dihitung dari beban jasa kini, jasa lalu, keuntungan dan kerugian penyelesaian dan bunga
neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto. Dalam PSAK revisi 2010 komponen beban
pensiun adalah biaya jasa kini, biaya jasa lalu, amortisasi keuntungan atau kerugian
aktuaria (jika melebihi koridor), bunga dan hasil yang diharapkan dari aset program,
serta dampak dari kurtailmen atau penyelesaian program. Ada dua hal yang hilang dari
PSAK 24 revisi 2010 yaitu amortisasi keuntungan atau kerugian aktuaria dan hasil yang
diharapkan dari aset program.
Bunga atas liabilitas manfaat pasti akan diimbangi dengan estimasi hasil investasi dari
aset
program. Pada PSAK 24 revisi 2010 keduanya dihitung secara terpisah. Untuk
bunga menggunakan tingkat suku bunga surat utang berkualitas baik sedangkan untuk hasil
investasi menggunakan estimasi hasil investasi atas aset program. Pada PSAK 24 revisi
2013, bunga neto dihitung dengan mengalikan liabilitas (aset) inbalan pasti neto dengan
tingkat diskonto. Hasil investasi dan beban bunga dihitung dengan menggunakan satu
tingkat diskonto yaitu suku bunga surat utang yang berkualitas baik. Sehingga beban
bunga akan dihitung dari tingkat diskonto dikalikan nilai liabilitas imbalan pasti. Hasil
investasi dihitung dengan tingkat diskonto dikalikan dengan aset imbalan pasti. Sehingga
dampaknya terhadap beban pension akan timbul beban bunga neto yaitu diskonto
dikalikan dengan nilai neto liabilitas atau asset imbalan pasti.
Penggunaan satu tingkat diskonto mengurangi ketidakpastian estimasi hasil
invesasi. Potensi penggunaan nilai estimasi yang bias untuk memenuhi tujuan pelaporan
oleh manajemen dapat dihindari dengan penggunaan satu tingkat diskonto. Untuk
menghindari beban imbalan kerja manajemen dapat meningkatkan nilai estimasi hasil
investasi. Penggunaan bunga neto akan menjadikan beban bunga dan hasil investasi
dipandang sebagai satu kesatuan portfolio
investasi.
Perubahan kedua yang berdampak signifikan adalah pengakuan kerugian atau
keuntungan aktuarial sebagai komponen penghasilan komprehensif lainnya. Dalam
PSAK revisi 2010, keuntungan dan kerugian aktuarial sampai pada batas koridor akan
diakui menambah atau mengurangi liabilitas imbalan kerja. Nilai di atas koridor akan
diamortisasi selama rata-rata sisa masa kerja karyawan dan diakui sebagai komponen
beban pensiun dalam laporan laba rugi. Koridor yang digunakan adalah sepuluh persen
dari nilai liabilitas atau aset imbalan pasti mana yang lebih tinggi. Dampak dari perubahan
tersebut akan mempengaruhi beban pensiun dalam laba rugi karena dalam laba rugi, tidak
ada komponen amortisasi keuntungan dan kerugian aktuaria. Jika perusahaan memiliki
keuntungan aktuaria amortisasi keuntungan aktuaria akan berdampak mengurangi biaya
pensiun. Cara perhitungan bunga dengan menggunakan bunga netto juga mengurangi
kompleksitas penghitungan beban pensiun.
Beban pensiun terdiri dari biaya jasa kini, biaya jasa lalu (jika ada) ditambah bunga
netto dan atas penyelesaian. Nilai liabilitas imbalan kerja akan berubah karena
keuntungan dan kerugian aktuaria yang semula disajikan sebagai komponen penentu
nilai liabilitas imbalan pasti sekarang disajikan sebagai komponen ekuitas. Sebagai
contoh perusahaan memiliki liabilitas imbalan pasti 30.000, aset program imbalan
pasti 24.000 keuntungan aktuaria sebesar 2.000. Dengan menggunakan PSAK 24 revisi
2010, liabilitas imbalan pasti akan disajikan sebesar 30.000 – 24.000 + 2.000 = 8.000.
Berdasarkan PSAK 24 revisi 2013, nilai liabilitas imbalan pasti sebesar 6.000 dan
penghasilan komprehensif lain – keuntungan aktuaria sebesar 2.000. Terjadi
pengurangan liabilitas manfaat pasti sebesar 2.000 dan kenaikan ekuitas sebesar
2.000.
Secara total aset tidak berdampak namun akan mempengaruhi komposisi
liabilitas dan ekuitas. Dampak tersebut akan terbalik jika perusahaan memiliki
kerugiaan aktuaria yaitu terjadi peningkatan liabilitas dan pengurangan ekuitas. Untuk
perusahaan yang memiliki saldo keuntungan aktuaria, perubahan PSAK 24 akan
meningkatkan ekuitas perusahaan dan mengurangi liabilitas. Dampak ini akan
meningkatkan solvabilitas perusahaan karena jumlah utang yang semakin sedikit dan
ekuitas yang semakin besar. Sebaliknya untuk perusahaan yang memiliki saldo kerugian
aktuaria PSAK 24 revisi 2013 akan berdampak pada peningkatan liabilitas dan
pengurangan ekuitas. Tingkat solvabilitas perusahaan akan semakin menurun karena
ekuitas yang semakin berkurang. Namun untuk rasio efisiensi return on equity justru
terlihat perusahaan semakin efisien karena ekuitas yang berkurang. Dampak perubahan
ini harus hati-hati dalam menganalisis laporan keuangan tahun 2015 nanti. Perubahan ini
dapat juga dilihat relevansinya terhadap pengambilan keputusan investor di pasar
modal. Perlu dilakukan kajian apakah investor terpengaruh dalam menentukan
keputusan investasi dengan perubahan PSAK 24 ini.

Perubahan signifikan juga terjadi pada pengungkapan, dengan menambahkan


informasi pengungkapan yang lebih banyak dan lengkap. Pengungkapan yang
ditambahkan adalah risiko yang timbul dari program imbalan pasti. Dalam
pengungkapan dirinci karakteristik progam imbalan pasti dan risiko terkait. Informasi
yang diungkapkan meliputi karakteristik imbalan pasti, eksposur risiko program terhadap
entitas dan deskripsi lainnya. Entitas juga harus mengungkapkan rekonsiliasi saldo awal
dan sldo akhir dari liablitas (aset) imbalan dengan menunjukkan rekonsiliasi terpisah
atas aset program, nilai kini kewajiban imbalan pasti, dampak batas atas aset serta
hak penggantian. Entitas juga harus melakukan pemisahan nilai wajar aset program
berdasarkan sifat dan risiko sesuai dengan PSAK 68 : Nilai Wajar. Entitas juga harus
menyajikan dampak atas jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas masa dengan
pengungkapan tersebut berisikan analisis sensitivitas atas asumsi aktuaria, metode dan
asumsi yang digunakan dalam analisis, perubahan dari periode sebelumnya, deskripsi
strategi untuk memadankan aset dan liabilitas, deskripsi setiap pengaturan dan
kebijakan pendanaan, iuran dan informasi mengenai porfil jatuh tempo kewajiban.
Revisi lain juga dilakukan untuk definisi imbalan kerja jangka pendek. Sebelum
perubahan definisinya adalah imbalan kerja yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas
bulan setelah akhir pelaporan, dirubah menjadi imbalan yang diharapkan akan
diselesaikan seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan.
Dalam definisi tersebut memasukan unsur intensi dengan menambahkan diharapkan.
Perubahan lainnya juga terjadi pada pesangon, definisi penyelesaian program, akuntansi
untuk pajak terutang program dan akuntansi untuk biaya administrasi.
Revisi PSAK 24 akan berdampak pada reklasifikasi dan penyajian sehingga
perusahaan harus menerapkannya secara retrospektif dengan menggunakan metode
baru. Dalam transisi disebutkan bahwa PSAK ini berlaku secara retrospektif, kecuali
untuk penyesuaian nilai asset dan analisis sensitivitas. Akibat perubahan ini perusahaan
akan menyajikan laporan posisi keuangan tiga tahun komparatif yaitu tahun 2015,
komparasi tahun 2014 dan awal periode 2014.
Contoh kasus pada PT PLN (PERSERO) akibat penerapan PSAK 24 revisi 2013
yang diberlakukan mulai pada 1 Januari 2015 ini, laporan keuangan tahun 2013 dan 2014
disajikan kembali, hal ini terkait dengan imbalan kerja yang menyebabkan perusahaan
merubah kebijakan pengakuan keuntungan atau kerugian aktuaria yang sebelumnya
menggunakan pendekatan koridor (corridor approach) menjadi pendekatan pendapatan
komprehensif lain (OCI/Other Comprehensive Income), dengan perubahan ini keuntungan
atau kerugian aktuaria yang sebelumnya diamortisasi (atas jumlah diatas koridor) menjadi
diakui seluruhnya pada OCI tahun berjalan.

Daftar Pustaka

http://keuanganlsm.com/psak-24-mengenai-imbalan-kerja/#sthash.n1Znv0Nn.dpuf.
http://imbalankerja.com/index.php/2012/6fakta-yang-wajib-anda-ketahui-tentang-psak24-
imbalan-kerja/

https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2014/11/DAMPAK-PERUBAHAN-PSAK-24-
REVISI-2013-spa.pdf

https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/PSAK-24-Imbalan-Kerja-IAS-19-
Employee-Benefit-240911.pdf

http://www.padmaaktuaria.com/uploads/downloadfiles/2014-09-16-50_1_Update-
PSAK_24-Imbalan%28paska%29Kerja-dampak.pdf

https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED_PSAK_24_2013-2013-JULI-23.pdf

Você também pode gostar