Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh:
JURUSAN AKUNTANSI
2017
Dewan Standar Akutansi Keuangan (DSAK), yang berada di bawah organisasi
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), merupakan dewan yang mengeluarkan standar akuntansi
keuangan di Indonesia. Mereka mengeluarkan buku panduan untuk penerapan standar
akuntansi keuangan yang disebut dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK).
Penerapan PSAK Nomor 24 (PSAK 24) dirasa paling sulit penerapannya oleh
orang-orang yang bekerja di bagian accounting dan finance di satu perusahaan. PSAK 24
ini mengatur pernyataan akuntansi tentang imbalan kerja di perusahaan. PSAK 24 revisi
2013 sudah diterbitkan dan akan berlaku efektif mulai tahun 2015. Perubahan tersebut
mempengaruhi pengukuran, penyajian dan pengungkapan imbalan pascakerja.
Perusahaan harus menghitung ulang liabilitas imbalan pascakerja berdasarkan standar
baru. Dampak perubahan ini akan mempengaruhi penyajian nilai ekuitas dan
liabilitas dalam laporan posisi keuangan. Ketentuan pengungkapan lebih banyak dan
lebih lengkap sehingga pengguna dapat lebih mudah menilai imbalan manfaat pasti.
PSAK 24 revisi 2013 telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan pada 1 Desember 2013. PSAK baru ini merivisi PSAK 24 revisi 2010. Sejak
tahun 1994 dengan nama PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun, PSAK ini telah
berubah 3 kali yaitu tahun 2006, 2010 dan terakhir 2013. Perubahan PSAK 24 dilakukan
karena terjadi perubahan dan revisi atas IAS 19 Employee Benefit. Sebagai konsekuensi,
Indonesia mengadopsi IFRS, maka setiap terjadi perubahan IFRS/IAS akan dilakukan
perubahan terhadap PSAK terkait. Terdapat dua perbedaan IAS 19 dengan PSAK 24
yaitu tentang tanggal efektif dengan meniadakan penerapan dini dan tentang
amandemen penghilangan paragrap IAS19. Penghilangan penerapan dini dihilangkan
untuk menjaga keselarasan dengan PSAK lain yang terkena dampak. Untuk
perbedaan kedua tidak diadopsi karena tidak relevan dengan PSAK.
Liabilitas, jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalah
kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan
Beban, jika entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang
diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.
1. Imbalan Kerja Jangka Pendek: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya kurang
dari 12 bulan. Contoh dari Imbalan Kerja Jangka Pendek ini adalah; Gaji, iuran
Jaminan Sosial, cuti tahunan, cuti sakit, bagi laba dan bonus (jika terutang dalam
waktu 12 bulan pada periode akhir pelaporan), dan imbalan yang tidak berbentuk
uang (imbalan kesehatan, rumah, mobil, barang dan jasa yang diberikan secara
cuma-cuma atau memalui subsidi).
2. Imbalan Pasca Kerja: Yaitu imbalan kerja yang diterima pekerja setelah pekerja
sudah tidak aktif lagi bekerja. Contoh dari Imbalan Pasca Kerja ini adalah : Imbalan
Pensiun, Imbalan asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca kerja. Jika
dikaitkan dengan penjelasan diawal tulisan ini, imbalan pasca kerja yang tercantum
di perundangan ketenagakerjaan adalah; Imbalan Pensiun, Meninggal Dunia,
Disability/cacat/medical unfit dan mengundurkan diri.
3. Imbalan Kerja Jangka Panjang: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya lebih
dari 12 bulan. Contoh dari Imbalan Jangka Panjang ini adalah: Cuti besar/cuti
panjang, penghargaan masa kerja (jubilee) berupa sejumlah uang atau berupa
pin/cincin terbuat dari emas dan lain-lain.
4. Imbalan Pemutusan Kontrak Kerja (PKK): Yaitu imbalan kerja yang diberikan
karena perusahan berkomitmen untuk: (1) Memberhentikan seorang atau lebih
pekerja sebelum mencapai usia pensiun normal, atau (2) Menawarkan pesangon
PHK untuk pekerja yang menerima penawaran pengunduran diri secara sukarela
(golden shake hand). Imbalan ini dimasukan kedalam pernyataan PSAK-24, jika
dan hanya jika perusahaan sudah memiliki rencana secara jelas dan detail untuk
melakukan PKK dan kecil kemungkinan untuk membatalkannya.
Salah satu ketentuan di UUK adalah mengenai imbalan pasca kerja, yaitu imbalan
yang harus diberikan perusahaan kepada karyawan ketika karyawan sudah berhenti bekerja
(pasca kerja=setelah kerja). Imbalan-imbalan Pasca Kerja tersebut secara akuntansi harus
di cadangkan dari saat ini, karena imbalan-imbalan pasca kerja tersebut termasuk ke dalam
salah satu konsep akutansi yaitu accrual basis. Ada 4 (empat) imbalan pasca kerja yang
dihitung untuk di cadangkan dalam PSAK-24, yaitu:
Keempat imbalan kerja di atas harus dihitung oleh perusahaan, karena ke-empat imbalan
kerja tersebut termasuk dalam prinsip akutansi imbalan kerja yaitu on going concern
(berkelanjutan). Alasan kenapa perusahaan harus menerapkan PSAK-24 adalah:
3. Berkaitan dengan arus kas, jika ada karyawan yang keluar karena pensiun dan
perusahaan memberikan manfaat pesangon pensiun kepada karyawan tersebut,
maka pada periode berjalan perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang
mengurangi laba perusahaan. Jika dari awal perusahaan sudah mencadangkan
imbalan pensiun ini (imbalan pasca kerja), maka imbalan pensiun yang dibayarkan
tersebut tidak akan secara langsung mengurangi laba, akan tetapi akan mengurangi
pencadangan/accrual/kewajiban atas imbalan pasca kerja yang telah di catatkan
perusahaan di laporan keuangan.
Apakah semua karyawan di satu perusahaan akan tetap bekerja sampai dengan usia
pensiun?
Dalam rentang usia seorang pekerja, pasti ada kemungkinan-kemungkinan
meninggal dunia, sakit berkepanjangan atau cacat. Berapakah besarnya peluang
dari kemungkinan-kemungkinan tersebut?
Dalam dunia kerja sudah menjadi hal yang lumrah pekerja mengundurkan diri,
untuk menghitung kemungkinan beban imbalan pasca kerja dari mengundurkan diri
. Berapa besar kemungkinan pekerja mengundurkan diri?
Dalam PSAK-24 telah diatur tata cara perhitungan beban imbalan kerja yang
terdapat unsur ketidakpastian yaitu dengan menggunakan ilmu pengetahuan bernama
aktuaria. Aktuaria adalah suatu ilmu pengetahuan yang merupakan kombinasi dari ilmu
statistik, matematika dan ekonomi yang digunakan untuk memperkirakan suatu nilai
dengan data dan asumsi yang telah ditentukan.
Di Indonesia, perngungkapan imbalan kerja PSAK-24 biasanya dihitung oleh
seorang aktuaris yang bekerja di konsultan aktuaria, yaitu konsultan yang melakukan
konsultasi dalam bidang aktuaria. Di PSAK-24 tidak disebutkan keharusan menggunakan
jasa konsultan aktuaria untuk menentukan beban imbalan kerja. Namun, akan lebih baik
jika perusahaan meminta jasa konsultan aktuaria untuk menghitung beban imbalan kerja,
kerena:
Daftar Pustaka
http://keuanganlsm.com/psak-24-mengenai-imbalan-kerja/#sthash.n1Znv0Nn.dpuf.
http://imbalankerja.com/index.php/2012/6fakta-yang-wajib-anda-ketahui-tentang-psak24-
imbalan-kerja/
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2014/11/DAMPAK-PERUBAHAN-PSAK-24-
REVISI-2013-spa.pdf
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/PSAK-24-Imbalan-Kerja-IAS-19-
Employee-Benefit-240911.pdf
http://www.padmaaktuaria.com/uploads/downloadfiles/2014-09-16-50_1_Update-
PSAK_24-Imbalan%28paska%29Kerja-dampak.pdf
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED_PSAK_24_2013-2013-JULI-23.pdf