Você está na página 1de 13

A.

AKUNTANSI PINJAMAN YANG DITERIMA


Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), pinjaman yang diterima
adalah fasilitas pinjaman yang diterima bank dari bank atau pihak lain, termasuk pinjaman
dari Bank Indonesia, baik dalam rupiah maupun dalan valuta asing, dan harus dibayar bila
telah jatuh waktu. Dalam pengertian pinjaman yang diterima tidak termasuk pinjaman
subordinasi dan transaksi pinjaman yang diterima dicatat sebesar nominal. Bunga yang
masih harus dibayar disajikan dalam rekening bunga yang masih harus dibayar. Saldo
pinjaman yang diterima disajikan sebesar jumlah kewajiban yang harus dibayar.
1. Prosedur Akuntansi Pinjaman Diterima
Pinjaman diterima dari bank lain pada tanggal penandatanganan perjanjian
dicatat pada rekening administratif sebagai tagihan komitmenyang belum ditarik. Pada
saat pinjaman diterima direalisasi akan dicatat sebesar nominal. Apabila terdapat
diskonto atas pinjaman diterima, akan dicatat sebagai bunga dibayar di muka dan akan
diamortisasi selama jangka waktu pinjaman diterima. Perhitungan biaya bunga atas
transaksi pinjaman diterima akan dilakukan setiap hari secara akrual dan dicatat sebagai
bunga yang masih harus dibayar. Sedangkan apabila terdapat biaya-biaya dalam rangka
memperoleh pinjaman diterima akan dicatat sebagai biaya dalam periode tahun
berjalan.
Transaksi yang terjadi berkaitan dengan pinjaman diterima dari bank lain,
antara lain transaksi saat terjadi kontrak, transaksi nsaat diterima pinjaman, transaksi
saat pembayaran biaya-biaya, transaksi saat dilakukan pengakuan beban bunga, dan
transaksi saat jatuh tempo. Misalkan Bank BRI mendapat pinjaman dari bank lain/pihak
lain sebesar Rp. 5.000.000.000 selama jangka waktu setahun dengan bunga 7%
pertahun , maka akan dilakukan pencatatan pembukuan dengan jurnal pembukuan
sebagai berikut :
Pada tanggal terjadi penandatangan perjanjian pinjaman diterima dicatat pada rekening
administratif
710-010-10-000x/ Fasilitas pinjaman yang belum ditarik - BI 5.000.000.000
Debit 710-010-20-000x/ Fasilitas pinjaman yang belum ditarik - Bank
710-010-30-000x/ Fasilitas pinjaman yang belum ditarik – Pihak
Ketiga
710-010-10-000x/ Kontra Fas. Pinjaman yang belum ditarik – BI 5.000.000.000
Kredit 710-010-20-000x/ Kontra Fas. Pinjaman yang belum ditarik –
710-010-30-000x/ Bank
Kontra Fas. Pinjaman yang belum ditarik –
Pihak Ketiga
Pada tanggal realisasi pinjaman diterima dilakukan pembukuan dengan jurnal (tanpa diskonto)
Debit 157-070-00-0005 Kas kliring – Masuk 5.000.000.000
Kredit 215-xxx-xx-xxxx Pinjaman diterima 5.000.000.000
Pada saat yang sama dilakukan pengurangan/penihilan rekening administratif-nya dengan jurnal
710-010-10-000x/ Kontra Fas. Pinjaman yang belum ditarik – BI 5.000.000.000
Debit 710-010-20-000x/ Kontra Fas. Pinjaman yang belum ditarik –
710-010-30-000x/ Bank
Kontra Fas. Pinjaman yang belum ditarik –
Pihak Ketiga
710-010-10-000x/ Fasilitas pinjaman yang belum ditarik - BI 5.000.000.000
710-010-20-000x/ Fasilitas pinjaman yang belum ditarik - Bank
Kredit 710-010-30-000x/ Fasilitas pinjaman yang belum ditarik – Pihak
Ketiga

Sedangkan apabila Bank BRI mendapat pinjaman dari Bank lain/pihak lain,
dengan nominal sebesar Rp 5.000.000.000 selama jangka waktu setahun dengan bunga 7% per
tahun dan Bank BRI memberikan diskonto kepada bank lain sebesar Rp 50.000.000 sehingga
pinjaman yang benar-benar diterima sebesar Rp 40.950.000 dan untuk mendapatkan pinjaman
tersebut dikeluarkan biaya broker sebesar Rp 10.000.000 maka atas transaksi tersebut akan
dicatat dengan jurnal pembukuan sebagai berikut:

Jika terdapat diskonto, maka pembukuan pada saat realisasi pinjaman diterima menjadi
Debit 157-070-00-0005 Kas Kliring – Masuk 4.950.000.000
Debit 157-030-00-0999 Biaya dibayar dimuka 50.000.000
Kredit 215-xxx-xx-xxxx Pinjaman diterima 5.000.000.000
Kredit 200-030-30-0009 Titipan macam-macam pajak (untuk 0
kreditor non-bank)

Pada saat yang sama dilakukan pengurangan/penihilan rekening administratif-nya dengan jurnal
Debit 710-010-10-000x/ Kontra Fas. Pinjaman yang belum ditarik 5.000.000.000
710-010-20-000x/ – BI
710-010-30-000x/ Kontra Fas. Pinjaman yang belum ditarik
– Bank
Kontra Fas. Pinjaman yang belum ditarik
– Pihak Ketiga

Kredit 710-010-10-000x/ Fasilitas pinjaman yang belum ditarik - 5.000.000.000


710-010-20-000x/ BI
710-010-30-000x/ Fasilitas pinjaman yang belum ditarik -
Bank
Fasilitas pinjaman yang belum ditarik –
Pihak Ketiga
Apabila timbul biaya-biaya berkaitan dengan pinjaman diterima, maka dibukukan dengan jurnal
pembukuan:
Debit 06-xxx-xx-xxxx Beban provisi dan komisi pinjaman 10.000.000
Kredit diterima
17-070-00-0004 Kas kliring keluar 10.000.000
Pada saat dilakukan akrual bunga secara harian oleh sistem pembukuan dengan perhitungan Rp
5.000.000.000x 7%/360 hari= Rp 972.222 akan dilakukan jurnal pembukuan sebagai berikut:
Debit 500-05x-xx-xxxx Beban bunga pinjaman diterima 972.222
Kredit 227-04x-xx-xxxx Beban bunga yang masih harus dibayar – 972.222
Pinjaman diterima
Pada saat dilakukan pembayaran bunga untuk pinjaman diterima tanpa diskonto (misalkan beban
bunga sebulan sebesar 30 hari x Rp 972.222= Rp 29.166.660) dilakukan pembukuan dengan
jurnal :
Debit 227-04x-xx-xxxx Beban bunga yang asih harus dibayar- 29.166.660
Kredit 157-070-00-0004 pinjaman diterima
Kredit 200-030-30-0009 Kas kliring-keluar 29.166.660
Titipan macam-macam pajak (untuk 0
kreditor non-bank)
Sedangkan untuk pinjaman diterima dengan sistem diskonto, dilakukan amortisasi bunga dibayar
dimuka yang dilakukan secar harian oleh sistem pembukuan dengan perhitungan Rp
50.000.000/360 hari= Rp 138.889 dan di bukukan dengan jurnal pembukuan sebagai berikut :
Debit 500-05x-xx-xxxx Beban bunga pinjaman diterima 138.889
Kredit 157-030-00-0009 Biaya dibayar dimuka 138.889
Pada saat jatuh tempo dilakukan pelunasan dengan jurnal pembukuan
Debit 215-xxx-xx-xxxx Pinjaman diterima 5.000.000.000
Kredit 157-070-00-0004 Kas Kliring - Keluar 5.000.000.000
Pada saat yang sama menihilkan bunga dibyar dimuka yang belum diamortisasi dengan jurnal
pembukuan :
Debit 500-05x-xx-xxxx Beban Bunga Pinjaman Diterima Sejumlah bunga
Kredit 157-030-00-0009 Biaya Dibayar Dimuka dibayar dimuka yang
belum diamortisasi

Mekanisme transaksi tersebut akan terus dilakukan selama terjadi pinjaman


diterima dari bank lain. Dengan selesainya pembukuan yang berkaitan dengan pinjaman
diterima dari bank lain, maka selesailah sudah kegiatan yang menyangkut pinjaman
diterima. Pinjaman diterima inilah yang akan tampak dalam laporan neraca pada pos
pinjaman diterima. Sedangkan pendapatan atau biaya yang terjadi berkaitan dengan
pinjaman diterima akan tercatat dalam laporan laba rugi pada pos pendapatan/biaya bunga.
Selanjutnya transaksi yang melibatkan rekening kontinjensi dan kontrak kontinjensi akan
tercatat dalam rekening administratif (off balance sheet).

B. KEWAJIBAN LAIN-LAIN
Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) pengertian kewajiban lain-
lain merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung kewajiban-kewajiban bank
yang tidak dapat digolongkan kedalam salah satu rekening-rekening kewajiban, dan tidak
cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri. Yang termasuk kewajiban lain-lain
antara lain seperti, pendapatan diterima dimuka, setoran jaminan L/C atau garansi bank,
beban bunga yang masih harus dibayar, taksiran pajak penghasilan, dan sebagainya. Saldo
rekening kewajiban lain-lain disajikan sebesar jumlah bruto kewajiban bank kepada pihak
lain.
1. Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan diterima dimuka merupakan pendapatan yang diperoleh bank,
tetapi belum diakui sebagai pendapatan untuk periode yang bersangkutan. Pendapatan
diterima dimuka ini akan dibukukan ke akun pendapatan secara berangsur-angsur
selama umur pos tersebut. Pendapatan diterima dimuka antara lain, pendapatan provisi
dan komisi kredit yang jangka waktu kreditnya lebih dari setahun, pendapatan bunga
yang ditangguhkan dan sebagainya. Prosedur akuntansi berkaitan dengan pendapatan
diterima dimuka antara lain adalah pencatatan transaksi saat diterimanya, pendapatan
diterima dimuka, dan transaksi pengakuan pendapatan diterima dimuka kedalam akun
pendapatan pada periode bersangkutan.
Pada saat terjadinya transaksi antara bank dengan nasabah yang mengharuskan
nasabah membayar terlebih dahulu biaya-biaya transaksi (misalnya transaksi biaya
pencairan kredit sebesar Rp. 36 juta untuk jangka waktu 3 tahun), maka akan dilakukan
pembukuan dengan jurnal sebagai berikut:

Debit xxx-xxx-xxxxxx Kas Kantor/ Rekening Nasabah 36.000.000


Kredit 227-101-xx-xxxx Pendapatan Diterima Dimuka 36.000.000

Setiap proses akhir hari, pendapatan diterima dimuka tersebut akan


diamortisasi dan dibukukan ke dalam rekening pendapatan secara otomatis setiap hari
selama jangka waktu kredit sebesar Rp. 36.000.000/1080 hari= Rp. 33.333 dengan
jurnal sebagai berikut:

Debit 227-101-xx-xxxx Pendapatan Diterima Dimuka 33.333


Kredit 403-xxx-xxxxxx Pendapatan 33.333

Transaksi ini akan dilakukan selama jangka waktu kredit. Apabila kredit
berakhir/dilunasi sebelum jangka waktunya, maka sisa pendapatan diterima dimuka
dibukukan sebagai pendapatan sekaligus pada saat pelunasan.

2. Setoran Jaminan L/C Atau Bank Garansi


Setoran jaminan letter of credit (L/C) atau bank garansi merupakan setoran yang
harus dilakukan oleh nasabah dalam rangka untuk mendapatkan fasilitas bank berupa
pembukuan L/C atau pemberian bank garansi. Setoran jaminan merupakan kewajiban
bank kepada nasabahnya, yang harus dilakukan untuk periode yang akan datang, dan
disajikan sebesar jumlah setoran jaminan.
Prosedur akuntansi yang berkaitan dengan setoran jaminan antara lain adalah
pencatatan transaksi saat diterimanya setoran jaminan, transaksi saat pembayaran
impor, dan transaksi apabila setoran jaminan dikembalikan ke nasabah.
Misalkan seorang nasabah BRI melakukan transaksi impor mesin senilai USD
10.000.000 dari Jepang, dan LC dibuka melalui bank BRI Klaten dengan koresponden
Bank of Tokyo. Untuk pembukaan L/C tersebut Bank BRI mensyaratkan adanya
jaminan impor terlebih dahulu. Pada saat terjadinya transaksi setoran jaminan yang
dilakukan oleh nasabah, maka akan dilakukan pembukuan dengan jurnal sebagai
berikut:

Debit xxx-xxx-xxxxxx Kas Kantor/ Rekening Nasabah USD 10.000.000


Kredit 227-080-xx-xxxx Setoran Jaminan L/C atau Bank Garansi USD 10.000.000

Apabila impor telah dilakukan dan bank telah menerima dokumen impor, maka
dilakukan pembayaran ke bank pembayar (negotiating bank/reimbursing bank) diluar
negeri melalui kantor pusatnya. Transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Debit 227-080-xx-xxxx Setoran Jaminan L/C USD 10.000.000


Kredit 106-010-xx-xxxx Rekening Nostro USD 10.000.000

Pada saat yang sama kantor pusat Bank BRI memerintahkan bank
korespondennya untuk membayar kepada bank pembayar diluar negeri tersebut.
Sedangkan untuk bank garansi, apabila nasabah wan prestasi, maka dilakukan
pembayaran kepada pihak yang menerima bank garansi tersebut, yang dicatat dengan
jurnal pembukuan:

Debit 227-080-xx-xxxx Setoran Jaminan L/C USD 10.000.000


Kredit xxx-xxx-xxxx Kas Kantor/Rekening Nasabah Penerima USD 10.000.000
Bank Garansi
Kemudian apabila bank garansi telah jatuh tempo, dan ternyata tidak ada
klaim dari pihak penerima bank garansi, maka dilakukan pengembalian setoran
jaminan, yang dicatat dengan jurnal pembukuan:

Debit 227-080-xx-xxxx Setoran Jaminan Bank Garansi USD 10.000.000


Kredit xxx-xxx-xxxx Kas Kantor/ Rekening Nasabah USD 10.000.000

3. Beban Bunga Yang Masih Harus Dibayar


Beban bunga yang masih harus dibayar merupakan kewajiban bank yang harus
dibayarkan pada periode tertentu yang sudah ditetapkan. Setiap hari bank akan
melakukan perhitungan bunga yang akan dibayarkan kepada pemilik dana (akrual
basis), dan mengkredit ke rekening nasabah pada setiap akhir bulan. Pada setiap akhir
bulan bunga yang masih harus dibayar dikreditkan ke rekening simpanan masing-
masing pemilik dana.
Prosedur akuntansi yang berkaitan dengan bunga yang masih harus dibayar
antara lain adalah pencatatan transaksi saat dilakukan perhitungan bunga setiap akhir
hari, dan transaksi pencatatan jasa/bunga simpanan ke rekening nasabah pada tanggal
tertentu yang sudah ditetapkan. Pada saat terjadinya pembentukan akrual bunga
simpanan setiap akhir hari yang dilakukan secara otomatis oleh sistem pembukuan,
akan dilakukan pembukuan dengan jurnal sebagai berikut:

Debit 500-xxx-xx-xxxx Beban Bunga Simpanan Saldo Simpanan x


Kredit 227-xxx-xx-xxxx Beban Bunga Simpanan yang Masih Suku Bunga/360
Harus Dibayar hari

Setiap bulan atau periode tertentu dilakukan pencatatan bunga simpanan


(dikreditkan) ke rekening nasabah secara otomatis oleh sistem pembukuan dengan jurnal
sebagai berikut:

Debit 227-xxx-xx-xxxx Beban Bunga Simpanan yang Masih Bunga akrual harian x
Harus Dibayar 30 hari (100%)
Kredit 200-030-xx-xxxx Titipan Pajak untuk Pemerintah 20% dari bunga
Kredit 203-xxx-xx-xxxx Rekening Simpanan Nasabah 30% dari bunga

4. Taksiran Pajak Penghasilan


Taksiran pajak penghasilan merupakan perhitungan pajak penghasilan yang
dilakukan bank berdasarkan perolehan laba. Perhitungan pajak ini dilakukan di muka
sebelum adanya koreksi terhadap laporan laba rugi. Pajak penghasilan yang telah
dihitung berdasarkan laba sebelum dilakukan koreksi akan menyebabkan terjadinya
perbedaan dengan perhitungan pajak penghasilan yang dihitung atas dasar laporan
laba rugi,setelah dilakukan koreksi atau penyesuaian. Selisih perhitungan pajak ini
akan menyebabkan koreksi terhadap utang pajak yang telah dihitung semula.
Prosedur akuntansi berkaitan dengan perkiraan pajak penghasilan antara lain
adalah pencatatan perkiraan pajak penghasilan,dan koreksi atas perkiraan pajak
Pada saat dilakukan pembukuan perkiraan pajak penghasilan ( misalkan
sebesar Rp.15.000.000.000) maka akan dilakukan pembukuan dengan jurnal sebagai
berikut
Debit 530-xxx-xx-xxxx Beban Taksiran Pajak Penghasilan 15.000.000.000
Kredit 227-090-xx-xxxx Taksiran Pajak Penghasilan 15.000.000.000

Sedangkan apabila terjadi koreksi atas kelebihan taksiran pajak penghasilan


(misalkan sebesar Rp.2.500.000.000) maka dilakukan pembukuan dengan jurnal
sebagai berikut

Debit 227-090-xx-xxxx Taksiran Pajak Penghasilan 2.500.000.000


Kredit 530-xxx-xx-xxxx Beban Taksiran Pajak Penghasilan 2.500.000.000

Kemudian bila terjadi koreksi atas kekurangan taksiran pajak penghasilan


(misalkan kurang sebesar Rp.2.000.000.000 ) maka dilakukan pembukuan dengan
jurnal sebagai berikut

Debit 530-xxx-xx-xxxx Beban Taksiran Pajak Penghasilan 2.000.000.000


Kredit 227-090-xx-xxxx Taksiran Pajak Penghasilan 2.000.000.000

Dengan selesainya pembukuan yang berkaitan dengan kewajiban lain-


lain,maka selesailah sudah kegiatan yang menyangkut kewajiban lain-lain. Kewajiban
lain-lain inilah yang akan tampak dalam laporan neraca pada pos kewajiban lain-lain.

C. AKUNTANSI MODAL

Dalam pedoman akuntansi perbankan indonesia (PAPI) dinyatakan bahwa


pengertian modal adalah bagian hak pemilik dalam perusahaan, yaitu selisih antara aktiva
dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual
perusahaan tersebut. Pada dasarnya modal berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha
perusahaan. Modal akan berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan
oleh pemilik, pembagian deviden,dan kerugian yang dialami. Penambahan modal disetor
lazimnya dicatat berdasarkan jumlah uang yang diterima, besarnya tagihan yang timbul
atau utang yang dibatalkan, dan nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima. Sedang
pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan jumlah uang yang dibayarkan,
besarnya utang yang timbul dan nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan
Dalam industri perbankan, modal memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai alat
investasi yang memungkinkan investor memiliki peluang untuk mendapatkan bagian
keuntungan bank melalui deviden atau kenaikan harga saham dan fungsi kedua adalah
sebagai penyangga terhadap kerugian yang timbul dari kegiatan operasional bank. Sebagai
lembaga intermediasi,bank pada umumnya beroperasi pada tingkat leverage yang relatif
tinggi. Bahkan pada bank-bank yang tergolong konservatif angka dept to equity rasio lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan manufaktur atau jasa lainnya.

Dalam praktiknya,kedua fungsi modal tersebut harus diatur secara ketat,karena


sebagai alat investasi sudah tentu modal diharapkan dapat memberikan return on equity
setinggi-tingginya. Kondisi ini dapat dicapai apabila equity multiplier (rasio aset terhadap
modal) tinggi. Hal ini sudah tentu sangat beresiko bagi kelangsungan hidup usaha bank.
Sedangkan untuk menghindari resiko kerugian yang cukup besar diperlukan equity
multiplier yang relatif rendah

Komponen modal yang digunakan dalam perhitungan penyediaan modal minimum


tersebut terdiri atas:

1. Modal tier 1, yaitu modal inti, yang terdiri atas modal disetor,premi saham,laba
ditahan,cadangan umum
2. Modal tier2, yaitu modal tambahan, yang terdiri atas cadangan yang tidak
diungkapan,revaluasi,provisi umum,dan utang subordinasi yang jatuh tempo lebih
dari lima tahun.
Jumlah modal tier 2 tidak dapat melebihi jumlah modal tier 1

Meskipun basel capital accord 1988 telah memberikan dasar penetapan modal
minimum, namun masih terdapat beberapa kelemahan,terutama dalam hal pengukuran
resiko, yaitu:

a. Basel capital accord 1988 mengabaikan kualitas kredit,karena seluruh eksposur kredit
kepada corporate counterparties dikenakan bobot resiko sebesar 100% tanpa
memperhatikan kualitas kredit dari masing-masing counterparty
b. Basel capital accord 1988 mengabaikan efek diversifikasi,karena bank pada dasarnya
dapat mengurangi total risiko yang dihadapinya dengan mendiversivikasi ekspour
kreditnya keberbagai jenis industri atau negara.
c. Basel capital accord 1988 mengabaikan proteksi terhadap risiko pasar,karena pada
dasarnya perhitungan modal minimum hanya didasarkan pada perhitungan risiko
kredit dan belum mensyaratkan bank mencadangkan modal untuk menutup potensi
kerugian dari resiko pasar

Berdasarkan beberapa kelemahan tersebut pada tahun 1996 basel committe


melakukan amandemen terhadap basel capital accord 1988. Amandemen dilakukan
dengan memasukkan perhitungan risiko pasar sebagai dasar perhitungan kebutuhan
modal minimum. Pada pendekatan,pengukuran risiko pasar yang ditetapkan oleh basel
committe terdapat dua jenis pendekatan yaitu pendekatan standard model dan pendekatan
internal model. Sedangkan bagi bank yang kurang aktif dalam transaksi derivatif dan
perdagangan instrumen keuangan, dapat menggunakan standard model.

Dalam pendekatan standard model pengukuran risiko pasar dilakukan terhadap


interest rate risk,foreign exchange risk,equity positionrisk, dan comodity risk. Standard
model menggunakan pendekatan building block, dimana risiko yang spesifik dan risiko
pasar yang bersifat umum dari masing-masing posisi utang dan ekuitas bank dihitung
secara terpisah. Sedangkan pendekatan internal model, pada intinya adalah penerapan
metode value at risk, untuk menghitung kerugian maksimum yang diperkirakan dapat
terjadi dari suatu posisi atau portofolio akibat perubahan inikator pasar dalam kurun
waktu tertentu.

Meskipun basel accord 1988 sudah diamandemen pada tahun 1996 telah diterima
sebagai tandar dan diterapkan dalam sistem perbankan tetapi ketentuan menegnai
kecukupan modal ini masih menyisakan perdebatan. Oleh karena itu basel committe
memutuskan untuk mengajukan proposal mengenai metode pengukuran resiko pada bulan
Juni 1999. Pada proposal tersebut diperkenalkan tiga inivasi dasar, yaitu penyempurnaan
standar kuantitatif yang telah ada, supervisor review process, dan market discipline.
Ketiga inovasi dasar tersebut di dalam new capital accord 2001 disebut sebagai three
pillars of the new capital accord. Dalam konsep ini diperkenalkan struktur dari capital
accord menjadi sebagai berikut:

a) Pilar 1 : Minimum Capital Requirement


Pada pilar pertama ini definisi modal dari persyaratan modal minimum tidak ada
perubahan, hanya metode perhitungan resiko diperluas yang memasukkan resiko
pasar dan resiko operasional.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑔𝑢𝑙𝑎𝑡𝑜𝑟
CAR = 𝑅𝑊𝐴 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡+12,5 𝑥 (𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟+𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

Keterangan:
RWA = Risk Weighted Assets

b) Pilar 2 : Supervisor Review Process


Pada pilar kedua, new capital accord menekankan bahwa manajemen bank perlu
mengembangkan proses penilaian modal internal, dan menetapkan target modal yang
sesuai dengan profil resiko yang dihadapinya.
c) Pilar 3 : Market Discipline
Pada pilar ketiga, lebih ditujukan untuk mendukung market discipline melalui
peningkatan keterbykaan oleh bank, yang dapat menjamin bahwa market participant
dapat memahami dengan baik profil resiko yang dihadapi oleh bank dan kecukupan
modal yang dimiliki oleh bank.

1. Prosedur Akuntansi Modal


Prosedur akuntansi yang berkaitan dengan modal mencakup antara lain
pencatatan saat terjadi transaksi penyetoran modla oleh pemilik, penyisihan laba
usaha bank, dan transaksi penambahan atau pengurangan modal. Pada saat pemilik
melakukan penyetoran modal, baik berupa tunai maupun aktiva tetap pada saat
pendirian bank (misalkan berupa uang tunai sebesar Rp 500 miliar, giro pada Bank
Indonesia sebesar Rp 250 miliar, aktiva tetap gedung kantor sebesar Rp 100 miliar,
aktiva tetap kendaraan Rp 15 miliar dan aktiva tetap inventaris sebesar Rp 10 miliar),
maka dilakukan pembukuan dengan jurnal sebagai berikut:

Debit 101-010-00-0001 Kas Kantor 500.000.000.000


Debit 103-010-10-0001 Giro Pada Bank Indonesia 250.000.000.000
Debit 151-010-00-0002 Aktiva Tetap-Gudang Kantor 100.000.000.000
Debit 151-010-00-0003 Aktiva Tetap Kendaraan 15.000.000.000
Debit 151-010-00-0005 Aktiva Tetap-Inventaris 10.000.000.000
Kredit 300-010-00-000x Modal Saham Disetor 875.000.000.000
Misalkan pada akhir tahun mendapatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp
10 miliar dan disepakati digunakan untuk menambah modal, dengan rincian untuk
cadangan umum sebesar 50%, cadangan tujuan sebesar 25% dan cadangan dana
investasi sebesar 25%.
Pada saat dilakukan penyisihan laba usaha tidak dibagikan kepada pemilik
maupun karyawan, namun dimaksudkan sebagai cadangan, maka dilakukan
pembukuan dengan jurnal sebagai berikut:

Debit 312-020-00-0000 Ikhtisar Laba Rugi-Laba Tahun Berjalan 10.000.000.000


Kredit 309-010-00-0001 Laba Ditahan-Cadangan Umum 5.000.000.000
Kredit 309-020-00-0001 Laba Ditahan-Cadangan Tujuan 2.500.000.000
Kredit 309-020-00-0002 Laba Ditahan-Cadangan Dana Investasi 2.500.000.000

Apabila terjadi penambahan modal karena penjualan saham dengan harga


pasarlebih tinggi dari nilai nominal saham, maka kelebihannya dicatat sebagai agio
saham (premium). Misalkan dijual 10.000.000 lembar saham dengan nominal
Rp.1000 dan harga pasar sebesar Rp.1.250, maka atas transaksi tersebut dilakukan
pembukuan dengan jurnal sebagai berikut:

Debit 100-020-00-0001 Kas Kantor 12.500.000.000


Kredit 300-010-30-0199 Modal Saham 10.000.000.000
Kredit 303-010-00-0001 Tambahan Modal Disetor -Agio 2.500.000.000

Apabila terjadi penambahan modal karena adanya sumbangan dalam bentuk


natura atau barang (misalkan sebesar Rp 10 miliar), maka dilakukan pembukuan
dengan jurnal sebagai berikut:

Debit 151-010-00-0004 Aktiva Tetap-Mesin & Komputer 10.000.000.000


Kredit 300-030-00-0101 Modal Sumbangan 10.000.000.000

Penyajian modal dalam laporan keuangan sebagaimana diatur dalam PAPI


adalah sebagai berikut:
a) Penyajian modal dlaam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada
anggaran dasar perusahaan dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan
hubungan keuangan yang ada.
b) Modal dasar, modal yang ditemoatkan dan modal yang disetor, nilai nominal, dan
banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus dinyatakan dalam neraca.
c) Bila terdapat lebih dari satu jenis saham, hak preferen dan suatu golongan saham
atas deviden dan pelunasan modal pada saat dilikuidasi harus dicantumkan dalam
laporan keuangan.
d) Dalam hal terdapat tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak dividen
kumulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan jumlah keseluruhan dividen periode
sebelumnya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
e) Perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.

Você também pode gostar