Você está na página 1de 1

Berwudhu namun masih memakai kutek dan inai (pacar), bolehkah?

http://d3t543lkaz1xy.cloudfront.net/photo/596c9dfdd3b800fe09eb7005_m
Memakai kutek dan inai (pacar) pada jari kuku biasanya dilakukan kaum wanita untuk
memperindah penampilan. Dewasa kini telah banyak jenis kutek dan inai yang dijual dipasaran,
dengan beragam warna dan campuran bahan lainnya. Namun bagaimana hukumnya ketika wanita
yang memakai kutek dan inai tersebut hendak berwudhu? Sahkah wudhunya?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam Fatawa wa Rasa’il Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin,
4/148, pernah ditanya mengenai kebolehan wanita yang berwudhu sedang ia sedang memakai
kutek. Maka jawaban beliau ialah tidak diperbolehkan wanita memaki kutek ketika hendak
wudhu, terlebih lagi ketika hendak sholat. Karena sejatinya kutek tersebut dapat menghalangi
aliran air dalam membasuh tangan, karena pada bagian kuku tersebut tertutupi oleh kutek.
Sehingga apapun yang menghalangi jalannya aliran air pada bagian tubuh yang harus dibersihkan
dalam pelaksanaan berwudhu, maka hal itu tidak boleh digunakan oleh orang-orang yang akan
berwudhu ataupun mandi, karena Allah SWT berfirman.

ِ ‫فَا ْغ ِسلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأ َ ْي ِديَ ُك ْم ِإلَى ْال َم َرا ِف‬


‫ق‬
“maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku” [ QS Al-Maidah : 6]
Ketika salah seorang wanita menggunakan kutek pada kukunya, lalu kutek tersebut menghalangi
jalannya aliran air pada kuku, maka dapat dipastikan ia tidak mencuci tanganya secara sempurna,
karena masih ada yang belum dibersihkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa wanita tersebut telah
meninggalkan satu kewajiban dalam rukun-rukun wudhu atau mandi, Adapun kaum wanita yang
sedang haidh atau nifas, maka ia boleh menggunakan kutek tersebut..
Kemudian mengenai penggunaan inai atau pacar, dalam Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Ifta :
5/217 dijelaskan bahwa tidak ada riwayat dimana Rasulullah SAW menyatakan tidak sah wudhu
seseorang jika pada jari-jarinya terdapat suatu adonan (sesuatu yang dicampur air) ataupun tanah
dan wanita yang menggunakan inai sebenarnya menggunakan campuran air. Hal itu harus ditelaah
kembali. Karena inai atau pacar ini keberadaan warnanya tidak memberi pengaruh terhadap
wudhu apabila dipakai pada kaki dan tangan. Sejatinya Inai ini tidak mengandung ketebalan
ataupun lapisan seperti halnya adonan, kutek dan tanah, dimana ketiga-tiganya memiliki ketebalan
tertentu yang dapat menghalangi jalannya aliran air pada kulit, dan jelas membuat wudhu
seseorang menjadi tidak sah karena air tidak dapat menyentuh kulit akibat ketebalan tersebut.
Namun, ketika inai (pacar) tersebut juga mengandung zat yang dapat menghalangi air untuk
sampai pada permukaan kulit, maka hal itu harus dihilangkan sebagaimana adonan dan kutek.
Wallahu a’lam

Você também pode gostar