Você está na página 1de 10

Komplikasi partus prematurus iminens

Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi pada ibu adalah

terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi endometrium sehingga

mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Sedangkan pada bayi

prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis

neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventikuler.

Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang mengancam

neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif, perdarahan intraventrikel

dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan.

Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan prematuritas

adalah :

1) Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur

2) Gangguan respirasi

3) Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan immaturitas jaringan otak

4) Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi aterm

5) Cerebral palsy

6) Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi prematur (meskipun banyak

orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).

a. Data Subyektif
Merupakan informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil

wawancara langsung kepada pasien / klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan

(allo anamnesis) (Sudarti, 2010).

1) Biodata yang diambil untuk pasien (suami, istri).

Pengkajian biodata antara lain :

a) Nama : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk menghindari adanya

kekeliruhan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien lainnya.

b) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko. Pada ibu hamil dengan PPI biasanya

terjadi pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun (Nugroho, 2010)

c) Agama : Untuk memberikan motivasi atau dorongan sesuai dengan agama yang

dianut.

d) Suku bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan

merugikan.

e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan informasi hal-hal

baru atau pengetahuan baru karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mudah mendapatkan

informasi. Memudahkan ibu untuk menerima informasi KIE tanda bahaya partus prematurus

iminens.

f) Pekerjaan : Untuk mengetahui status ekonomi keluarga. Pada ibu hamil dengan PPI

terjadi pada keadaan sosial ekonomi rendah dan pekerjaan yang terlalu berat sewaktu hamil

(Nugroho, 2010).

g) Alamat : Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan mendesak

sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien.

2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan serta berhubungan dengan persalinan.

Pada kasus ibu hamil dengan partus prematurus iminens keluhannya meliputi mules yang berulang

pada usia kehamilan 20-37 minggu, keluar lendir bercampur darah, kram seperti menstruasi, nyeri

punggung bawah, tekanan panggul yang terasa seperti bayi mendorong kebawah, cairan encer

yang keluar dari vagina (Winkjosastro, 2010)

3) Riwayat menstruasi

Menurut Sutjiati (2010), untuk mengetahui tentang usia menarche, siklus menstruasi, lama

menstruasi, nyeri, pendarahan intra menstruasi, problem dan prosedur (misal: amenorrhoe,

perdarahan irregular)

4) Riwayat Kehamilan Sekarang

Primigravida / multigravida, usia kehamilan, presentasi letak janin, hari pertama haid terakhir,

gerakan janin, obat yang dikonsumsi, keluhan selama hamil, ANC berapa kali, teratur/tidak,

penyuluhan yang pernah didapat, imunisasi TT dan kekhawatiran khusus trauma dan kelainan letak

(Nugroho, 2010). Pada ibu hamil dengan PPI biasanya mempunyai riwayat kehamilan ganda,

hidramnion, pre-eklampsia, perdarahan antepartum seperti solusio plasenta, plasenta previa,

pecahnya sinus marginalis, ketuban pecah dini, serviks inkompetensia, infeksi pada vagina

asenden (Nugroho, 2010).

5) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan yang lalu

Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit seperti : hypertensi, jantung, diabetes

melitus dan asma.

b) Riwayat kesehatan sekarang


Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini. Pada ibu dengan

PPI, penyakit yang diderita ibu seperti toksemia, anemia, penyakit ginjal yang kronis dan penyakit

demam yng akut (Oxorn, 2010).

c) Riwayat kesehatan keluarga

Untuk mengetahui adanya penyakit menurun seperti asma, DM, hipertensi, jantung serta penyakit

menular seperti epilepsi yang dapat mempengaruhi kehamilan serta adanya riwayat keturunan

kembar (Sutjiati, 2010).

6) Riwayat perkawinan

Yang perlu dikaji adalah status perkawinan sah atau tidak, lamanya perkawinan, sudah berapa

lama menikah (Sutjiati, 2010). Pada ibu hamil dengan PPI terjadi 15% terjadi persalinan prematur

pada kawin tidak sah (Nugroho, 2010).

7) Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,

adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan apakah ada kegagalan dalam menjalankan

program berKB (Sutjiati, 2010).

8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

a) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin

dan berapa tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak. Pada ibu dengan

PPI adanya riwayat abortus berulang dan perawatan prenatal care yang buruk (Wiknjsastro, 2010).

b) Persalinan : Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak

perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada atau tidak

riwayat persalinan prematur sebelumnya. Pada ibu hamil dengan PPI memiliki riwayat abortus
pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada

kehamilan preterm (Nugroho, 2010)

c) Nifas : Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit.

d) Anak :Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia berapa dan sebab

meninggal, berat badan dan panjang badan waktu lahir.

9) Pola kebiasaan sehari-hari

Menurut (Saminem, 2010) pola kebiasaan sehari–hari yang perlu dikaji adalah :

a) Pola nutrisi

Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum kurang lebih 8 gelas per

hari, susu, teh dan air putih. Pada ibu yang kurang gizi dapat mempengaruhi terjadinya PPI

(Nugroho, 2010).

b) Pola Aktivitas

Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu. Pada ibu hamil dengan PPI baianya melakukan

pekerjaan yang terlalu berat (Nugroho, 2010).

c) Pola Seksual

Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan normal dan ada keluhan atau

tidak. Pada ibu dengan PPI biasanya frekuensi hubungan seksual berlebihan terutama pada usia

kehamilan tua dan dengan posisi yang tidak aman

d) Pola eliminasi

Utuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan. Pada ibu hamil dengan PPI

biasanya disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih atau bakterinuria ( Wiknjosasttro, 2010).

e) Perokok dan pemakai obat-obatan


Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat-obatan serta alkohol.

Pada ibu dengan PPI biasanya perokok berat atau lebih dari 10 batang/hari (Wiknjsastro, 2010).

b. Data Obyektif

Data Obyektif menggambarkan dokumentasi hasil pemeriksaan fisik, hasil laboratorium dan

pemeriksaan diagnostik lain yang dilakukan sesuai dengan beratnya masalah. Catatan medik dan

informasi dari keluarga atau orang lain yang dapat dimasukkan dalam data obyektif ini. Data ini

akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis untuk

mendukung asuhan sebagai langkah kedua dalam SOAP (Saminem, 2010).

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang atau buruk.

b) Kesadaran :Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis, apatis,

samnolen, atau koma. Normalnya kesadaran composmentis

c) Tekanan darah :Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan darah adalah 120/80

mmHg. Pada ibu hamil dengan PPI biasanya mengalami anemia selama kehamilannya (Nugroho,

2010).

d) Suhu :Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh adalah 35,6 0 C –

37,60 C . pada ibu dengan PPI adanya demam yang akut (Oxorn, 2010).

e) Denyut nadi :Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas normal

60-100x/menit.

f) Respirasi` :Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit.

Batas normal dalam 1 menit adalah 16-24 x/menit


g) Berat badan :`Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama hamil.

Penambahan berat badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Tetapi nilai normal untuk penambahan berat

badan selama kehamilan 9-12 kg

h) Tinggi badan :Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari 145 cm atau tidak,

termasuk resiko tinggi atau tidak

i) Lila :Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu, normalnya 23,5 cm

2) Pemeriksaan fisik

a) Kepala

(1) Rambut :Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau tidak

(2) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak, adakah oedema atau

tidak.

(3) Mata :Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau tidak

(4) Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip

(5) Telinga :Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga, bentuk telinga, dan posisinya

(6) Mulut :Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada carries, dan karang gigi

atau tidak

b) Leher

Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris, pembesaran kelenjar limfe dan tyroid

c) Dada dan axilla

(1) Mamae :Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi puting, puting susu menonjol,

benjolan abnormal dan kolostrum

(2) Axilla :Adakah tumor atau benjolan, adakah nyeri tekan atau tidak

d) Ekstremitas
Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess atau tidak, reflex patella + / -

3) Pemeriksaan khusus obstetri

1. Inspeksi

Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk abdomen, linea alba / nigra,

striae albkan / lividae, kelainan dan pergerakan janin.

2. Palpasi

Tinggi fundus uteri :Untuk mengetahui TFU dengan cara menggunakan pita ukur, dilakukan

pengukuran dengan menempatkan ujung pita ukur pada tepi atas sympisis pubis dan tetap menjaga

pita ukur agar tetap menempel pada dinding abdomen da diukur jaraknya kebagian atas fundus

uteri. Pada ibu hamil dengan PPI tinggi fundus uteri pada usia kehamilan 20 minggu sepusat atau

16-18 cm, usia kehamilan 28 minggu 24-26 cm, usia kehamilan 32 minggu 28-30 cm, usia

kehamilan 36 minggu 32-34 cm.

Leopold I :Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat pada fundus ibu

Leopod II :Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan dan kiri perut ibu

Leopold III :Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah perut ibu dan apakah sudah masuk

PAP atau belum

Leopold IV :Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP (pada primipara

masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu dan pada multipara saat persalinan)

HIS / Kontraksi :Untuk mengkaji frekuensi, lamanya dan kekuatan kontraksi. Pada ibu dengan

partus prematurus iminens terjadinya kontraksi uterus yang teratur dengan jarak 7-8 menitatau

kurang atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit sekali atau 1-2 kali (Wiknjosastro, 2010)

Tafsiran berat :Untuk memperkirakan berat badan janin. Pada ibu dengan partus prematurus

iminens tafsiran berat janin adalah < 2500 gram


4) Pemeriksaan dalam anogenital

a) Vulva/vagina

Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka, kemerahan atau tidak, pembesaran kelenjar

bartolini, ada pengeluarann pervaginam atau tidak, ada pembukaan atau tidak, penipisan,

presentasi, selaput ketuban masih utuh atau tidak dan sudah sejauh mana penurunan kepala. Pada

ibu hamil dengan PPI adanya pengeluaran lendir kemerahan atau cairan pervaginam. Pada

pemeriksaan dalam, pendataran 50-80 % atau lebih, pembukaan 2cm atau lebih (Saefuddin, 2009).

b) Perineum

Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan atau tidak

c) Anus

Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau tidak.

5) Pemeriksaan penunjang

Dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosa. Pada kasus partus prematurus imminens data

yang diperlukan adalah berupa USG (tebal serviks 2 cm), keadaan air ketuban, CTG (kesejahteraan

janin), CRP (> 0,7 mg / ml ), leokosit dalam air ketuban (20 / ml atau lebih), leukosit dalam serum

ibu (>13.000 / ml), kultur urine, pemeriksaan gas dan pH darah janin.

c. Analisa data

Merupakan kesimpulan dari data subjektif dan objektif. Analisa pada partus prematurus iminens

yaitu : Ny. “.....’’, G .... P .... A .... umur < 20 tahun atau > 35 tahun, usia kehamilan 20-37 minggu,

janin gameli, , keadaan ibu dan bayi baik / buruk.

d. Penatalaksanaan dan Evaluasi


Merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis data serta evaluasi dari

tindakan yang telah dilakukan, seperti:

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan, ibu mengerti dengan apa yang

diinformasikan

2) Konseling tentang partus prematurus iminens, ibu memahami apa yang dimaksud dengan partus

prematurus, tanda gejalanya dan komplikasi yang terjadi

3) Menganjurkan ibu untuk istirahat total agar kehamilannya dapat dipertahankan, ibu mau mengikuti

anjuran untuk beristiahat total

4) Memberikan terapi sesuai dengan indikasi dan instruksi dokter

Misalnya pemberian :

a) Kortikosteroid untuk pematangan paru

(1) Betamethason : 12 mg selang 2x24 jam

(2) Dexamethason : 5 mg tiap 12 jam, IM, sampai 4 dosis

b) Antibiotik : 2 g ampicilin, IV

c) Memberikan tokolitik

(1) Kalsium antagonis :10 mg nifedipin, diulang tiap 5 menit maksimm 40 mg / 6 jam

(2) Golongan beta-mimetik

Salbutamol :20-50 µg / menit, salbutamol per oral 4 mg, 2-4 kali sehari

5) Memantau keadaan janin, keadaan janin baik

6) Memantau kontraksi, DJJ dan apabila upaya tokolitik tidak berhasil, lakukan pemantauan

kemajuan persalinan

Você também pode gostar