Você está na página 1de 18

NURLAILI MAYA RAMADHANTY

BETA 2016]
1. Apa penyebab dan bagaimana mekanisme dari keluhan keluhan diatas?
Sorethroat, fever, no cough, rhinorrhea and pain in booth ears
 Sorethroat
Sakit tenggorokan atau odinofagia merupakan gejala yang sering
dikeluhkan akibat adanya kelainan atau peradangan di daerah
nasofaring,orofaring dan hipofaring.
 Faringitis akut
Bisa disebabkan oleh virus (Rhinovirus,Virus influenza, adenovirus,
Epstein Barr Virus (EBV),mononukleosis atau HIV),bakteri
(Streptococcus β hemolitikus group A, korinebakterium,
arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia
pneumoniae),fungi (Candida).
 Faringitis kronik
Biasanya dipengaruhi faktor predisposisi seperti rinitis
kronik,sinusitis,iritasi kronik oleh rokok,minum alkohol,inhalasi uap
yang merangsang mukosa faring dan debu. Faktor penyebab lain
adalah pada pasien yang biasa Bernapas melalui mulut karena
hidungnya tersumbat.
 Faringitis spesifik
Faringitis leutika (Treponema Palidum) dan Faringitis Tuberkulosis
(M. tuberculosis).

PATOFISIOLOGI
o Faring
A Terinfeksi mikroorganisme di faring

Infeksi

pengaktifan monosit dan makrofag

mengsekresikan IL-1, IL-8, TNF-𝛼

mengaktifkan TH-1, dan CD-4 kompleks
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
sehingga makrofag lain akan aktif

menghasilkan TNF-𝛼 dan IFN-𝛾

mengaktifkan iNOS untuk menghasilakan NO

vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas membrane sehingga
banyak eksudat

eksudat menyebabkan edema dan menekan ujung saraf bebas

nyeri pada tenggorokan

o Tonsil
Mikroorganisme masuk ke tonsil diikat dan dibawa oleh mukosa, APC,
makrofag dan dendrit menuju TH2

TH2 menghasilkan limfosit B, Sel B, IgG, IgM, IgA

antigen terpapar dengan konsentrasi tinggi

respon proliferasi struktur seluler

tonsil menjadi besar

menekan ujung saraf bebas sehingga terasa nyeri

nyeri pada tenggorokan
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
Panji , 6 th
Terinfeksi Sistem imun
mikroorganisme patofgen menurun

Menempel di mukosa Virus/bakteri >


Masuk ke sal.napas Masuk ke faring
hidung

Difagosit APC (sel mast) Merangsang Epitel


terkikis

Reaksi: jar.limfoid
histamin
batuk superficial sekresi leukosit
PMN

Sekresi Permeabilitas kapiler ↑ Reaksi sitokin demam


mukus
>>
eksudat
Darah menumpuk
pilek
Menempel ke mukosa faring

Hiperemis /edem

rhinitis faringitis

Lewat sal.limfe masuk ke


tonsil
Radag terus menerus tonsilitis

Proses penyembuhan jar. Limfoid Merangsang serabut-serabut nyeri


diganti dengan jar. parut

Sakit tenggorokan
mengkerut

Kripta melebar

Menembus kapsul tonsil

Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut


NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
 Demam
o Infeksi bakteri dan virus
o Inflamasi
o Efek samping obat dan imunisasi
o Faktor lain seperti siklus menstruasi atau olahraga berat
o Kelelahan karena kepanasan atau terbakar sinar matahari
hebat
o Karena fisiologis, dehidrasi
o Unknown fever

Infeksi bakteri pada tenggorok



rangsangan aktivasi sel PMN dan neutrophil ke daerah tersebut

mengeluarkan mediator inflamasi (TNF-𝛼, IL-1, IL-6, INF)

memacu pelepasan asam arakidonat

meningatkan sintesis prostaglandin

meningkatkan set point pada hipotalamus

pembentukan panas, suhu meningkat

demam

Dalam kasus ini, demam disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus
yang ditandai dengan sedikit peningkatan suhu badan.

 Batuk
Infeksi  inflamasi  pengeluaran bradikinin, prostaglandin
 berefek pada airway sensory nerve ending(nervus X) 
hiperreaktifitas reflek batuk
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
Batuk merupakan mekanisme awal pertahan tubuh terutama
pada saluran nafas atas dengan sel goblet yang banyak
menghasilkan mukpsa
 Rhinorea
 Infeksi  inflamasi  pengeluaran bradikinin, prostaglandin
 aktifasi saraf parasimpatis yang menstimulasi sekresi mukus
dari glandula nasal  rhinorea (hidung berair)

 Nyeri telinga
 Nyeri telinga menandakan adanya perluasan infeksi, dan juga
merupakan manifestasi klinis dari faringitisis kronis eksaberasi
akut
 selain itu nyeri telinga juga dapat disebabkan sebagai nyeri alih
(Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX),
Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah
penyakit yang sering menyebabkan nyeri alih pada telinga.
Pasien biasanya mengeluh otalgia
 Nyeri dari telinga merupakan komplikasi dari infeksi pada
faring dan tonsil karena masuknya mucus / sekret melalui tuba
eustachius yang menghubungkan telinga tengah dan
nasofaring. Sekret ini mennyebabkan terjadinya sumbatan dan
mengganggu fungsi tuba

2. Bagaimana dari hubungan antar keluhan?


Hubungan antara keluhan adalah manifestai klinis dari tonsillitis dan
faringitise kronis eksaberasi akut

3. Bagaimana mekanisme pengulangan keluhan?


Ada 2 kemungkinan. Pertama, penyakit pasien yang 2 tahun lalu sudah benar-
benar sembuh dan terjadi infeksi oleh patogen baru, jadi pasien masih dalam
fase infeksi akut. Kedua keluhan yang muncul kembali akibat exacerbasi dari
keluhan yang dulu, hal ini bisa disebabkan oleh imunitas yang sedang
menurun dan pengobatan yang tidak adekuat sehingga masih ada patogen
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
yang tersisa dalam tubuh walaupun tidak menimbulkan gejala yang
mengganggu pasien,sehingga dianggap sembuh. Namun, patogen aktif dan
berkembang biak kembali karena faktor yang sudah disebutkan di atas. Hal ini
menandakan terjadinya fase kronik.

4. Apa diagnosis banding dari penyakit tersebut?


Kasus Tonsilopharingitis Tonsillitis diteri Rhinotonsilopharingitis
Disfagia + + +
Odinofagia + + +
Batuk + - +
Pilek - - +
Demam + subfebris +
Pem.kelenjar + + +
Pharynx + - +
hiperemis
Detritus (+) + + +
Tonsil T3/T3 + + +
Konka - - +
Edema
AKUT KRONIS KRONIS
EKSASERBASI
AKUT
Tonsil + + -
hiperemis
Tonsil edema + + +/-
Kriptus + + +
melebar
Destruitus + + +
Perlengketan - + +

5. Apa ediemiologi dari penyakit tersebut?


Dapat mengenai semua umur dengan insiden tertinggi pada anak-anak usia 5-
15 tahun. Pada anak-anak, Group A streptococcus menyebabkan sekitar 30%
kasus tonsilofaringitis akut, sedangkan pada orang dewasa hanya sekitar 5-
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
10%. Tonsilofaringitis akut yang disebabkan oleh Group A streptococcus
jarang terjadi pada anak berusia 2 tahun ke bawah.
o Faringitis: terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis
kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak
o Tonsilitis: sering terjadi pada anak-anak pada umur 5-10 tahun dan
dewasa mudaantara 15-25 tahun.

6. Apa tatalaksana farmakologi dan non farmakologi dari penyakit tersebut?


Dalam kasus ini penyebab infeksi belum diketahui, maka dari itu diperlukan
kultur apusan tenggorok untuk menentukan tatalaksana yang tepat. Sebuah
kepustakaan menyebutkan bahwa usia tidak menentukan boleh tidaknya
dilakukan tonsilektomi.
Jika penyebabnya adalah virus tidak dianjurkan untuk diberikan antibiotik,
cukup dengan istirahat yang cukup dan pemberian cairan yang sesuai. Juga
dapat diberikan obat kumur (gargles) dan obat hisap (lozenges) untuk
meringankan nyeri tenggorokan.
o Jika penyebabnya adalah bakteri, infeksi streptokokus grup A
merupakan satu-satinya faringitis yang memiliki indikasi kuat dan
aturan khusus dalam pemberian antibiotik. Antibiotik yang dipakai
adalah
o penisilin V oral 15-30 mg/kkBB/hari dibagi 3 dosis selama
10 hari
o benzatin penisilin G IM tunggal dengan dosis 600.000 UI
(BB<30 kg) dan 1.200.000 UI (BB>30kg)
o amoksisilim 50 mg/kgBB/hari dibagi 2 dalam 6 hari
o eritromisin etil suksinat 40 mg/kgBB/hari, eritromisin
estolat 20-40 mg/kgBB/hari dengan pemberian 2, 3 atau 4
kali perhari selama 10 hari
o azitromisin dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari
berturut-turut

Medikamentosa :
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
- Antibiotik : Amoxicilin tab 3 x 250 mg
- Analgetik dan anti-inflamasi : Asam mefenamat 3 x 1
- Obat kumur
- Vitamin : untuk menjaga daya tahan tubuh

KIE :

a. Kumur dengan air garam hangat

b. Banyak minum air putih sejuk

c. Selalu jaga higiene mulut

d. Perbanyak istirahat

e. Banyak makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan

tubuh

LEARNING ISSUE

 Tonsilitis
Tonsilitis adalah perdangan tonsil palatine yang merupakan bagian dari cincin
Waldayer. Penyebaran infeksi melalui udara, tangan, dan ciuman. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak.

Tonsilitis Akut
a. Tonsilitis Viral
Gejala tonsillitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai
rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus
Epstein Barr. Hemofilus influenza merupakan penyebab tonsillitis
akut supuratif. Terapi: istirahat, minum cukup, analgetika dan
antivirus diberikan jika gejala berat.

b. Tonsilitis Bakterial
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streprokokus β
hemolitikus. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan
menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit
polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini merupakan
kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara
klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak
kuning. Masa inkubasi bakteri ini 2-4 hari, gejala dan tanda adalah
nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh
yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan
dan nyeri di telinga. Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak,
hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lacuna atau tertutup
oleh membrane semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri
tekan.
Terapi: antibiotika spectrum lebar penisilin, eritromisin. Antipiretik
dan obat kumur yang mengandung disinfektan.
Komplikasi: Pada anak sering terjadi otitis media akut, sinusitis,
abses peritonsil, abses parafaring, bronchitis, glomerulonefritis akut,
miokarditis, arthritis serta septicemia akibat ingeksi v. Jugularis
interna. Hipertrofi tonsil mengakibatkan pasien tidur dengan
mendengkur dan gangguan tidur.

 Manifestasi Klinis
o Tenggorokan sakit
o Sulit atau sakit saat menelan
o Sakit kepala
o Demam dan kedinginan
o Pembesaran, pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening) disekitar
rahang dan leher.
o Kehilangan suara

 Faktor Resiko
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
Tonsilitis adalah kondisi yang sering terjadi, terutama pada anak-anak. Virus
dan bakteri cenderung untuk berkembang pada orang-orang yang berhubungan
dekat satu sama lain, seperti di sekolah atau di fasilitas penitipan anak.

 Patofisiologi
Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan
epitel, kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superficial
bereaksi, terjadi pembendunagn radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear.

TONSILITIS KRONIS

 DEFINISI
Tonsilitis Kronis adalah peradangan kronis Tonsil setelah serangan akutyang
terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis. Tonsilitis berulang terutamaterjadi
pada anak-anak dan diantara serangan tidak jarang tonsil tampak sehat.Tetapi
tidak jarang keadaan tonsil diluar serangan terlihat membesar disertaidengan
hiperemi ringan yang mengenai pilar anterior dan apabila tonsil ditekankeluar
detritus.
 ETIOLOGI
bakteri penyebab tonsillitis kronis sama halnya dengan tonsillitis akut , namun
terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif.

 FAKTOR PREDISPOSISI
Mulut yang tidk hygiene, pengobatan rdang akut yang tidak adekuat,
rangsangan kronik karena rokok maupun makanan.

 PATOFISIOLOGI
Karena proses rang berulang maka epitel mukosa dan jarinagn limfoid terkikis,
sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan
parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar
yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas hingga menembus kapsul dan
akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]

 MANIFESTASI KLINIS
Adanya keluhan pasien di tenggookan seperti ada penghalang, tenggorokan
terasa kering, pernapasan berbau. Sat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar
dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus.
 KOMPLIKASI
Timbul rhinitis kronis, sinusitis atau optitis media secara perkontinuitatum,
endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitus, dermatitis,
pruritus, urtikaria, dan furunkulosis.

FARINGITIS

 Etiologi Faringitis
Faringitis kronis bisa disebabkan karena induksi yang berulang-ulang
faringitis akut atau karena iritasi faring akibat merokok berlebihan dan
penyalahgunaan alkohol, sering konsumsi minuman ataupun makanan yang
panas, dan batuk kronis karena alergi. Faringitis kronis akibat gangguan
pencernaan pada lambung juga mungkin terjadi namun merupakan penyebab
yang jarang ditemukan. Penyebab lain yang tidak termasuk iritan adalah
pemakaian suara berlebihan misalnya pada orator, sinusitis, rhinitis, inhalasi
akibat uap yang merangsang mukosa faring, debu, serta kebiasaan bernafas
melalui mulut karena hidung tersumbat.

 Patogenesis Faringitis
o Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat
secara langsungmenginvasi mukosa faring menyebabkan respon
inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisanepitel, kemudian bila
epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Pada stadium awal terdapathiperemi, kemudian edema dan sekresi
yang meningkat.
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
o Eksudat mula-mula serosa tapi menjadimenebal dan kemudian
cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Denganhiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar.
Bentuk sumbatan yang berwarnakuning, putih atau abu-abu terdapat
dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikellimfoid dan
bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke
lateral, menjadimeradang dan membengkak. Virus-virus seperti
Rhinovirus dan Corona virusdapatmenyebabkan iritasi sekunder pada
mukosa faring akibat sekresi nasal. Infeksi streptococcal memiliki
karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular
toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang
hebat karenafragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki
struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan
dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga
dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus
terganggu akibatterbentuknya kompleks antigen-antibodi.

 Klasifikasi Faringitis
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh
virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Virus
dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi
lokal. Infeksi bakteri grup A Streprokokus β hemolitikus dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang hebat karena bakteri ini melepaskan toksin
ekstraselular yang dapat menyebabkan demam reumatik. Bakteri ini banyak
menyerang anak-anak di bawah usia 3 tahun. Penularan infeksi melalui sekret
hidng dan luka (droplet infection).

Faringitis Akut
a. Faringitis viral
Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian
akan menimbulkan faringitis. Gejala yang timbul adalah rinorea,
mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan faring
tampak faring dan tonsil hiperemis.
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
Terapi: istirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat.
Analgetika jika perlu dan tablet isap

b. Faringitis bacterial
Infeksi grup A Streprokokus β hemolitikus merupakan penyebab
faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala
dan tanda berupa nyeri kepala hebat, muntah, kadang-kadang disertai
demam dengan suhu tinggi, jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan
tonsil terdapat pembesaran tonsil, faring dan tonsil hiperemis dan
terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul
bercak ptechie pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior
membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan.
Terapi: antibiotic diberikan apabila diduga penyebab faringitis akut
ini grup A Streprokokus β hemolitikus. Penicilin G Benzatin 50.000
U/kgBB, IM dosis tunggal atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi
3 kali/hari selama 10 hari dam pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10
hari atau eritromisin 4 x 500 mg/hari. Kortikosteroid: deksamentosa
8-16 mg, IM 1 kali. Pada anak 0.08-0.30 mg/kgBB, IM 1 kali.
Analgetika dan kumur dengan air hangat atau antiseptik.

c. Faringitis fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Gejala
dan tanda adalah keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan. Pada
pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring
lainnya hiperemis. Terapi: Nystasin 100.000-400.000 2 kali/hari dan
analgetika

 Gejala klinis Faringitis


Gejala umum yang sering ditemukan ialah:
o Gatal dan kering pada tenggorokkan
o Suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0 C
o Rasa lesu dan nyeri disendi
o Tidak nafsu makan (anoreksia)
o Rasa nyeri ditelinga (otalgia)
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
o Bila laring terkena suara menjadi parau atau serak
o Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,dan menjadi kering,
gambaran seperti kaca dan dilapisi oleh sekresi mukus.
o Jaringan limpoid biasanya tampak merah dan membengkak

 Diagnosis Faringitis
o Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai dari anamnesa yang
cermat dan dilakukan pemeriksaan temperature tubuh dan evaluasi
tenggorokan, sinus, telinga, hidung danleher. Pada faringitis dapat dijumpai
faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan hiperemis,
pembesaran kelenjar getah bening di leher.

 Prognosis
Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien dengan
faringitis biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.

 Komplikasi
Adapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media, epiglotitis,
mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga
dapat terjadi komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis,
demam rematik akut. Hal ini terjadi secara perkontuinatum, limfogenik
maupun hematogenik.

 SKDI
Tingkat kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan
dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas

 Mekanisme Keluhan
 Sorethroat
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
Sakit tenggorokan atau odinofagia merupakan gejala yang sering
dikeluhkan akibat adanya kelainan atau peradangan di daerah
nasofaring,orofaring dan hipofaring.
 Faringitis akut
Bisa disebabkan oleh virus (Rhinovirus,Virus influenza, adenovirus,
Epstein Barr Virus (EBV),mononukleosis atau HIV),bakteri
(Streptococcus β hemolitikus group A, korinebakterium,
arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia
pneumoniae),fungi (Candida).
 Faringitis kronik
Biasanya dipengaruhi faktor predisposisi seperti rinitis
kronik,sinusitis,iritasi kronik oleh rokok,minum alkohol,inhalasi uap
yang merangsang mukosa faring dan debu. Faktor penyebab lain
adalah pada pasien yang biasa Bernapas melalui mulut karena
hidungnya tersumbat.
 Faringitis spesifik
Faringitis leutika (Treponema Palidum) dan Faringitis Tuberkulosis
(M. tuberculosis).

PATOFISIOLOGI
o Faring
A Terinfeksi mikroorganisme di faring

Infeksi

pengaktifan monosit dan makrofag

mengsekresikan IL-1, IL-8, TNF-𝛼

mengaktifkan TH-1, dan CD-4 kompleks
sehingga makrofag lain akan aktif

menghasilkan TNF-𝛼 dan IFN-𝛾
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]

mengaktifkan iNOS untuk menghasilakan NO

vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas membrane sehingga
banyak eksudat

eksudat menyebabkan edema dan menekan ujung saraf bebas

nyeri pada tenggorokan

o Tonsil
Mikroorganisme masuk ke tonsil diikat dan dibawa oleh mukosa, APC,
makrofag dan dendrit menuju TH2

TH2 menghasilkan limfosit B, Sel B, IgG, IgM, IgA

antigen terpapar dengan konsentrasi tinggi

respon proliferasi struktur seluler

tonsil menjadi besar

menekan ujung saraf bebas sehingga terasa nyeri

nyeri pada tenggorokan

 Demam
o Infeksi bakteri dan virus
o Inflamasi
o Efek samping obat dan imunisasi
o Faktor lain seperti siklus menstruasi atau olahraga berat
o Kelelahan karena kepanasan atau terbakar sinar matahari
hebat
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]
o Karena fisiologis, dehidrasi
o Unknown fever

Infeksi bakteri pada tenggorok



rangsangan aktivasi sel PMN dan neutrophil ke daerah tersebut

mengeluarkan mediator inflamasi (TNF-𝛼, IL-1, IL-6, INF)

memacu pelepasan asam arakidonat

meningatkan sintesis prostaglandin

meningkatkan set point pada hipotalamus

pembentukan panas, suhu meningkat

demam

Dalam kasus ini, demam disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus
yang ditandai dengan sedikit peningkatan suhu badan.

 Batuk
Infeksi  inflamasi  pengeluaran bradikinin, prostaglandin
 berefek pada airway sensory nerve ending(nervus X) 
hiperreaktifitas reflek batuk
Batuk merupakan mekanisme awal pertahan tubuh terutama
pada saluran nafas atas dengan sel goblet yang banyak
menghasilkan mukpsa
 Rhinorea
 Infeksi  inflamasi  pengeluaran bradikinin, prostaglandin
 aktifasi saraf parasimpatis yang menstimulasi sekresi mukus
dari glandula nasal  rhinorea (hidung berair)
NURLAILI MAYA RAMADHANTY
BETA 2016]

 Nyeri telinga
 Nyeri telinga menandakan adanya perluasan infeksi, dan juga
merupakan manifestasi klinis dari faringitisis kronis eksaberasi
akut
 selain itu nyeri telinga juga dapat disebabkan sebagai nyeri alih
(Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX),
Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah
penyakit yang sering menyebabkan nyeri alih pada telinga.
Pasien biasanya mengeluh otalgia
 Nyeri dari telinga merupakan komplikasi dari infeksi pada
faring dan tonsil karena masuknya mucus / sekret melalui tuba
eustachius yang menghubungkan telinga tengah dan
nasofaring. Sekret ini mennyebabkan terjadinya sumbatan dan
mengganggu fungsi tuba

Você também pode gostar