Você está na página 1de 14

TUGAS RUTIN

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ANAK DENGAN KESULITAN BELAJAR”

OLEH :
NAMA : Aisyah Bella Cardina
NIM : 7151142004
PRODI : Pend. Akuntansi A 2015

DOSEN PENGAMPU :

Nindya Ayu Pristanti, M.Pd

PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya sampai saat
ini, sehingga saya dapat menyusun tugas rutin ini dan dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Nindya Ayu Pristanti, M.Pd yang telah
memberikan tugas yang sangat bermanfaat kepada mahasiswa Pendidikan Akuntansi.

Dan harapan saya semoga makalah tugas rutin dengan materi Anak dengan Kesulitan
Belajar ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Saya juga menyadari bahwa dalam penyajian tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu saya berharap saran dan kritik untuk membangun kesempurnaan
tugas ini.

Medan, 11 April 2018

Aisyah Bella Cardina


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh para siswa di sekolah merupakan
masalah penting yang perlu mendapat perhatian yang serius di kalangan para pendidik. Karena
kesulitan belajar yang mereka alami akan membawa dampak negatif, baik terhadap diri mereka
sendiri, maupun terhadap lingkungannya. Hal ini termanifestasikan dalam bentuk timbulnya
kecemasan, frustasi, mogok sekolah, drop out, keinginan untuk berpindah-pindah sekolah karena
malu telah tinggal kelas beberapa kali.

Untuk mencegah dampak negatif yang lebih buruk, yang mungkin timbul karena kesulitan
belajar yang dialami para peserta didik, maka para pendidik harus waspada terhadap gejala-
gejala kesulitan belajar yang mungkin dialami oleh para peserta didiknya. Untuk itu dalam
makalah ini, saya mencoba menguraikan latar belakang kesulitan belajar, karakteristik peserta
didik dalam belajar, gejala-gejala kesulitan belajar, dan mengatasi kebosanan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kesulitan belajar?

2. Apa yang melatarbelakangi kesulitan belajar?

3. Apa gejala kesulitan belajar?

4. Apa dampak kesulitan belajar?

5. Bagaimana penanganan serta program pendidikan bagi anak yang mengalami kesulitan
belajar?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :

1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami
kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau
terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang
dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa
dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan
dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak
berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya
subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang
memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun
karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan
volley dengan baik.

3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang memiliki tingkat potensi intelektual yang
tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah
dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 –
140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.

4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf
potensi intelektual yang sama.

5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak
mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Dari penjelasan diatas, dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui bentuk kesulitan belajar
yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih mengerti bentuk kesulitan yang putera/puteri
mereka hadapi. Banyak orangtua yang juga bertanya dan bingung tentang pendidikan dan
prestasi belajar anak, baik di sekolah maupun dirumah.

Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang
tuanya dalam kehidupannya yaitu:

1. Out of Law / Tidak taat aturan

2. Bad Habit / Kebiasaan jelek

3. Maladjustment / Penyimpangan perilaku

4. Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda

Perlu diketahui juga, awalnya banyak pendapat yang menyatakan keberhasilan anak dan
pendidikan anak sangat tergantung pada IQ (intelligence quotient). Namun memasuki dekade 90-
an pendapat itu mulai berubah. Daniel Goleman mengungkapkan bahwa keberhasilan anak
sangat tergantung pada kecerdasan emosional (emotional intelligence) yang dimiliki.Jadi IQ
bukanlah satu satunya yang mempengaruhi keberhasilan anak, masih ada emotional intelligence
yang juga perlu diperhatikan.

B. Latar Belakang Kesulitan Belajar

Pendidikan, sesungguhnya bukan merupakan tanggung jawab pemerintah semata. Akan


tetapi, merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemerintah, keluarga dan masyarakat.
Dengan demikian upaya-upaya untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi
dapat terealisasi dengan baik pula.

Dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, ternyata banyak tantangan
yang harus dihadapi oleh para pendidik, salah satu diantaranya adalah kesulitan belajar bagi para
murid. Masing-masing individu murid memiliki perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar,
baik dalam aspek minat, bakat, maupun kemampuannya. Dengan demikian tidak mengherankan
jika dalam suatu kelas ada murid-murid yang demikian menonjol prestasi belajarnya, ada yang
tergolong sedang, dan ada pula yang tergolong rendah atau sangat rendah. Kelompok murid-
murid yang terakhir tersebut dapat diindikasikan sebagai murid-murid yang mengalami kesulitan
belajar yang cukup serius, dalam arti perlu adanya penanganan secara terencana, terpadu dan
berkesinambungan.

Kita menyadari sepenuhnya, bahwa pendidikan dasar merupakan fondasi bagi pendidikan
selanjutnya. Jika fondasinya keropos, maka kita dapat membayangkan apa yang akan terjadi
ketika anak yang bersangkutan mengikuti jenjang berikutnya. Oleh karena itu, sebagai pendidik
atau guru, khususnya di sekolah dasar, kita perlu mengenali murid-murid yang mengalami
kesulitan belajar dan sekaligus mencari solusi yang tepat, agar murid-murid yang bersangkutan
dapat meningkatkan prestasi belajarnya dimasa yang akan datang. Kesulitan belajar yang dialami
oleh murid-murid pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor internal yakni penyebab yang berasal dari diri murid itu sendiri. Misalnya,
kemalasan, kurangnya motivasi untuk belajar, kurang gizi, mengalami kelainan mental dan
sebagainya. Implikasi dari faktor penyebab yang beragam tersebut memerlukan upaya
pemecahan yang berbeda-beda pula, dan ini merupakan pekerjaan rutinitas dari para guru yang
notabene memiliki peran ganda, yakni sebagai pengajar, pendidik, pembimbing, pelatih dan
sekaligus sebagai orang tua pengganti.

Setiap murid memiliki bakat, minat, dan kemampuan intelektual yang berbeda antara yang
satu dengan lainnya. Mengenai bakat dan kemampuan intelektual itu sendiri sesungguhnya
merupakan faktor bawaan, atau sudah ada pada diri anak yang bersangkutan sejak lahir.
Sedangkan minat dapat dikategorikan sebagai faktor bawaan, akan tetapi dapat pula terjadi
karena adanya pengaruh dari luar yang sifatnya lebih dominan. Kemampuan intelektual tersebut
sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar pada murid-murid.Semakin tinggi
kemampuan intelektualnya, semakin besar pula peluangnya dalam upaya pencapaian prestasi
belajar.

Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelektualnya, maka semakin kecil kemungkinan


untuk mencapai prestasi belajar. Anak-anak bersangkutan, cenderung mengalami kesulitan
belajar untuk semua materi pelajaran yang disajikan guru di kelas, terutama ketika anak yang
bersangkutan duduk di kelas-kelas yang lebih tinggi, Karena materi pelajaran yang disajikan
semakin kompleks. Namun demikian kesulitan belajar tersebut bisa saja terjadi pada anak-anak
yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, karena adanya faktor-faktor penyebab lainnya.

Satu hal yang perlu dicermati dalam hal ini adalah yang berkaitan dengan kelainan yang
dialami oleh murid-murid, misalnya kurang pendengaran, kurang penglihatan maupun lambat
belajar.Kelainan yang masih dalam taraf ringan biasanya sulit terdeteksi oleh para guru di
Sekolah Dasar pada umumnya, mengingat bahwa anak-anak yang bersangkutan secara sepintas
tidak berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Akan tetapi apabila tidak mendapatkan
perhatian secara khusus, maka anak-anak yang bersangkutan akan mengalami hambatan dalam
menerima informasi yang disampaikan oleh gurunya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang menyebabkannya antara lain lingkungan keluarga, lingkungan


sekolah, maupun lingkungan sosialnya. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dan
utama untuk masing-masing anak sebelum mengenal dunia luar atau masyarakat di
sekelilingnya.Oleh karena itu, keluarga mempunyai peranan yang cukup besar terhadap
keberhasilan pendidikan anak yang bersangkutan. Dalam kaitan ini, apabila pihak keluarga
kurang menaruh perhatian, kurang memberikan dukungan, bimbingan maupun motivasi, maka
anak yang bersangkutan cenderung akan mengalami kesulitan belajar. Lebih-lebih jika orang tua
memanfaatkan anaknya untuk mencari nafkah.Jelas anak-anak yang bersangkutan tidak memiliki
waktu untuk belajar.

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan sosial yang kedua setelah lingkungan keluarga.
Disini anak-anak ditempa, digembleng, dibina dan dibimbing agar pada gilirannya kelak menjadi
manusia-manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan Negara. Minimal berguna bagi dirinya
sendiri maupun keluarganya. Dengan demikian, lingkungan sekolah dapat dikategorikan sebagai
faktor yang paling dominan dan sangat menentukan terhadap keberhasilan upaya-upaya
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.

Sekolah dalam hal ini bukan hanya sosok gedung yang berdiri dengan anggun, tetapi
termasuk di dalamnya faktor ketenagaan, sarana, prasarana, bahan belajar dan kelengkapannya,
program pendidikan, manajemen dan sebagainya. Dari segi ketenagaan misalnya, apabila para
guru tidak mempunyai kemampuan profesional maka tidak mengherankan apabila murid-murid
tampak loyo, kurang bergairah dan sebagainya. Guru harus bisa bersaing dengan segala
kesenangan anak di luar sekolah. Proses belajar mengajar harus menarik, menumbuhkan minat
dan motivasi anak. Karena pengaruh diluar sekolah sudah sangat mempengaruhi dan menguasai
anak. Permainan anak sekarang sudah bermacam-macam dan serba elektronik dan acara TV
untuk anak sudah bercerita tentang masa depan. Semuanya itu setiap saat bisa mempengaruhi
konsentrasi anak untuk belajar. Bagaimana mungkin pendidikan akan berhasil apabila gurunya
tidak profesional.

Lingkungan masyarakat termasuk lingkungan sosial anak merupakan salah satu penyebab
timbulnya kesulitan belajar bagi anak-anak yang bersangkutan.Dalam konteks ini, jika anak-anak
bergaul dengan anak-anak yang tidak bersekolah, maka motivasi belajarnya cenderung kurang
menguntungkan.Dengan demikian, tidak mustahil jika anak-anak yang bersangkutan mengalami
kesulitan belajar.Selain teman bergaul, masyarakat di sekitarnya juga memiliki peranan penting
terhadap motivasi belajar anak-anak. Sebagai gambaran, apabila anak berada di lingkungan
industri yang banyak memanfaatkan tenaga di bawah umur misalnya, maka cepat atau lambat
anak yang bersangkutan akan tergiur untuk mendapatkan upah dari pekerjaan kasar yang
diiming-imingkan oleh pihak perusahaan yang bersangkutan. Selain itu, lingkungan bermain
anak juga mempunyai pengaruh yang cukup besar. Apabila teman-teman bermainnya rata-rata
tidak bersekolah atau drop out dari sekolah, maka motivasi belajarnya kian lama kian menurun.
Satu hal lagi yang perlu dicermati, yakni kian maraknya acara tayangan TV maupun permainan
elektronik seperti halnya Playstation, Game online dan sejenisnya, merupakan faktor penyebab
menurunnya motivasi untuk belajar. Sebagai akibatnya anak akan lamban menerima pelajaran
dari guru.

Selain faktor-faktor eksternal di atas, ada juga faktor-faktor eksternal lainnya yang
menyebabkan murid-murid mengalami kesulitan belajar. Adapun faktor-faktor tersebut antara
lain adalah:

1. Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik. kemampuan dasar merupakan
wadah bagi kemungkinan keberhasilan belajar yang diharapkan. jika kemampuan dasar rendah,
maka hasil belajar yang akan dicapai akan rendah pula.
2. Kurangnya bakat khusus untuk situasi belajar tertentu. Sebagaimana halnya intelegensi,
bakat juga merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar tertentu. peserta didik yang kurang
atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam
belajar.

3. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar. Tanpa motivasi yang besar maka peserta
didik akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor
pendorong kegiatan belajar. Persaingan yang sehat baik antar individu maupun kelompok dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

4. Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi peserta didik pada waktu tertentu dapat
menimbulkan kesulitan dalam belajar, misalnya, konflik yang dialaminya, kesedihan dan lain-
lain.

5. Faktor jasmaniah yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat
tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain sebagainya.

6. Faktor hereditas yang tidak mendukung kegiatan belajar.

Adapun faktor yang terdapat dari luar diri peserta didik yang dapat mempengaruhi hasil
belajar adalah:

1. Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar peserta didik, seperti
cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang akan dipelajari, perlengkapan belajar
yang kurang memadai, teknik evaluasi yang kurang tepat, ruang belajar yang tidak nyaman,
situasi sekolah yang kurang mendukung dan lain sebagainya.

2. Situasi dalam keluarga mendukung situasi belajar peserta didik, seperti rumah tangga yang
kacau, kurangnya perhatian orang tua karena sibuk dengan pekerjaannya, kurangnya kemampuan
orang tua dalam memberi pengarahan dan lain sebagainya.
C. Gejala Kesulitan Belajar

Menurut Moh. Surya, tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan belajar
antara lain:

1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah.

2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.

4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar.

5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan.

6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.

Dari apa yang dikemukakan diatas dapat dipahami adanya beberapa manifestasi dari gejala
kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik, diharapkan para guru dapat memahami dan
mengidentifikasi nama siswa yang mengalami kesulitan belajar dan mana pula yang tidak.

Sedangkan para guru dapat melakukan beberapa langkah sebagai diagnosis terhadap
kesulitan belajar. Langkah-langkah tersebut antara lain:

a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mereka
mengikuti pelajaran.

b. Memeriksa pendengaran dan penglihatan siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan
belajar.

c. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ikhwal keluarga yang
mungkin menimbulkan kesulitan belajar.

D. Dampak Kesulitan Belajar

Dampak Kesulitan Belajar terhadap peserta didik, yaitu:

a. Segi psikologik : masalah penggunaan bahasa lisan/tertulis dalam mendengarkan, berpikir,


membaca, mengeja, matematik, penekanan pada reaksi, ketidak mampuan memahami dan
mengungkapkan (bahasa reseptif dan ekspresif), kondisi motorik yang buruk, gerakan ceroboh
sehingga mempengaruhi fungsi belajarnya.

b. Segi sosial emosional : ketidakstabilan emosi yang ditandai seringnya terjadi perubahan yang
menyolok dalam suasana hati dan temperamen. Pada anak tiba-tiba menyerang orang lain/benda
tanpa ada provokasi sebelumnya atau tiba-tiba berdiam diri pada waktu yang tidak sepantasnya.

c. Segi pendidikan : Kesulitan belajar prasekolah perlu ditangani karena dapat mempengaruhi
masa selanjutnya atau disebut ‘high risk’ karena sulitnya mengidentifikasinya

E. Penanganan dan Program Pendidikan Bagi Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar

Penanganan berasal dari persepsi medis dan persepsi psikoedukasional.

a. Ahli mengatakan bahwa kesukaran belajar karena kerusakan fungsi otak dapat dikurangi
dengan obat misalnya megavitamin atau manajemen diet.

b. Psikolog dan ahli yang lain mengatakan bahwa kesukaran belajar karena defisit keterampilan
perseptual motorik, akan mencari bantuan yang dapat meningkatkan fungsi tersebut, dan jika
karena kekurangan dibidang akademik dengan memodifikasi perilaku, latihan pengamatan dll.

Bentuk penanganan lain :

1. REMEDIAL: (Usaha perbaikan yang dilakukan pada fungsi belajar yang terhambat).
Prosedurnya :
a) Analisis hasil diagnosis
b) Menentukan bidang yang perlu mendapat perbaikan
c) Menyusun program perbaikan
d) Melaksanakan program perbaikan
e) Menilai perbaikan belajar-mengajar

2. TUTORING : Bantuan yang diberikan langsung pada bidang studi terhambat pada siswa
sekolah dengan tujuan mengejar ketertinggalan di kelas.
3. KOMPENSASI : Diberikan bila hambatan yang dimiliki berdampak negatif dalam proses
pembentukkan konsep dirinya. Misalnya anak yang mengalami hambatan auditif dapat
digunakan saran belajar yang lain.

Untuk menangani anak dengan kesulitan belajar Khusus tidak hanya dilakukan oleh pihak
sekolah atau psikolog saja, tapi orang tua juga harus dilibatkan dalam hal ini. Pelibatan orang tua
dalam hal ini yaitu : membantu anak untuk berhasil, menghargai usaha anak, mencoba membuat
rutinitas dalam kegiatan sehari-hari (agar anak tahu apa yang harus dilakukan terlebih dahulu),
memberikan tugas satu per satu / bertahap (agar anak tidak bingung), berlaku simpatik tetapi
tegas, jangan terlalu memaksa anak, membantu anak untuk bergaul atau berteman.

.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Learning disabilities atau kesulitan belajar adalah istilah untuk mereka yang mengalami
gangguan atau hambatan dalam hal memahami dan mempelajari sesuatu. Learning disabilities
disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal diantaranya gangguan
neurologist atau disfungsi otak dan psikologis serta faktor eksternal diantaranya lingkungan
tempat ia tinggal.

Anak yang mengalami kesulitan belajar ini perlu mendapat bimbingan dan penanganan
khusus. Mereka bukanlah tidak bisa belajar, hanya membutuhkan perhatian lebih serta
bimbingan untuk mengatasi kesulitan yang mereka alami. Peran keluarga khususnya orang tua
serta guru sangat dibutuhkan untuk mengarahkan mereka agar bisa seperti layaknya anak normal
lain serta dapat menjalani kehidupannya di lingkungan masyarakat dengan baik.

B. SARAN

Setiap anak memiliki hal masing-masing yang membuat mereka berbeda. Begitu juga anak
kesulitan belajar. Mereka memang memiliki perbedaan dengan anak lainnya tetapi mereka
tetaplah anak-anak yang mmebutuhkan kasih sayang, perhatian serta perlakuan yang sama.
Dalam hal memperlakukan anak kesulitan belajar janganlah menganggap perbedaan mereka
menjadi hal yang negatif sehingga mereka terkucilkan. Anak kesulitan belajar memiliki potensi
serta kelebihan bakat-bakat di samping kekurangan mereka. Memperhatikan serta membantu
mengembangkan bakat anak kesulitan belajar adalah hal yang perlu dilakukan untuk
membangkitkan kepercayaan diri dan mengaktualisasi diri mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Syaiful. 2008.Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Refika Aditama

Delphie,Bandi. 2006 . Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar. Bandung: PT Refika


Adiatama.

Djarmarah. 2007. Media Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Grafindo

Você também pode gostar