Você está na página 1de 7

APLIED FAILURE ANALYSIS

( Jenis Patahan )

Nama : Usep Soepuddin


NIM : 12 610 006

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Jenis Perpatahan
Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka
perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran
bidang bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai
dengan permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap
cahaya dan berpenampilan buram.
2. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan
(cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai
dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul
cahaya yang tinggi (mengkilat).
3. Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis
perpatahan di atas.
Pada kedua patahan ini termasuk kedalam patahan Ductile yang mana ditandai dengan
permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan
berpenampilan buram.

DBT (Ductile to Brittle Tension)

Beberapa bahan tiba-tiba menjadi getas dan patah karena perubahan temperatur dan laju
reaksi, walaupun pada dasarnya logam tersebut ulet. Gejala ini disebut transisi ulet-getas, yang
merupakan hal penting ditinjau dari penggunaan praktis bahan. Bahan yang dapat memberikan
patahan getas adalah bcc seperti Fe, W, Mo, Nb, Ta, dan logam hcp seperti Znserta paduannya,
sedangkan fcc tidak bisa sama sekali. gejala ini juga mudah terjadi pada plastik.
faktor – faktor penyebab DBT (Ductile to Brittle Tension)
 tegangan 3 sumbu : karena keadaan tegangan menjadi rumit terhadap dua atau tiga sumbu
disebabkan oleh pangkal takikan, maka terjadi peningkatan yang menyolok dari tegangan
mulur dan patah getas mudah terjadi.
 laju regangan : peningkatan tegangan mulur yang sangat ditandai oleh peningkatan laju
regangan yang mengakibatkan patah getas.
 temperatur : makin rendah temperatur maka semakin mudah terjadi patah getas.

Patah Getas (Brittle Fracture)

Merupakan fenomena patah pada material yang diawali terjadinya retakan secara cepat
dibandingkan patah ulet tanpa deformasi plastis terlebih dahulu dan dalam waktu yang singkat.
Dalam kehidupan nyata, peristiwa patah getas dinilai lebih berbahaya daripada patah ulet, karena
terjadi tanpa disadari begitu saja. Biasanya patah getas terjadi pada material berstruktur
martensit, atau material yang memiliki komposisi karbon yang sangat tinggi sehingga sangat
kuat namun rapuh.

Gambar Martensite Structure

Ciri-cirinya:

o Permukaannya terlihat berbentuk granular, berkilat dan memantulkan cahaya.


o Terjadi secara tiba-tiba tanpa ada deformasi plastis terlebih dahulu sehingga tidak tampak
gejala-gejala material tersebut akan patah.
o Tempo terjadinya patah lebih cepat
o Bidang patahan relatif tegak lurus terhadap tegangan tarik.
o Tidak ada reduksi luas penampang patahan, akibat adanya tegangan multiaksial.
Gambar Spesimen Patah Getas

Patah Ulet (Ductile Fracture)

Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang diberikan pada
material, jika beban dihilangkan maka penjalaran retak akan berhenti. Patah ulet ini ditandai
dengan penyerapan energi disertai adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan,
sehingga permukaan patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan berwarna kelabu. Selain itu
komposisi material juga mempengaruhi jenis patahan yang dihasilkan, jadi bukan karena
pengaruh beban saja. Biasanya patah ulet terjadi pada material berstruktur bainit yang
merupakan baja dengan kandungan karbon rendah.

Gambar Bainite Structure


Ciri-ciri patah ulet:

o Ada reduksi luas penampang patahan, akibat tegangan uniaksial


o Tempo terjadinya patah lebih lama.
o Pertumbuhan retak lambat, tergantung pada beban
o Permukaan patahannya terdapat garis-garis benang serabut (fibrosa), berserat, menyerap
cahaya, pempilannya buram

Gambar Spesimen Patah Ulet

Ductile to Brittle Tension

Adalah fenomena perubahan sifat yang disebabkan faktor-faktor tertentu di mana pada
saat suatu material mengalami patah mengalami pergeseran sifat, awalnya merupakan material
ulet tetapi mengalami patah getas.

Berikut adalah factor-faktor yang menyebabkan Ductile to Brittle Tension:

o Temperatur
Material pada temperature tinggi sifatnya ulet, molekul dan ikatannya dapat meregang dan
bergerak, tetapi pada temperatur rendah sifatnya menjadi brittle (getas).

o Kecepatan regangan kecepatan pembebanan


Jika material ulet mengalami kenaikan laju pembebanan maka energi yang diserap semakin
kecil sehingga mengakibatkan terjadinya patah getas.

o Kandungan air
Material yang memiliki kandungan air tinggi / basah cenderung memiliki sifat ulet, apabila
material menjadi kering mska cenderung memiliki sifat getas.

o Perbedaan jenis ikatan kimia


Kwarsa, olifin, dan feldspar cenderung brittle, sedangkan mineral lempung, mika, dan kalsit
cenderung memiliki sifat ductile.

Você também pode gostar