Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Serviks adalah bagian bawah uterus yang terdiri dari endoserviks atau kanalis servikalis ,
bagian forniks vagina dan dindig vagina. Kanalis servikalis dilapisi oleh epitel kolumnar
tinggi penghasil mukus yang berbeda dari epitel uterus , yang bersambungan dengannya.
Epitel serviks juga dilapisi oleh kelenjar serviks tubular bercabang yang meluas membentuk
sudut terhadap kanali servikalis ke dalam lamina propria. Sebagian kelenjar serviks mungkin
tersumbat dan berkembang menjadi kista glandular kecil. Jaringan ikat di lamina propria
serviks lebih fibrosa daripada di uterus. Pembuluh darah , saraf dan kadang kala nodulus
limfoid ada. Ujung bawah serviks yaitu ostium serviks , menonjol ke dalam lumen kanalis
vaginalis. Epitel silindris kanalis servikalis berubah mendadak menjadi epitel berlapis gepeng
tidak bertanduk untuk melapisi vagina di serviks yaitu porsio vagina dan permukaan luar
forniks vagina . Di dasar forniks, epitel serviks vaginalis berubah menjadi epitel vagina di
dinding vagina. Otot polos di tunika muskularis memanjang ke dalam serviks tetapi tidak
sepadat otot di korpus uterus. 2
Mukosa vagina tidak rata dan memperlihatkan banyak plika mukosa . Epitel
permukaan kanalis vaginalis adalah epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Papilla
jaringan ikat di bawahnya tampak menonjol dan membentuk identasi epitel. Lamina propria
mengandung jaringan ikat padat tidak teratur dengan serat elastik yang meluas ke dalam
tunika muskularis berupa serat intertisiel . Jaringan limfoid difus, nodulus limfoid dan
pembuluh darah kecil terdapat dalam lamina propria. Tunika mskularis dinding vagina
terutama terdiri dari berkas longitudinal dan berkas oblik otot polos. Berkas transversal otot
polos jauh lebih sediit tetapi lebih sering ditemukan di lapisan dalam. . Jaringan ikat
intertisial kaya serat elastik. Pembuluh darah dan berkas saraf banyak ditemukan di tunika
adventisia. Glikogen adalah komponen utama di epitel vagina, kecuali di lapisan paling
dalam, tempat glikogen sedikit atau tidak ada. Selam fase folikular daur haid , glikogen
menumpuk di epitel vagina, mencapai kadar maksima sebelum ovulasi.2
Fisiologi reproduksi wanita
a. Vagina
Vagina merupakan kanal fibromuskular yang elastic dan mengarah ke atas yang elastik
yang mengarah ke atas dan ke belakang dari vulva ke uterus. Dinding vagina tidak memiliki
kelenjar namun kelembapannya dijaga oleh secret kelenjar serviks dan adanya rembesan
cairan dari kapiler darah. Ph cairannya asam yaitu sekitar 3,8-4,5 dan berfungsi untuk
menjaga kuman komensal vagina yaitu basil Doderlein. Kuman komensal ini memakan
glikogen yang terdapat di dinding vagina dan mengubahnya menjadi asam laktat sehingga
melindung vagina dan genitalia interna lainnya dari infeksi.3
Dinding vagina tersusun dari adventisia terluar suatu lapisan otot polos dan epithelium
skuamosa bertingkat nonkeratinisasi yang memiliki reseptor pada membrane untuk estrogen.
Beberapa pengaruh estrogen pada vagina :
1) Sebelum pubertas dan setelah menopause, jika konsentrasi estrogen darah rendah , lapisan
vagina menjadi tipis dan hamper seluruhnya terdiri dari sel-sel basal. Selama tahun-tahun
reproduktif oleh karena pengaruh estrogen lapisan vagina menjadi tebal yang terdiri dari 40
lapisan sel basal, sel intermediet, dan sel superficial. 3
2) Vagina dilembabkan dan dilumasi oleh cairan yang berasal dari kapiler pada dinding vagina
dan disekresi dari kelenjar-kelenjar serviks. Selama masa reproduktif cairan vagina bersifat
asam . karena stimulasi estrogen , sel-sel mukosa menyimpan glikogen yang akan
dimetabolisme menjadi asam laktat oleh bakteri normal vagina. Sebelum pubertas dan setelah
menopause, sedikit stimulasi estrogen mengakibatkan sedikit akumulasi estrogen dalam sel-
sel mukosa dan Ph-nya menjadi basa. Cairan yang asam dan epithelium yang tebal
melindungi vagina dari infeksi yang berbahaya. Jika kadar estrogen rendah, seperti pada
anak perempuan prapubertas dan perempuan menopause vagina lebih rentan terhadap infeksi.
Infeksi juga sering terjadi pada perempuan di masa reproduktif jika bakteri normal vagina
diganggu oleh alat kontrasepsi kimia atau antibiotic. 3
Beberapa fungsi vagina yaitu :
1) Sebagai tempat tumpahan dan jalan lintaasan spermatozoa selama coitus
2) Sebagai jalan keluar bagi janin produk konsepsi lainnya.
3) Menjadi jalan keluar aliran menstruasi
4) Sebagai sawar terhadap infeksi ascendens
b. Uterus
Uterus merupakan organ berotot, berongga, dan berbentuk buah pir yang terletak dalam
rongga panggul diantara kandung kemih dan rectum. Posisi uterus adalah anteversi dan
anteflexi. Fungsi uterus yaitu menerima, melindungi, tempat berkembangnya, dan
pengeluaran janin. 3
Corpus uteri dan serviks tersusun atas 3 lapisan jaringan , yaitu :
1) Lapisan epitel di dalam (endometrium)
Lapisan endometrium uterus tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan fungsional dan lapisan
basal. Lapisan fungsional merupakan jaringan epitel yang banyak mengandung kelenjardan
setelah pubertas lapisan ini dibangun dan meluruh pada setiap siklus menstruasi akibat
pengaruh hormonlapisan fungsional banyak mengandung pembuluh darah dan arteri spiralis
yang member nutrisi bagi proliferasi sel selama siklus reproduksi. Ketika ovum yang telah
dibuahi tertanam ke endometrium , lapisan tersebut menyediakan nutrisi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkeembangan embrio selama kehamilan. 3
Lapisan basal merupakan lapisan permanen yang membentuk lapisan fungsional setiap kali
setelah menstruasi. Serviks dilapisi oleh epitel kolumnar yang menyekresi mucus untuk
membentuk sumbat pelindung di kanal servikal untuk melindungi genitalia iinterna dari
infeksi. Lapisan endometrium serviks juga berlipat-lipat seperti vagina (arbor vitae), yang
memungkinkan dilatasi selama persalinan . Lapisan endometrium serviks tidak ikut meluruh
saat menstruasi. 3
2) Lapisan otot di tengah (miometrium)
Lapisan tengah dinding uterus ini terdiri ats 3 lapisan otot yaitu lapisan otot sirkuler di bagian
dalam, lapisan otot obliq di bagian tengahdan lapisan otot longitudinal di bagian luar. Lapisan
miometrium ini berperan penting saat persalinan dengan berkontraksi mendorong bayi keluar
yang distimulasi oleh hormon oksitosin. 3
3) Jaringan ikat di luar (perimetrium)
Lapisan terluar uterus dan serviks ini sebenarnya merupakan lapisan peritoneum yang
membungkus uterus dan uba uterine. 3
Fisiologi menstruasi
Siklus haid dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas dua fase dan satu
saat, yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal. Perubahan-perubahan kadar hormone
sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormone
steroid dan hormone gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negative terhadap
FSH, sedangkan terhadap LH estrogen menyebabkan umpan balik negative jika kadarnya
rendah, dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap
hormone gonadotropin ini mungkin pada hipotalamus. 3
Tidak lama setelah haid mulai, pada fase follikuler dini, beberapa folikel berkembang
oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus
luteum, sehingga hormone steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi
estrogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH; folikel yang akan berovulasi melindungi
dirinya sendiri terhadap atresia, sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu
ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan
estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir ketika FSH
mulai menurun, menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah peka terhadap
FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma jelas meninggi.
Estrogen pada mulanya meninggi secara berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai
puncaknya. Ini memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan
LH (LH-surge) pada pertengan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi
itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Mekanisme turunnya LH tersebut
belum jelas. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin
inilah yang menyebabkan perubahan morfologik pada folikel. Mungkin pula menurunnya LH
itu disebabkan oleh umpan balik negative yang pendek dari LH terhadap hipotalamus.
Lonjakan LH yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16-
24 jam setelah lonjakan LH. Pada manusia biasanya hanya satu folikel yang matang.
Mekanisme terjadinya ovulasi agaknya bukan oleh karena meningkatnya tekanan dalam
folikel, tetapi oleh perubahan-perubahan degenerative kolagen pada dinding folikel, sehingga
ia menjadi tipis. Mungkin juga prostaglandin F2 memegang peranan dalam peristiwa itu. 3
Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulose membesar, membentuk vakuola dan
bertumpuk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam
lapisan granulose juga bertambah dan mencapai puncaknya pada 8-9 hari setelah
ovulasi. Luteinized granulose cells dalam korpus luteum itu membuat progesteron banyak,
dan luteinized theca cells membuat pula estrogen yang banyak, sehingga kedua hormone ini
meningkat tinggi pada fase luteal. Mulai 10-12 hari setelah ovulasi korpus luteum mengalami
regresi berangsur-angsur disertai dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan diikuti oleh
menurunnya sekresi progesteron dan estrogen. Masa hidup korpus luteum pada manusia tidak
bergantung pada hormon gonadotropin, dan sekali terbentuk ia berfungsi sendiri (autonom).
Namun, akhir-akhir ini diketahui untuk berfungsinya korpus luteum, diperlukan sedikit LH
terus-menerus. Steroidegenesis pada ovarium tidak mungkin tanpa LH. Mekanisme
degenerasi korpus luteum jika tidak terjadi kehamilan belum diketahui. Empat belas hari
setelah ovulasi terjadi haid. Pada siklus haid normal umumnya terjadi variasi dalam
panjangnya siklus disebabkan oleh variasi dalam fase folikuler. 3