Você está na página 1de 8

Anggota Kelompok : Anggi Hardi Fauzi (0621.16.

006)
Ghilman Mahardani H. (0621.16.009)
Program Studi : Kimia Ekstensi
Mata Kuliah : Kimia Lingkungan
Semester : Tiga

REVIEW JURNAL

Judul : “Ozone for Color and COD Removal of Raw and Anaerobically Biotreated
Combined Industrial Wastewater”
Disusun oleh : A. Yasar*, N. Ahmad, M. N. Chaudhry, M. S. U. Rehman, A. A. A. Khan

Pada jurnal ini meneliti penambahan proses ozonisasi dalam mengolah limbah pewarna
tekstil menggunakan Reaktor Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB). Penggunaan reaktor
UASB ini sudah terbukti pada pengolahan limbah pewarna, namun beberapa fraksi kecil zat warna
dan zat kimia tidak dapat terurai secara alami. Untuk itu digunakan ozonisasi untuk memecah
kontaminan tersebut menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Proses ozonisasi ini dilakukan sebelum atau sesudah proses pada reaktor UASB ini.
Penerapan ozonisasi sebelum pengolahan membuat senyawa kompleks dipecah menjadi senyawa-
senyawa sederhana, sehingga nantinya dapat didegradasi secara alami melalui reaktor UASB.
Adapun penerapan sesudah reaktor UASB ini bertujuan untuk memecah senyawa-senyawa yang
tidak dapat terurai dalam proses reaktor tersebut. Jadi dalam aplikasinya sangat penting
menentukan proses ozonisasi ini dilakukan sebelum atau sesudah proses pengolahan reaktor
UASB karena akan menentukan penggunaan bahan kimia yang optimal.
Temperatur dan pH mempengaruhi kinerja ozon dalam menghilangkan zat perwarna dan zat
COD. Pada pH asam ozon berada dalam bentuk moleku O3, dan akan menjadi sangat reaktif
membentuk HO, HO2, dan HO3 pada kondisi basa (alkalin). HO merupakan oksidan yang penting
karena laju reaksi HO bisa 106 sampai 109 kali lebih cepat dibanding laju reaksi O3. Dan semakin
tinggi pH menyebabkan reaksi antara ion hidroksida dan ozon membentuk HO2, dan bahkan HO3.
Pengaruh temperatur pada proses ozonisasi mempengaruhi dua variabel, yaitu kelarutan
ozon dan laju reaksi. Semakin tinggi temperatur, kelarutan ozon semakin berkurang. Berkurangnya
kelarutan ozon membuat menurunnya jumlah senyawa yang dapat dipecah oleh ozon tersebut.
Adapun laju reaksi akan meningkat seiring kenaikan temperatur.
Pada proses percobaan menggunakan air limbah campuran dari berbagai industri tekstil dan
pabrik. Sampel tersebut diambil dengan mencampurkan sampel air sepanjang saluran pembuangan
pabrik dengan kedalaman yang berbeda. Air limbah ini dicirkan dalam hal warna, COD, klorida
dan pH yang memiliki pengaruh terhdadap standar pemeriksaan air limbah. Berikut karakteristik
air limbah yang digunakan :
Parameter Unit Wastewater UASB effluent
pH - 7.9a (0.08) 7.2 (0.05)
Colour absorbance 0.65a (0.02) 0.085 (0.001)
COD mg/l 515a (29.4) 108 (7)
Chloride mg/l 144a (17.6) 57 (3.3)

Penelitian proses ozonisasi dilakukan pada air limbah mentah, dan juga air limbah yang
sudah melalui proses biodegradasi pada Reaktor UASB. Untuk itu perakitan skala kecil komponen
reaktor UASB ini pun dilakukan. Rakitan reaktor ini dibagi menjadi empat :
1. Reaktor UASB.
2. Tangki Umpan.
3. Pengaturan penggumpalan gas.
4. Tangka pengumpul.
Yang diuji pada percobaan ini adalah pengaruh perbedaan dosing ozon, perubahan pH dan
kenaikan temperatur. Pada pengaruh perbedaan dosis ozon, diperoleh kesimpulan berdasarkan
grafik semakin tinggi dosis ozon yang ditambahkan maka semakin besar presentasi penghilangan
zat warna dan COD pada limbah tersebut.
Kondisi pH pada proses ozonisasi, mempengaruhi hasil dari penghilangan zat warna dan
COD pada limbah. Berdasarkan dari grafik pengamatan perubahan pH maka didapatkan hasil yang
paling optimal dalam menghilangkan zat warna dan COD yaitu pada kisaran pH 8-9. pH kurang
dari 8 menandakan ozon belum optimal dalam menghilangkan zat warna dan COD tersebut.
Adapun pH diatas 9 penghilangan zat warna dan COD mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan
pH operasi yang melampaui nilai pK dari polutan sehingga proses degradasi menjadi tidak
maksimal karena polutan tidak dalam keadaan molekular.
Temperatur proses memberikan efek yang penting pada peenghilangan zat warna dan COD
dengan proses Ozonisasi. Pengujian dilakukan pada temperature 25 – 60 oC. Pada air limbah yang
sudah diproses melalui reaktor UASB memberikan hasil optimal pada 25 oC dan mengalami
penurunan seiring naiknya temperatur. Adapun pada air limbah mentah diperoleh suhu optimal
pada 30 oC. Pengaruh temperatur ini memberikan efek simultan, yaitu semakin tinggi temperature
maka laju reaksi semakin cepat, namun kelarutan ozon semakin berkurang. Apabila jumlah ozon
yang terlarut semakin berkurang maka semakin sedikit jumlah zat warna dan COD yang
dihilangkan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan presentase penghilangan zat
warna dan COD pada grafik perubahan temperatur.
Jadi kesimpulan dari penelitian ini adalah proses ozonisasi lebih efektif dilakukan setelah
proses pengolahan secara biodegradasi dengan menggunakan UASB reaktor. Semakin banyak
dosis ozon maka semakin besar presentase penghilangan polutan. Kondisi pH yang optimal dalam
proses ozonisasi adalah berkisar antara 8-9, sedangkan temperatur yang optimal adalah dibawah
30 oC. Semakin tinggi temperatur maka kelarutan ozon semakin berkurang dan semakin sedikit zat
warna dan COD yang dioksidasi.
Pertanyaan

1. Senyawa apakah yang menjadi pencemar untuk limbah pewarna tekstil?


Jawaban :
Limbah cair dari industri pewarna tekstil secara garis besar dapat diuraikan menjadi
bagian – bagian seperti dibawah ini:
a. Logam berat terutama As, Cd, Cr, Pb, Cu, Zn.
b. Hidrokarbon terhalogenasi.
c. Pigmen, zat warna dan pelarut organik.
d. Tensioactive (surfactant).

2. Apa yang dimaksud dengan UASB?


Jawaban :
Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) merupakan suatu metode pengolahan limbah
secara anaerob di dalam bioreaktor aliran sumbat (PFR, Plug Flow Reactor) yang
melibatkan dua kelompok bakteri, yaitu bakteri penghasil asam dan bakteri penghasil
metana. Metode ini digunakan untuk mengolah air limbah dengan konsentrasi organik
3.000–25.000 mg/L berdasarkan parameter COD. Keistimewaan metode ini adanya
sludge blanket yang aktif pada bagian dasar reaktor dan dilengkapi dengan sistim
pemisahan gas dan padatan (separator gas-solid), sehingga metode ini mempunyai cost
relatif lebih murah dan sederhana dibanding metode lain. Oleh karena itu metode UASB
sangat cocok diterapkan sebagai sistim pengolahan air limbah organik dari industri kecil.

3. Kenapa ozon lebih baik digunakan pada pH 8-9?


Jawaban :
Ozon pada kondisi asam berbentuk molekul O3, akan tetapi pada kondisi basa
membentuk hidroksida HO, HO2 bahkan HO3, yang bersifat lebih reaktif dan laju
reaksinya lebih cepat dibanding dalam bentuk molekul O3.
4. Apa yang menyebabkan proses ozonisasi tidak optimal pada temperatur tinggi?
Jawaban :
Penyebab tidak optimal proses ozonisasi pada temperatur tinggi adalah kelarutan dari
ozon itu sendiri. Karena meskipun laju reaksi semakin meningkat seiring kenaikan
temperatur, akan tetapi kelarutan ozon menjadi semakin kecil, sehingga dibutuhkan dosis
yang lebih banyak karena banyak ozon yang tidak larut.

5. Di alam ozon terdapat dimana?


Jawaban :
Ozon tertumpu di bawah stratosfer di antara 15 dan 30 km di atas permukaan bumi yang
dikenal sebagai 'lapisan ozon'. Ozon terbentuk dengan berbagai percampuran kimiawi,
tetapi mekanisme utama penghasilan dan perpindahan dalam atmosfer adalah
penyerapan tenaga sinar ultraviolet (UV) dari matahari.

Você também pode gostar