Você está na página 1de 2

Pemanfaatan Potensi Iklim Makro Daerah Pantai untuk Perbaikan

Iklim Mikro pada Lingkungan Binaan di Kota Makassar


Juhana Said 1(1), Iwan Sudradjat 2(2)

Abstrak
Kota Makassar secara makro berada pada wilayah iklim tropis panas-lembab dengan
karakter khusus dipengaruhi oleh laut. Kota ini memiliki bentuk wilayah yang unik karena
panjang garis pantainya mencapai 7 kali lipat dari lebarnya, sehingga iklim makro daerah pantai
masih sangat kuat berpengaruh sampai di daratan. Lingkungan binaan yang dijadikan kasus
studi adalah lingkungan kampus Unhas (mewakili jarak terjauh dari pantai), kampus UNM
(mewakili jarak paling dekat dari pantai), dan kampus UMI (berada ditengah kota). Sebanyak
960 kali pengukuran yang dilakukan pada dua bulan ekstrim di musim hujan dan kemarau pada
24 lingkungan pengamatan di tiga kampus untuk dikaji kondisi iklim mikronya. Analisis
dilakukan berdasarkan metode kuantitatif menggunakan formula dari Edward Ng (2006). Hasil
analisis menunjukkan bahwa iklim makro daerah pantai Makassar masih sangat poternsil di
manfaatkan terutama angin lautnya, namun kondisi temperatur dan kelembapan udaranya
cukup tinggi, sehingga merupakan kendala yang perlu dipertimbangkan dan dikendalikan secara
khusus dalam perencanaan lingkungan binaan.

Kata-kunci : Daerah pantai, iklim makro, iklim mikro, lingkungan binaan, Makassar

Pendahuluan
Di bumi ini terdapat tiga wilayah iklim secara makro, yaitu iklim tropis, iklim sub tropis, dan iklim dingin.
Secara makro iklim memiliki variabel-variabel atmosfer yang sama, yang disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim
terdiri dari radiasi matahari, temperatur udara, kelembapan udara, curah hujan, tekanan udara dan angin (Tjasyono,
2004).
Daerah pantai menurut Lechner 2007 merupakan ruang terbuka yang terbentuk secara alamiah dan
memiliki karakteristik fisik yang sangat berbeda dengan daratan. Pemanfaatan bidang air (laut, sungai, danau, dan
sejenisnya) sebagai lahan terbuka menurut Lippsmeier (1997) memberi kemungkinan terhadap penurunan suhu
kota.
Bidang daratan menjadi panas dua kali lebih cepat daripada bidang air dengan luas yang sama. Daerah
pantai yang didominasi oleh bidang air menyerap banyak panas dari tanah dan udara sekelilingnya. Semakin dalam
airnya, semakin banyak pula panas yang diserap oleh air, sehingga daerah pantai dapat membantu menciptakan
kesejukan (Manguwijaya, 1997). Hal ini diperkuat oleh Lechner (2007) bahwa wilayah air yang luas dan berangin
memiliki efek kenyamanan suhu yang signifikan, sehingga dapat menjadi tempat tinggal pilihan.
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa iklim makro daerah pantai memiliki karakteristik spesifik
yang dapat dimanfaatkan untuk optimasi kenyamanan termal di lingkungan binaan. Sayangnya, perencanaan
lingkungan binaan seringkali mengabaikan potensi iklim makro daerah pantai ini. Kekuatan elemen lanskap alami
seperti daerah pantai, tidak banyak diantisipasi dan dipertimbangkan oleh perencana maupun perancang kota.
Di Makassar menurut data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Maritim Potere 2006-2010, kelembapan rata-rata
79.4 % dengan curah hujan rata-rata 257 mm, temperatur rata-rata 27,8°C, kecepatan angin rata-rata 2.29 m/s dan
penyinaran matahari 64,4%. Diketahui pula bahwa Makassar merupakan salah satu kota yang memiliki garis pantai
cukup panjang, yaitu sekitar 36.1 km, dengan luas wilayah 175, 77 km2 (BPS Makassar, 2007).
Kota Makassar juga memiliki sungai (sungai Tallo dan Sungai Jenneberang) dan kanal yang
menghubungkan bagian dalam kota dengan laut. Kawasan sungai Tello dengan delta dan cabang-cabang sungainya
merupakan daerah rawa, mangrove dan tambak yang masih sangat luas (1.456 Ha), sehingga kondisi ini sangat
potensial dimanfaatkan untuk perbaikan iklim mikro di lingkungan binaan.
Isi
a. Metode
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif berdasarkan formula dari Edward Ng (2006) untuk
mengungkap iklim makro daerah pantai yang dapat di manfaatkan untuk perbaikan iklim mikro di
lingkungan binaan.
Data empiris dikumpulkan melalui observasi lapangan dengan teknik perekaman dan pengukuran
langsung. Data iklim makro (temperatur udara, curah hujan, kelembapan relatif, penyinaran matahari,
tekanan udara, kecepatan dan arah angin) dikumpulkan dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Maritim
Potere Makassar selama lima tahun berturut-turut (2006-2010). Data iklim mikro khususnya kecepatan
angin diperoleh melalui pengukuran langsung yang dilakukan pada dua bulan ekstrim di musim hujan dan
kemarau pada 24 lingkungan pengamatan di tiga lingkungan binaan.
Lingkungan binaan yang dijadikan kasus studi adalah lingkungan kampus Unhas, UMI dan UNM yang
ditentukan dengan pertimbangan:
1. berada pada bentang alam yang beragam (dekat pantai, tengah kota, jauh dari pantai dan berada
pada ketinggian yang beragam
2. wilayah kampus masuk dalam zona jangkauan angin laut
3. memiliki sarana dan prasarana kampus yang kompleks.
Waktu pengukuran ditentukan berdasarkan peredaran matahari dan jam-jam aktifitas kampus, yaitu
pada pukul 8.00, 10.00, 12.00, 14.00, dan 16.00. Pengukuran dilakukan pada saat cuaca cerah sebanyak
960 kali dengan mengikuti prosedur/ketentuan sebagai berikut:
1. pengukuran dilakukan pada ketinggian 2 m di atas tanah untuk sampel taman dan plaza, 1.5 m di
atas lantai untuk sampel gasebo dan selasar,
2. alat-alat pengukuran (instrument) tidak terpapar sinar matahari langsung dan tetap menerima
aliran udara bebas
3. pembacaan data disetiap titik ukur untuk semua alat ukur dilakukan dengan masa penyesuaian
lima menit
4. semua alat ukur telah dikalibrasi agar mempunyai sensitivitas skala yang sama, 5) semua alat ukur
digital mengunakan baterai baru.

b.

Você também pode gostar