Você está na página 1de 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor merupakan pembengkakan di dalam atau pada tubuh akibat dari pertumbuhan sel
yang abnormal dan tumor dapat bersifat maligna atau benigna (Nair & Peate, 2015). Tumor
otak merupakan sel abnormal yang berada dalam jaringan otak dan mengalami pertumbuhan
(Digilio, Jackson, Keogh, & Prabantini, 2014). Pada umumnya sel tumbuh sebagai massa
yang berbentuk bola dan dapat tumbuh pada jaringan difus dan infiltrat (Smeltzer
C.Suzanne, 2013). Sebagian besar tumor otak yang berasal dari saraf dibentuk oleh sel glia
(glioma) dimana sel glia tersebut tidak kehilangan kemampuannya dalam membela diri
(Sherwood, 2014).Perubahan fisiologi yang terjadi pada kasus ini berupa peningkatan
tekanan intra kranial dan edema serebral, aktiftas kejang dan tanda neurologis fokal, serta
hidrosefalus. Tumor otak sekunder atau metastasis yangberkembang diluar struktur otak
terjadi pada 20 – 40 % dari semua pasien kanker (Smeltzer C.Suzanne, 2013).
Menurut American Cancer Society (ACS) estimasi kejadian baru dan mortality akibat
kanker otak dan nervus lainya sebanyak 9.620 (3%) pada laki – laki dan 7.080 (3%) pada
perempuan (American Cancer Society, 2017). Meskipun tumor otak jarang, mereka adalah
penyebab morbiditas dan mortalitas kanker yang signifikan, khususnya pada anak-anak dan
dewasa muda di mana mereka masing-masing menyumbang sekitar 30% dan 20% kematian
akibat kanker. Tumor otak juga merupakan penyebab kematian yang terbanyak
dibandingkan dengan kanker lainnya. Tumor otak diperkirakan mewakili 1,4% dari
dagnosis kanker baru pada tahun 2015 dan akan menyebabkan 2,6% kematian akibat kanker.
Tumor otak yang paling umum pada anak-anak adalah astrocytoma plocytic, embrio tumor,
dan glioma ganas, sedangkan meningioma, tumor hipofisis, dan gloma maligna adalah tipe
berbagai tumor otak yang paling umum (McNeill, 2016)
Di indonesia Prevalensi kanker tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (4,1‰), diikuti Jawa
Tengah (2,1‰), Bali (2‰), Bengkulu, dan DKI Jakarta masing-masing 1,9 per mil
(Riskesdes, 2016). Di Indonesia sendiri sebuah penelitian dilakukan di RS Hasan sadikin
Bandung dimana membahas tentang insiden tumor supratentorial (tumor otak yang terletak
superior terhadap tentorium serebeli) berdasarkan jenis dan letaknya dimana didapatkan
bahwa terdapat 494 pasien tumor supratentorial tapi hanya ada 168 yang memiliki informasi
lengkap. Berdasarkan jenisnya, tumor dikelompokkan secara garis besar menjadi glioma
(14,88%), tumor kranial dan paraspinal (0,60%), tumor meningen (70,24%), tumor pada
region sella (10,12%) dan tumor metastasis (4,17%). Berdasarkan letaknya, secara garis
besar tumor terletak di sisi kanan (35,12%), sisi kiri (36,90%), region sellar (13,69%), sisi
tengah (4,16%) dan bilateral (10,12%) dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa:Jenis tumor supratentorial terbanyak adalah meningioma dan lokasi tumor
supratentorial paling banyak adalah pada sisi kiri otak secara umum, atau pada lobus frontal
secara spesifik (M, Bisri, & Adam, 2013)
Dukungan psikologis merupakan salah satu hal yang dapat membantu penyembuhan
penderita tumor otak, salah satu intervensi yang dapat dilakukan yaitu penerapan program
Making Sense of Brain Tumor (MSoBT). Program MSoBT memiliki khasiat untuk
meningkatkan kesejahteraan psikologis dan kualitas hidup setelah tumor otak (Ownsworth et
al., 2015)
B. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui proses asuhan
keperawatan dan telaah kasus pada pasien dengan gangguan sistem onkologi yang
menkhusus pada kasus tumor pada otak.
A. Kesimpulan
Berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan penunjang yang tercantum pada
scenario kasus, maka kami menyimpulkan bahwa pasien tersebut mengalami tumor otak,
dimana diagnosis ini diangkat berdasarkan kriteria keluhan nyeri kepala hebat, hilang timbul,
dan rasa berdenyut diseluruh kepala, mual dan muntah, terjadi gangguan pada nervus optikus,,
skala nyeri 5, terjadi penurunan kekuatan otot dimana kekuatan otot = 5 5 / 3 3. Pasien
diberikan manitol sebagai langkah untuk menurunkan tekanan intra kranial. Tekanan
intracranial sendiri merupakan salah satu tanda-tanda tumor otak. Selain itu hasil CT scan
menunjukkan kesan SOL intracranial. Hal terpenting dan pertama dilakukan pada kasus ini
adalah penenganan segera pada peningkatan tekanan intracranial (TIK), mengontrol atau
mencegah terjadinya kejang, deficit motoric dan sensorik dan devisit intracranial..
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan sesuai scenario kasus maka kelompok
mengangkat 6 masalah keperawatan seperti: Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak,
nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial, gangguan pola tidur
ditandai dengan nyeri, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular, resiko jatuh, dan resiko kekurangan volume cairan. Pengangkatan Diagnosa
merujuk pada diagnosa Nanda, begitu pula pada penetapan intervensi keperawatan pada
masing – masing masalah keperawatan merujuk pada Nursing Outcome Classification (NOC)
dan Nursing Intervention Classification (NIC) disertai dengan Evidence Based Practice.
B. Saran
Dalam pemberian Asuhan Keperawatan diharapkan perawat dapat bertindak secara
professional pada kasus tumor otak, selain itu perawat diharapkan mampu menegakkan
diagnosa keperawatan dengan tepat berdasarkan hasil dari pengkajian dan pemeriksaan
penunjang, sehingga dapat memberikan intervensi yang sesuai dan pada evaluasi didapatkan
hasil yang sesuai dengan tujuan yaitu masalah keperawatan yang didapatkan dapat teratasi.
American Cancer Society. (2017). Cancer Facts and Figures 2017. Genes and Development, 21(20), 2525–
2538. https://doi.org/10.1101/gad.1593107

Digilio, M., Jackson, D., Keogh, J., & Prabantini, D. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. (A. Prabawati,
Meidyna, & K. Aulawi, Eds.) (1st ed.). Yogyakarta: Rapha Publishing.

M, M. I., Bisri, D. Y., & Adam, A. (2013). Insidensi Tumor Supratentorial berdasarkan Jenis dan Letaknya di
RSUP Dr . Hasan Incidence of Supratentorial Tumor based on Types and Locations of Tumor in
Hasan Sadikin Hospital Year 2012 – 2013, 4(3), 157–161.

McNeill, K. A. (2016). Epidemiology of Brain Tumors. Neurologic Clinics, 34(4), 981–998.


https://doi.org/10.1016/j.ncl.2016.06.014

Nair, M., & Peate, I. (2015). Dasar - dasar Patofisiologi terapan: Panduan penting untuk mahasiswa
keperawatan dan kesehatan. (Y. N. I. Sari & Restu, Eds.) (2nd ed.). Jakarta: Bumi Medika.

Ownsworth, T., Chambers, S., Damborg, E., Casey, L., Walker, D. G., & Shum, K. (2015). Evaluation of the
making sense of brain tumor program: A randomized controlled trial of a home-based psychosocial
intervention. Psycho-Oncology, 24(5), 540–547. https://doi.org/10.1002/pon.3687

Riskesdes. (2016). RISET KESHATAN DASAR. Laporan Nasional 2013. https://doi.org/10.1158/1055-


9965.EPI-16-0451

Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem (8th ed.). Jakarta: EGC.

Smeltzer C.Suzanne, B. G. B. (2013). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing (Tenth
edit). East Washington Square, philadelphia, PA 19106 - 3780, USA: Lippincontt - Raven.

Você também pode gostar