Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pada suatu sore, Danis sedang asik memakan soto babat di warung soto langganannya.
Dengan lahap Danis memakan soto tersebut mangkuk demi mangkuk, sehingga diibaratkan
obat, Danis overdosis.
Seusai kenyang karena makan soto, Danis dengan perut menggelembung bergegas
pulang. Ditengah perjalanan Danis mengalami kecelakaan. Untunglah kecelakaan tersebut tidak
melukai Danis, namun apesnya, kecelakaan itu memakan korban yaitu sandal Danis.
Dengan terpaksa Danis berjalan tanpa alas kaki. Sangat sakit rasanya kaki Danis bila
harus bejalan tanpa alas kaki. Deritanya bertambah karena kenyataan rumahnya masih jauh.
Akhirnya Danis memilih pergi ke took terdekat untuk membeli sandal, namun apa daya uangnya
hanya 1000 rupiah.
Dengan wajah berasap, Danis pulang dengan tangan hampa, ia sadar, setelah pergi ke
toko untuk membeli sandal, jaraknya kerumahnya semakin jauh. “Duh, kalau begini kakiku bias
jadi ceker ayam!”
Mendadak Danis mempunyai ide. Ia berniat mencuri sandal di depan warnet, Danis
hendak mengambil sandal terbaik di warnet saat itu. Sambil menguntit ia memastikan setiap
orang yang ada di dalam warnet, jadi ketika mereka lengah saat itulah Danis melakukan
aksinya.
Tidak diduga pemilik aslinya sadar bahwa Danis telah mencuri sandalnya, “woi maling,
maling sandal!” teriak pemilik sandal tersebut. Seperti ibu-ibu yang mengejar diskon 70%
pemilik sandal tersebut lari mengejar Danis. Terjadilah kejar-kejaran, apes sekali Danis, perut
Danis yang buncit membuatnya mudah tertangkap.
Tidak diduga bagi Danis, bahwa pemilik sandal tersebut melaporkan tindakan Danis ke
polisi.
Sial sekali Danis, hal sepele seperti ini membuatnya terseret ke meja hijau.
“Baiklah , Danis, umur 19 tahun, telah terbukti mencuri sandal seharga 35.000 rupiah.
Dengan ini Danis dihukum 5 tahun penjara” jelas hakim.
“Lho?! Pak, ini tidak adil mengapa masa hukuman saya lebih banyak daripada
koruptor?”
“Ya tentulah, kamu mencuri sandal sehingga merugikan seseorang 35.000 rupiah. Kalau
koruptor mencari uang 2 miliar sehingga merugikan 200 juta rakyat Indonesia, nah kalau
dihitung koruptor hanya merugikan 50 perak tiap orang”
Pada suatu siang, Revi sedang focus bermain dengan gadget nya, tanpa sadar
ibunya sedang memanggil dirinya untuk membeli sesuatu. Dengan kagetnya, tiba-tiba
Revi jatuh kebawah tempat tidurnya.
“Ibu mau nyuruh kamu buat beli OTEM. Kamu bisa kan?”
“Obat tetes mata, kamu tahu kan? Yang biasa Ibu pakai.”
“Yakin udah tahu? Yasudah ini uangnya, inget ya Rev OTEM bukan yang lain”
Revi hanya mengangguk sambil berjalan keluar kamar dan bergegas pergi ke
toko obat tidak jauh dari rumahnya. Seperti biasanya, Revi memasang muka masam.
Memang Revi adalah anak yang pemalas jika disuruh ataupun mendengarkan perkataan
orangtuanya.
Selang beberapa menit, Revi sampai di toko obat yang lengkap dan serba ada
tidak jauh dari rumahnya. Namun, ketika Revi bertanya “Mas, ada OTEM?” sang penjual
menjawab “Lagi kosong barangnya, Dek.”
Revi sempat berfikir untuk putar balik motornya dan kembali saja kerumah dan
bilang pada Ibunya kalau OTEMnya tidak ada. Tapi, tiba-tiba dia ingat, kalau sekitar 7
kilometer dari tempatnya berada, ada sebuah toko obat sederhana. Akhirnya, Revi
memutuskan untuk terus melaju.
“Ahh, Revi capek, Bu. Jauh belinya bukan di toko obat biasa Ibu beli.”
“Pantas lama sampai 1 jam Ibu tunggu disini, mana OTEMnya?”
“Ini bu…”
“Lho?! Ini INSTO loh Rev bukan OTEM. Ibu suka alergi pakai INSTO”
“Jadi, OTEM itu merk ya, Bu? Kenapa Ibu gak bilang sama aku. Aku kiranya itu
singkatan dari obat tetes mata”
“Aduh, iya Rev, kan dari tadi Ibu sudah tanya, yakin kamu sudah tahu? Kamunya
iya-iya saja”