Você está na página 1de 11

Anggota Kelompok 2 :

Citra Kusuma Wardani (04)


Reza Perdana Saputra (18)
Yuni Imanniarti (24)

 Blur adalah daerah gambar yang tidak tajam disebabkan oleh kamera atau gerakan
subjek, focus tidak akurat atau penggunaan upperture yang memberikan kedalaman
mean yang dangkal.
 Deblurring adalah proses pemulihan citra yang sebelumnya terdapat blur menjadi
citra yang lebih baik
1. Step 1 : Foto Original
I = imread('cameraman.tif');
(menjelaskan tentang penamaan gambar yang digunakan)
figure;imshow(I);title('Original Image');
(menampilkan gambar dalam bentuk original)
text(size(I,2),size(I,1)+15, ...
(size I,2 menunjukkan bahawa peletakkan nama image courtesy of Massachusetts
Institute of Technology ke samping kiri atau kanan dan size I,1 adalah
menunjukkan peletakkannya atas atau bawah kemudian nilai +15 menunjukkan
bahwa naik turunnya tulisannya)
'Image courtesy of Massachusetts Institute of Technology', ...
'FontSize',7,'HorizontalAlignment','right');
2. Step 2 : Foto original = blur
PSF = fspecial('gaussian',7,10); (Gaussian 7,10 menunjukkan tingkat ke bluran kemudian
PSF adalah tingkat atau derajat sejauh mana suatu sistem optic blur titik cahaya. Invers
transformasi fourier dari optic transfer function OTF pada frekuensi domain )

figurBlurred = imfilter(I,PSF,'symmetric','conv');

e;imshow(Blurred);title('Blurred Image'); (Menampilkan gambar penamaan gambar).


3. Step 3 : Foto UNDERPSF
- Restorasi pertama, J1 dan P1, menggunakan array berukuran kecil, UNDERPSF, untuk
perkiraan awal PSF. Ukuran array UNDERPSF adalah 4 piksel lebih pendek di setiap
dimensi daripada PSF yang sebenarnya.
UNDERPSF = ones(size(PSF)-4);
[J1 P1] = deconvblind(Blurred,UNDERPSF);
figure;imshow(J1);title('Deblurring with Undersized PSF');
- Restorasi kedua, J2 dan P2, menggunakan array yang, OVERPSF, untuk PSF awal yang
masing-masing 4 piksel pada masing-masing dimensi daripada PSF yang sebenarnya.
OVERPSF = padarray(UNDERPSF,[4 4],'replicate','both');
[J2 P2] = deconvblind(Blurred,OVERPSF);
figure;imshow(J2);title('Deblurring with Oversized PSF');
- Restorasi ketiga, J3 dan P3, menggunakan array yang, INITPSF, untuk PSF awal yang
berukuran persis sama dengan PSF yang asli.
INITPSF = padarray(UNDERPSF,[2 2],'replicate','both');
[J3 P3] = deconvblind(Blurred,INITPSF);
figure;imshow(J3);title('Deblurring with INITPSF');
4. Step 4 : Menganalisis PSF yang dikembalikan

Ketiga restorasi tersebut juga menghasilkan PSF. Gambar berikut menunjukkan bagaimana
analisis PSF yang direkonstruksi dapat membantu menebak ukuran yang tepat untuk PSF
awal. Pada PSF yang sebenarnya, filter Gaussian, nilai maksimumnya berada di pusat (putih)
dan berkurang pada batas (hitam).

figure;
subplot(221);imshow(PSF,[],'InitialMagnification','fit');
title('True PSF');
subplot(222);imshow(P1,[],'InitialMagnification','fit');
title('Reconstructed Undersized PSF');
subplot(223);imshow(P2,[],'InitialMagnification','fit');
title('Reconstructed Oversized PSF');
subplot(224);imshow(P3,[],'InitialMagnification','fit');
title('Reconstructed true PSF');
5. Step 5 : Memperbaiki yang dikembalikan
WEIGHT = edge(I,'sobel',.3);

- Untuk memperluas area, kita menggunakan imdilate dan lulus dalam elemen penataan,
se.
se = strel('disk',2);
WEIGHT = 1-double(imdilate(WEIGHT,se));

- Pixel yang dekat dengan batas juga diberi nilai 0.


WEIGHT([1:3 end-[0:2]],:) = 0;
WEIGHT(:,[1:3 end-[0:2]]) = 0;
figure;imshow(WEIGHT);title('Weight array');

- Gambar dipulihkan dengan memanggil deconvblind dengan array WEIGHT dan


peningkatan jumlah iterasi (30). Hampir semua dering ditekan.
[J P] = deconvblind(Blurred,INITPSF,30,[],WEIGHT);
figure;imshow(J);title('Deblurred Image');
6. Step 6 : Menggunakan Kendala Tambahan pada Restorasi PSF
- Dalam contoh ini, FUN memodifikasi PSF dengan memotongnya dengan jumlah piksel
P1 dan P2 dalam setiap dimensi, dan kemudian membuat array kembali ke ukuran aslinya
dengan angka nol. Operasi ini tidak mengubah nilai di pusat PSF, namun secara efektif
mengurangi ukuran PSF sebesar 2 * P1 dan 2 * piksel P2.
P1 = 2;
P2 = 2;
FUN = @(PSF) padarray(PSF(P1+1:end-P1,P2+1:end-P2),[P1 P2]);

- Dalam contoh ini, ukuran PSF awal, OVERPSF, berukuran 4 piksel lebih besar dari PSF
yang sebenarnya. Menetapkan P1 = 2 dan P2 = 2 sebagai parameter dalam FUN secara
efektif membuat ruang berharga di OVERPSF berukuran sama dengan PSF sejati. Oleh
karena itu, hasilnya, JF dan PF, serupa dengan hasil dekonvolusi dengan PSF berukuran
tepat dan tidak ada panggilan FUN, J dan P, dari langkah 4.
[JF PF] = deconvblind(Blurred,OVERPSF,30,[],WEIGHT,FUN);
figure;imshow(JF);title('Deblurred Image');

Kesimpulannya :

Dari original image di figure 1 terdapat tulisan 'Image courtesy of Massachusetts Institute of
Technology' kemudian dari figure 1 tersebut menggunakan efek blur pada gambar tersebut yang
hasilnya ditunjukkan pada figure 2. Dengan memberikan metode PSF pada gambar tersebut yang
memiliki 3 kategori efek blur gambar yaitu OversizePSF, UndersizePSF dan INITPSF. Dari
kategori tersebut menghasilkan gambar yang blur dengan berbagai dimensi pixel yang
ditunjukkan pada figure 3,4 dan 5. Untuk figure 6 yaitu analisa dari ketiga gambar yang telah di
rekontruksi untuk mengetahui ukuran yang tepat pada PSF awal. Selajutnya untuk figure 7 yaitu
gambar yang telah direstorasi dengan menggunakan fungsi WEIGHT untuk memperluas pixel
dengan batas nilai nol (0) serta figure 8 memperbaiki gambar dengan memanggil deconvblind
dan array WEIGHT serta peningkatan jumlah iterasi (30). Untuk figure 9 merupakan hasil
tambahan restorasi PSF dengan modifikasi mengurangi ukuran PSF sebesar 2 * P1 dan 2 * piksel
P2 yang menghasilkan efek deblurred image.

Você também pode gostar