Você está na página 1de 19

Kata Pengantar

Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan
“TUGAS MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA
DIABETES MILITUS” ini dengan baik tanpa halangan apapun. Terimakasih
juga kepada Bu Barkah Wulandari,S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah membimbing
kami dalam pembuatan Makalah ini, serta teman teman yang telah membantu
menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semuanya. Terima kasih.

Yogyakarta, 2017

i
Daftar pustaka
Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................................... i


Daftar isi ............................................................................................................................. ii
BAB I ................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4
B. Tujuan .................................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................. 6
KONSEP DASAR KEPERAWATAN ............................................................................... 6
A. Pengertian .............................................................................................................. 6
B. Etiologi ................................................................................................................... 6
C. Tanda Gejala ......................................................................................................... 7
D. Klasifikasi Diabetes Militus.................................................................................. 8
E. Patofisiologi ........................................................................................................... 9
F. Penatalaksanaan ................................................................................................... 9
BAB III ............................................................................................................................. 11
KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ............................................................... 11
A. Rantai Proses Infeksi .......................................................................................... 11
B. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Infeksi..................................................... 12
C. Tindakan Pencegahan Infeksi ........................................................................... 13
D. Pedoman Pencegahan Infeksi ............................................................................ 13
E. Pengertian Luka gangren ................................................................................... 14
F. Penatalaksanaan luka diabetik (gangrene)....................................................... 14
BAB IV ............................................................................................................................. 17
DOKUMENTASI KEPERAWATAN .............................................................................. 17
A. Deskripsi Kasus ................................................................................................... 17
BAB V .............................................................................................................................. 18
PENUTUP........................................................................................................................ 18
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam tubuh manusia terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrindan
endokrin. Didalam kelenjar endokrin ada termasuk hepar, pankreas,
payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Gangguan dalam
kelenjar endokrin antara lain adalah penyakit diabetes militus atau kadar
gula dalam darah tinggi yang berhubungan dengan sistem kerja pangkreas.
Pangkreas menghasilkan hormon insulin yang berguna untuk mengataur
kadar glukosa dalam darah sebagai bagian dari metabolisme tubuh.
Gangguan pada hormon insulin menyebabkan seseorang menderita
diabetes militus (Rumaharbo, 1999).
Diabetes militus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan
peningkatan konsentrasi glukosa darah yang disertai munculnya gejala
utama yang khas seperti urine yang berasa manis, dan dalam jumlah yang
besar. Prevelensi diabetes militus terkait usia meningkat dari 5,9% sampai
7,1 % (246-380 juta jiwa) diseluruh dunia. Diabetes menjadi masalah
kesehatan masyarakat utama karena komplikasi bersifat jangka pendek dan
jangka panjang (Suyono, 2009).
Seseorang yang menderita diabates militus jika tidak cermat dalam
menjaga kesehatanya akan menyebabkan beberapa kompliaksi penyakit
lainnya dan menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lainnya misal pada
ginjal, pangkreas, jantung dan kebutaan.Tanda gejala awal seseoang
menderita diabetes biasanya yaitu sering buang urine pada malam hari dan
muncul rasa haus tengah malam, mudah lelah, mengalami luka yang susah
untuk sembuh dan biasanya luka ini terjadi pada area kaki. Alasan luka
pada kaki seseorang penderita diabaetes susah sembuh karena kaki adalah
bagian tubuh manusia yang paling jauh dengan jantung (Biloz & Donelly,
2014).

4
B. Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui penanganan asuhan keperawatan pada penderita diabetes
militus.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian penyakit diabetes militus
2. Mengetahui etiologi penyakit diabetes militus
3. Mengetahui patofisiologi penyakit diabetes militus
4. Mengetahui klasifikasi dan tanda gejala diabetes militus
5. Mengetahui kebutuhan dasar manusia pada penederita diabetes militus

5
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengertian
Penyakit Diabetes Militus atau yang dikenal dengan penyakit kencing
manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh karena adanya peningkatan gula darah (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif. Diabetes adalah suatu gangguan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat dari ketidakseimbangan
antara ketersedian insulin dengan kebutuhan insulin (Sudoyo.et,2006).
Diabetes merupakan penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metaboliksme karbohidrat, lemak
dan proteinawal terjadinya hyperglikemia (kadar gula darah yang tinggi)
(Black&hawk, 2009).

B. Etiologi
Menurut Rudy & Donelly (2014) menyebutkan bahwa penyebab penyakit
diabetes militus dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Diabetes tipe I
Dirumuskan bahwa kerusakan sel beta terjadi diakibatkan karena
infeksi , biasanya virus dan atau respon autoimun secara genetik pada
orang yang terkena. Awitan dimulai pada saat usia kurang dari 30 tahun.
Ada berbagai factor penyebab penyakit diabetes militus antara lain :
a. Faktor genetik
b. Faktor-faktor imunologi
c. Faktor lingkungan : virus/toksin
d. Penurunan sel beta : Proses radang, keganasan pankreas, pembedahan.
e. Kehamilan
f. Infeksi lain yang tidak berhubungan langsung.
2. Diabetes Tipe II

6
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor-faktor resiko penyebab penyakit diabetes militus tipe 2 antara lain:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th).
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Gaya hidup

C. Tanda Gejala
Manifestasi klinis DM tergantung pada tingkat hiperglikemia yang
dialami oleh pasien. Manifestasi klinis khas yang dapat muncul pada seluruh
tipe diabetes meliputi trias poli yaitu poluria, polidipsia dan poliphagi. Gejala-
gejala lain yaitu kelemahan, kelelahan, perubahan penglihatan yang
mendadak, perasaan gatal atau kebebasan pada tanagn atau kaki, kulit kering,
adanya lesi luka yang penyembuhannya lambat dan infeksi berulang
(Smeltzer,et al. 2008).
Gejala yang sering muncul tidak berat atau mungkin tidak ada, sebagai
konsekuensi adanya hiperglikemia yang cukup lama menyebabkan perubahan
patologi dan fungsional yang sudah lama. Efek jangka panjang Diabetes
Militus adalah menimbulkan kebutaan, gagal ginjal dan resiko amputasi serta
dpat disfungsi seksual (WHO,1999).
Menurut Imam Subekti (2009) ada beberapa keluhan dan tanda gejala
yang perlu mendapat perhatian ialah sebagai berikut :
1. Keluhan Klasik
a. Penurunan berat badan dan rasa lemas
b. Banyak kecing
c. Banyak minum
d. Banyak makan
2. Keluhan lain
a. Gangguan syaraf tepi/kesemutan
b. Gangguan penglihatan

7
c. Gatal/bisul
d. Gangguan ereksi
e. Keputihan

D. Klasifikasi Diabetes Militus


WHO pada tahun 1997 dalam Porth (2007) mengklasifikasikan
Diabetes menjadi empat yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain dan
Diabetes kehamilan.
1. Diabetes Militus tipe 1
Diabetes tipe 1 merupakan gangguan katabolisme yang ditandai oleh
kekurangan insulin absolut, peningkatan glukosa darah dan pemecahan
lemak dan protein.
2. Diabetes Militus tipe 2
Atau yang dikenal dengan juga Non-Insulin Dependent Diabetes
(NIDDM). Diabetes tipe 2 jumlah insulin yang diproduksi oleh pangkreas
biasanya masih cukup untuk mencegah katoasidosis tetapi tetapi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh total (Julien,Senecal&Guy,
2009)
3. Diabetes tipe lain
Merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan hiperglikemia akibat
peningkatan produksi glukosa hati atau penurunan penggunaan glukosa
oleh sel (Porth,2007). DM tipe ini biasanya karena gangguan pangkreas
atau pengangkatan jaringan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan (Gestational Diabetes)
Terjadi pada intolerensi glukosa yang diketahui selama kehamilan
pertama. jumlahnya sekita 2-4% kehamilan. Wanita dengan kehamilan
gestational akan mengalami resiko terhadap diabetes setelah 5-10 tahun
melahirkan (Porth, 2007).

8
E. Patofisiologi
Menurut Billous & Donelly (2015) pangkreas yang disebut kelenjar
ludah perut adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak dielakang lambung.
Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk sseperti pulau, karena itu
disebut pulau-pulau langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan
hormon insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah.
Insulin yang dikeluarkan sel beta tadi dapat diibarakan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, untuk kemudian
didalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin
tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel dengan
akibat kadar glukosa dalam darah meningkat, inilah yang terjadi pada diabetes
tipe 2.
Pada keadaan diabetes militus tipe 2 jumlah insulin bisa normal
bahkan lebih banyak tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan
sel kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubnag kunci pintu
untuk masukkedalam sel. Pada keadaan dm tipe 2, jumlah lubang kuncinya
kurang sehingga meskipun anak kunci (insulin) banyak tetapi karena lubang
(reseptor) kurang maka glukosa ynag masuk kedalam sel sedikit, sehingga sel
kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar dalam darah meningkat.
Keadaan ini berbeda dengan diabetes tipe 1 ,dimana diabetes tipe 2 disamping
kadar glukosa tinggi kadar insulin juga tinggi atau normal.

F. Penatalaksanaan
Menurut Santi Damayanti (2015) penatalaksanaan medis ada beberapa
jenis yaitu sebagai berikut :
1. Medik atau Farmakologi
Penatalaksanaa medik pada penderita diabetes militus adalah. anaar
lain dengan pemberian terapi insulin dan pemebrian obat secara oral. Jenis
obat insulin:
a. Sulfonilurea dan Meglitinide, yaitu jenis obat obat yang berfungsi
untuk memacu produksi insulin.

9
b. Metformin, Tiazolidinedion dan Rosiglitazone, yaitu jenis obat yang
berfungsi untuk meningkatkan kerja insulin. Mereka bekerja pada hati,
otot dan jaringan lemak serta usus. Singkatnya mereka bekerja
ditempat dimana terdapat insulin yang mengatur glukosa darah.
2. Prinsip Perawatan Non Farmakologi
Perawatan pada penderita diabetes militus ada beberapa cara selain
dengan pengobatan secara farmakologi, antara lain:
a. Diet untuk penderita diabetes, meliputi jumlah makanan yang
dikonsumsi yaitu karbohidrat 45-65%, protein 10-20% dan lemak 20-
25%. Jadwal makan harus seuai yaitu 3x makan besar dan 3x makan
kecil.
b. Latihan Fisik (olah raga)
c. Prinsip latihan fisik pada pasien DM adalah mengikuti: F,I,D,J yang
dapat dijelaskan sebagai berikut: Frekuensi 3-5x seminggu, Intensitas
ringan dans edang, Durasi dapat 30-60 menit setiap hatinya, Jenis yang
dianjurkan adalah jalan ,joging, senam, berenang, atau bersepeda
(Soewondi&Subekti, 2009)
d. Monitoring kadar gula darah
e. Memperhatikan status gizi

10
BAB III
KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

A. Rantai Proses Infeksi


Menurut Hidayat dan Uliyah (2014) Rantai proses infeksi adalah
rangkaian proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat
menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan beberapa
unsure, diantaranya :
1. Recervoir, merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme, dapat berupa manusia. Binatang, tumbuhan atau tanah.
2. Jalan masuk, merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat
penampungan dari berbagai kuman, seperti saluran pernafasan,
pencernaan, kulit dan lain-lain.
3. Inang (host), merupakan tempat berkembangnya suatu mikroorganisme
yang dapat didukung oleh ketahanan kuman.
4. Jalan keluar, merupakan tempat keluar mikroorganisme dari reservoir,
seperti system pernafasan, system pencernaan, alat kelamin dan lain-lain.
5. Jalur Penyebaran, merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai
kuman mikroorganisme ke berbagai tempat, seperti air, makanan, udara,
dan lain-lain.

Reservoir

Jalan keluar
Inang
kuman

Jalan masuk Jalur


kuman Penyebaran

11
B. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Infeksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses infeksi adalah sebagai
berikut (Hidayat & Uliyah, 2014) :
1. Sumber penyakit
Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan dengan
cepat atau lambat.
2. Kuman Penyakit
Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh dan virulensinya.
3. Cara membebaskan sumber dari kuman
Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat
teratasi atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu,
penyinaran(cahaya), dan lain-lain.
4. Cara Penularan
Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau udara,
dapat menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.
5. Cara masuknya kuman
Proses penyebaran kuman berbeda, bergantung ada sifatnya kuman dapat
melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit, dan lain-lain.
6. Daya tahan tubuh
Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau
mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tahan
tubuh yang buruk dapat memperburuk proses infeksi
Selain faktor-faktor di atas, terdapat faktor lain seperti status gizi atau
nutrisi, tingkat stress pada tubuh, faktor usia dan kebiasaan yang tidak
sehat.

12
C. Tindakan Pencegahan Infeksi
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut (Hidayat & Uliyah, 2014) :
1. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan pelayanan kesehatan. Istilah ini
dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan
besar akan mengakibatkan infeksi. Tujjuan akhirnya adalah mengurangi
atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda
hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman
digunakan.
2. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertmbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh
lainnya.
3. Dekontminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani
oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis
sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemerikasaan alat-
alat kesehatan, dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau
cairan tubuh di saat prosedur bedah/tindakan dilakukan.
4. Pencucian, yaitu tindakan menhilangkan semua darah, cairan tubuh, atau
setiap benda asing seperti debu dan kotoran.
5. Sterilisasi, yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri,
jemur, parasit dan virus) termasuk bakteri endospora dari benda mati.
6. Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua)
mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat
tinggi dilakukan dengan merebus atau menggunakan larutan kimia.
Tindakan ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali
beberapa bakteri endospora.

D. Pedoman Pencegahan Infeksi


Cara efektif untuk mencegah penyebaran dari orang ke orang atau dari
peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara

13
mikroorganisme dan infeksi (pasien atau petugas kesehatan). Penghalang ini
dapat berupa fisik, mekanik ataupun kimia meliputi sebagai berikut (Hidayat
& Uliyah, 2014) :
1. Pencucian tangan
2. Penggunaan sarung tangan (kedua tangan), baik pada saat melakukan
tindakan, maupun saat memegang benda yang terkontaminasi (alat
kesehatan/alat tenun bekas pakai)
3. Penggunaan cairan antiseptic untuk membersihkan luka pada kulit.
4. Pemrosesan alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi
tingkat tinggi, atau sterilisasi).
5. Pembuangan sampah

E. Pengertian Luka gangren


Luka didefinisikan sebagai suatu kelainan dimana terjadi gangguan
keseimbangan terhadap imtegritas kulit baik kehilangan ataupun kerussakan
sebagian struktur jaringan utuh, akibat trauma mekanik, termal, radiasi, fisik,
pembedahan dan zat kimia. Luka kaki merupakan kejadian luka yang tersering
pada klien diabetik. Neuropati menyebabkan hilangnya rasa pada kondisi
terpotong kaki.
Gangrene atau pemakan luka didefinisikan sebagai jaringan nekrosis
atau jaringan mati yang disebabkan oleh akarena adanya emboli pembuluh
darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti, dapat
terjadi akibat proses inflamasi yang memanjang perlukaan bisa akibat digigit
serangga, kecelakaan kerja atau terbakar, proses degeneratif/ateriosklerosis
atau ganggaun metabolik / diabetes mellitus.

F. Penatalaksanaan luka diabetik (gangrene)


1. Tujuan perawatan luka
a. Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
b. Optimalisasi suasana luka dalam kondisi lembab
c. Dukungn atau kondisi klien termasuk nutrisi, kontrol DM.

14
d. Tingkatkan edukasi klien dan keluarganya.
2. Perawatan luka diabetik
a. Mencuci luka
Mencuci luka merupakan hal yang pokok unutk memperbaiki,
meningkatkan dan mempercepat proses penyembuhan luka serta
menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Tujuan mencuci luka
adalah menghilangkan jaaringan neksrosis, menghilangkan cairan luka
yang berlebihan, dan menghilangkan sisa metabolisme tubuh pada
permukaan luka. Cairan yang terbaik untuk mencuci luka adalah
cairan non toksik misalnya normal saline / NaCl 0.9 %. Cairan anti
septik sebaiknya digunakan ketika luka mengalami infeksi atau tubuh
dalam keadaan penurunan imunitas, yang kemudian dilakukan
pembilasan kembali dengan normal saline.
b. Debridement
Merupakan upaya untuk membuang jaringan nekrosis / slough
pada luka. Debridement dilakukan untuk menghindari infeksi atau
selulitis, karena jaringan nekrosis selalu berhubungan dengan
peningkatan jumlah bakteri.
c. Perawatan kulit sekitar luka
Melindungi kulit di sekitar luka merupakan hal penting untuk
mencegah timbulnya luka baru. Penggunaan Zinc-oxide salep cukup
efektif untuk melindungi kulit sekitar luka dari cairan atau eksudat
berlebihan.
d. Penggunaan balutan pada luka
Penggunaan balutan bertujuan untuk mempertahakan daaerah
luka agar selalu lembab, mempercepat proses penyembuhan hingga 50
%, absorpsi eksudat dan cairan luka yang berlebihan, membuang
jaaringan nekrosis, kontrol terhadap infeksi dan menurunkan rasa sakit
serta menurunkan biaya selama perawatan.
1) Absorbent dressing

15
Jenis balutan yang paling banyak menyerap cairan pada luka, juga
berfungsi sebagai homeostasis tubuh jika terdapat perdarahan dan
brter terhadap kontaminasi pseudomonas. Contoh balutan :
aliginate, kaltostaat, sorbsan, alevyn.

2) Hydrocoloid
Jenis balutan yang berfungsi untuk mempertahankan luka dalam
keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan menghindari
kontaminasi, digunakan pada keadaan luka berwarna merah.
Contoh balutan : cuntinova-hydro, duoderm CGF, comfell. Kedua
jenis balutan diatas disebut occlusive dressing, merupakan jenis
balutan yang mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan
optimal, saat penggantian balutan akan tampak peluruhan jaringan
nekrotik dengan dasar luka bersih.
3) Topikal terapi
Hydroactive gel merupakan jenis terapi topicl yang membnatu
peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri (support autolisis
debridement). Contoh : intrasit gel, duoderm-gel.
4) Balutan untuk mengontrol terjadinya edema
Kontrol edema diperlukan guna membantu proses penyembuhan
luka diabetik, seringkali ditemukan edema pada ekstremitas.
Kontrol edema dapat dilakukan dengan cara memberikan kompresi
atau penekanan dengan menggunakan elastic bandage (elastis
stoking), dengan penekanan kurang lebih sekitar 18 mmHg atau
kekuatan 50% tarikan.

16
BAB IV
DOKUMENTASI KEPERAWATAN

A. Deskripsi Kasus
Ny S usia 45 tahun dikaji tanggal 30 september 2017 dengan
pendidikan SMP bekerja sebagai buruh. Masuk RS “Y” pada tanggal 30
September 2017 dirawat dengan diagnosa DM. Ny S datang ke RS diantarkan
suaminya Tn A umur 50 tahun dengan pendidikan SMP dan bekerja sebagai
buruh beralamat dikota gede Yogyakarta.
Ny S ke RS “Y” dengan keluhan banyak makan, sering kencing
terutama saat malam hari, sampai klien susah tidur merasa lesu karena sering
kencing. Ditambah lagi keluhan nyeri yang klien rasakan pada kaki kanan
kien akibat luka pada bagian jempol kanan. Luka tersebut ada sejak 6 bulan
yang lalu. Sekarang kondisi luka tersebut tampak hitam, kotor, dan bau.
Menurut penuturan klien mengatakan belum pernah dirawar di RS. Dalam
keluarga klien ada riwayat keturunan.
Hasil dari pemeriksaan fisik diperoleh data Ny S TD : 120/70mmHg, N
: 80x/menit, RR : 19x/menit, S : 360C, BB : 70Kg, TB : 155cm. Hasil
pemeriksaan glukosa puasa Ny S : 239mgldL, S : 36,40C.

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab seseorang menderita
diabetes militus dalah gangguan pada sistem endokrin yaitu pada pangkreas.
Diamana pangkreas menghasilkan hormon insulin yang berguna untuk
mengataur kadar glukosa dalam darah sebagai bagian dari metabolisme tubuh.
Apabila ditubuh seorang kadar gula dalam darah tinggi hal itu menyebabkan
hiperglikemi. Diabetes terbagi dalam dua tipe yaitu diabetes tipe 1 dan
diabetes tipe 2 namun juga ada diabetes karena hal lain juga ada diabetes saat
mengalami kehamilan atau gastisional. Bagi penderita diabetes selain dengan
pengobatan secara medis juga diperlukan pola hidup sehat dengan melakukan
diet jumlah makanan yang dikonsumsi, jam atau waktu saat makan dan jenis
makanan yang dikonsumsi. Diabetes harus mendapat penanganan yang tepat
sehingga jangan sampai dari sakit diabetes ini dapat menyebabkan sakit
komplikasi lain ataupun adanya luka. Jika pada penderita diabetes melitus
diserati adanya luka pada anggota tubuh salah satunya atau yang paling sering
terjadi pada daerah ekstermitas bawah sehingga harus segera mendapatkan
penanganan yang khusus.

B. Saran
Untuk penderita Diabetes Mellitus harus lebih mengenai penyakitnya,
sehingga penderita bisa meminimalisir suatu kejadian yang dapat
menyebabkan komplikasi, seperti terjadinya luka pada salah satu anggota
tubuh. Dan untuk mengatasi atau merawat luka akibat dari DM ini agar tidak
terkontaminasi yaitu dengan cara menghilangkan jaringan oleh bakteri

18
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti,S. 2015. Diabetes Millitus & Penatalaksanaan Keperawatan. Nuha


Medika. Yogyakarta.
Suyono,S dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.
Rumahorbo,H. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Endokrin. EGC. Jakarta.
Bilous,R & Donelly, R. 2010. Buku Pegangan Diabetes Edisi ke empat. Bumi
Medika. Jakarta.

19

Você também pode gostar