Você está na página 1de 7

© 2016 Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP

JURNAL ILMU LINGKUNGAN


Volume 14 Issue 2 (2016): 96-102 ISSN 1829-8907

Pengembangan Potensi Energi Alternatif Dengan Pemanfaatan


Limbah Cair Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi Baru
Terbarukan Di Kabupaten Kotawaringin Timur
Yulian Mara Alkusma1, Hermawan1,2, Hadiyanto1,3
1 Magister Ilmu Lingkungan Universtias Diponegoro
2Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
3 Departemen Teknik Kima Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

ABSTRAK
Energi memiliki peranan penting dalam proses pembangunan yang pada akhirnya untuk mencapai tujuan sosial,
ekonomi dan lingkungan untuk serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Sumber energi
terbarukan yang berasal dari pemanfaatan biogas limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan energi listrik yang
saat ini banyak bergantung pada generator diesel dengan biaya yang mahal.Limbah cair kelapa sawit (Palm Oil Mill
Effluent atau POME) adalah limbah cair yang berminyak dan tidak beracun, berasal dari proses pengolahan minyak
kelapa sawit, namun limbah cair tersebut dapat menyebabkan bencana lingkungan apabila tidak dimanfaatkan dan
dibuang di kolam terbuka karena akan melepaskan sejumlah besar gas metana dan gas berbahaya lainnya ke udara
yang menyebabkan terjadinya emisi gas rumah kaca. Tingginya kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) sebesar
50.000-70.000 mg/l dalam limbah cair kelapa sawit memberikan potensi untuk dapat di konversi menjadi listrik
dengan menangkap biogas (gas metana) yang dihasilkan melalui serangkaian tahapan proses pemurnian. Di
Kabupaten Kotawaringin Timur terdapat 36 Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit yang total kapasitas pabriknya adalah
sebesar 2.115 TBS/jam, menghasilkan limbah cair sebesar 1.269 ton limbah cari/jam dan mampu menghasilkan
42.300 m3 biogas.
Kata kunci: Renewable Energy, Plam Oil Mill Effluent, Chemical Oxygen Demand, Biogass, Methane.

ABSTRACT
Energy has an important role in the development process and ultimately to achieve the objectives of social, economic
and environment for as well as an environmental support for national economic activity. Renewable energy source
derived from wastewater biogas utilization of oil palm can produce electrical energy which is currently heavily
dependent on diesel generators at a cost that mahal.Limbah liquid palm oil (Palm Oil Mill Effluent, or POME) is the
wastewater that is greasy and non-toxic, derived from the processing of palm oil, but the liquid waste could cause
environmental disaster if not used and disposed of in open ponds because it will release large amounts of methane
and other harmful gases into the air that cause greenhouse gas emissions. The high content of Chemical Oxygen
Demand (COD) of 50000-70000 mg / l in the liquid waste palm oil provides the potential to be converted into
electricity by capturing the biogas (methane gas) produced through a series of stages of the purification process. In
East Kotawaringin there are 36 palm oil processing factory that total factory capacity is of 2,115 TBS / hour, producing
1,269 tons of liquid waste wastewater / h and is capable of producing 42,300 m3 of biogas.
Keywords: Renewable Energy, Plam Oil Mill Effluent, Chemical Oxygen Demand, Biogass, Methane
Cara sitasi: Alkusma, Y.M., Hermawan, dan Hadiyanto. (2016). Pengembangan Potensi Energi Alternatif dengan Pemanfaatan
Limbah Cair Kelapa Sawit sebagai Sumber Energi Baru Terbarukan di Kabupaten Kotawaringin Timur. Jurnal Ilmu
Lingkungan,14(2),96-102, doi:10.14710/jil.14.2.96-102

1. PENDAHULUAN Energi mempunyai peranan penting dalam


Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan
adalah hutan yang tumbuh di rawa-rawa berair payau untuk pembangunan berkelanjutan serta
yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi
pasang surut air laut. Hutan mangrove ini bertumbuh nasional. Penggunaan energi di Indonesia
pesat memenuhi tempat dimana terjadi pelumpuran meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan
dan akumulasi bahan organik. Baik di daerah yang ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan
terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar akses ke energi yang andal dan terjangkau
muara sungai dimana arus laut lemah dan merupakan prasyarat utama untuk meningkatkan
mengendapkan lumpur yang dibawa dari hulu sungai. standar hidup masyarakat.

96
Alkusma, Y.M., Hermawan, dan Hadiyanto. (2016). Pengembangan Potensi Energi Alternatif dengan Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit sebagai Sumber Energi Baru
Terbarukan di Kabupaten Kotawaringin Timur. Jurnal Ilmu Lingkungan,14(2),96-102, doi:10.14710/jil.14.2.96-102

Keterbatasan akses ke energi komersial telah pertumbuhan yang sangat pesat. Permintaan atas
menyebabkan pemakaian energi per kapita masih minyak nabati dan penyediaan biofuel telah
rendah dibandingkan dengan negara lainnya. mendorong peningkatan permintaan minyak nabati
Konsumsi per kapita pada saat ini sekitar 3 SBM yang yang bersumber dari crude palm oil (CPO) yang
setara dengan kurang lebih sepertiga konsumsi per berasal dari kelapa sawit. Hal ini disebabkan tanaman
kapita rata-rata negara ASEAN. Dua pertiga dari kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak
total kebutuhan energi nasional berasal dari energi sekitar 7 ton/hektar lebih tinggi dibandingkan dengan
komersial dan sisanya berasal dari biomassa yang kedelai yang hanya 3 ton/hektar. Indonesia memiliki
digunakan secara tradisional (non-komersial). potensi yang sangat besar dalam pengembangan
Sekitar separuh dari keseluruhan rumah tangga perkebunan dan industri kelapa sawit karena
belum terjangkau dengan sistem elektrifikasi memiliki potensi cadangan lahan yang cukup luas,
Nasional. ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat.
Penggunaan BBM meningkat pesat, terutama Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 2007
untuk transportasi, yang sulit digantikan oleh jenis sekitar 6,8 juta hektar (Heriyadi, 2009). Dari luas
energi lainnya. Ketergantungan kepada BBM masih tersebut sekitar 60 % diusahakan oleh perkebunan
tinggi, lebih dari 60 persen dari konsumsi energi final. besar dan sisanya diusahakan oleh perkebunan rakyat
Pembangkitan tenaga listrik di beberapa lokasi (Soetrisno, 2008).
tertentu masih mengandalkan BBM karena pada Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki
waktu yang lalu harga BBM masih relatif murah potensi perkebunan dengan jumlah perusahaan
(karena di subsidi), jauh dari sumber batubara, perkebunan besar swasta hampir 60 perusahaan
jaringan pipa gas bumi masih terbatas, lokasi potensi besar swasta dan hampir 50% dari jumlah tersebut
tenaga air yang jauh dari konsumen dan telah memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit. Pada
pengembangan panas bumi serta energi terbarukan kenyataannya limbah kelapa sawit yang ada masih
lain yang relatif masih lebih mahal. belum dapat dimanfaatkan secara optimal,
Kebutuhan energi dalam negeri selama ini diantaranya sebagai sumber pembangkit energi
dipasok dari produksi dalam negeri dan sebagian dari alternatif, terutama sebagai sumber energi alternatif
impor, yang pangsanya cenderung meningkat. bagi daerah-daerah perdesaan yang belum terjangkau
Komponen terbesar dari impor energi adalah minyak jaringan listrik yang dikelola oleh pemerintah (PLN)
bumi dan BBM. Kemampuan produksi lapangan selama ini. Tulisan ini merupakan gagasan dari
minyak bumi semakin menurun sehingga membatasi melimpahnya limbah cair yang ada di Kabupaten
tingkat produksinya. Dalam satu dekade terakhir, Kotawarngin Timur yang belum di maksimalkan
kapasitas produksi kilang BBM dalam negeri tidak penggunaannya berkaitan dengan kemandirian
bertambah, sedangkan permintaan BBM di dalam energi dari sumber energi baru terbarukan.
negeri meningkat dengan cepat. Pada tahun 2005
peranan minyak bumi impor untuk kebutuhan bahan 2. Perkebunan Kelapa Sawit dan Biogas
baku kilang BBM sudah mencapai 40 persen Salah satu potensi perkebunan yang cukup
sedangkan peranan BBM impor untuk pemakaian besar didapatkan dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS),
dalam negeri mencapai 32 persen. yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa
Mengapa energi terbarukan? Energi Sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO). Dalam proses
Terbarukan harus segera dikembangkan secara pengolahannya, PKS menghasilkan limbah biomassa
nasional bila tetap tergantungan energi fosil, ini akan dengan jumlah yang cukup besar dalam bentuk
menimbulkan setidaknya tiga ancaman serius yakni: limbah organik berupa tandan kosong kelapa sawit
1) Menipisnya cadangan minyak bumi yang (Tankos), cangkang dan sabut, serta limbah cair (palm
diketahui (bila tanpa temuan sumur minyak baru) oil mill effluent/POME).
2) Kenaikan/ketidakstabilan harga akibat laju Seperti peta konversi di atas, pada umumnya
permintaan yang lebih besar dari produksi cangkang dan sabut dikonversi menjadi energi panas
minyak, dan dengan dibakar di dalam boiler untuk menghasilkan
3) Polusi gas rumah kaca (terutama CO) akibat uap (steam) bertekanan. Uap tersebut selanjutnya
pembakaran bahan bakar fosil. dikonversi kembali menjadi energi listrik melalui
Kadar CO saat ini disebut sebagai yang turbin generator dan sisanya digunakan untuk proses
tertinggi selama 125 tahun belakangan [2]. Bila pengolahan kelapa sawit. Limbah biomassa yang lain,
ilmuwan masih memperdebatkan besarnya cadangan yaitu tankos dan POME sebenarnya juga memiliki
minyak yang masih bisa dieksplorasi, efek buruk CO potensi energi yang tinggi, namun pada umumnya
terhadap pemanasan global telah disepakati hampir belum dimanfaatkan secara optimal. POME diurai di
oleh semua kalangan. Hal ini menimbulkan ancaman kolam limbah sedangkan tankos biasanya disebarkan
serius bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi. ke lahan dan dibiarkan membusuk secara alami.
Oleh karena itu, pengembangan dan implementasi Proses pembusukan biomassa ini akan menghasilkan
bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan perlu biogas dengan kandungan utama (62%) gas methana
mendapatkan perhatian serius (CH4). Gas ini muncul sebagai akibat dari proses
Perkembangan bisnis dan investasi kelapa perombakan senyawa-senyawa organik secara
sawit dalam beberapa tahun terakhir mengalami anaerobik.
97
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 14 (2): 96-102, 2016 ISSN : 1829-8907

Gas methana tersebut ternyata juga memiliki Dengan potensi yang cukup besar tersebut
tingkat emisi yang tinggi. UNFCCC, badan PBB yang diharapkan sektor perkebunan mulai tertarik untuk
menangani perubahan iklim, mencatat gas methana berkontribusi dalam kemandirian energi. Maka
memiliki tingkat emisi 24 kali jika dibandingkan menjadi penting bahwa sektor energi menjadi salah
dengan gas karbon (CO2). Di sisi lain, gas methana ini satu aksi korporasi yang cukup strategis untuk
juga memiliki tingkat energi yang cukup tinggi. Gas diterapkan di industri perkebunan Indonesia.
methana ini memiliki nilai kalor 50,1 MJ/kg. Jika
densitas methana 0,717 kg/m3 maka 1 m3 gas 4. Operasional Unit Pemanfaatan Biogas
methana akan memiliki energi setara dengan 35,9 MJ Metode pengolahan limbah dapat dilakukan
atau sekitar 10 kWh. Jika kandungan gas methana secara fisika, kimia, dan biologi. Pengolahan limbah
adalah 62% dalam biogas, maka 1 m 3 biogas akan secara kimia dilakukan dengan proses koagulasi,
memiliki tingkat energi sebesar 6,2 kWh. Melihat flokulasi, sedimentasi, dan flotasi. Proses kimia sering
potensi tersebut sangat disayangkan jika gas-gas yang kurang efektif karena pembelian bahan kimianya yang
dihasilkan dari penguraian biomassa tersebut cukup tinggi dan menghasilkan sludge dengan volume
dibiarkan begitu saja. Untuk dapat memanfaatkan yang cukup besar. Sedangkan pengolahan limbah
potensi biogas tersebut, terdapat beberapa teknologi secara biologis dapat dilakukan dengan proses aerob
yang dapat diterapkan. dan anaerob.
Secara konvensional pengolahan limbah cair
3. Palm Oil Mill Effluent (POME) PMKS dilakukan secara biologis dengan menggunakan
Teknologi yang telah banyak digunakan untuk kolam, yaitu limbah cair diproses dalam kolam
mengambil biogas dari POME adalah Covered Lagoon. aerobik dan anaerobik dengan memanfaatkan
Teknologi ini dilakukan dengan menutup kolam mikrobia sebagai perombak BOD dan menetralisir
limbah konvensional dengan bahan reinforced keasaman cairan limbah.
polypropylene sehingga berfungsi sebagai anaerobic Pengolahan limbah cair PMKS secara
digester. Biogas akan tertangkap dan terkumpul di konvesional banyak dilakukan oleh pabrik karena
dalam cover. teknik tersebut cukup sederhana dan biayanya lebih
Dengan teknologi ini, akan dihasilkan biogas murah. Namun pengolahan dengan cara tersebut
sebanyak ±20 m3/ton TBS. Jadi jika kapasitas PKS membutuhkan lahan yang luas untuk pengolahan
sebesar 30 ton TBS/jam akan menghasilkan biogas limbah. Dengan kapasitas 30 ton TBS/jam, maka
±600 m3/jam, atau setara dengan energi sebesar dibutuhkan sekitar 7 hektar lahan untuk pengolahan
3.720 kWh. Jika energi tersebut digunakan untuk limbah. Selain itu efisiensi perombakan limbah cair
membangkitkan listrik dengan menggunakan gas PMKS hanya 60-70 % dengan waktu retensi yang
engine (efisiensi 35%) maka akan dapat dibangkitkan cukup lama yaitu 120-140 hari. Kolam-kolam limbah
listrik sebesar 1.303 kWh atau 1,3 MW. konvensional akan mengeluarkan gas methan (CH4)
Jika dihitung secara ekonomi, dengan asumsi dan karbon dioksida (CO2) yang membahayakan
pembangkit beroperasi selama 300 hari/tahun dan 24 karena merupakan emisi penyebab efek rumah kaca
jam/hari dan harga ditetapkan Rp. 975/kWh, sesuai yang berbahaya bagi lingkungan. Disamping itu
permen ESDM (04/2012) untuk pulau Jawa, maka kolam-kolam pengolahan limbah sering mengalami
terdapat potensi pendapatan sebesar Rp. 9,15 pendangkalan, sehingga baku mutu limbah tidak
M/tahun. tercapai.
Teknologi yang berbeda adalah dengan Pengolahan limbah cair PMKS dengan
menggunakan anaerobic digester. Teknologi ini lebih menggunakan digester anaerob dilakukan dengan
efektif baik dalam pengolahan limbah POME sehingga mensubtitusi proses yang terjadi di kolam anaerobik
akan dihasilkan biogas dalam jumlah yang lebih besar. pada sistem konvensional kedalam tangki digester.
Pengolahan POME dilakukan dengan membuat Tangki digester berfungsi menggantikan kolam
instalasi anaerobic digester seperti yang terlihat pada anaerobik yang dibantu dengan pemakaian bakteri
skema gambar 4. Komponen utama teknologi ini mesophilic dan thermophilic (Naibaho, 1996). Kedua
adalah sebuah reaktor yang senantiasa terkontrol. bakteri ini termasuk bakteri methanogen yang
Dengan demikian proses penguraian senyawa organik merubah substrat dan menghasilkan gas methan.
secara anaerobic dapat diatur, baik komposisi, Fermentasi anaerobik dalam proses
mikrobia maupun termperaturnya untuk perombakan bahan organik yang dilakukan oleh
mendapatkan hasil yang maksimal dengan tingkat sekelompok mikrobia anaerobik fakultatif maupun
BOD yang lebih rendah dari 100 mg/l. obligat dalam satu tangki digester (reaktor tertutup)
Biogas yang dihasilkan ±28 m3/ton TBS. Jadi pada suhu 35-55 0C. Metabolisme anaerobik selulose
jika kapasitas PKS sebesar 30 ton TBS/jam akan melibatkan banyak reaksi kompleks dan prosesnya
dihasilkan biogas ±840 m3/jam, atau setara dengan lebih sulit daripada reaksi-reaksi anaerobik bahan-
energi sebesar 5.208 kWh. Energi listrik yang dapat bahan organik lain seperti karbohidrat, protein, dan
dibangkitkan dengan gas engine (efisiensi 35%) lemak. Bidegradasi tersebut melalui beberapa
adalah sebesar 1.822 kWh, atau 1,8 MW. Dengan tahapan yaitu proses hidrolisis, proses asidogenesis,
asumsi yang sama, maka potensi pendapatan adalah proses asetogenesis, dan proses methanogenesis.
sebesar Rp. 12,8 M/tahun. Proses hidrolisis berupa proses dekomposisi
98
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Alkusma, Y.M., Hermawan, dan Hadiyanto. (2016). Pengembangan Potensi Energi Alternatif dengan Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit sebagai Sumber Energi Baru
Terbarukan di Kabupaten Kotawaringin Timur. Jurnal Ilmu Lingkungan,14(2),96-102, doi:10.14710/jil.14.2.96-102

biomassa kompleks menjadi gkukosa sederhana  Mesophill, yaitu bakteri yang hidup pada suhu 10-
memakia enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme 50 0C dan merupakan jenis bakteri yang paling
sebagai katalis. Hasilnya biomassa menjadi dapat banyak dijumpai pada daerah tropis.
larut dalam air dan mempunyai bentuk yang lebih  Thermophill, yaitu bakteri yang tahan panas pada
sederhana. Proses asidogenesis merupakan proses suhu 50-80 0C. bakteri ini banyak dijumpai pada
perombakan monomer dan oligomer menjadi asam tambang minyak yang berasal dari perut bumi.
asetat, CO2, dan asam lemak rantai pendek, serta
alkohol. Proses asidogenesis atau fase non Perombakan limbah dapat berjalan lebih cepat
methanogenesis menghasilkan asam asetat, CO2, dan pada penggunaan bakteri thermophill. Suhu yang
H2. Sementara proses methanogensesis merupakan tinggi dapat memacu perombakan secara kimiawi,
perubahan senyawa-senyawa menjadi gas methan perombakan yang cepat akan dimanfaatkan oleh
yang dilakukan oleh bakteri methanogenik. Salah satu bakteri metahonogenik untuk menghasilkan gas
bakteri methanogeneik yang populer dalam methan, sehingga dapat produksi biogas. Peningkatan
Methanobachillus omelianskii. suhu sebesar 40 0C dapat menghasilkan 68,5 liter
Proses biokonversi methanogenik merupakan biogas (Mahajoeno, dkk, 2008).
proses biologis yang sangat dipengaruhi oleh faktor Limbah cair mengandung karbohidrat, protein,
lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik. lemak, dan mineral yang dibutuhkan oleh mikroba.
Faktor biotik meliputi mikroba dan jasad aktif. Faktor Komposisi limbah perlu diperbaiki dengan
jenis dan konsentrasi inokulum sangat berperan penambahan nutrisi seperti untur P dan N yang
dalam proses perombakan dan produksi biogas. Hasil diberkan dalam bentuk pupuk TSP dan urea. Jumlah
penelitian Mahajoeno, dkk (2008) mengungkapkan kandungan bahan makanan dalam limbah harus
inokulum LKLM II-20% (b/v) dengan substrat 15 L, dipertahankan agar bakteri tetap berkembang dengan
diperoleh produksi biogas paling baik dibandingkan baik. Jumlah lemak yang terdapat dalam limbah akan
konsentrasi lainnya dimana produksi biogasnya mempengaruhi aktivitas perombak limbah
mencapai 121 liter. karbohidrat dan protein. Selain kontinuitas makanan
Sedangkan faktor abiotik meliputi pengadukan juga kontak antara makanan dan bakteri perlu
(agitasi), suhu, tingkat keasaman (pH), kadar substrat, berlangsung dengan baik yang dapat dicapai dengan
kadar air, rasio C/N, dan kadar P dalam substrat, serta melakukan agitasi (pengadukan). agitasi juga
kehadiran bahan toksik (Mahajoeno, dkk, 2008). berpengaruh terhadap produksi biogas. Pemberian
Diantara faktor abiotik di atas, faktor pengendali agitasi berpengaruh lebih baik dibandingkan tanpa
utama produksi biogas adalah suhu, pH, dan senyawa agitasi dalam peningkatan laju produksi gas. Dengan
beracun. agitasi substrat akan menjadi homogen, inokulum
Kehidupan mikroba dalam cairan memerlukan kontak langsung dengan substrat dan merata,
keadaan lingkungan yang cocok antara lain pH, suhu, sehingga proses perombakan akan lebih efektif.
dan nutrisi. Derajat keasaman pada mikroba yaitu Agitasi dimaksudkan agar kontak antara limbah cair
antara pH 5-9. Oleh karena itu limbah cair PMKS yang PMKS dan bakteri perombak lebih baik dan
bersifat asam (pH 4-5) merupakan media yang tidak menghindari padatan terbang atau mengendap.
cocok untuk pertumbuhan bakteri, maka untuk Agitasi pada 100 rpm dapat meningkatkan produksi
mengaktifkan bakteri cairan limbah PMKS tersebut biogas.
harus di netralisasi. Penambahan bahan penetral pH Reaksi perombakan anaerobik tidak
dapat meningkatkan produksi biogas. Namun menginginkan kehadiran oksigen, karena oksigen
keasaman nya dibatasi agar tidak melebihi pH 9, akan menonaktifkan bakteri. Kehadiran oksigen pada
karena pada pH 5 dan pH 9 dapat menyebabkan limbah cair dapat berupa kontak limbah dengan
terganggunya enzim bakteri (enzim teridir dari udara. Kedalaman reaktor akan mempengaruhi reaksi
protein yang dapat mengkoagulasi pada pH tertentu). perombakan. Semakin dalam reaktor akan semakin
Peningkatan pH optimum akan memacu proses baik hasil perombakan.
pembusukan sehingga meningkatkan efektifitas Kehadiran bahan toksik juga menghambat
bakteri methanogenik dan dapat meningkatkan proses produksi biogas. Kehadiran bahan toksik ini
produksi biogas. Mahajoeno, dkk (2008) menyatakan akan menghambat aktivitas mikroorganisme untuk
menunjukkan bahwa pH substrat awal 7 memberikan melakukan perombakan. Maka untuk memperoleh
peningkatan laju produksi biogas lebih baik produksi biogas yang baik, kehadiran bahan toksik
dibandingkan dengan perlakuan pH yang lain harus dicegah.
Peningkatan suhu juga dapat meningkatkan Hasil produksi biogas juga ditentukan oleh
laju produksi biogas. Mikroba menghendaki suhu faktor waktu fermentasi. Hal ini disebabkan untuk
cairan sesuai dengan jenis mikroba yang melakukan perombakan anaerob terdiri atas 4
dikembangkan. Berdasarkan sifat adaptasi bakteri (empat) tahapan. Untuk itu setiap proses
terhadap suhu dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) membutuhkan waktu yang cukup. Pengaruh waktu
bagian (Naibaho, 1996) yaitu : fermentasi memberikan hasil yang berbeda pada
 Phsycrophill, yaitu bakteri yang dapat hidup aktif produksi biogas. Semakin lama proses fermentasi,
pada suhu rendah yaitu 10 0C, bakteri ini maka akan semakin tinggi produksi biogas.
ditemukan pada daerah-daerah sub tropis.
99
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 14 (2): 96-102, 2016 ISSN : 1829-8907

Ahmad (2003) menyatakan parameter kinetik menetapkan batas maksimal H2S yang terkandung
merupakan dasar penting dalam desain bioreaktor hanya 0,05% saja. NH3, sekitar 0-0,05%, emisi NOx
terutama konstanta laju pertumbuhan mikroba setelah pembakaran merusak kandungan bahan
maksimum dan menentukan waktu tinggal biomassa bakar biogas ini, dan meningkatkan sifat anti-knock
minimum. Parameter kinetik biodegradasi anerob pada engine. Uap air, sekitar 1-5%, dapat
limbah cair PMKS optimum diperoleh pada konstanta menyebabkan korosi, risiko pembekuan, pada
setengah jenuh (Ks) 1,06 g/L, laju pertumbuhan peralatan, instrument, plant dan system perpipaan.
spesifik maksimum (µm) 0,187 / hari, perolan
biomassa (Y) 0,395 gVSS/gCOD, konstanta laju
kematian mikroorganisme (Kd) 0,027 / hari, dan
konstanta pemanfaatan substat maksimum (k) 0,474
/ hari.
Potensi biogas yang dihasilkan dari 600-700 kg
limbah cair PMKS dapat diproduksi sekitar 20 m3
biogas (Goenadi, 2006) dan setiap m3 gas methan
dapat diubah menjadi energi sebesar 4.700 – 6.000
kkal atau 20-24 MJ (Isroi, 2008). Sebuah PMKS dengan
kapasitas 30 ton TBS/jam dapat menghasilkan tenaga
biogas untuk energi setara 237 KwH (Naibaho, 1996).
Selain menghasilkan biogas, pengolahan
limbah cair dengan proses digester anaerobik dapat
dilakukan pada lahan yang sempit dan memberi
keuntungan berupa penurunan jumlah padatan
organik, jumlah mikroba pembusuk yang tidak
diinginkan, serta kandungan racun dalam limbah. Di
samping itu juga membantu peningkatan kualitas
pupuk dari sludge yang dihasilkan, karena sludge
yang dihasilkan berbeda dari sludge limbah cair
Gambar 1. Contoh Salah Satu Diagram alir Unit Pengolahan
PMKS biasa yang dilakukan melalui proses biogas
konvensional (Tobing, 1997). Kelebihan tersebut
adalah :
 Penurunan kadar BOD bisa mencapai 80-90 %.
 Baunya berkurang sehingga toidak disukai lalat.
 Berwarna coklat kehitam-hitaman.
 Kualitas sludge sebagai pupuk lebih baik, yaitu :
 Memperbaiki struktur fisik tanah
 Meningkatkan aerasi, peresapan, retensi, dan
kelembaban
 Meningkatkan perkembangbiakan dan
perkembangan akar
 Meningkatkan kandungan organik tanah, pH,
dan kapasitas tukar kation tanah, dan
 Meningkatkan populasi mikroflora dan
mikrofauna tanah maupun aktivitasnya.
Secara umum diagram alir proses pemanfaatan
limbah cair kelapa sawit yang di ambil gas methane
untuk menjadi biogas dan menghasilkan energi listrik
Gambar 2. Contoh Layout Unit Pengolahan Biogas PT. Laguna
digambarkan pada Gambar 1. Mandiri.

5. Operasional Genset Berbahan Bakar Biogas Debu / Dust, sekitar >5µm, mengakibatkan
Biogas mengandung beberapa komponen yaitu terhalangnya nozzle, dan kandungan biogas. N2,
CO2, sekitar 25% sampai 50% per volume, akibat sekitar 0-5%, akibat yang ditimbulkan yaitu
yang ditimbulkan kandungan CO2 yaitu menurunkan mengurangi kandungan nilai kalori, dan
nilai kalori, meningkatkan jumlah methane dan anti meningkatkan anti-knock pada engine. Siloxanes,
knock pada engine, menyebabkan korosi (kurangnya sekitar 0-5mg m-3 , mengakibatkan terjadinya
kandungan karbon acid)jika gas dalam keadaan abrasive dan kerusakan pada mesin.
basah, serta merusak alkali dalam baan bakar biogas Perubahan biogas menjadi energi listrik
ini. H2S, sekitar 0 sampai 0,5%, akibat yang dilakukan dengan memasukkan gas dalam tabung
ditimbulkan kandungan H2S yaitu : mengakibatkan penampungan kemudian masuk ke conversion kit
korosi pada peralatan dan system perpipaan (stress yang berfungsi menurunkan tekanan gas dari tabung
corrosion) oleh karena itu banyak produsen mesin
100
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Alkusma, Y.M., Hermawan, dan Hadiyanto. (2016). Pengembangan Potensi Energi Alternatif dengan Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit sebagai Sumber Energi Baru
Terbarukan di Kabupaten Kotawaringin Timur. Jurnal Ilmu Lingkungan,14(2),96-102, doi:10.14710/jil.14.2.96-102

sesuai dengan tekanan operasional mesin dan merupakan komoditas yang memiliki luas terbesar.
mengatur debit gas yang bercampur dengan udara di Kelapa dalam terkonsentrasi di wilayah pesisir
dalam mixer, dari mixer bahan bakar bersama dengan Kabupaten Kotawaringin Timur dengan Kecamatan
udara masuk kedalam mesin dan terjadilah Mentaya Hilir Selatan mempunyai luas terbesar
pembakaran yang akan menghasilkan daya untuk diikuti Kecamatan Pulau Hanaut. Untuk perkebunan
menggerakkan generator yang menghasilkan energi karet terutama berkembang di wilayah tengah sampai
listrik. Karakteristik pembakaran yang terjadi pada utara Kabupaten Kotawaringin Timur dengan luas
mesin diesel berbeda dengan pembakaran pada mesin terbesar di Kecamatan Mentaya Hulu. Untuk
bensin. perkebunan kelapa sawit diusahakan oleh
 Karakteristik pembakaran biogas di dalam mesin perkebunan besar swasta dengan pola inti atau
diesel plasma dengan kelompok tani atau Koperasi Unit Desa
Bahan bakar biogas membutuhkan rasio (KUD). Di Kabupaten Kotawaringin Timur Terdapat
kompresi yang tinggi untuk proses pembakaran sebab 60 PBS kelapa sawit dengan luas lahan pencadangan
biogas mempunyai titik nyala yang tinggi 645 C – total mencapai 681.415,16 Ha dan luas lahan
750C dibandingkan titik nyala solar 220C, maka penanaman total mencapai 461.237,3 Ha, yang terdiri
mesin diesel umumnya digunakan secara dualfuel atas inti seluas 404.360,7 Ha dan plasma seluas
dengan rasio kompresi sekitar 15 – 18. Proses 56.876,6 Ha. Dari 60 PBS yang telah beroperasi
pembakaran pada mesin dualfuel, bahan bakar biogas tersebut, terdapat 25 PBS yang telah memiliki pabrik
dan udara masuk ke ruang bakar pada saat langkah pengolahan kelapa sawit, dimana 10 diantaranya
hisap dan kemudian dikompresikan di dalam silinder berada di lintas kabupaten dengan total kapasitas
seperti halnya udara dalam mesin diesel biasa. Bahan produksi mencapai 1.490 ton TBS/jam.
bakar solar dimasukkan lewat nosel pada saat
mendekati akhir langkah kompresi, dekat titik mati Tabel 1. Perusahaan PBS yang Memiliki Pabrik Pengolahan
Kelapa Sawit di Kabuopaten Kotawaringin Timur per Deember
atas (TMA) sehingga terjadi pembakaran. 2014
Temperatur awal kompresi tidak boleh lebih Kapasitas Pabrik PKS
No Nama Perusahaan
dari 80 C karena akan menyebabkan terjadinya (ton TBS/jam)
knocking dan peristiwa knocking yang terjadi pada 1. PT. Karya Makmur Bahagia 75
2. PT. Karya Makmur Bahagia (II) 45
mesin dualfuel hampir sama dengan yang terjadi pada 3. PT. Katingan Indah Utama 90
mesin bensin, yaitu terjadinya pembakaran yang lebih 4. PT. Uni Primacom 20
awal akibat tekanan yang tinggi dari mesin diesel. Hal 5. PT. Suka Jadi Sawit Mekar (I) 90
ini disebabkan karena bahan bakar biogas masuk 6. PT. Sukajadi Sawit Mekar (II) 45
7. PT. Tunas Agro Subur Kencana 120
bersama-sama dengan udara ke ruang bakar, sehingga
8. PT. Windu Nabatindo Lestari 90
yang dikompresikan tidak hanya udara tapi juga 9. PT. Swadaya Sapta Putra 45
biogas 10. PT. Sapta Karya Damai 30
11. PT. Bangkit Giat Usaha Mandiri 45
 Karakteristik pembakaran biogas di dalam mesin 12. PT. Maju Aneka Sawit 45
13. PT. Sarana Prima Multi Niaga 45
bensin 14. PT. Agro Bukit 90
Mesin bensin dengan rasio kompresi yang 15. PT. Bumi Sawit Kencana 45
hanya berkisar antara 6 – 9,5 tidak cukup untuk 16. PT. Surya Inti Sawit Kahuripan 60
melakukan pembakaran biogas karena titik nyala 17. PT. Mentaya Sawit Mas 45
18. PT. Hutan Sawit Lestari 90
biogas yang tinggi 645C - 750 C, untuk itu dilakukan
19. PT. Unggul Lestari 45
penambahan rasio kompresi mesin menjadi 10 – 12. 20. PT. Windu Nabatindo Abadi 60
Proses pembakaran biogas sama seperti pada mesin 21. PT. Adhyaksa Dharmasatya 30
bensin normal, yaitu biogas dan udara masuk ke ruang 22. PT. Agro Wana Lestari 90
bakar dan pada akhir langkah kompresi terjadi 23. PT. Karunia Kencana Permaisejati 45
24. PT. Mulia Agro Permai 60
pembakaran, pembakaran ini terjadi karena bantuan 25 PT. Intiga Prabhakara Kahuripan 45
loncatan bunga api dari busi. TOTAL KOTIM 1.490
1. PT. Agro Indomas ( I ) *) 90
6. Perkebunan di Kabupaten Kotawaringin 2. PT. Agro Indomas ( II ) *) 90
Timur 3. PT. Kridatama Lancar *) 60
4. PT. Bisma Dharma Kencana *) 30
Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan 5. PT. Mustika Sembuluh (I) *) 60
salah satu dari 13 kabupaten/kota yang ada di 6. PT. Mustika Sembuluh (II) *) 45
Propinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis 7. PT. Teguh Sempurna *) 30
berkedudukan pada 112˚7’ 29” - 113˚ 14’ 22” Bujur 8. PT. Bumi Hutani Lestari *) 60
PT. Tapian Nadenggan (Unit
Timur dan 1˚ 11’ 504” - 3˚ 18’ 51” Lintang Selatan, 9.
Semilar) *)
80
dengan luas wilayah 16.496 Km PT. Agrokarya Primalestari (Unit
10. 80
Potensi sektor tanaman perkebunan di Kuayan) *)
Kabupaten Kotawaringin Timur meliputi karet, kelapa TOTAL LINTAS KABUPATEN 625
dalam, kopi, lada dan kelapa sawit. Untuk tanaman *) : Lintas Kabupaten
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah,
perkebunan rakyat, karet dan kelapa dalam tahun 2014

101
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 14 (2): 96-102, 2016 ISSN : 1829-8907

Sebanyak 25 perusahaan yang telah memiliki Brojonegoro, B., & Permadi, B. (1992). "AHP" Pusat Antar
Universitas, Studi Ekonomi. Jakarta : UI
pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas Budiati, Lilin. (2014). Good Governance dalam Pengelolaan
olah Tandan Buash Segar mencapai 1.490 ton Lingkungan Hidup. Ghalia Indonesia. Bandung
TBS/jam dan 10 pabrik pengolahan kelapa sawit Danim, S. (2002).Menjadi Peneliti Kualitatif. Pustaka Setia.
berada di lintas kabupaten Kotawaringin Timur Bandung.
Ginting, Perdana (2007). Sistem Pengelolaan Lingkungan dan
dengan total kapasitas olah pabrik sebesar 625 ton
Limbah Industri. CV. Yrama Widya. Bandung.
TBS /jam, dengan asumsi material balance selama Hariyadi. 2009. Dampak Ekologi Pengembangan Kelapa Sawit
proses produksi tandan buah segar kelapa sawit untuk Bioenergi.
secara umum dimana limbah cair yang dihasilkan http:/energi.infogue.com/dampak_ekologi_pengembangan_
kelapa_sawit _untuk_bioenergi. (17 Maret 2009).
adalah sebesar 60% dari total proses produksi. Isroi. 2008. Energi Terbarukan dari Limbah Pabrik Kelapa Sawit.
Dengan demikian jumlah kapasitas pabrik total di isroi.wordpress.com/2008/02/2005energi_dari_limbah_sa
Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 2.115 ton wit/-70-k. (17 Maret 2009).
TBS/jam, maka limbah cair yang dihasilkan adalah Keputusan Menteri KLH Nomor KEP 51/MEN KLH/10/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri.
sebesar 1.269 ton limbah cair/jam dihasilkan selam
Mahajoeno, Edwi, Lay, Bibiana Widiati, Sutjahjo, Suryo Hadi, dan
proses produksi berlangusng. Dengan potensi limbah Siswanto. 2008. Potensi Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa
cair kelapa sawit yang bisa menghasilkan biogas Sawit untuk Produksi Biogas. Jurnal Bioversitas Volume 9 No.
sangat besar. Dimana beradasarkan asumsi bahwa 1.
Mutu'ali, L. ((2012). Daya Dukung Lingkungan untuk Perencanaan
setiap 600 – 700 kg limbah cair yang dihasilkan dapat Pengembangan Wilayah. Badan Penerbit Fakultas Geografi
di produksi sekitar 20 m3 biogas (Goenadi, 2006) Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
maka potensi biogas yang ada di Kabupaten Naibaho, Ponten M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit,
Kotawaringin Timur adalah sebesar 42.300 m 3 biogas. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Naibaho, Ponten M. 1999. Aplikasi Biologi dalam Pembangunan
Dengan besarnya potensi biogas yang dihasilkan
Industri Berwawasan Lingkungan, Jurnal Visi 7.
tersebut pemerintah kabupaten Kotawaringin Timur Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia.
berpeluang besar untuk melakukan pengembangan Bogor
penggunaan energi baru terbarukan yang berasal dari Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Limbah Cair Kelapa Sawit. Yang pada akhirnya akan
Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
meningkatkan rasio eletrifikasi yang saat ini hanya 62 Hal.
sebesar 60%. Soerjani, Muhamad, Yowono, Arief, dan Fardiaz, Dedi. 2007.
Lingkungan : Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan, dan
Keberlanjutan Pembangunan, Jakarta; Yayasan Institut
7. Penutup
Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Jakarta
Dengan meningkatnya kebutuhan energi di Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa
Kabupaten Kotawaringin Timur, dengan berkembang Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta
pesatnya potensi ekonomi dari sektor pertanian Wahyuni, Sri. (2013). Panduan Praktis Biogas. Penebar Swadaya.
Jakarta
subsektor perkebunan, maka penggunaan energi baru
terbarukan sangat penting untuk dikembangkan.
Mengingat kondisi pembangunan energi listrik yang
belum merata, maka kebutuhan pasokan energi listrik
bagi daerah terpencil dan tersebar di Kabupaten
Kotawaringin Timur, hendaknya pemerintah Daerah
mendorong pihak perusahaan besar swasta yang
bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit untuk
bisa memanfaatkan energi yang berasal dari limbah
cair kelapa sawit yang melimah keberadaanya.
Dengan Total kapasitas pabrik di Kabupaten
Kotawaringin Timur sebesar 2.115 ton TBS/jam,
maka limbah cair yang bisa di manfaatkan adalah
sebsar 1.269 ton limbah cari/jam dan mampu
menghasilkan biogas sebesar 1.269.000 m3.
Diperlukan adanya perhitungan dan kajian
yang lebih mendalam berapa besar potensi limbah
cair kelapa sawit yang dapat di manfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan energi di Kabupaten
Kotawaringin Timur.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2015) Dokumen Addendum AMDAL Pemanfaatan
Biogas PT. Laguna Mandiri Kab. Kotabaru, Provinsi
Kalimantan Selatan
Anonim. (2012). Materi Teknik RTRW Kabupaten Kotawaringin
Timur Tahun 2012-2032. Bappeda Kab. Kotim

102
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP

Você também pode gostar