Você está na página 1de 14

Pada ayat pertama (Al-Hujurat [49]: 13) dijelaskan, bahwa manusia itu pada dasarnya

adalah sama tidak ada yang lebih mulia atau lebih tinggi derajatnya di hadapan Allah Swt,

dan yang paling mulia adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah Swt. Bukan orang

yang lebih kaya, bukan orang yang lebih besar atau lebih tinggi rumahnya, bukan pula

yang lebih terpandang nasabnya atau keturunannya.

Berdasarkan ayat inilah, Abu Hatim tidak menyaratkan hurriyah (kemerdekaan)

dalam pernikahan, syaratnya hanya satu, yaitu ad-din (agama) (Al Qasimi, 15:137).

Dalam suatu Hadits ditegaskan sebagai berikut:

” Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: sesungguhnya Allah tidak

melihat kepada rupamu dan hartamu, melainkan melihat kepada hati dan amal

perbuatanmu” (Ditakhrijkan oleh Muslim, Hadits No.34).

Karena itulah Allah melarang segala macam perbudakan dan memerintahkan

membebaskan manusia dari segala macam perbudakan sebagaimana ditegaskan dalam

firman-Nya: ”Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang

mendaki lagi sukar? Tahukah kamu apa jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu)

membebaskan budak dari perbudakan”. (Al-Balad [90]: 11-13).

Pembebasan manusia dari perbudakan telah dirintis sejak permulaan masa

Rasulullah Saw pembebasan manusia dari perbudakan bukanlah pekerjaan yang ringan,

karena itulah pada ayat tersebut di atas, disebut ”al-Aqabah” (mendaki dan sukar). Sebab

tantangannya sangat berat. Dengan perjuangan yang sangat gigih, para sahabat berhasil

membebaskan beberapa budak, antara lain:

Bilal bin Rabah, budak Umayyah bin Khalaf, dibebaskan oleh Abu Bakar dengan dibeli

seharga 100 unta. Abu Bakar telah membebaskan pula sejumlah budak lainnya, seperti:
Hamamah Ibn Bilal, ’Amir bin Fuheir, Abu Fakihah, budak abu shofwan, Zunairah, Ummu

’Unais, budak Bani Zahrah, ’Ammar bin Yasir, bapaknya, ibunya, dan saudaranya.

Khabab bin Arat, dibebaskan oleh Ummu Ammar. (Al-Khudari, Nurul Yakin, 1952: 45-51).

Para ulama berpendapat, sebenarnya Islamlah yang merintis pembebasan

manusia dari segala macam perbudakan. Pembebasan manusia pada masa Rasulullah

dilakukan dengan berbagai cara:

Dengan cara dibeli lalu dimerdekakan, dengan bayar diyat (denda) karena membunuh

orang Mukmin dengan tidak sengaja, atau karena melanggar sumpah dan sebagainya,

sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nisa [4]: 92 dan Al-Maidah [5]: 89 dan beberapa

surat lainnya.

Juga dengan cara dijanjikan akan diberi pahala yang sangat besar di akhirat

nanti seperti disebutkan dalam Hadits-hadits Nabi Saw:

”Dan Abi Hurairah, ra, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: siap saja laki-laki Muslim

yang membebaskan seorang laki-laki Muslim (dari perbudakan) niscaya Allah akan

membebaskan setiap anggota orang itu dari api neraka.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari

dan Muslim).

Pembebasan tersebut juga dapat dilakukan dengan cara diangsur, perbulan atau

perminggu hingga lunas. Kemudian perjuangan pembebasan manusia dari perbudakan

tersebut diteruskan oleh Al-Khulafa ar-Rasyidin, para sahabat sesudah mereka dan para

ulama, hingga sekarang.

Namun, perbudakan hingga sekarang belum dapat diberantas dengan tuntas,

bahkan semakin sulit diberantas, karena akhir-akhir ini manusia semakin bertambah yang

berarti menambah jumlah pengangguran, dan perdagangan orang pun semakin


semarak. Hampir setiap negara berusaha mengatasinya, tetapi belum juga

menampakkan h

Korban Incaran Trafficking


Kelompok rentan trafficking untuk menjadi korban adalah orang-orang dewasa dan anak-anak,
laki-laki maupun perempuan yang pada umumnya berada dalam kondisi rentan, seperti laki-laki,
perempuan dan anak-anak dari keluarga miskin yang berasal dari pedesaan atau daerah kumuh
perkotaan; mereka yang berpendidikan dan berpengetahuan terbatas; yang terlibat masalah
ekonomi, politik dan sosial yang serius; anggota keluarga yang mengalami krisis ekonomi seperti
hilangnya pendapatan suai/orangtua, suai/orang tua sakit keras, atau meninggal dunia; putus
sekolah; korban kekerasan fisik, psikis, seksual; para pencari kerja (termasuk buruh migran);
perempuan dan anak jalanan; korban penculikan; janda cerai akibat pernikahan dini; mereka yang
mendapat tekanan dari orang tua atau lingkungannya untuk bekerja; bahkan pekerja seks yang
menganggap bahwa bekerja di luar negeri menjanjikan pendapatan lebih.

Faktor-faktor Pendorong Trafficking


Faktor utama maraknya trafficking terhadap perempuan dan anak perempuan adalah kemiskinan.
Saat ini 37 juta penduduk indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Sejumlah 83% keluarga
perkotaan dan 99% keluarga pedesaan membelanjakan kurang dari Rp 5.000 /hari. Factor lain
adalah :
a. Pendidikan , 15% wanita dewasa buta huruf dan separuh dari anak remaja tidak masuk sekolah
memberikan peluang untuk menjadi korban trafficking.
Kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak banyak diketahui hubungan antara kekerasan dalam
rumah tanggga dan kekerasan seksual. Tetapi, sekitar separuh, dari anak-anak yang dilacurkan
pernah mendapatkan kekerasan seksual sebelumnya
Perkawinan usia muda, 30% kawin sebelum usia 16 tahun. Perkawinan usia ini beresiko tinggi
perceraian.
b. Kondisi sosial budaya keluargta dan masyarakat Indonesia sebagian besar yang
patriarkhis. Eksploitasi seksual anak merupakan hal yang sulit apabila sdah terperangkap akan sulit
untuk keluar. Menjerumuskan anak pada eksloitasi seksual hanya membutuhkan waktu singkat
dan relatif murah tetapimemulihkan mereka dari situasi tersebutmembutuhkan waktu yang lama
dan biaya yang besar, terlebih lagi mereka yang mengalami trauma. Anak-anak yang telah
memperoleh stigma buruk, sulit diterima masyarakat. (Jurnal Perempuan 29, 2002:24)
c. Perubahan globalisasi dunia, Indonesia tidak luput dari pengaruh keterbukaan dan kemajuan
diberbagi aspek teknologi, politik, ekonomi, dan sebagainya. Dan kemajuan tersebut membawa
perubahan pula dari segi-segi kehidupan sosial dan budaya dipacu oleh berbagai kemudahan
informasi. Berkaitan dengan perkembangan tersebut Indonesia menjadi sasaran perdangangan seks
terhadap perempuan dan anak perempuan. Hal ini disebabkan tingkat kesadaran masyarakat masih
rendah sehingga peraturan dan hokum lebih lemah untuk menghapuskan eksploitasi seks terhadap
perempuan dan anak perempuan.

B. Dampak dari trafficking


Para korban perdagangan manusia mengalami banyak hal yang sangat mengerikan.
Perdagangan manusia menimbulkan dampak negatif yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
para korban. Tidak jarang, dampak negatif hal ini meninggalkan pengaruh yang permanen bagi
para korban.
Dari segi fisik, korban perdagangan manusia sering sekali terjangkit penyakit. Selain
karena stress, mereka dapat terjangkit penyakit karena situasi hidup serta pekerjaan yang
mempunyai dampak besar terhadap kesehatan. Tidak hanya penyakit, pada korban anak-anak
seringkali mengalami pertumbuhan yang terhambat.
Sebagai contoh, para korban yang dipaksa dalam perbudakan seksual seringkali dibius dengan
obat-obatan dan mengalami kekerasan yang luar biasa. Para korban yang diperjualbelikan untuk
eksploitasi seksual menderita cedera fisik akibat kegiatan seksual atas dasar paksaan, serta
hubungan seks yang belum waktunya bagi korban anak-anak. Akibat dari perbudakan seks ini
adalah mereka menderita penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, termasuk
diantaranya adalah HIV / AIDS. Beberapa korban juga menderita cedera permanen pada organ
reproduksi mereka.
Dari segi psikis, mayoritas para korban mengalami stress dan depresi akibat apa yang mereka
alami. Seringkali para korban perdagangan manusia mengasingkan diri dari kehidupan sosial.
Bahkan, apabila sudah sangat parah, mereka juga cenderung untuk mengasingkan diri dari
keluarga. Para korban seringkali kehilangan kesempatan untuk mengalami perkembangan sosial,
moral, dan spiritual. Sebagai bahan perbandingan, para korban eksploitasi seksual mengalami luka
psikis yang hebat akibat perlakuan orang lain terhadap mereka, dan juga akibat luka fisik serta
penyakit yang dialaminya. Hampir sebagian besar korban “diperdagangkan” di lokasi yang
berbeda bahasa dan budaya dengan mereka. Hal itu mengakibatkan cedera psikologis yang
semakin bertambah karena isolasi dan dominasi. Ironisnya, kemampuan manusia untuk menahan
penderitaan yang sangat buruk serta terampasnya hak-hak mereka dimanfaatkan oleh “penjual”
mereka untuk menjebak para korban agar terus bekerja. Mereka juga memberi harapan kosong
kepada para korban untuk bisa bebas dari jeratan perbudakan.
C. Solusi Masalah Perdagangan Manusia di Indonesia
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan agar kasus perdagangan manusia dapat
berkurang. Solusi pertama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan
pemuka agama dan pemerintah. Apabila kesadaran masyarakat akan bahaya dari perdagangan
manusia sudah muncul, maka diharapkan tingkat perdagangan manusia akan sdikit berkurang.

Solusi kedua adalah memperluas tenaga kerja, fokus pada program Usaha Kecil Menengah
(UKM), serta pemberdayaan perempuan. Apabila lapangan kerja di Indonesia sudah cukup
memenuhi kebutuhan masyarakat, maka keinginan untuk bermigrasi dan bekerja di luar negeri
akan berkurang dan resiko perdagangan manusia pun akan semakin berkurang juga.

Solusi selanjutnya adalah meningkatkan pengawasan di setiap perbatas NKRI serta


meningkatkan kinerja para aparat penegak hukum. Kejahatan seperti perdagangan manusia dapat
saja terjadi. Kemungkinan untuk terjadi akan semakin besar apabila tidak ada pengawasan yang
ketat oleh aparat yang terkait. Apabila pengawasan sudah ketat dan hukum sudah ditegakkan, maka
kasus perdagangan manusia dapat berkurang.

Solusi lainnya adalah memberikan pengetahuan dan penyuluhan seefektif mungkin kepada
masyarakat. Untuk dapat mencegah masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan sosialisasi
masalah yang rutin mengenai perdagangan manusia kepada masyarakat. Dengan sosialisasi secara
terus-menerus, masyarakat akan mengetahui bahaya masalah ini dan bagaimana solusinya.
Pendidikan tentu saja tidak hanya diberikan kepada masyarakat golongan menengah ke atas. Justru
pendidikan tersebut harus diberikan kepada kaum kelas bawah, karena mereka rentan sekali
menjadi korban praktik perdagangan manusia. perdagangan manusia seringkali terjadi pada
masyarakat dengan taraf pendidikan yang cukup rendah. Pendidikan harus diberikan dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh semua lapisan masyarakat.

Setelah masyarakat mengetahui masalah ini, saatnya mereka memberitahu keepada orang
lain yang belum tahu. Apabila informasi seperti ini tidak disebarluaskan, maka rantai masalah ini
tidak akan pernah terputus. Sudah menjadi kewajiban masyarakan untuk menyampaikan apa yang
terjadi pada orang lain, terlebih lagi orang-orang yang dianggap berpotensi mengalami tindakan
perdagangan manusia. Sebab, orang yang tidak mengetahui adanya permasalahan ini tidak akan
menyadari bahwa hal ini mungkin telah terjadi pada orang lain di sekitar mereka.

Solusi terakhir adalah berperan aktif untuk mencegah. Setelah mengetahui dan berusahaa
berbagi dengan masyarakat yang lain, kita juga dapat berperan aktif untuk menanggulangi
permasalahan ini. Berperan aktif dapat dilakukan dengan cara melaporkan kasus perdagangan
manusia yang diketahui kepada pihak yang berwajib. Masyarakat juga bisa mengarahkan
keluarganya untuk lebih berhati-hati terhadap orang lain, baik yang tidak dikenal maupun yang
sudah dikenal. Mungkin hal yang dilakukan hanyalah sesuatu yang kecil dan sederhana, namun
apabila semua orang bergerak untuk turut melakukannya, bukan tidak mungkin masalah ini akan
teratasi.

Upaya Pemerintah Dalam Upaya Pencegahan dan Mengatasi Human Trafficking:

1. Berpedoman pada UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang (PTPPO).
2. Memperluas sosialisasi UU No. 21 Tahun 2007 tentang PTPPO.
3. Perlindungan anak (UU No. 23 Tahun 2003).
4. Pembentukkan Pusat Pelayanan Terpadu (PP No. 9 Tahun 2008 tentang tata cara dan mekanisme
pelayanan terpadu bagi saksi atau korban TPPO).
5. Pemerintah telah menyusun Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Anak (Kepres No.
88/2002).
6. Pembentukkan Gugus Tugas PTPPO terdiri dari berbagai elemen pemerintah dan masyarakat
(PERPRES No. 69 Tahun 2008 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan TPPO ).
7. Penyusunan draft Perda Trafficking.
Upaya yang dilakukan kedepan untuk pencegahan Human Trafficking
1. Penyadaran masyarakat untuk mencegah trafficking melalui sosialisasi kepada berbagai kalangan
(Camat, Kepala Desa/Lurah,Guru, Anak Sekolah).
2. Memperluas peluang kerja melalui pelatihan keterampilan kewirausahaan, pemberdayaan
ekonomi dan lain-lain.
3. Peningkatan partisipasi pendidikan anak-anak baik formal maupun informal.
4. Kerjasama lintas kabupaten/provinsi dalam rangka pencegahan dan penanganan trafficking.
Kewajiban masyarakat dalam mencegah human trafficking yaitu wajib berperan serta
membantu upaya pencegahan dan penanganan korban tindak pidana perdagangan orang dengan
memberikan informasi/laporan adanya tindak pidana perdagangan orang kepada pihak berwajib.
Dan dalam melakukan hal tersebut masyarakat berhak memperoleh perlindungan hukum.

Faktor-faktor Pendorong Trafficking


Faktor utama maraknya trafficking terhadap perempuan dan anak perempuan adalah kemiskinan.
Saat ini 37 juta penduduk indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Sejumlah 83% keluarga
perkotaan dan 99% keluarga pedesaan membelanjakan kurang dari Rp 5.000 /hari. Factor lain
adalah :
a. Pendidikan , 15% wanita dewasa buta huruf dan separuh dari anak remaja tidak masuk sekolah
memberikan peluang untuk menjadi korban trafficking.
Kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak banyak diketahui hubungan antara kekerasan dalam
rumah tanggga dan kekerasan seksual. Tetapi, sekitar separuh, dari anak-anak yang dilacurkan
pernah mendapatkan kekerasan seksual sebelumnya
Perkawinan usia muda, 30% kawin sebelum usia 16 tahun. Perkawinan usia ini beresiko tinggi
perceraian.
b. Kondisi sosial budaya keluargta dan masyarakat Indonesia sebagian besar yang
patriarkhis. Eksploitasi seksual anak merupakan hal yang sulit apabila sdah terperangkap akan sulit
untuk keluar. Menjerumuskan anak pada eksloitasi seksual hanya membutuhkan waktu singkat
dan relatif murah tetapimemulihkan mereka dari situasi tersebutmembutuhkan waktu yang lama
dan biaya yang besar, terlebih lagi mereka yang mengalami trauma. Anak-anak yang telah
memperoleh stigma buruk, sulit diterima masyarakat. (Jurnal Perempuan 29, 2002:24)
c. Perubahan globalisasi dunia, Indonesia tidak luput dari pengaruh keterbukaan dan kemajuan
diberbagi aspek teknologi, politik, ekonomi, dan sebagainya. Dan kemajuan tersebut membawa
perubahan pula dari segi-segi kehidupan sosial dan budaya dipacu oleh berbagai kemudahan
informasi. Berkaitan dengan perkembangan tersebut Indonesia menjadi sasaran perdangangan seks
terhadap perempuan dan anak perempuan. Hal ini disebabkan tingkat kesadaran masyarakat masih
rendah sehingga peraturan dan hokum lebih lemah untuk menghapuskan eksploitasi seks terhadap
perempuan dan anak perempuan.

B. Dampak dari trafficking


Para korban perdagangan manusia mengalami banyak hal yang sangat mengerikan.
Perdagangan manusia menimbulkan dampak negatif yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
para korban. Tidak jarang, dampak negatif hal ini meninggalkan pengaruh yang permanen bagi
para korban.
Dari segi fisik, korban perdagangan manusia sering sekali terjangkit penyakit. Selain
karena stress, mereka dapat terjangkit penyakit karena situasi hidup serta pekerjaan yang
mempunyai dampak besar terhadap kesehatan. Tidak hanya penyakit, pada korban anak-anak
seringkali mengalami pertumbuhan yang terhambat.
Sebagai contoh, para korban yang dipaksa dalam perbudakan seksual seringkali dibius dengan
obat-obatan dan mengalami kekerasan yang luar biasa. Para korban yang diperjualbelikan untuk
eksploitasi seksual menderita cedera fisik akibat kegiatan seksual atas dasar paksaan, serta
hubungan seks yang belum waktunya bagi korban anak-anak. Akibat dari perbudakan seks ini
adalah mereka menderita penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, termasuk
diantaranya adalah HIV / AIDS. Beberapa korban juga menderita cedera permanen pada organ
reproduksi mereka.
Dari segi psikis, mayoritas para korban mengalami stress dan depresi akibat apa yang mereka
alami. Seringkali para korban perdagangan manusia mengasingkan diri dari kehidupan sosial.
Bahkan, apabila sudah sangat parah, mereka juga cenderung untuk mengasingkan diri dari
keluarga. Para korban seringkali kehilangan kesempatan untuk mengalami perkembangan sosial,
moral, dan spiritual. Sebagai bahan perbandingan, para korban eksploitasi seksual mengalami luka
psikis yang hebat akibat perlakuan orang lain terhadap mereka, dan juga akibat luka fisik serta
penyakit yang dialaminya. Hampir sebagian besar korban “diperdagangkan” di lokasi yang
berbeda bahasa dan budaya dengan mereka. Hal itu mengakibatkan cedera psikologis yang
semakin bertambah karena isolasi dan dominasi. Ironisnya, kemampuan manusia untuk menahan
penderitaan yang sangat buruk serta terampasnya hak-hak mereka dimanfaatkan oleh “penjual”
mereka untuk menjebak para korban agar terus bekerja. Mereka juga memberi harapan kosong
kepada para korban untuk bisa bebas dari jeratan perbudakan.
C. Solusi Masalah Perdagangan Manusia di Indonesia
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan agar kasus perdagangan manusia dapat
berkurang. Solusi pertama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan
pemuka agama dan pemerintah. Apabila kesadaran masyarakat akan bahaya dari perdagangan
manusia sudah muncul, maka diharapkan tingkat perdagangan manusia akan sdikit berkurang.

Solusi kedua adalah memperluas tenaga kerja, fokus pada program Usaha Kecil Menengah
(UKM), serta pemberdayaan perempuan. Apabila lapangan kerja di Indonesia sudah cukup
memenuhi kebutuhan masyarakat, maka keinginan untuk bermigrasi dan bekerja di luar negeri
akan berkurang dan resiko perdagangan manusia pun akan semakin berkurang juga.

Solusi selanjutnya adalah meningkatkan pengawasan di setiap perbatas NKRI serta


meningkatkan kinerja para aparat penegak hukum. Kejahatan seperti perdagangan manusia dapat
saja terjadi. Kemungkinan untuk terjadi akan semakin besar apabila tidak ada pengawasan yang
ketat oleh aparat yang terkait. Apabila pengawasan sudah ketat dan hukum sudah ditegakkan, maka
kasus perdagangan manusia dapat berkurang.

Solusi lainnya adalah memberikan pengetahuan dan penyuluhan seefektif mungkin kepada
masyarakat. Untuk dapat mencegah masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan sosialisasi
masalah yang rutin mengenai perdagangan manusia kepada masyarakat. Dengan sosialisasi secara
terus-menerus, masyarakat akan mengetahui bahaya masalah ini dan bagaimana solusinya.
Pendidikan tentu saja tidak hanya diberikan kepada masyarakat golongan menengah ke atas. Justru
pendidikan tersebut harus diberikan kepada kaum kelas bawah, karena mereka rentan sekali
menjadi korban praktik perdagangan manusia. perdagangan manusia seringkali terjadi pada
masyarakat dengan taraf pendidikan yang cukup rendah. Pendidikan harus diberikan dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh semua lapisan masyarakat.

Setelah masyarakat mengetahui masalah ini, saatnya mereka memberitahu keepada orang
lain yang belum tahu. Apabila informasi seperti ini tidak disebarluaskan, maka rantai masalah ini
tidak akan pernah terputus. Sudah menjadi kewajiban masyarakan untuk menyampaikan apa yang
terjadi pada orang lain, terlebih lagi orang-orang yang dianggap berpotensi mengalami tindakan
perdagangan manusia. Sebab, orang yang tidak mengetahui adanya permasalahan ini tidak akan
menyadari bahwa hal ini mungkin telah terjadi pada orang lain di sekitar mereka.

Solusi terakhir adalah berperan aktif untuk mencegah. Setelah mengetahui dan berusahaa
berbagi dengan masyarakat yang lain, kita juga dapat berperan aktif untuk menanggulangi
permasalahan ini. Berperan aktif dapat dilakukan dengan cara melaporkan kasus perdagangan
manusia yang diketahui kepada pihak yang berwajib. Masyarakat juga bisa mengarahkan
keluarganya untuk lebih berhati-hati terhadap orang lain, baik yang tidak dikenal maupun yang
sudah dikenal. Mungkin hal yang dilakukan hanyalah sesuatu yang kecil dan sederhana, namun
apabila semua orang bergerak untuk turut melakukannya, bukan tidak mungkin masalah ini akan
teratasi.

Upaya Pemerintah Dalam Upaya Pencegahan dan Mengatasi Human Trafficking:

1. Berpedoman pada UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang (PTPPO).
2. Memperluas sosialisasi UU No. 21 Tahun 2007 tentang PTPPO.
3. Perlindungan anak (UU No. 23 Tahun 2003).
4. Pembentukkan Pusat Pelayanan Terpadu (PP No. 9 Tahun 2008 tentang tata cara dan mekanisme
pelayanan terpadu bagi saksi atau korban TPPO).
5. Pemerintah telah menyusun Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Anak (Kepres No.
88/2002).
6. Pembentukkan Gugus Tugas PTPPO terdiri dari berbagai elemen pemerintah dan masyarakat
(PERPRES No. 69 Tahun 2008 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan TPPO ).
7. Penyusunan draft Perda Trafficking.
Upaya yang dilakukan kedepan untuk pencegahan Human Trafficking

1. Penyadaran masyarakat untuk mencegah trafficking melalui sosialisasi kepada berbagai kalangan
(Camat, Kepala Desa/Lurah,Guru, Anak Sekolah).
2. Memperluas peluang kerja melalui pelatihan keterampilan kewirausahaan, pemberdayaan
ekonomi dan lain-lain.
3. Peningkatan partisipasi pendidikan anak-anak baik formal maupun informal.
4. Kerjasama lintas kabupaten/provinsi dalam rangka pencegahan dan penanganan trafficking.
Kewajiban masyarakat dalam mencegah human trafficking yaitu wajib berperan serta
membantu upaya pencegahan dan penanganan korban tindak pidana perdagangan orang dengan
memberikan informasi/laporan adanya tindak pidana perdagangan orang kepada pihak berwajib.
Dan dalam melakukan hal tersebut masyarakat berhak memperoleh perlindungan hukum.

Dan bentuk – bentuk dari Human Trafficking atau Perdagangan Manusia adalah:

1. Eksploitasi Seks, Pelacuran, Atau Kerja Paksa Seks.

Dalam banyak kesempatan banyak orang yang ditawari bekerja di luar negeri sebagai pekerja
rumah tangga, pekerja restoran, bekerja di hotel, ataupun pekerjaan yang tidak memerlukan
keahlian khusus. Namun ketika mereka telah mencapai negara tujuan, mereka tidak mendapatkan
pekerjaaan yang dijanjikan,dan dengan sangat terpaksa pekerjaan seperti pelacur, dilakukan demi
bertahan hidup di negara orang.

2. Pembantu Rumah Tangga.


Banyak pekerja rumah tangga yang diperlakukan secara sewenang – wenang, dengan jam kerja
yang panjang, tanpa istirahat, tidak mendapatkan makanan yang cukup, dan juga perlakuan
penyiksaan yang sering kali terjadi kontak fisik dan penyiksaan terhadap pembantu rumah
tangga. Hal ini juga termaksud kedalam Human Trafficking atau Perdagangan Manusia.

3. Penari & Penghibur.

Penari tradisional ataupun penari profesional, yang biasanya dijadikan sebagai penari seks, dan
penghibur serta pemuasan seksual, yang berkedok dari pekerjaan penari.

4. Pengantin yang dipesan.


Beberapa perempuan dan anak perempuan yang berimigrasi sebagai istri dari orang
berkebangsaan asing, telah ditipu dengan status perkawinan. Dalam kasus seperti ini, suami
mereka memaksa istri barunya untuk bekerja untuk keluarga mereka dengan kondisi yang mirip
dengan perbudakan atau bahkan menjual mereka ke industri prostitusi.

5. Buruh Anak.

Eksploitasi terhadap anak, atau pemaksaan anak dibawah umur untuk berkerja. Beberapa anak
yang berada di jalanan untuk mengemis, mencari ikan dilepas pantai, dan bekerja perkebunan
juga salah satu hal yang dapat dikatakan sebagai Human Trafficking atau Perdagangan Manusia.

6. Penjualan Bayi.
Keberadaan tenaga kerja indonesia yang berada di luar negri, seperti TKI yang ditipu dengan
perkawinan palsu lalu dipaksa untuk menyerahkan anaknya atau diadopsi secara ilegal, ataupun
pada akhirnya bayi tersebut dijual di pasar gelap.

7. Perdagangan organ tubuh manusia.

Demi mendapatkan uang dan dapat menafkahi keluarganya, terkadang manusia dapat melakukan
hal – hal yang tidak dapat diterima. Salah satunya adalah penjualan organ tubuh manusia, salah
satunya adalah penjualan ginjal yang ilegal. Demi mendapatkan uang yang banyak dalam waktu
yang cepat maka mereka rela menjual sebagian tubuhnya asalkan dapat bertahan hidup. Selain
itu bagian tubuh manusia lainnya juga di perjual belikan, biasanya manusia yang telah
meninggal, ataupun manusia yang berada di dalam perbudakan yang tidak dapat menolak
ataupun membela diri

Você também pode gostar