Você está na página 1de 7

I.

LATAR BELAKANG
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang
essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor
keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah
kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization)
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia. Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi :
penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran, pembuangan
sampah padat, pengendalian vektor, pencegahan / pengendalian pencemaran tanah oleh
ekskreta manusia, higiene makanan, pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi,
kesehatan kerja, pengendalian kebisingan, perumahan dan pemukiman, aspek kesehatan
lingkungan dan transportasi udara, perencanaaan daerah perkotaan, pencegahan kecelakaan,
rekreasi umum dan pariwisata, tindakan – tindakan sanitasi yang berhubungan dengan
keadaan epidemi / wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk, tindakan pencegahan
yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Dalam aspek kesehatan lingkungan tersebut menyangkut kesehatan lingkungan
pemukiman. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 tentang
perumahan dan pemukiman menjelaskan pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup
diluar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan.
Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Pemukiman sehat merupakan konsep dari
perumahan sebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep
tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan
berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan
pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur apakah rumah
tersebut memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai. Salah satu pemukiman di
daerah kota denpasar adalah banjar graha shanti.
Lingkungan banjar graha shanti yang terletak di kawasan padat penduduk di kota
denpasar membuat pemukiman ini memiliki resiko permasalahan pemukiman. Bedasarkan
esarnya pengaruh lingkungan pemukiman terhadap kesehatan masyarakat khususnya pada
pemukiman padat penduduk seperti banjar graha shanti maka perlu dilaksanakan analisis
resiko lingkungan di daerah tersebut.
II. TUJUAN
Adapun tujuan dilaksanakannya analisis resiko lingkungan pada banjar graha shanti
monang maning, yaitu:
1. Mengetahui gambaran umum lingkungan banjar graha shanti monang maning,
denpasar barat.
2. Menganalisis resiko lingkungan pemukiman di banjar graha shanti monang
maning, denpasar barat.

III. GAMBARAN UMUM


Observasi dilaksanakan satu hari pada hari Rabu tanggal 25 November 2013 bertempat di
Banjar Graha Shanti, Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Madya
Denpasar. Observasi ini dilakukan dengan melihat kondisi lingkungan pemukiman dan
wawancara singkat dengan beberapa warga di daerah tersebut................ ..............

VI. ANALISIS RESIKO LINGKUNGAN


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang
pedoman teknis analisis dampak lingkungan menjelaskan analisis risiko kesehatan
lingkungan (ARKL) merupakan suatu pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko
yang dimulai dengan mendiskripsikan masalah lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan
penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan yang
bersangkutan. Analisis risiko kesehatan biasanya berhubungan dengan masalah lingkungan
saat ini atau di masa lalu (misalnya: lokasi tercemar). Analisis Risiko Lingkungan perumahan
dan pemukiman dapat dilakukan berdasarkan Persyaratan kesehatan pemukimannya. Hal
yang umum dianalisa yaitu, berdasarkan Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999
antara lain :
- Lokasi
- Kualitas Udara
- Kebisingan dan Getaran
- Kualitas tanah daerah pemukiman dan Perumahan
- Prasarana dan sarana Lingkungan
- Vektor Penyakit
- Penghijauan .
Bedasarkan hasil obeservasi yang dilaksanakan di banjar graha shanti monang maning
pada tanggal 25 desember 2013 di dapatkan hjasil analisis lingkungan berdasarkan aspek
indikator yang terdapat pada Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999, yaitu:
1. Lokasi
Banjar graha shanti terletak di desa pemecutan kelod, denpasar barat. Kawasan ini
terbilang kawasan perkotaan yang memiliki penduduk yang cukup padat. Banjar graha
shanti dilewati sebuah sunga yang keadaanya kotor. Air aliran sunga tersebut terlihat
keruh, berbau dan banyak sampah yang mengendap didasar sungai sampai terlihan di
permukaannya. Dengan keadaan sungai seperti itu membuat daerah ini sering
mengalami banjir pada musim penghujan. Namun banjar graha shanti telah memenuhi
persyaratan pemukiman berdasarkan Keputasan Menteri kesehatan No.
829/Menkes/SK/VII/1999, yaitu lingkungan pemukiman ini tidak terletak pada daerah
bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang dan Tidak
terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan
penerbangan.
2. Kualitas Udara
Menurut Keputasan Menteri kesehatan No. 829/Menkes/SK/VII/1999 kualiatas udara
di lingkungan pemukiman harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi
syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.
Namun di Lingkungan banjar graha shanti terletak dekat jalan yang padat lalu lintas
kendaraan. Hal tersebut menyebabkan udara di daera pemukiman tersebut tercemar
polusi dari asap kendaraan serta debu dari jalan yang padat. . Dengan terjadinya
pencemaran udara, maka meningkatnya suhu di lingkungan sekitar. Keadaan
tersebut dapat dirasakan warga walaupun dalam obsevasi ini tidak menggunakan alat
bantu untuk mengukur kualitas udara.
3. Kebisingan
Keadaan di pemukiman banjar graha shanti cukup bising dikarenakan pemukiman
tersebut memiliki akses jalan yang cukup banyak menuju pemukiman dan padatnya
lalu lintas di jalan tersebut. Kebisingan ini terkadang mengganggu ketenangan warga
di pemukiman tersebut. Pengukuran kebisingan tidak dilakukan karena keterbatasan
alat. Oleh karena itu kebisingan di pemukiman tersebut belum di ketahui apakah telah
memenuhi syarat kebisingan dan getaran di lingkungan pemukiman berdasarkan
Keputasan Menteri kesehatan No. 829/Menkes/SK/VII/1999 yang menyatakan syarat
kebisingan dan getaran sebagai berikut:
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
Namun berdasarkan observasi dan wawancara singkat pada beberapa warga di daerah
tersebut menyatakan Kebisingan ini terkadang mengganggu ketenangan warga di
pemukiman tersebut.
4. Kualitas Tanah
Dalam obsevasi ini kami tidak melakukan pengukuran kualitas tanah karena alat
bantu yang tidak tersedia. Namun menurut Keputasan Menteri kesehatan No.
829/Menkes/SK/VII/1999 kualitas tanah pemukiman harus memenuhi syrat sebagai
berikut:
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg
5. Prasarana dan sarana lingkungan
Bedasarkan observasi di lingkunga pemukiman banjar Graha Shanti menurut aspek
prasarana dan sarana lingkungan yang tertera pada Keputasan Menteri kesehatan No.
829/Menkes/SK/VII/1999 dapat dijabarkan sebai berikut:
 Terdapat lapangan tempat bermain untuk anak.
 Sarana drainase tidak terlalu baik sehingga sering terjadi banjir dan menjadi
tempat perkembangbiakan vektor penyakit.
 Terdapat lampu penerang jalan menuju pemukiman tersebut, akses jalan yang
baik dan tidak membahayakan pejalan kaki.
 Sumber air sebagian besar berasalan dari PDAM dan sumur bor yang secara
umum telah memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga. Air dari sumber air
ini mengakir dengan lancar dan dalam kondisi layak sebagai air bersih karena
tidak berwarna, berbau dan terasa
 Sambungan fasilitas listrik juga sudah tersedia keseluruh rumah warga dan
fasilitas yang tersedia di pemukiman tersebut. Sambungan listrik ini juga
menerangi jalan pemukiman serta jarang terjadi pemadaman.
 Pembuangan dan pengolahan tinja yang cukup baik dengan tersedianya
sepitank di tiap-tiap rumah namun limbah rumah tangga masih banyak
dibuang ke saluran drainase (Got) yang seharusnya menjadi saluran untuk air
hujan.
 Pembuangan dan pengelolaan sampah rumah tangga sudah baik yaitu dengan
adanya pengangkut sampah ke TPS monang-maning , namun masih banyak
perumahan yang terkena dampak buruk dari TPS ini yaitu bau dari TPS yang
mengganggu kenyamanan yang diraskan oleh perumahan yang berada di
sekitar TPS.
 Memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan yaitu terdapat puskesmas I
denpasar barat,
 Memiliki akses pendidikan yang baik, tempat hiburan dan belanja yang telah
tersedia di daerah tersebut.
 Di dalam daerah pemukiman terdapat bengkel kendaraan yang kurang baik
untuk kesehatan masyarakat.
6. Vektor penyakit
keadaan lingkungan pemukiman banjar graha shanti yang memiliki aliran saluran
drainase yang buruk karena banyak titik saluran dranase yang tidak mengalir dan
dipenuhi sampah. Dengan keadaan seperti itu daerah pemukiman tersebut beresiko
memiliki perkembangan vektor penyakit seperti nyamuk.berdasarkan obsevasi di
daerah pemukiman tersebut Jentik nyamuk banyak ditemukan dan nyamuknya juga
sangat banyak . hal ini juga dinyatakan oleh beberapa warga didaerah tersebut.
Namun di daerah tersebut lalat jarang terlihat.
7. Penghijauan

Untuk penghijauan daerah ini sudah cukup rindang. Pepohonan untuk penghijauan
lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk
kesejukan,keindahan dan kelestarian alam. Di lingkungan pemuiman banjar graha
shanti juga terdapat beberapa lahan kosong yang ditumbuhi pepohonan dan semak
belukar.
Bedasarkan beberapa aspek lingkungan perumahan dan hasil analisi yang dilakukan
pemukiman bajar graha shanti telah memenuhi persyaratan lingkungan perumahan yang baik
bedasarkan indikator dari Keputasan Menteri kesehatan No. 829/Menkes/SK/VII/1999, yaitu
lokasi, parasarana dan sarana lingkungan serta penghijauan.. Namun ada beberapa hal yang
belum memenuhi persyaratan seperti keadaan dranase yang buruk, kebisingan yang
menggagu, kualitas udara yang tercemar polusi asap kendaraan serta terdapat cukup banyak
tempat berkembangnya vektor penyakit.

IV. SIMPULAN
Dari hasil observasi, wawancara serta informasi-informasi yang didapat dari internet
dan buku-buku penunjang sesuai dengan tujuan penulisan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Gambaran umum.......................
2. Bedasarkan beberapa aspek lingkungan perumahan dan hasil analisi yang
dilakukan pemukiman bajar graha shanti telah memenuhi persyaratan
lingkungan perumahan yang baik bedasarkan indikator dari Keputasan
Menteri kesehatan No. 829/Menkes/SK/VII/1999, yaitu lokasi, parasarana dan
sarana lingkungan serta penghijauan.. Namun ada beberapa hal yang belum
memenuhi persyaratan seperti keadaan dranase yang buruk, kebisingan yang
menggagu, kualitas udara yang tercemar polusi asap kendaraan serta terdapat
cukup banyak tempat berkembangnya vektor penyakit.

V. SARAN
Berdasarkan hasil penulisan maka dapat diajukan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah
Pemerintah diharapkan dapat menyiapkan sarana prasarana yang mendukung
kesehatan lingkungan pemukiman serta menegakkan peraturan tata ruang yang
telah ada agar terciptanya lingkungan pemukiman yang nyaman.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan guna mencapai
lingkungan pemukiman yang sehat dan nyaman

VI. Daftar Pustaka


Keman, Soedjajadi. (2005). Kesehatan Perumahan Dan Lingkungan Pemukiman.
Surabaya: Universitas Airlangga
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 876/Menkes/Sk/Viii/2001
Tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Você também pode gostar