Você está na página 1de 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yang bertujuan untuk membuat keputusan

keputusan investasi, pendanaan, dan dividen. Keputusan investasi ditujukan untuk menghasilkan

kebijakan yang berhubungan dengan (a) kebijakan pengalokasian sumber dana secara optimal,(b)

kebijakan modal kerja (c) kebijakan investasi yang berdampak pada strategi perusahaan yang

lebih luas (merger dan akuisisi) (Damodaran, 1997).

Keputusan pendanaan difokuskan untuk medapatkan usaha optimal dalam rangka

mendapatkan dana atau dana tambahan untuk mendukung kebijakan investasi. Sumber dana

dibagi dalam 2 kategori yakni:

(a) internal yaitu dari laba ditahan (retained earnings)

(b) sumber eksternal yaitu:

1. Dalam bentuk utang yang meliputi penundaan pembayaran utang, pinjaman jangka

pendek sebagai tambahan modal kerja, dan pinjaman jangka panjang (obligasi) sebagai

dana investasi.

2. Menerbitkan saham, baik dalam bentuk saham perdana (Initial Public Offer/IPO) maupun

saham biasa baru sebagai sumber modal investasi dalam rangka ekspansi perusahaan.

Masalah utama dalam mengoptimalkan keputusan pendanaan adalah menetapkan struktur

modal (utang dan ekuitas) yang optimal sebagai asumsi dasar dalam memutuskan berapa jumlah

dana dan bagaimana komposisi jumlah dana pinjaman dan dana sendiri yang ditambahkan untuk

mendukung kebijakan investasi sehingga kinerja keuangan perusahaan dapat tumbuh secara

sehat. Di samping itu, komposisi struktur modal harus pula dipertimbangkan hubungan antara
perusahaan, kreditur, maupun pemegang saham sehingga tidak terjadi konflik (Saragih,

Manurung dan Manurung, 2005).

Keputusan dividen ditentukan dari jumlah keuntungan perusahaan setelah pajak (earning

after tax). Oleh karena itu tujuan memaksimumkan keuntungan yang dibagikan kepada

pemegang saham (dividen) dengan kendala memaksimumkan laba ditahan untuk diinvestasikan

kembali sebagai sumber dana internal, dengan kata lain semakin banyak jumlah laba ditahan

berarti semakin sedikit uang yang tersedia bagi pembayaran dividen.

1.2 Rumusan Penulisan

Adapun beberapa rumusan yang dapat dibahas dalam pembuatan makalah ini adalah

sebagai berikut.

1.2.1 . Kebutuhan Dana

1.2.2. Sumber Pendanaan

1.2.3. Biaya Modal (Cost of Capital)

1.2.4. Aliran Kas (Cash Flow)

1.2.5. Pemilihan Investasi

1.2.6. Menganalisis Laporan Keuangan

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dan manfaat dibuatnya makalah ini adalah agar para pembaca :

1. Dapat mengerti dan lebih memahami tentang Aspek Keuangan dalam Studi Kelayakan

Bisnis.

2. Dapat mengerti dan lebih memahami tentang bagian-bagian dari Aspek Keuangan dalam

Studi Kelayakan Bisnis.


BAB II

PEMBAHASAN

ASPEK KEUANGAN

2.2.1. Kebutuhan Dana

Suatu aktivitas bisnis tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh

ketersediaan dana yang baik dan mencukupi. Bila suatu aktivitas bisnis tidak dapat memenuhi

permintaan barang atau jasa sesuai dengan jumlah dan criteria pelanggan dikarenakan bisnis

tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan proses produksinya, maka sudah

dapat dipastikan usaha bisnis tersebut akan terancam gagal.

Dalam menentukan besarnya dana yang akan diperlukan untuk menjalankan suatu

aktivitas bisnis, dibutuhkan suatu peramalan (forecasting) yang baik. Peramalan atau taksiran ini

berbeda-beda untuk masing-masing jenis proyek. Pada umumnya, taksiran dana yang dibutuhkan

tersebut tergantung pada kompleksitas dari kegiatan pendanaan itu sendiri, misalnya penentuan

lokasi bisnis yang bergantung kepada harga tanah. Semakin mahal harga tanah maka akan

semakin besar pula dana yang dibutuhkan oleh bisnis tersebut. Di samping itu, terdapat pula

faktor-faktor biaya yang akan dikeluarkan selama umur bisnis tersebut.

Menurut Carter dan Usry (2004) biaya adalah: nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan

untuk memperoleh manfat. Biaya seringkali sinonim dengan beban. Biaya-biaya dapat dibagi

dalam kategori (diklasifikasi) menjadi biaya langsung, biaya utama, biaya konversi, biaya tidak

langsung, biaya tetap, biaya variabel, biaya terkendali, biaya produk, biaya periode, biaya

bersama (joint cost), biaya estimasi, biaya standar, biaya tertanam (sunk cost), dan

biaya tunai.
Studi keuangan akan lebih memberikan pendalaman ke arah bagaimana dana akan

dialokasikan. Secara umum, pengalokasian dana tersebut dapat dilakukan ke dalam dua bentuk,

yaitu untuk aktiva tetap (fixed assets), dan untuk modal kerja (working capital).

1. Alokasi Dana untuk Aktiva Tetap

Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud (tangible assets), dan aktiva tetap tidak

berwujud (intangible assets). Aktiva tetap berwujud adalah aktiva yang berwujud yang dapat

digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi, seperti tanah, gedung

perkantoran dan peralatannya, gedung pabrik dan mesin-mesin, serta aktiva tetap lainnya. Aktiva

tetap tidak berwujud adalah: aktiva tetap yang tidak berwujud secara fisik yang memiliki umur

lebih dari satu tahun seperti hak paten, lisensi, copyright, goodwill, biaya pendahuluan, biaya-

biaya pra-operasional, dan lain sebagainya.

2. Alokasi Dana untuk Modal Kerja

Weston & Copeland (1995) mendefinisikan modal kerja adalah investasi perusahaan

dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi beban lancar.

Sedangkan Sawir (2005), menyatakan modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang

dimiliki perusahaan untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari.

Secara umum modal kerja dapat diartikan dalam dua bentuk, yaitu: gross working capital

dan net working capital. Menurut Van Horne dan Wachowichz (2005) gross working capital

adalah: keseluruhan aktiva lancar yang akan digunakan dalam operasi. Sedangkan net working

capital menunjukkan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Modal kerja di sini akan

diartikan sebagai keseluruhan aktiva lancar yang akan digunakan untuk kegiatan operasional

bisnis, di luar dari penggunaan dana untuk aktiva tetap yang tersebut di atas. Estimasi dari modal
kerja tergantung kepada rencana produksi dan penjualan dari bisnis tersebut. Semakin besar

rencana produksi dan penjualan yang akan dilaksanakan oleh suatu bisnis, maka akan semakin

besar pula modal kerja yang dibutuhkan.


2.2.2. Sumber Pendanaan

Pendanaan adalah suatu indikator penting dalam mendeteksi apakah suatu bisnis dapat

dijalankan atau tidak. Akhirakhir ini, telah banyak berkembang berbagai lembaga keuangan

maupun non-keuangan yang telah bersedia untuk mendanai suatu aktivitas bisnis, tentu saja

dengan persyaratan tertentu. Sumber dana dari lembaga-lembaga itu sering disebut sebagai

modal asing (modal pinjaman). Sumber dana bisa didapat dari (1) modal asing yaitu: sumber

dana yang didapatkan dari luar perusahaan (kreditur) yang tidak ikut memiliki perusahaan

tersebut seperti bank, perusahaan leasing, dan lain sebagainya. Sumber dana dari modal asing

biasanya berwujud hutang, baik hutang jangka panjang, maupun hutang jangka pendek. (2) dari

internal perusahaan yang akan melakukan aktivitas bisnis. Sumber dana ini disebut juga sebagai

sumber dana modal sendiri. Sumber dana modal sendiri biasanya berwujud modal saham dan

laba ditahan.

Neraca Sumber Pendanaan:

Hutang Lancar

Hutang Jangka Panjang : MODAL ASING

Modal pemegang Saham :

1. Modal saham preferen

2. Modal saham biasa

3. Laba ditahan

Masalah yang sebenarnya pada akhirnya akan dibahas di dalam studi aspek keuangan itu

sendiri – perihal modal – adalah bagaimana bisnis tersebut akan didanai baik dengan modal

sendiri, modal asing, ataupun gabungan keduanya, akan dapat mencapai keuntungan yang
ekonomis. Artinya: bagaimana struktur modal tersebut disusun agar dapat meminimumkan biaya

modal (cost of capital), sehingga akan optimal penggunaannya.

Perhitungan biaya modal penting dilakukan untuk menentukan tingkat keuntungan (cut

off rate) yang diharapkan dari suatu aktivitas bisnis. Artinya, suatu aktivitas bisnis akan sangat

bergantung kepada biaya modal perusahaan yang didanai oleh modal asing atau modal sendiri

atau gabungan keduanya.

Perbedaan antara Modal Hutang dan Modal Sendiri

Jenis Modal
Karakteristik
Modal Hutang Modal Sendiri

Tuntutan atas
Tidak ada Ada
pendapatan dan aset

Tuntutan atas Lebih didahulukan Kurang didahulukan


pendapatan dan aset dari modal sendiri dari pinjaman

Jatuh tempo Ada Tidak ada

Perlakuan pajak atas Dividen dikeluarkan


Bunga pinjaman
biaya modal dari laba bersih
mengurangi pajak
setelah pajak

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dana pembelanjaan dapat diperoleh dari

2 sumber, di antaranya:

1. Hutang/kredit/modal asing

2. Modal sendiri

1. Pembelanjaan Hutang

Pembelanjaan hutang (debt) sebagai sumber pendanaan akan memiliki risiko (risk)

berupa pembayaran bunga (interest) dan pengembaliannya (repayment). Hal ini dikarenakan
adanya prinsip the risk–return trade off, yaitu: kecenderungan investor untuk memberikan

investasi kepada proyek dengan risiko yang tinggi, dengan tingkat pengembalian yang

diharapkan (expected return) akan tinggi pula (Keown dkk., 2001). Artinya: hutang/kredit dapat

dipenuhi, apabila tingkat suku bunga terhadap pinjaman tersebut sesuai dengan keinginan

kreditor atau investor.

Hutang yang digunakan untuk membelanjai kegiatan perusahaan, yaitu:

a. Hutang jangka pendek (short term debt)

Menurut Warren, Reeve & Fess, (2005), such liabilities that are to be paid out of current

assets and are due within a short time, usually one year, are called current liabilities. Artinya:

hutang jangka pendek akan dikembalikan dalam tempo waktu kurang dari 1 tahun. Hutang

jangka pendek ini hanya dapat digunakan untuk pembiayaan investasi jangka pendek pula,

misalnya: pembiayaan aktiva lancar atau modal kerja.

Pendanaan hutang jangka pendek dapat berasal dari:

1. Pinjaman dari lembaga keuangan

Lembaga keuangan biasanya akan memiliki beberapa penilaian tentang layak atau

tidaknya suatu bisnis menerima pinjaman investasi. Penilaian tersebut berkenaan dengan faktor-

faktor sebagai berikut:

a. Rencana penggunaan pinjaman perusahaan.

b. Kondisi keuangan bisnis perusahaan.

c. Peramalan tentang industri atau lingkungan di sekitar bisnis perusahaan.

d.Adanya jaminan dari perusahaan yang dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman.

Persyaratan-persyaratan tersebut akan menentukan jumlah pinjaman, jangka waktu

pinjaman, jaminan terhadap pinjaman, dan tingkat suku bunga pinjaman.


Contoh:

Suatu perusahaan membeli bahan baku secara kredit. Bunga dari kredit tersebut sebesar 20%,

tingkat pajak penghasilan (tax rate) 30%, maka biaya hutang setelah pajak sebesar: kt = kb (1- t)

= 0,20 (1- 0,30) = 0,14 =14%.

2. Menerbitkan surat dagang

Surat dagang misal: surat hutang wesel dan surat hutang lainnya dengan tingkat suku

bunga yang menarik.

3. Kredit dagang

Kredit dagang adalah surat hutang yang memiliki kekuatanhukum lebih lemah

dibandingkan surat dagang.

4. Sumber keuangan lainnya

Misal: pegadaian, masyarakat pemodal (kreditor), dan sebagainya.

Biaya hutang yang ditanggung oleh perusahaan yang menggunakan dana hutang tidak

lain adalah sebesar tingkat keuntungan yang telah disyaratkan oleh investor. Pada dasarnya

pengunaan hutang jangka panjang (cost of debt) yang biasanya berasal dari obligasi (cost of bond)

dapat dihitung dengan cara perhitungan tingkat pendapatan investasi dalam obligasi dengan

rumus metode singkat dan metode present value.

b. Hutang Jangka Panjang (long term debt)

Menurut Warren, Reeve, & Fess (2005), liabilities that will be due for a long time (usually

more than one year) are called long-term liabilities. Artinya hutang jangka panjang akan

diharapkan dibayarkan kembali dalam kurun waktu lebih dari 1 tahun, misal: obligasi (bonds),
hipotik (mortage), dan sebagainya. Hutang jangka panjang dapat digunakan untuk pembiayaan

modal kerja ataupun membiayai aktiva tetap.

Banyak perusahaan besar yang umumnya membutuhkan dana yang besar, memilih

memperoleh dana dari obligasi, yaitu merupakan surat hutang jangka panjang yang dibeli oleh

para investor dari negara. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga obligasi yang relatif lebih

rendah dibandingkan pinjaman terhadap lembaga keuangan lainnya.

Ketika sebuah perusahaan berencana akan menerbitkan obligasi, maka perusahaan tersebut

akan membuat suatu indent document (dokumen inden). Dokumen inden adalah suatu dokumen

resmi yang menerangkan atau menjamin kesanggupan perusahaan untuk membayarkan hutang

kepada pemegang obligasi. Dokumen inden memberikan hak kepada perusahaan penerbit

obligasi untuk melakukan pembelian kembali obligasi yang telah diterbitkan sebelum jatuh

temponya obligasi tersebut.

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menggunakan pendanaan hutang

untuk membelanjai aktivitas usaha suatu bisnis, yaitu:

1. Biaya

2. Risiko

3. Syarat-syarat yang ditetapkan kreditor

4. Tingkat inflasi

5. Kemampulabaan

6. Posisi likuiditas

7. Keamanan usaha
2. Pembelanjaan Modal Sendiri

Pembelanjaan yang akhir-akhir ini umumnya dipakai oleh banyak aktivitas bisnis adalah

pembelanjaan modal sendiri. Pembelanjaan modal sendiri disebut juga sebagai pembelanjaan

atau pendanaan ekuitas, yang digunakan untuk waktu yang tidak terbatas. Artinya pendanaan

tersebut akan digunakan selama perusahaan tersebut berdiri.

Di dalam pendanaan ekuitas, terdapat 2 hal yang penting, yaitu:

1. Laba Ditahan

Perusahaan akan memilih menahan laba daripada mendistribusikannya langsung kepada

pemilik untuk memperoleh pendanaan ekuitas, misal untuk tujuan memperluas ekspansi

perusahaan. Perusahaan besar biasanya akan menahan sebagian labanya untuk dividen, dan

sebagian lagi untuk ditahan. Sementara perusahaan kecil akan menahan sebahagian besar

labanya untuk tujuan tertentu.

2. Penerbitan Saham

Pendanaan ekuitas, biasanya akan sering menggunakan saham pada perseroan terbatas

sebagai sumber pendanaannya, atau pada persekutuan komanditer (CV) dan firma (Fa)

digunakan modal sekutu. Sementara untuk perusahaan perseorangan, pembelanjaan sendirinya

menggunakan modal pribadi. Sedangkan untuk PT biasanya menerbitkan saham. Saham adalah

sebuah tanda bukti keikutsertaan seseorang atau suatu pihak akankepemilikan suatu perusahaan

atau suatu bisnis. Saham akan diterbitkan oleh perusahaan yang membutuhkan pendanaan

ekuitas.

Saham yang akan diterbitkan dibagi menjadi dua, yaitu: saham biasa dan saham preferen.

Saham biasa adalah sekuritas yang mewakili sebagian kepemilikan dari perusahaan tertentu.

Saham memiliki nilai nominal, dan dibukukan berdasarkan pada nilai nominalnya. pemegang
saham preferen adalah merupakan partner yang diam karena mereka tidak mempunyai hak suara

dalam menentukan manajemen perusahaan.

Di dalam perusahaan perseroan terbatas, yang menggunakan pendanaan ekuitas, akan

terdapat suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Di dalam RUPS tersebut, hanya para

pemegang saham biasa yang memiliki suara di dalam mengambil keputusankeputusan

perusahaan. Sementara pemegang saham preferen akan memiliki prioritas utama di dalam

penerimaan dividen, apabila sebuah perusahaan tidak membayarkan dividen selama periode

tertentu.

Dividen adalah balas jasa yang diterima oleh pemegang saham (stock holder’s) berupa

bunga dividen atas investasi yang dilakukan oleh mereka. Besarnya dividen yang dibayar, dapat

ditentukan berdasarkan per lembar saham atau persentase. Dividen yang diterima oleh para

investor, akan ditentukan berdasarkan suatu kebijakan perusahaan di dalam RUPS. Produk

kebijakan tersebut disebut juga devidend payout ratio, yang besarnya antara 0–100% dihitung

dari pendapatan yang tersedia bagi para pemegang saham biasa (earnings available to common

stock holder’s). Saham preferen juga memiliki hak klaim yang utama terhadap aktiva perusahaan

bila perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.

Saham diperdagangkan pada pasar modal (capital market). Harga dari saham yang dijual

oleh perusahaan (emisi saham) akan menghadapi tiga kemungkinan:

1. Harga pasar (market price) > nilai nominal

Apabila hal ini terjadi, maka proyek dinyatakan surplus. Para pemegang saham yang

bebas memperdagangkan sahamnya, akan memperoleh pendapatan modal (capital gain).

2. Harga pasar = nilai nominal


Apabila hal ini terjadi, maka akan terjadi suatu kondisi Break Event Point (BEP). Artinya:

para pemegang saham berada pada titik impas.

3. Harga pasar < nilai nominal

Apabila hal ini terjadi, maka proyek dikatakan akan mengalami kerugian atau sering

disebut defisit. Sementara para pemegang saham, akan mengalami kerugian modal (capital

loss).

Pembelanjaan Campuran

Seperti dijelaskan sebelumnya, di dalam menjalankan usahanya, suatu entitas bisnis

diharapkan harus memiliki modal yang cukup untuk melakukan pembiayaan terhadap

aktivitasaktivitas bisnisnya dalam rangka pemenuhan atas barang ataupun jasa terhadap kepuasan

konsumen. Dari aktivitas pembiayaan tersebut, diharapkan suatu perusahaan mampu

menghasilkan laba.

Untuk memenuhi modal yang cukup tersebut, perusahaan akan melakukan kegiatan

pencarian modal. Modal tersebut dapat diperoleh dari hutang atau modal sendiri. Dalam

kenyataannya, jumlah kredit atau hutang di dalam kegiatan permodalan suatu perusahaan untuk

membelanjai proyek selalu terbatas.

Semakin tinggi peranan hutang di dalam pembiayaan aktivitas bisnis suatu perusahaan,

maka akan semakin besar pula kemungkinan untuk mencapai kemampulabaan modal sendiri

yang tinggi dari perusahaan tersebut, diikuti semakin tingginya risiko, namun keamanan yang

dijamin akan semakin rendah. Sebaliknya, bila peranan modal sendiri yang semakin tinggi, maka

risiko yang dihadapi perusahaan akan lebih rendah, sementara keamanan akan lebih tinggi, dan

sekaligus pula kemampulabaan akan modal sendiri semakin rendah.


Karena faktor-faktor di atas, banyak pimpinan proyek selalu menggunakan pembelanjaan

campuran di dalam mendanai kegiatan bisnisnya. Pembelanjaan campuran (financing mix)

adalah penggunaan pembelanjaan dengan mengkombinasikan antara pembelanjaan modal sendiri

dan pembelanjaan hutang/kredit. Dengan pembelanjaan campuran, diharapkan perusahaan dapat

menghasilkan laba dengan cara yang efektif.

Pertimbangan di dalam memilih penggunaan pembelanjaan campuran adalah dengan

melihat faktor kemampulabaan (return on equity) dan risiko serta keamanan.

Risiko dan Kemampulabaan (Return on Equity)

Tujuan untuk menentukan biaya penggunaan modal adalah dalam rangka penentuan

investasi yang terbaik. Kalau berinvestasi menggunakan modal sendiri, maka cut off rate-nya

adalah biaya modal sendiri. Kemampulabaan atau Return on Equity (ROE) adalah merupakan

tingkat pengembalian perusahaan bisnis terhadap investasi yang diberikan oleh para kreditor.

Sedangkan risiko adalah: tingkat perbedaan antara nilai yang diharapkan (expected value),

dengan nilai yang sebenarnya akan diterima (actual value) di masa depan.

Tingkat pengembalian investasi adalah balas jasa dari risiko. Artinya semakin besar

risiko suatu proyek, maka akan semakin besar pula ROE yang diharapkan akan diterima di masa

depan. Sebaliknya, semakin kecil risiko suatu proyek, akan semakin rendah pula tingkat ROE

yang diharapkan akan diterima. Van Horne (2005) untuk menganalisis risiko biasanya dilakukan

dengan mengukur secara operasional suatu standar deviasi. Standar deviasi adalah: ukuran lebar

dispersi titik tengah distribusi probabilitas.

Risiko yang muncul dari kegiatan pendanaan adalah risiko ekonomi (economic risk), dan

risiko keuangan (financial risk). Risiko ekonomi berhubungan dengan faktor permintaan dan
factor penawaran. Risiko keuangan berkaitan erat dengan penggunaan kredit untuk aktivitas

pembiayaan itu sendiri, yang sering digambarkan dengan tingkat bunga dan keamanan

pembayaran kembali (repayment).

Keamanan

Setiap penanam modal/investor tentunya menanamkan modalnya, dengan tujuan ingin

memperoleh kompensasi tambahan lebih dari modal yang akan ia tanamkan pada suatu

perusahaan. Namun, meskipun demikian, kompensasi atau tingkat pengembalian yang

diharapkan oleh investor di masa depan, tentunya tidak selamanya akan sesuai dengan harapan si

pemegang saham. Sebab masa depan penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Oleh karena itu,

dibutuhkan suatu tingkat keamanan dari perusahaan yang dapat digambarkan dari laporan

keuangan dan analisis pengembalian modal dari perusahaan yang bersangkutan.

Keterkaitan antara keamanan dengan analisis keuangan, terutama kegiatan pembelanjaan

campuran, yaitu: semakin lama jangka waktu (validitas) jatuh tempo suatu dana yang digunakan

dalam aktivitas pendanaan perusahaan, maka akan semakin aman pula aktivitas pendanaan

tersebut digunakan untuk membiayai proyek. Sehingga dapat kita simpulkan, dana yang paling

aman digunakan untuk membelanjai aktiva adalah dari modal sendiri. Sebab modal sendiri dapat

digunakan untuk membiayai proyek selama umur proyek, artinya dana modal sendiri memiliki

probabilitas pembayaran kompensasi nilai lebih besar dibandingkan dengan hutang/kredit. Dan

dana yang paling tidak aman untuk diinvestasikan adalah yang bersumber dari hutang lancar,

karena hutang lancar akan dilunasi dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun.
2.2.3. Biaya Modal (Cost of Capital)

Setiap modal yang ditanamkan atau diinvestasikan, akan,mengeluarkan biaya modal (cost

of capital) tersendiri. Biaya modal tersebut maksudnya adalah: biaya yang harus dikeluarkan

setelah adanya penanaman modal, misalnya keharusan adanya pembayaran dividen bagi

pemegang saham.

Biaya modal hutang jangka panjang mengurangi besarnya pajak pendapatan. Biaya

hutang jangka pendek akan dibayar sebelum perhitungan pajak pendapatan, sehingga tidak

berpengaruh terhadap perhitungan pajak pandapatan. Sebaliknya, perhitungan biaya modal dari

modal sendiri baik dividen saham preferen, maupun saham biasa diperhitungkan setelah

perhitungan pajak pendapatan.

Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana atau

disebut biaya modal individual. Biaya modal individual tersebut dihitung satu per satu untuk tiap

jenis modal. Namun, apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya

modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital

disingkat WACC) dari seluruh modal yang digunakan.

Konsep biaya modal erat kaitannya dengan dengan konsep mengenai pengertian tingkat

keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan

sebenarnya dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi investor dan perusahaan.
2.2.4. Aliran Kas (Cash Flow)

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai

penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode. Rincian pengeluaran

dan penerimaan kas di dalam laporan arus kas dapat dibedakan menjadi tiga aktivitas, antara lain:

1. Aktivitas Operasi (Operating Activities)

Aktivitas ini meliputi segala aktivitas bisnis perusahaan yang berhubungan baik secara

langsung, maupun tidak langsung dengan kegiatan operasional pokok atau yang utama dari

perusahaan, yaitu dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih.

2. Aktivitas Investasi (Investing Activities)

Aktivitas ini meliputi segala kegiatan yang berhubungan dengan harta (assets) yang

terdapat pada neraca.

3. Aktivitas Pembiayaan (Financing Activities)

Aktivitas ini akan memiliki kaitan dengan segala transaksi atau proses aktivitas bisnis

suatu perusahaan yang mempengaruhi pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Para investor

biasanya terlebih dahulu akan memperhatikan laporan arus kas dibandingkan laporan laba rugi

(income statement).

Hal ini dikarenakan kas adalah tergolong harta lancer yang tingkat likuiditasnya paling

tinggi di antara semua harta lancar. Karena tingkat likuiditasnya paling tinggi, maka kas tersebut

dapat dengan segera melunasi segala kewajiban yang ada pada perusahaan terhadap investor.

Dengan kata lain, dalam keadaan yang paling buruk, sejauhmana perusahaan dalam menjalankan

aktivitas bisnisnya dapat melunasi kewajibannya, dapat diukur dengan seberapa besar nilai kas

yang ada pada laporan arus kas-nya.


2.2.5. Pemilihan Investasi

Dalam bisnis kategori pemilihan investasi didasarkan pada replacement (mengganti

peralatan yang telah rusak/boros) dan expansion (ekspansi untuk produk yang sudah ada atau

produk yang berbeda). Beberapa metode yang dapat dilakukan di dalam penilaian investasi akan

dipaparkan dalam bagian ini. Metode-metode yang akan dikemukakan ini adalah metode-metode

yang secara umum digunakan di dalam Laporan Studi Kelayakan Bisnis.

Metode-Metode Evaluasi Proyek

Keputusan investasi merupakan keputusan manajemen keuangan yang paling penting di

antara ketiga keputusan jangka panjang yang diambil manajer keuangan. Disebut penting, karena

selain penanaman modal pada bidang usaha yang membutuhkan modal yang besar, juga

keputusan tersebut mengandung risiko tertentu, serta langsung berpengaruh pada nilai

perusahaan.

Pada umumnya, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan

investasi adalah sebagai berikut:

1. Adanya usulan investasi (proposal investasi).

2. Memperkirakan arus kas (cash flow) dari usulan investasitersebut.

3. Mengevaluasi profitabilitas investasi dengan menggunakan beberapa metode penilaian

kelayakan investasi.

4. Memutuskan menerima atau menolak usulan investasi tersebut.

Untuk menilai profitabilitas rencana investasi dikenal dua macam metode, yaitu metode

konvensional dan metode nonkonvensional (discounted cash flow). Dalam metode konvensional

dipergunakan dua macam tolok ukur untuk menilai profitabilitas rencana investasi, yaitu payback

period dan accounting rate of return, sedangkan dalam metode non-konvensional dikenal tiga
macam tolok ukur profitabilitas, yaitu Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan

Internal Rate of Return (IRR).

1. Metode Payback Period (PP)

Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali atau periode

yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan

menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash

investment dengan cash flownya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi

akan disetujui apabila payback period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period

yang disyaratkan oleh perusahaan.

• Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek berbeda jumlahnya

setiap tahun:

𝐚−𝐛
Payback Period = n + 𝐜−𝐛 × 𝟏 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧

di mana:

n = tahun terakhir di mana arus kas masih belum bisa menutupi initial investment

a = jumlah initial investment

b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n

c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n+1

• Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek sama jumlahnya

setiap tahun:

𝐈𝐧𝐢𝐭𝐢𝐚𝐥 𝐈𝐧𝐯𝐞𝐬𝐭𝐦𝐞𝐧𝐭
Payback Period = × 𝟏 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧
𝐂𝐚𝐬𝐡 𝐅𝐥𝐨𝐰

Metode payback period merupakan metode penilaian investasi yang sangat sederhana

perhitungannya, sehingga banyak digunakan oleh perusahaan. Tetapi di lain pihak metode ini
mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu:

a) Tidak memperhatikan nilai waktu uang.

b) Mengabaikan arus kas masuk yang diperoleh sesudah payback period suatu rencana

investasi tercapai.

c) Mengabaikan nilai sisa (salvage value) investasi.

Meskipun metode payback period memiliki beberapa kelemahan, namun metode ini masih

terus digunakan secara intensif dalam membuat keputusan investasi, tetapi metode ini tidak

digunakan sebagai alat utama melainkan hanya sebagai indikator dari likuiditas dan risiko

investasi.

Keunggulan metode payback period adalah sebagai berikut:

a) Perhitungannya mudah dimengerti dan sederhana.

b) Mempertimbangkan arus kas dan bukan laba menurut akuntansi.

c) Sebagai alat pertimbangan risiko karena makin pendek payback makin rendah risiko kerugian.

Contoh:

1. Besarnya suatu project 250 juta, penerimaan investasi 50 juta/tahun, maka payback period

project adalah 5 tahun.

2. Berapa lama suatu investasi akan kembali, jika dana yang di investasikan sebesar 650 juta

dan penerimaan investasi per tahun sebesar 150 juta.

(650) 150 150 150 150 150 150 150 150

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Payback period sebesar 4,33 tahun

Jika perusahaan merencanakan pengembalian investasi selama 5 tahun, maka project

diterima.
2. Metode Net Present Value (NPV)

Secara umum ada anggapan bahwa metode net present value merupakan kriteria seleksi

kuantitatif yang paling baik sehingga paling sering digunakan untuk menilai kelayakan suatu

usulan investasi. Namun ada kalanya perusahaan dalam proses pembuatan keputusan investasi

tidak hanya menggunakan metode net present value tetapi juga menggunakan metodemetode

lainnya secara bersama-sama.

Metode ini adalah metode yang mengurangkan nilai sekarang dari uang dengan aliran kas

bersih operasional atas investasi selama umur ekonomis termasuk terminal cash flow dengan

initial cash flow (initial investment).

Secara matematik rumus untuk menghitung Net Present Value (NPV) dapat dituliskan

sebagai berikut:

𝑪𝑰𝑭
NPV COF = ∑𝒏𝒕=𝟏 (𝟏+𝒌)𝒕

di mana:

CIF = cash inflow pada waktu t yang dihasilkan suatu investasi

k = biaya modal

COF = initial cash outflow

n = usia investasi

Metode ini memperhatikan nilai waktu uang, maka arus kas masuk (cash inflow) yang

digunakan dalam menghitung net present value (nilai sekarang bersih) adalah arus kas masuk

yang didiskontokan atas dasar discount rate tertentu (biaya modal, opportunity cost, tingkat

bunga yang berlaku umum). Selisih antara present value penerimaan kas dengan present value

pengeluaran kas dinamakan Net Present Value.


Kriteria keputusan:

• Jika NPV bertanda positif (NPV > 0), maka rencana investasi diterima.

• Jika NPV bertanda negatif (NPV < 0), maka rencana investasi ditolak.

Keunggulan metode NPV Kelemahan metode NPV

a) Memperhitungkan nilai a) Manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang

waktu dari uang. relevan selama usia ekonomis proyek.

b) Memperhitungkan arus kas b) Jika proyek memiliki nilai invetasi inisial yang berbeda,

selama usia ekonomis proyek. serta usia ekonomis yang juga berbeda, maka NPV yang lebih

c) Memperhitungkan nilai besar belum menjamin sebagai proyek yang lebih baik.

sisa proyek. c) Derajat kelayakan tidak hanya dipengaruhi oleh arus kas,

melainkan juga dipengaruhi oleh faktor usia ekonomis proyek.

Contoh:

Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan proyek A dan B, tiap proyek memerlukan

investasi sebesar Rp 50.000.000,- biaya modal proyek itu adalah 10%. Cash flow investasi

proyek A dan B sebagai berikut:

Tahun Proyek A (ribuan) Proyek B (ribuan)

0 Rp.(50.000) (Rp.50.000)

1 25.000 8.000

2 15.000 16.000

3 12.000 18.000

4 8.000 25.000
Hitung NPV tiap-tiap project?

 Proyek A:

𝟐𝟓.𝟎𝟎𝟎 𝟏𝟓.𝟎𝟎𝟎 𝟏𝟐.𝟎𝟎𝟎 𝟖.𝟎𝟎𝟎


NPV = -50.000 + (𝟏+𝟎.𝟏)𝟏 + (𝟏+𝟎.𝟏)𝟐 + (𝟏+𝟎.𝟏)𝟑 + (𝟏+𝟎.𝟏)𝟒

NPV = -50.000+25.000(0.9091)+15.000(0.8264)+12.000(0.7513)+8.000(0.6830)

NPV = -50.000+22.727+12.396+9.015+5464

= -398

 Proyek B:

NPV = -50.000+7.272+13.222+13.523+13.523+17.075

= 1.092

Jika NPV positif, usulan proyek investasi dinyatakan layak, sedangkan jika NPV negatif
dinyatakan tidak layak. jika NPV = 0 maka nilai perusahaan tetap walaupun usulan proyek
diterima atau ditolak.
3. Metode Discount Payback Period

Untuk mengatasi salah satu kelemahan dari metode payback period, yaitu tidak

memperhatikan nilai waktu uang, maka dicoba untuk memperbaiki metode tersebut dengan cara

mempresent-valuekan arus kas masuk (cash inflow) dari rencana investasi tersebut kemudian

baru dihitung payback period-nya. Dengan demikian arus kas yang dipakai adalah arus kas yang

telah didiskontokan atas dasar cost of capital/interest rate/required rate of return atau

opportunity cost.

Contoh:

Misalkan sebuah perusahaan ingin membiayai sebuah proyek. Total investasi sebuah

proyek sebesar Rp 1,1 Milyar, tingkat pengembalian dilihat dari data-data di bawah ini:
Tahun Arus Kas Bersih DF (20%) PV Arus Kas Bersih

(A) (B) (C) (D) = (BxC)

1 400.000.000 0,833 333.200.000

2 450.000.000 0,694 312.300.000

3 425.000.000 0.579 246.075.000

4 500.000.000 0,482 241.000.000

5 525.000.000 0,402 211.050.000

6 400.000.000 0,335 134.000.000

Total Investasi = Rp.1.100.000.000

PV Arus Kas Bersih tahun 1 Rp.333.200.000

PV Arus Kas Bersih tahun 2 Rp.312.300.000

PV Arus Kas Bersih tahun 3 Rp.246.075.000 +

Total PV Arus Kas Bersih = Rp. 891.575.000 –

Kekurangan = Rp. 209.425.000

209.425.000 x 12 bulan = 10,42

241.000.000
Payback period investasi adalah 3 tahun,10 bulan,12 hari.

4. Metode Internal Rate of Return

IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol.

Discount rate yang dipakai untuk mencari present value dari suatu benefit/biaya harus senilai

dengan opportunity cost of capital seperti terlihat dari sudut pandangan si penilai proyek. Konsep
dasar opportunity cost pada hakikatnya merupakan pengorbanan yang diberikan sebagai

alternatif terbaik untuk dapat memperoleh sesuatu hasil dan manfaat atau dapat pula menyatakan

harga yang harus dibayar untuk mendapatkannya.

Cara 1. Secara matematik rumus internal rate of return (IRR) dapat dituliskan sebagai berikut:

𝑪𝑰𝑭 𝒕
COF=∑𝒏𝒕=𝟏 (𝟏+𝑰𝑹𝑹)𝒕

Contoh:

Diketahui initial investment = 20 juta

Procedd tahunan = 6 juta selama 4 tahun,

Tingkat bunga 14%

Ditanya IRR..?

Jawab:

PVIFA 4 tahun, 14% = 2,9137

Maka 2,9137 X Rp 6 Juta = 17,48 Juta

Investasi........................... = 20,00 Juta

NPV = -2.52 Juta

Keputuan:

Investasi tak dapat diterima.

Kriteria penilaian yang dilakukan adalah: jika IRR yang diperoleh ternyata memiliki nilai lebih

besar dari rate of return yang ditentukan, maka investasi dapat diterima.

5. Modified Internal Rate of Return (MIRR)

MIRR adalah suatu tingkat diskonto yang menyebabkan present value biaya (cash

outflow) sama dengan present value nilai terminal, di mana nilai terminal adalah future value

dari arus kas masuk (cash inflow) yang digandakan dengan biaya modal. MIRR memiliki
kelebihan dibandingkan IRR karena MIRR mengasumsikan arus kas dari proyek diinvestasikan

kembali (digandakan) dengan menggunakan biaya modal. Selain itu MIRR juga dapat

menghindari masalah “multiple IRR” yang terjadi pada metode IRR.

Rumus untuk menghitung MIRR adalah:

𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒎𝒊𝒏𝒂𝒍
PV Biaya = (𝟏+𝑴𝑰𝑹𝑹)𝒏

6. Metode Profitability Index (PI)

Profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan

PV kas keluar.

𝑷𝑽.𝑲𝒂𝒔 𝑴𝒂𝒔𝒖𝒌
Rumus: PI = 𝑷𝑽.𝑲𝒂𝒔 𝑲𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓

Kriteria penilaian PI adalah: jika nilai PI lebih besar dari 1, usulan proyek dinyatakan

layak, sebaliknya jika PI lebih kecil dari 1 usulan proyek dinyatakan tidak layak.
2.2.6. Menganalisis Laporan Keuangan

Seorang pebisnis yang ingin menanamkan investasinya atau menyertakan modalnya pada

perusahaan lain tentu membutuhkan informasi-informasi yang dapat memberikan gambaran

mengenai kinerja perusahaan tersebut. Salah satu cara adalah dengan melihat laporan keuangan,

karena memberikan informasi lengkap mengenai aktivitas perusahaan tersebut.

Laporan keuangan adalah laporan yang memberikan gambaran akuntansi atas operasi

serta posisi keuangan perusahaan. Financial statements terdiri atas:

1. Laporan Laba/Rugi (Income Statement), yang berisi laporan sistematis tentang pendapatan-

pendapatan/revenues dan biaya-biaya/expenses perusahaan selama satu periode tertentu.

2. Laporan Arus Kas (Statements of Cash Flows), laporan arus kas berupa laporan atas dampak

kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas selama satu periode

tertentu. Penggunaan laporan arus kas:

a) Pembuatan laporan sumber dari penggunaan dana/kas:

Sumber:

1) Setiap kenaikan dalam prakiraan utang atau modal sendiri, seperti peminjaman dari

bank.

2) Setiap penurunan dalam perkiraan aktiva, seperti menjual aktiva tetap.

Penggunaan:

1) Setiap penurunan dalam perkiraan utang atau modal sendiri, seperti melunasi pinjaman;

2) Setiap kenaikan dalam perkiraan aktiva, seperti membeli aktiva tetap.

b) Laporan sumber dan penggunaan dana/kas.

3). Laporan Tahunan (Annual Report)


Annual report adalah laporan yang disampaikan setiap tahun oleh perusahaan kepada

para pemegang sahamnya. Annual report terdiri atas:

1) Informasi verbal, yang berisi opini manajemen atas operasi tahun lalu dan prospek

perusahaan di masa mendatang.

2) Informasi kuantitatif, yang berupa laporan keuangan/ financial statements.

Analisis Rasio Keuangan

Penganalisisan rasio keuangan ada beberapa cara, di antaranya:

1. Analisis horizontal/trend analysis, yaitu membandingkan rasiorasio keuangan perusahaan

dari tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari raiso-rasio

perusahaan selama kurung waktu tertentu.

2. Analisis vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio

semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk waktu yang sama.

3. The du pont chart berupa bagan yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan antara

ROI, assets turnover, dan profit margin.

Analisis Keuangan Sistem Du Pont

Sistem analisis yang dirancang untuk menunjukkan hubungan antara return on investment,

assets turnover, dan profit margins.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Você também pode gostar