Você está na página 1de 5

LATAR BELAKANG PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN

Pada bagian berikut ini akan dibahas tentang (1) hubungan antara
akuntansi dengan pengauditan, (2) asumsi yang mendasari pengauditan, (3)
kondisi-kondisi yang men yebabkan timbulnya kebutuhan akan pengauditan,
dan (4) manfaat serta keterbatasan pengauditan.

HUBUNGAN ANTARA AKUNTANSI DAN PENGAUDITAN

Banyak pemakai laporan keuangan dan masyarakat awam pada


umumnya, rancu tentang hubungan antara auditing dengan akuntansi. Ada yang
mengatakan bahwa auditing adalah cabang dari akuntansi, karena orang yang
melakukan auditing pasti harus ahli di bidang akuntansi. Ada pula yang
mengatakan bahwa pengauditan adalah pemeriksaan atas catatan akuntansi,
sehingga pengauditan diartikan sebagai pemeriksaan akuntansi.
Dari definisi pengauditan yang telah dikemukakan pada Bab 1, nampak
bahwa dalam berbagai macam audit yang biasa dilakukan para auditor, tidak selalu
terdapat hubungan antara pengauditan dengan akuntansi. Sebenarnya segala macam
informasi yang bisa dikuantifikasi dan bisa diverifikasi akan bisa diaudit, sepanjang
terdapat kesepakatan antara auditor dengan pihak yang diaudit mengenai kriteria yang
akan di gunakan s e bagai dasa r unt uk m en yat akan t i n g kat kepat uhan
(kesesuaian). Sebagai contoh, auditor bisa diminta untuk mengaudit keefektifan
sebuah perusahaan penerbangan. Kriteria yang biasanya disepakati untuk mengukur
tingkat efektifitas perusahaan semacam itu bisa berupa kecepatan, akselerasi,
kecepatan jelajah pada ketinggian tertentu, dan sebagainya. Kriteria-kriteria tersebut
bukan merupakan data akuntansi.
Subyek suatu audit atas laporan keuangan adalah berupa data akuntansi
yang ada dalam buku-buku, catatan, dan laporan keuangan dari entitas yang
diaudit. Kebanyakan bukti yang dikumpulkan dan dievaluasi auditor terdiri dari
data yang dihasilkan oleh sistem akuntansi. Asersi-asersi tentang tindakan-tindakan
dan kejadian-kejadian ekonomi yang menjadi perhatian utama auditor seringka li
merupakan asersi tentang transaksi-transaksi akuntansi dan kejadian akuntansi
lainnya, s ert a saldo-saldo akun yang m erupakan hasil dari t ransaksi dan
kejadian tersebut. Selain itu, kriteria yang ditetapkan untuk asersi akuntansi pada
umumnya adalah kesesuaian dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Oleh karena itu seorang akuntan pada suatu perusahaan yang ahli di bidang
akuntansi tidak harus mengerti tentang pengauditan, tetapi seorang auditor harus
memahami a k u n t a n s i .

ASUMSI YANG MENDASARI PENGAUDITAN: DATA LAPORAN KEUANGAN


BISA DIVERIFIKASI

Pengauditan didasarkan pada asumsi bahwa data laporan keuangan bisa


diverifikasi. Data dikatakan bisa diverifikasi apabila dua orang atau lebih yang
memiliki kualifikasi tertentu, masing-masing melakukan pemeriksaan secara
independen atas data tertentu, dan dari hasil pemeriksaan tersebut diperoleh
kesimpulan yang sama tentang data yang diperiksanya. Masalah bisa tidaknya
data diverifikasi terutama berkaitan dengan ketersediaan bukti yang memiliki
keabsahan sesuai dengan audit yang dilakukan.

Dalam beberapa disiplin, data dikatakan bisa diperiksa apabila pemeriksa


bisa membuktikan tanpa keraguan bahwa data benar atau salah. Hal seperti itu
tidak berlaku dalam akuntansi dan pengauditan . Auditor hanya membutuhkan
dasar yang memadai untuk menyatakan suatu pendapat tentang kewajaran laporan
keuangan. Dalam melakukan pemeriksaan, auditor mengumpulkan bukti untuk
menentukan validitas dan ketepatan perlakuan akuntansi atas transaksi-transaksi dan
saldo-saldo. Dalam konteks ini, validitas berarti otentik, benar, baik, atau
berdasar, dan ketepatan berarti sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku dan kebiasaan.

KONDISI-KONDISI YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA KEBUTUHAN AKAN


PENGAUD1TAN
Masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan pengguna laporan keuangan
(pengambil keputusan ekonomi) dihadapkan pada informasi yang semakin tidak bisa
dipercaya. Dalam konteks audit atas laporan keuangan, para pengambil keputusan
(kreditur, investor, dan pengguna laporan keuangan lainnya) dihadapkan pada informasi
keuangan yang disajikan oleh manajemen dalam bentuk laporan keuangan. Agar dap at
digunakan untuk berbagai kepentingan yang berbeda (yang sebagian diantaranya
merupakan pihak di luar manajemen), maka lap oran keuangan harus disusun
berdasarkan Kerangka Pelaporan Keuangan Yang Berlaku. Para pengguna
laporan keuangan kadang -kadang meragukan kewajaran informasi yang tertuang
dalam laporan keuangan yang disusun manajemen karena berbagai alasan antara lain: (1)
informasi dibuat oleh pihak lain, (2) bias dan motivasi pembuat informasi, (3) volume data,
dan (4) kerumitan transaksi.

a . I n f ormasi Di b u at O l eh Pi h ak L ai n

Dalam dunia modern, pengambil keputusan hampir tidak mungkin


memperoleh pengetahuan tangan pertama tentang organisasi yang menjadi bisnis
mereka. Oleh karena itu mereka "terpaksa" harus mengandalkan diri pada
informasi yang dibuat oleh orang lain. Apabila informasi berasal dari pihak lain,
maka kemungkinan (disengaja atau tidak disengaja) adanya informasi yang tidak
benar menjadi bertambah besar.

b . B i a s d an M o t i v as i Pe mb u a t I n f o r ma s i

Apabila informasi disusun oleh pihak atau orang lain yang tujuannya tidak
selaras dengan tujuan pengambil keputusan, maka informasi bisa menjadi bias demi
keuntungan si pembuat informasi. Sebagai contoh, dalam pengam bilan keputusan
pemberian kredit, pihak pemohon kredit menyampaikan laporan keuangannya
kepada pemberi kredit. Oleh karena informasi dalam laporan keuangan disusun oleh
pemohon kredit, maka sangat mungkin terjadi laporan tersebut akan bias demi
keuntungan si pemohon kredit, sehingga kredit bisa dikabulkan. Kesalahan penyajian
dalam laporan bisa berupa kesalahan jumlah rupiah atau bisa juga berupa ketidaklengkapan
informasi atau tidak diungkapkannya informasi tertentu.

c. Volume Data

Apabila organisasi menjadi semakin besar, maka data transaksi biasanya juga semakin
bertambah banyak. Bertambahnya jumlah transaksi ini bisa menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam pencatatan.

d. Kerumitan Transaksi

Dalam beberapa puluh tahun terakhir ini, transaksi pertukaran antar organisasi semakin
bertambah kompleks dan aibatnya semakin sulit untuk mencatatnya secara tepat.
MANFAAT EKONOMIS SUATU AUDIT

1.) Akses ke Pasar Modal. UU Pasar Modal mewajibkan perusahaan publik untuk
diaudit laporan keuangannya agar bisa didaftar dan bisa menjual sahamnya di pasar
modal.
2.) Biaya Modal Menjadi Lebih Rendah. Perusahaan-perusahaan kecil seringkali
mengauditkan laporan keuangannya dalam rangka mendapatkan kredit dari bank
atau dalam upaya mendapatkan persyaratan pinjaman yg lebih menguntungkan.
3.) Pencegah Terjadinya Kekeliruan dan Kecurangan. Penelitian membuktikan bahwa
apabila para karywan mengetahui akan dilakukannya audit oleh auditor independen,
mereka cenderung untuk lebih berhati-hati agar dapat memperkecil terjadinya
kekeliruan dalam pelaksanaan fungsi akuntansi dan memperkecil kemungkinan
terjadinya penyalahgunaan aset perusahaan.
4.) Perbaikan dalam Pengendalian dan Operational. Auditor independen seringkali
dapat memberi berbagai saran untuk memperbaiki pengendalian dan mencapai
efisiensi operasi yang lebih besar dalam organisasi klien.

KETERBATASAN AUDIT

Auditor tidak bisa memberi jaminan penuh bahwa laporan keuangan yang telah
diauditnya bebas dari kesalahan penyajian material yang timbul akibat kesalahan
ataupun kecurangan. Laporan keuangan yang telah diaudit tidak dapat benar-benar
akurat. Hal ini disebabkan oleh proses akuntansi yang melahirkan laporan
keuangan, maupun oleh proses pengauditan itu sendiri.
Laporan keuangan yang merupakan hasil dari proses akuntansi di sus un
be rd a s a rk a n S t a nd a r Ak un t a nsi K e ua n gan (S A K) . S t a nd a r tersebut seringkali
menyediakan lebih dari satu metoda alternatif yang sama-sama dimungkinkan
untuk diterapkan pada suatu kejadian atau transaksi tertentu. Tidak ada literatur
akuntansi atau pertimbangan rasional yang menunjukkan bahwa alternatif yang satu lebih
baik daripada alternatif yang lain. Standar akuntansi keuangan yang merupakan salah satu
bentuk kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, bersifat fleksibel memberi
keleluasaan kepada penyusun laporan keuangan (manajemen) untuk rnernpengaruhi
informasi keuangan yang disajikan dan oleh karenanya berpengaruh kepada keandalan
dan ketelitian informasi tersebut.
PIHAK-PIHAK YANG BERINTERAKSI DENGAN AUDITOR
1. MANAJEMEN
Manajemen adalah individu atau kelompok individu dengan tanggungjawab eksekutif
untuk melaksanakan operasi entitas. Sebagai contoh, anggota eksekutif dewan tata kelola atau
seorang manajer pemilik. Dalam konteks audit, manajemen meliputi pejabat pimpinan,
kontroler, dan personil-personil kunci dalam perusahaan.
Biasanya, untuk mendapatkan bukti yang diperlukan dalam suatu audit, auditor
seringkali meminta data perusahaan yang bersifat rahasia.
2. PIHAK YANG BERTANGGUNGJAWAB ATAS TATA KELOLA
Standar audit (SA 260) mewajibkan auditor untuk berkomunikasi dengan pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola dalam audit atas laporan keuangan. Komunikasi yang
dimaksud oleh SA adalah komunikasi dua arah yang efektif, yakni komunikasi dengan pihak
yang bertanggungjawab atas tata kelola dalam rangka mendapatkan informasi sebagai bukti
audit dan kewajiban auditor untuk memberi informasi kepada pihak yang bertanggungjawab
atas tata kelola untuk berbagai keperluan.
Standar audit tidak secara eksplisit menyebut nama badan/dewan atau orang yang
dimaksud sebagai pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. Hal ini bisa dimengerti
karena standar audit ini adalah standar yang berlaku secra internasional yang harus bisa
merangkum semua pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola di negara manapun.

3. AUDITOR INTERNAL
Fungsi audit internal mencangkup antara lain pemeriksaan, pengevaluasian, dan
pemantauan kecukupan dan efektivitas pengendalian internal.
Tujuan fungsi auditor internal sangat bervariasi dan bergantung pada ukuran dan
struktur entitas dan ketentuan manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggungjawab
atas tata kelola.
4. PEMEGANG SAHAM
Para pemegang saham mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit untuk
mendapatkan keyakinan bahwa manajemen telah melaksanakan tanggungjawab dengan baik.

Você também pode gostar