Você está na página 1de 2

Analisis Putusan

NOMOR : 318/Pdt.G/2006/PA.Dpk.

Pengadilan Agama adalah peradilan perdata, jadi ia harus mengindahkan


peraturan-peraturan negara dan syari'at Islam sekaligus. Oleh karena itu dalam
menyelesaikan perkara melalui proses perdata, hakim dalam melaksanakan fungsi
peradilan yang diberikan Undang-Undang kepadanya, berperan dan bertugas
untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Untuk itu, hakim bertugas
mempertahankan tata hukum perdata sesuai dengan kasus yang disengketakan.

Putusan Nomor : 318/Pdt.G/2006/PA.Dpk. merupakan perkara mengenai


pembagian waris di dalam suatu keluarga. Pembagian tersebut dilakukan secara
perdata (BW), setiap keturunan mendapat warisan sesuai bagiannya masing-
masing.
Dalam posita perkara gugat waris ini, tidak terdapat adanya dalil-dalil yang
mengarah kepada hal-hal yang sifatnya meminta agar Oke dan Yuche di
cantumkan sebagai ahli waris.
Posita yang ada hanya mengarah kepada gugatan agar Syamwil CH. bin Djainun,
Sukma CH. bin Djainun, Murni CH. binti Djainun, Herawati CH. binti Djainun,
Haflil CH. bin Djainun, Yetty CH. binti Djainun, Rinaldi bin Djainun diputuskan
sebagai ahli waris alm. Entis Nawati. Hal ini sesuai dengan asas konsistensi antara
posita dan petitum, bahwa antara posita dan petitum harus benar-benar merupakan
rangkaian yang konsisten.

Dari hasil gugat waris ini, hakim mengabulkan gugatan penggugat secara
keseluruhan kecuali gugatan untuk beperkara secara prodeo yang ditolak oleh
hakim pada putusan sela pada tanggal 13 Juni 2006, kemudian hakim juga
memutuskan dalam perkara subsider bahwa Oke dan Yuche adalah ahli waris
pengganti dari Jamaludin bin Djainun.
pada putusan Majelis Hakim yang memutuskan bahwa Rinaldi CH. bin Djainun
adalah juga ahli waris alm. Entis Nawati binti Djainun sudah melanggar undang-
undang dalam KHI pasal 171 (c), bahwa ahli waris pada saat pewaris meninggal
harus beragama Islam. beda agama adalah salah satu penghalang kewarisan.

Dari sekian dasar hukum yang menyatakan bahwa antara muslim dan nonmuslim
tidak saling mewarisi, namun Majelis Hakim memutuskan bahwa Rinaldi CH
adalah ahli waris pewaris. Alasannya karena para penggugat dan tergugat telah
sepakat untuk hal tersebut. Jadi, hakim memutuskan hanya berdasarkan
kesepakatan para pihak, bukan merujuk pada peraturan dalam agama islam,
padahal Pengadilan Agama adalah pengadilan yang mengedepankan peraturan
dalam Agama Islam dalam hal ini penulis tidak setuju dengan keputusan hakim.
Karena bahwa “kesepakatan” bukanlah dasar yang dapat dijadikan acuan, apalagi
dasar hukum yang mengaturnya sudah tak dapat diragukan lagi.

Você também pode gostar