Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Koperasi di Indonesia saat ini telah berkembang dengan pesat karena para anggota-anggotanya
yang terdiri dari masyarakat umum telah mengetahui manfaat dari pendirian koperasi tersebut,
yang dapat membantu perekonomian dan mengembangkan kreatifitas masing-masing anggota.
Upaya dari pendirian koperasi ini sangat menguntungkan bagi masyarakat untuk lebih
memahami koperasi. Di Indonesia pengenalan koperasi memang dilakukan oleh dorongan
pemerintah, bahkan sejak pemerintahan penjajahan Belanda telah mulai diperkenalkan.
Gerakan koperasi sendiri mendeklarasikan sebagai suatu gerakan sudah dimulai sejak
tanggal 12 Juli 1947 melalui Kongres Koperasi di Tasikmalaya. Pengalaman di tanah air kita
lebih unik karena koperasi yang pernah lahir dan telah tumbuh secara alami di jaman
penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan diperbaharui dan diberikan kedudukan yangsangat
tinggi dalam penjelasan undang-undang dasar. Dan atas dasar itulah kemudian melahirkan
berbagai penafsiran bagaimana harus mengembangkan koperasi. Paling tidak dengan dasar
yang kuat tersebut sejarah perkembangan koperasi di Indonesia telah mencatat tiga pola
pengembangan koperasi.Secara khusus pemerintah memerankan fungsi “regulatory” dan
“development” secara sekaligus. Dari latar belakang diatas maka kami ingin membahas faktor-
faktor yang menghambat perkembangan koperasi Indonesia, agar dapat lebih memahami apa
saja hambatan dalam perkembangan koperasi di Indonesia dan faktor yang mendukung
koperasi di Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia, koperasi sudah tidak asing lagi di dengar. Banyak orang yang
mengambil modal untuk usahanya dari koperasi hanya dengan syarat menjadi anggota koperasi
tersebut, mudah, cepat, dan tergolong yang lebih menguntungkan di banding Bank. Koperasi
merupakan suatu lembaga ekonomi yang sangat di butuhkan dan penting untuk diperhatikan
karena koperasi merupakan suatu alat bagi orang-orang yang ingin meningkatkan taraf
hidupnya. Namun demikian tidak bisa di pungkiri bahwa koperasi sekarang bisa ada atas
perjuangan para pahlawan dahulu dalam memperjuangkan bangsa dan rakyat Indonesia ini dari
penjajah, dan perjuangan para pahlawan ini tidak mudah.
Maka dari itu pembahasan sejarah koperasi kami bahas dalam makalah ini selain untuk
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan koperasi adalah agar semangat koperasi oleh bapak
koperasi yaitu Dr. Muhammad Hatta bisa tumbuh dan mendarah daging dalam sanubari kita
sebagai generasi penerus dan agen-agen perubahan bagi bangsa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana timbulnya cita-cita kearah pembentukan koperasi?
1.2.2 Bagaimana perjuangan pembentukan koperasi pada zaman penjahahan?
1.2.3 Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan koperasi pada kurun waktu
mempertahankan kemerdekaan (1945-1949)?
1.2.4 Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan koperasi pada kurun waktu (1950-1965)?
1.2.5 Bagaimana perkembangan koperasi pada masa pemerintahan orde baru dan reformasi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui timbulnya cita-cita kearah pembentukan koperasi
1.3.2 Untuk mengetahui perjuangan pembentukan koperasi pada zaman penjahahan
1.3.3 Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan koperasi pada kurun waktu
mempertahankan kemerdekaan (1945-1949)
1.3.4 Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan koperasi pada kurun waktu (1950-
1965)
1.3.5 Untuk mengetahui perkembangan koperasi pada masa pemerintahan orde baru dan
reformasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Timbulnya Cita-cita Kearah Pembentukan Koperasi


Sistem ekonomi liberal mulai dilaksanakan di Hindia Belanda (nama Indonesia ketika
masih dijajah Belanda) setelah pemerintah kolonial Belanda menghentikan pelaksanaan
”Cultuur Stelseel” (sistem tanam paksa). Sejak saat ini para penanam modal/usahawan
Belanda berlomba menginvestasikan dananya ke Hindia Belanda. Bidang-bidang yang
menarik bagi mereka untuk dikembangkan seperti perkebunan, perdagangan dan transportasi
dan lain-lain.
Dari sinilah praktik penindasan, pemerasan dan pemerkosaan hak tanpa prikemanusiaan
makin berlangsung ganas, sehingga kemudian kehidupan sebagian besar rakyat di bawah batas
kelayakan.
Beberapa tahun kemudian investasi besar-besaran yang dilakukan investor Belanda itu
membawa keuntungan yang melimpah bagi mereka. Antara tahun 1867 hingga tahun 1877
mereka berhasil membawa pulang ke negeri Kincir Angin itu sebanyak kurang lebih 15 juta
Gulden.
Akan tetapi apa yang diperoleh bangsa Hindia Belanda, adalah tidak lain kemelaratan
yang meraja lela atas kehidupan rakyat dimana-mana.
Dalam keadaan hidup demikian, pihak kolonial terus-menerus mengintimidasi penduduk
pribumi sehingga kondisi sebagian besar rakyat sangat memprihatinkan. Disamping itu para
rentenir, pengijon dan lintah darat turut pula memperkeruh suasana. Mereka berlomba mencari
keuntungan yang besar dari para petani yang sedang menghadapi kesulitan hidup, sehingga
tidak jarang terpaksa melepaskan tanah miliknya sehubungan dengan ketidakmampuan
mereka mengembalikan hutang-hutangnya yang membengkak akibat sistem bunga berbunga
yang diterapkan pengijon.
E. Sieburgh (pejabat tertinggi/kepala daerah di Purwokerto) dan De Wolf van Westerrede
(pengganti Sieburgh) merupakan orang Belanda yang banyak kaitannya dengan perintisan
koperasi. Masalahnya di dahului oleh Raden Aria Wirjaatmadja (patih purwokerto) sebagai
seorang yang rasa sosialnya tebal. Dengan mendapat bantuan moril atau dorongan-dorongan
dari E. Sieburgh pada tahun 1891 didirikan Bank penolong dan Penyimpanan di Purwokerto,
yang maksud utamanya membebaskan para pegawai dari segala tekanan utang. Pada tahun
1898 E. Sieburgh digantikan oleh De Wolf van Westerrede yang mengharapkan terbentuknya
koperasi simpan pinjam.

3
Langkah pertama yang dilakukan yaitu memperluas bidang kerja Bank Penolong dan
penyimpanan sehingga meliputi pula pertolongan bagi para petani di daerahnya. Untuk
menyerasikan nama dan tugasnya, bank tersebut mendapatkan perubahan nama menjadi
Purwokerto Hulp Spaar En Landbouwcrediet atau bank penolong, penyimpanan dan kredit
pertanian, yang dapat dikatakan sebagai pelopor berdirinya bank rakyat di kemudian hari.
Menurut De Wolf van Westerrede kebiasaaan-kebiasaan yang telah mendarah daging
pada para petani Indonesia (gotong royong atau kerja sama) merupakan dasar yang paling baik
untuk berdirinya dengan subur koperasi kredit yang menjadi cita-citanya. Cita-cita De Wolf
sebagai lanjutan dari perintisan pembentukan koperasi kredit oleh R. Aria Atmadja, untuk
mendirikan koperasi kredit model Raiffeisen memang belum dapat terwujud, akan tetapi
sedikit banyak usahanya telah tampak pada bank-bank desa, lumbung-lumbung desa dan
rumah-rumah gadai yang sempat didirikannya di tanah air kita, yang kesemuanya memang
mengembangkan usaha pemberian kredit kepada para petani dan kaum ekonomi lemah bangsa
kita.
Selain dari kegiatan lumbung, bank desa dan bank rakyat yang menyalurkan pinjaman-
pinjaman bentuk padi dan uang kepada petani dan mereka yang ekonomi lemah, aktivitas
penerangan tentang perlunya pembentukan koperasi kepada para petani dilakukan
Departemen Pertanian atau Departemen Pertanian-Kerajinan dan Perdagangan, mulai tahun
1935 oleh Departemen Perekonomian.
Belum terbentuknya koperasi pada waktu itu, sebab yang utama karena pemerintahan
kolonial Belanda tidak sungguh-sungguh memperhatikan, politik pemerintahan kolonial
masih memikirkan akibat persatuan rakyat Indonesia yang terbentuk melalui koperasi.

2.2 Perjuangan Pembentukan Koperasi pada Zaman Penjajahan


Pada zaman penjajahan banyak rakyat Indonesia yang hidup menderita, tertindas, dan
terlilit hutang dengan para rentenir. Penindasan yang terus-menerus terhadap rakyat Indonesia
dan berlangsung cukup lama menjadikan kondisi umum rakyat amat parah. Namun demikian
masih beruntung semangat bergotong royong masih tetap tumbuh dan bahkan berkembang
makin kuat. Di samping itu kesadaran beragama juga makin tinggi, sehingga perlahan tapi pasti
mulai tumbuh keinginan untuk melepaskan diri dari keadaan yang selama ini mengungkung
mereka.
Kesadaran rakyat terus meningkat dan seiring dengan itu rakyat mulai angkat senjata
untuk mengusir penjajah. Api perang berkobar dimana-mana di berbagai pulau di seluruh
Nusantara terutama di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku dan lain-lain, yang dipimpin

4
oleh pahlawan-pahlawan setempat, seperti Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Teuku Umar,
Pattimura dan lain-lain. Akan tetapi perang lokal melawan kolonial ini kebanyakan mengalami
kekalahan dan kegagalan. Keadaan ini makin menyulitkan kehidupan rakyat. Pemerintah
Hindia Belanda tak segan-segan menyiksa mereka baik fisik maupun mental.
Sementara itu para pengijon dan lintah darat memanfaatkan kesempatan dan keahlian
mereka sehingga makin banyak yang terjepit hutang yang tercekik lehernya.
Pergerakan nasional untuk mengusir penjajah tumbuh dimana-mana. Kaum pergerakan pun
dalam memperjuangkan, mereka memanfaatkan sektor perkoperasian ini. Realisasi
pembentukan koperasi di tanah air kita dipelopori oleh Budi Utomo (sebuah pergerakan
kebangsaan yang lahir tahun 1908 di bawah pimpinan Sutomo dan Gunawan Mangunkusumo),
inilah yang menjadi pelopor dalam pembentukan koperasi industri kecil dan kerajinan. Dalam
kongres Budi Utomo di Yogyakarta telah diputuskan, bahwa Budi Utomo akan berdaya upaya
untuk:
a. Memperbaiki dan meningkatkan kecerdasan rakyat melalui bidang pendidikan
b. Memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui koperasi-koperasi yang
segera dibentuk
Sebagai wujud pelaksanaan keputusan kongres tersebut, maka koperasi yang dibentuk
adalah Koperasi Konsumsi dengan nama ”Toko Adil”. Sejak saat inilah arus gerakan koperasi
internasional mulai masuk mempengaruhi gerakan koperasi Indonesia, yaitu terutama melalui
penggunaan sendi-sendi dasar dan prinsip-prinsip Rochdale itu.
Sendi-sendi dasar demokrasi serta dimensi kesamaan hak mulai dikenal dan diterapkan. Dan
pada tahun 1912, sendi dasar ini juga yang dipakai oleh organisasi Serikat Islam.
Upaya pemerintah kolonial belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan rakyat
Indonesia ternyata tidak sebatas pada bidang politik saja,tapi kesemua bidang termasuk
perkoperasian. Hal ini terbukti dengan adanya undang-undang koperasi pada tahun 1915, yang
disebut “Verordening op de Cooperative Vereenigingen” yakni undang-undang tentang
perkumpulan koperasi yang berlaku untuk segala bangsa, jadi bukan khusus untuk Indonesia
saja. Undang-undang koperasi tersebut sama dengan undang-undang koperasi di Nederland
pada tahun 1876 (kemudian diubah pada tahun 1925), dengan perubahan ini maka peraturan
koperasi di indonesia juga diubah menjadi peraturan koperasi tahun 1933 LN nomor 108.
Adanya peraturan yang baru ini membuat pergerakan perkoperasian nasional mengalami
kesulitan untuk berkembang. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Anggaran dasar koperasi harus ditulis dalam bahasa Belanda.
2. Pengesahan harus dilakukan oleh notaris.

5
3. Harus diumumkan melalui Berita Negara yang berbahasa Belanda.
Tahun 1920 dibentuklah Cooperative Commission (Komisi Koperasi) yang diketuai oleh
Prof. Dr. J.H. Boeke. Komisi ini bertugas untuk mengadakan penyelidikan apakah koperasi ini
berfaedah bagi Nederland Indie (Indonesia) serta bagaimana cara untuk pengembangannya.
Dalam laporannya (1921) komisi tersebut menyimpulkan bahwa, pemerintah seyogianya
aktif membantu pengembangan koperasi dan oleh karena itu kiranya disusun peraturan
perundang-undangan koperasi yang baru.
Namun kenyataannya peraturan perundang-undangan tersebut tidak banyak menolong,
gerakan koperasi tetap kurang baik perkembangannya. Hal in disebabkan antara lain oleh:
1. Peran Bank Rakyat yang khusus dibentuk, secara koperatif masih merupakan tugas
sampingan.
2. Adanya pemahaman baru yang muncul dari kaum pergerakan yang justru menentang
untuk berkoperasi (non-cooperation). Ini disebabkan adanya peraturan baru yang
menempatkan pemerintah kolonial sebagai pengawas.
Selain itu sangat disayangkan karena pembentukan koperasi kurang ditunjang dengan
persiapan-persiapan yang matang antara lain:
a) Penelitian tentang bentuk koperasi yang paling cocok pada waktu itu yang dapat
diterapkan di Indonesia,
b) Persiapan mental dan pengetahuan tentang pengelolaan koperasi, sehingga loyalitas para
anggota terasa kurang,
c) Pengalaman berusaha sehingga menimbulkan kecurangan-kecurangan.
Sehingga pada akhirnya koperasi konsumsi yang menyandang sebutan “Toko Adil” itu
mengalami kegagalan atau tidak lama hidupnya.
Tentang penyebab-penyebab kegagalan koperasi konsumsi/toko adil ini diakui secara
jujur oleh Budi Utomo yang tercantum dalam “Sumbangsih” (buku peringatan sedasawarsa
berdirinya Budi Utomo), antara lain karena kurang diperhatikannya soal-soal kejujuran,
pengetahuan pengkoperasian dan pengalaman berusaha.
Kegagalan yang sama juga dialamami oleh Sarikat Dagang Islam (SDI) yang dilahirkan
pada tahun 1911 dengan pimpinan H. Samanhudi, dan pada tahun 1912 berubah nama menjadi
Serikat Islam (SI) yang bertujuan untuk mengimbangi dan atau menentang politik pemerintah
kolonial yang telah memberi fasilitas-fasilitas yang longgar dan menguntungkan para pedagang
asing, sedangkan pedagang pribumi mendapatkan tekanan sehingga sulit berkembang.
Sehingga lahirlah toko-toko koperasi yang mengalami kegagalan setelah beberapa bulan
berjalan.

6
Di samping itu pada tahun 1927 di Indonesia juga mengeluarkan undang-undang nomor
23 tentang peraturan-peraturan koperasi, namun pemerintah Belanda tidak mencabut undang-
undang tersebut, sehingga terjadi dualisme dalam bidang pembinaan perkoperasian di
Indonesia. Pada tahun 1929 Partai Nasionalis Indonesia (PNI) di bawah pimpinan Ir.Soekarno
mengobarkan semangat berkoperasi kepada kalangan pemuda. Pada periode ini sudah terdaftar
43 koperasi di Indonesia. Pada tahun 1930, dibentuk bagian urusan koperasi pada Kementrian
Dalam Negeri nama tokoh yang terkenal masa itu adalah R.M.Margono Djojohadikusumo.
Pada tahun 1932, Persatuan bangsa Indinesia (PBI) di Jawa Timur telah berusaha
mengembangkan koperasi pertanian (rukun tani). Dengan dibentuknya koperasi ini diharapkan
para petani dapat meningkatkan produksi dan pendapatannya, serta terhindar dari sistem ijon
dan para rentenir.
Lalu pada tahun 1939, dibentuk Jawatan Koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri oleh
pemerintah. Dan pada tahun 1940, di Indonesia sudah ada sekitar 656 koperasi, sebanyak 574
koperasi merupakan koperasi kredit yang bergerak di pedesaan maupun di perkotaan. Setelah
itu pada tahun 1942, pada masa kedudukan Jepang keadaan perkoperasian di Indonesia
mengalami kerugian yang besar bagi pertumbuhan koperasi di Indonesia, hal ini disebabkan
pemerintah Jepang mencabut undang-undang nomor 23 dan menggantikannya dengan kumiai
(koperasi model Jepang) yang hanya merupakan alat mereka untuk mengumpulkan hasil bumi
dan barang-barang kebutuhan Jepang.
Pada tahun 1963 koperasi-koperasi yang telah ada bergabung dan membentuk nama
“Moeder Centraal”, yang kemudian diubah namanya menjadi Gabungan Pusat Koperasi
Indonesia (GAPKI).
Pada masa penjajahan Jepang ternyata lebih menyedihkan lagi, karena jenis koperasi
yang dianjurkan Jepang yaitu ”Kumiai” hanya merupakan alat mereka untuk mengelabui rakyat
agar secara gotong royong mengumpulkan hasil-hasil produksinya dengan dalih untuk mengisi
lumbung-lumbung paceklik, yang sebenarnya hanya diperlukan untuk membantu keperluan
logistik tentara Jepang.
Pada hakekatnya pertumbuhan koperasi di tanah air menghadapi dua macam rintangan
yaitu rintangan yang datang dari luar (eksternal) dan dai dalam (internal) koperasi itu sendiri
yaitu:
(1) Rintangan dari luar tubuh koperasi
Rintangan ini merupakan tekanan-tekanan politik pemerintah kolonial dan saingan berat
dari kaum kapitalis.

7
a) Mengenai tekanan-tekanan politik dari pemerintah kolonial, dikarenakan
pemerintah kolonial kalau tidak terikat oleh politik etisnya, sudah tentu akan
merintangi tumbuh dan berkembangnya koperasi di tanah air kita.
b) Tentang saingan berat dari kaum kapitalis Belanda dikarenakan mereka takut
terdesak usaha-usahanya oleh gerakan koperasi. Rintangan ini juga dilakukan oleh
pedagang asing (cina) yang telah mendapat kepercayaan dari pemerintah kolonial.
(2) Rintangan dari dalam tubuh koperasi
Rintangan ini berupa hambatan-hambatan yang akan menggagalkan atau sangat
mengikat pertumbuhan dan perkembangan koperasi, yaitu:
a) Kekuranagn tenaga yang cukup memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk
mengelola koperasi sehingga jalannya dan pengertian koperasi menjadi kabur.
b) Pada umumnya rakyat kekurangan informasi terutama tentang manfaat-manfaat
berkoperasi, sehingga loyalitas mereka terhadap koperasinya menjadi luntur.

2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada Kurun Waktu Mempertahankan


Kemerdekaan (1945-1949)
Dalam suasana perang, sambil bertempur mempertahankan kemerdekaan Pemerintah
Republik Indonesia dapat membenahi diri sehingga seluruh tugas-tugas pemerintah dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Tentang Koperasi telah dengan jelas dicantumkan pada pasal
33 Undang-Undang Dasar 1945 yang mulai berlaku secara resmi sejak tanggal 18 Agustus
1945.
Semangat berkoperasi yang sesungguhnya telah luntur pada masa ini karena tugas-tugas
pelaksanaan “kumiai” (koperasi yang didirikan oleh pemerintah jepang). Kemudian mulai
timbul kembali pada saat bergeloranya ”Semangat Nilai-nilai Perjuangan 45”, dimana rakyat
bahu-membahu bersama pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi. Agar
pengembangan koperasi dapat berjalan dengan lancar maka pada bulan Desember 1946 oleh
pemerintah RI diadakan organisasi koperasi dan perdagangan dalam negeri menjadi dua
instansi yang terpisah dan berdiri sendiri. Koperasi dengan tugas-tugas mengurus dan
menangani pembinaan gerakan koperasi, sedangkan perdagangan dengan tugas-tugas
mengurus perdagangan.
Ketahanan rakyat Indonesia dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi dengan
semangat kekeluargaan, kegotong royongan untuk mencapai masyarakat yang dapat
meningkatkan taraf hidupnya telah mendorong lahirnya berbagai jenis koperasi dengan pesat.
Bukti nya pada tahun 1947 tercatat kurang lebih 2500 koperasi yang diawasi oleh pemerintah

8
RI namun pengawasannya kurang seksama sehingga ada yang mengatakan koperasi-koperasi
yang ada lebih banyak bersifat kuantitas daripada kualitas.
Berbagai upaya dilakukan oleh para pemimpin gerakan koperasi untuk meluruskan
keadaan yang menyesatkan itu. Pada akhir tahun 1946 itu gerakan koperasi Jawa Barat sepakat
mengadakan konperensi. Pelaksanaan konperensi yang berlangsung di Ciparay itu berhasil
membentuk ”Pusat Koperasi Primer”. Organisasi ini ditugaskan untuk:
1. Mengkoordinir gerakan koperasi yang ada di seluruh Jawa Barat.
2. Mendorong terbentuknya koperasi-koperasi di seluruh Jawa Barat.
3. Secepat-cepatnya mendorong terselenggaranya Kongres Koperasi Seluruh Indonesia.
Pergerakan koperasi di RI telah berhasil mewujudkan dua kegiatannya yang akan selau
tercatat dalm sejarah perkoperasian Indonesia yaitu:
1) Koperasi Desa
Tugas dari Koperasi desa meliputi meningkatkan produksi, pemasaran hasil produksi
secara terpadu, dan mengusahakan kredit untuk memperlancar usaha tani.
2) Koperasi adalah Alat Pembangunan Ekonomi
Tanggal 11 Juli sampai dengan 14 Juli 1947 gerakan koperasi Indonesia
menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Tasikmalaya. Pelaksanaan kongres dan
keputusan-keputusan:
a. Terwujudnya Kesepakatan untuk mendirikan SOKRI (sentral Organisasi Koperasi
Rakyat Indonesia).
b. Ditetapkannya azas Koperasi Indonesia “Berdasar atas azas kekeluargaan dan
gotong royong).
c. Ditetapkannya tanggal 12 Juli sebagai “Hari koperasi Indonesia”.
d. Diperluasnya pengertian dan Pendidikan tentang perkoperasian, agar para
anggotanya dapat lebih loyal terhadap koperasinya.
3) Peraturan koperasi tahun 1949 nomor 179
Pemerintah Republik Indonesia meninjau kembali peraturan perkoperasian peninggalan
kaum colonial yang tidak cocok lagi dengan bangsa Indonesia. Termasuk diantaranya
Undang-undang/Peraturan Koperasi tahun 1927 No. 91 dan menggantinya dengan
Peraturan Koperasi tahun 1949 No. 179. Dalam peraturan koperasi ini jelas dinyatakan
bahwa “Koperasi merupakan perkumpulan orang-orang atau badan-badan hukum
Indonesia yang memberi kebebasan kepada setiap orang atas dasar persamaan untuk
menjadi anggota dan atau menyatakan berhenti, maksud utama mereka dalam wadah
koperasi ini yaitu memajukan tingkat kesejahteraan lahiriah para anggotanya dengan

9
melakukan usaha-usaha bersama di bidang perdagangan, usaha kerajinan,
pembelian/pengadaan barang-barang keperluaan anggota, tanggung menanggung
kerugian yang dideritanya, pemberian pinjaman, pembenukan koperasi harus diperkuat
dengan akta dan harus didaftarkan serta diumumkan menurut cara-cara yang telah
ditentukan pemerintah.

2.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada Kurun Waktu (1950-1965)


Pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara Republik Indonesia Serikat resmi dibubarkan dan
diganti dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seiring dengan disatukannya kembali
Negara-negara bagian ke dalam wadah kesatuan RI, jawatan-jawatan koperasi di Negara-
negara bagian tersebut dibubarkan pula dan selanjutnya digabungkan dalam satu bentuk
organisasi jawatan koperasi yang bernaung dalam Negara RI, segala sesuatunya diseragamkan
dan disesuaikan dengan semangat dan nilai-nilai perjuangan 1945, semangat Pancasila dan
semangat UUD 1945.
Koperasi pada waktu itu merupakan organisasi pemerintah dibawah kementrian
Perdagangan dan Perindustrian, secara aktif melaksanakan tugasnya sesuai dengan program
kerja yang telah ditentukan oleh kementriannya, yaitu merealisasikan pembentukan kader-
kader dan pendidikan perkoperasian bagi para pegawainya dalam mengolah dan
mengembangkan koperasi sebagai alat perekonomian untuk mencapai cita-cita perjuangan
bangsa Indonesia. Ditekankan bahwa koperasi adalah alat ekonomi yang tidak “Profit
undertaking” melainkan “service undertaking”, dan istilah “andil” diganti dengan “Simpanan
Pokok” dan pemupukan modal diperoleh dari simpanan wajib dan simpanan sukarela. Nama
Dr.Mohammad Hatta mungkin sudah tidak asing lagi, sebagai wakil Presiden atau ahli
ekonomi dan koperasi tidak bisa dilupakan dari usaha meningkatkan perkembangan koperasi
tanah air demikan besar motivasi dan peranan beliau terhadap usaha-usaha untuk meningkatkan
perkembangan perkoperasian di negara kita.
Karya-karya tulisnya tentang perkoperasian telah cukup banyak beredar dikalangan
masyarakat yang merupakan sumbangan besar bagi umum dan para penimba ilmu untuk
meningkatkan teknik-teknik manajemen perkoperasian menuju arah keberesan dan kelancaran
berkoperasi. Dan pada waktu itu koperasi tengah dalam keadaan penyempurnaan hingga pada
saat sistem liberalisme masuk dan berakar dalam masyarakat, sehingga gerak langkah koperasi
pun terpengaruh. Dimana liberalisme sangat mengabaikan musyawarah dan mufakat dan
pengkotak–kotakan dalam masyarakat yang sangat bertentangan dengan gotong royong dan
kekeluargaan yang menjadi kepribadian bangsa.

10
Pengaruhnya terhadap Koperasi di Indonesia:
a. Sering terjadinya penggatian kabinet sehingga kebijaksanaan dan program-program
kementriaan yang menangani urusan koperasi selalu berubah-ubah.
b. Pergerakan Politik menjadi lebih banyak sehingga masing-masing berusaha menarik
masyarakat kedalam partainya tak jarang usaha-usaha nya menimbulkan persaingan.

2.5 Perkembangan Koperasi pada Masa Pemerintahan Orde Baru dan Reformasi
Runtuhnya pemerintahan rezim Soekarno berawal dari timbulnya pemberontakan yang
dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan yang kita kenal dengan
sebutan G 30 S/PKI merupakan pemicu atas runtuhnya rezim Orde Lama yang dipimpin oleh
Ir. Soekarno. Memang amatlah tragis sejarah hitam politik termasuk sejarah hitam kehidupan
perkoperasian nasional mencoreng muka kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar 1945 yang
telah diyakini kebenarannya.
Seiring dengan keruntuhan pemerintahan orde lama dibawah kepemimpinan Soekarno
yang telah bertindak jauh ke luar dari ketentuan-ketentuan UUD 1945 dan Pancasila, maka
terbentuklah pemerintahan orde baru di bawah pimpinan Soeharto yang melakukan
pembersihan-pembersihan di seluruh tubuh pemerintahan dan badan-badan kemasyarakatan.
Tampilan orde baru dalam memimpin negeri ini membuka peluang dan cakrawala baru bagi
pertumbuhan dan perkembangan perkoperasian di Indonesia, dibawah kepemimpinan Jenderal
Soeharto. Ketetapan MPRS no. XXIII membebaskan gerakan koperasi dalam berkiprah.
Berikut beberapa kejadian perkembangan koperasi di Indonesia pada zaman orde baru
hingga sekarang:
a. Pada tanggal 18 Desember 1967, Presiden Soeharto mensahkan Undang-Undang
koperasi no. 12 tahun 1967 sebagai pengganti Undang-Undang no.14 tahun 1965.
b. Pada tahun 1969, disahkan Badan Hukum terhadap badan kesatuan Gerakan Koperasi
Indonesia (GERKOPIN).
c. Pada tanggal 9 Februari 1970, dibubarkannya GERKOPIN dan sebagai penggantinya
dibentuk Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN).
d. Pada tanggal 21 Oktober 1992, disahkan Undang-Undang no. 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian, undang-undang ini merupakan landasan yang kokoh bagi koperasi
Indonesia di masa yang akan datang.
e. Masuk tahun 2000an hingga sekarang perkembangan koperasi di Indonesia cenderung
jalan di tempat.

11
f. Pada pertengahan bulan oktober tahun 2012, Dewan Perwakilan Rakyat mengadakan
sidang paripurna untuk membahas pergantian UU Koperasi No. 25 tahun 1992 menjadi
UU No. 17 tahun 2012. Dalam rapat tersebut Menteri koperasi dan UKM Syarifuddin
hasan mendorong percepatan realisasi atau revisi Undang-Undang No. 25 tahun 1992
dengan dasar pengembangan dan pemberdayaan koperasi nasional dalam kebiakan
pemerintah selayaknya mencerminkan nilai dan prinsip perkoperasian sebagai
wadah usaha bersama untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan para anggotanya.
Dari Program Penguatan Kelembagaan Koperasi dan Peningkatan Daya Saing UMKM, telah
dirancang beberapa Kegiatan Unggulan dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
a. Program Penguatan Kelembagaan Koperasi;
1. Penataan Badan Hukum dan Akuntabilitas Koperasi
2. Pemasyarakatan, Penyuluhan dan Kaderisasi Perkoperasian;
3. Penguatan Kelembagaan Koperasi Simpan Pinjam dan Infrastruktur
Pendukungnya.
b. Program Peningkatan Daya Saing UMKM
1) Diklat Kewirausahaan dan Manajemen Teknis;
2) Pengembangan Technopreneur;
3) Pengembangan Pusat Layanan Usaha Terpadu;
4) Inovasi Skema Pembiayaan: Penjaminan dan Clearing House, Sistem Informasi
Debitur UMKM dan linkage/kerjasama pembiayaan;
5) Pengembangan Produk Unggulan Berbasis Pemanfaatan Inovasi dan Teknologi;
6) Standardisasi Proses dan Produk;
7) Peningkatan Fasilitasi Ekspor Produk UMKM;
8) Pengembangan Kemitraan Berbasis Investasi dan Rantai Nilai;
9) Pengembangan Sistem Registrasi UMKM Online;
10) Pengembangan Skema Restrukturisasi Usaha Bagi UMKM.
Landasan-landasan Koperasi, yaitu antara lain:
a. Landasn Idiil: Pancasila
b. Landasan Struktural dan Landasan Gerak: UUD 1945 dan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945
serta penjelasannya
c. Landasan mental koperasi Indonesia: setia kawan dan kesadaran berpribadi
Fungsi koperasi, antara lain:
1) Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat.
2) Alat pendemokrasian nasional.

12
3) Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.
4) Alat pembinaan insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa
Indonesia serta bersatu dalam mengatur tatalaksana perekonomian rakyat.
Asas koperasi adalah kekeluargaan dan kegotongroyongan
Sendi-sendi Dasar Koperasi, yaitu:
a) Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia.
b) Rapat anggota merupakan kekuasaan yang tertinggi sebagai pencerminan demokrasi
dalam koperasi.
c) Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota.
d) Adanya pembatasan bunga atas modal.
e) Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.
f) Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka.
g) Swadaya, swakerta, dan swasembada sebagai pencerminan dari prinsip dasar, yaitu
percaya pada diri sendiri.
Masalah-masalah yang dihadapi koperasi pada masa ini, antara lain:
a. Masalah manajemen
b. Masalah modal dan pemupukan modal
c. Masalah pemasaran dan peningkatan produk
Pada jaman kemerdekaan sampai sekarang telah dikeluarkan UU koperasi, yaitu sebagai
berikut:
(1) Peraturan koperasi No.179 tahun 1949
(2) UU koperasi No.79 tahun 1958 tentang perkumpulan koperasi
(3) PP No.60 tahun 1959 tentang perkembangan gerakan koperasi
(4) UU koperasi No.14 tahun 1965
(5) UU koperasi No.12 tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian
(6) UU koperasi No.25 tahun 1992 tentang perkoperasian
(7) UU koperasi No.17 tahun 2012 tentang perkoperasian di Indonesia

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Koperasi adalah suatu kumpulan orang orang yang memiliki tujuan yang sama dengan
cara bekerja sama dengan membentuk organisasi tujuannya untuk mensejahtrakan para
anggotanya.
Sejarah dan perkembangan koperasi di Indonesia mengalami proses dan sistem
pelaksanaan yang berbeda-bda sesuai dengan masa pemerintahan yang ada di Indonesia
dimulai dari masa sebelum kemerdekaan, masa mempertahankan kemerdekaan, masa orde
lama dan masa orde baru hingga sekarang.
Koperasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi dan
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia di awal kemerdekaan tetapi seiring
masuknya liberalisme koperasi pun mengalami penurunan kemajuan bahkan untuk saat ini
koperasi cenderung jalan di tempat atau tidak berkembang.
Munculnya koperasi tetap tidak lepas dari campur tangan pemerintah Hindia Belanda.
dengan semangat yang di lakukan oleh R. Aria Wiriatmadja koperasi menjadi penolong untuk
penduduk indonesia pada masa itu yang terpuruk karena terbelit hutang. Sejak saat itu koperasi
menjadi terus berkembang di indonesia.
Setelah kemerdekaan koperasi semakin di perhatikan oleh pemerintah. Pemerintah
indonesia membenahi diri sehingga seluruh tugas-tugas pemerintah dapat berjalan
sebagaimana mestinya, termasuk juga tugas-tugas yang diemban jawatan koperasi. Kepedulian
pemerintah akan koperasi membuat koperasi pada awal kemerdekaan dapat berkembang
dengan baik walaupun terjadi banyak hambatan di dalamnya.
Walaupun perekonomian Indonesia hancur, kederadaan koperasi tidaklah ikut terpuruk.
Koperasi koperasi tetap mampu menunjukan eksistensinya dengan mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang cukup signifikan. Dengan munculnya dekrit presiden badan pengurus
koperasi tidak lagi bersih seerti dahulu. Namun pada akhirnya dengan adanya peristwa
G30S/PKI yang mengakibatkan masuknya kekuatan politik dalam tubuh koperasi
mengakibatkan koperasi memiliki pengurus-pengurus koperasi yang tidak sehat.
Jadi, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa perkembangan koperasi di Indonesia
dari zaman ke zaman dan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Semua itu karena pengaruh
era globalisasi dan teknologi yang semakin berkembang pesat pada saat ini. Namun dibalik

14
perkembangan tersebut kita juga menemukan hambatan dari jalannya koperasi diIndonesia.
Sebagai warga negara kita wajib mengembangkan koperasi ke arah yang lebih baik lagi karena
koperasi dapat membawa dampak baik bagi perkembangan ekonomi di Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2012. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012. Online.
Tersedia: http://www.bi.go.id
Haryoso, Y., dkk. 2006. Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama
https://www.academia.edu/5637337/Koperasi
Ninik, Widiyanti. 2007. Manajemen Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta
Sudarsono, dkk. 2010. Koperasi Dalam Teori Dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

16

Você também pode gostar