Você está na página 1de 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep keluarga


2.1.1 Pengertian keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang
lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Bailon dan Maglaya, 1978 ).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 2011 ).
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah terdiri dari dua atau lebih
individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Anggota keluarga biasanya
hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain, keluarga
berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial (suami, istri, anak,
kakak dan adik) dan mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2.1.2 Tipe keluarga


1. Tradisional:
a. The nuclear family (keluarga inti): Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family: keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
c. Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
d. The childless family: keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada
wanita.
e. The extended family (keluarga luas/besar): keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-
nenek), keponakan, dll).
f. The single-parent family (keluarga duda/janda): keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah
dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
g. Commuter family: kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
h. Multigenerational family: keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network: beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi,
televisi, telpon, dll).
j. Blended family: keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone / single-adult family: keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang
hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal
mati.

2. Non-Tradisional
a. The unmarried teenage mother: keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family: keluarga dengan orangtua tiri.
c. Commune family: beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman
yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family: keluarga yang hidup bersama berganti-ganti
pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Gay and lesbian families: seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
f. Cohabitating couple: orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
g. Group-marriage family: beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family: keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family: keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu
sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family: keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.
k. Gang: sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.

2.1.3 Tahap perkembangan keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Friedman, 1998):
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga
melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing:
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama
dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan:
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan
keluarga.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

3. Keluarga dengan anak pra-sekolah


Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5
tahun:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa
aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus
terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain
dan lingkungan sekitar).
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot).
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk:
a. Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah
bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan
dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga,
atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal:
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal:
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

2.1.4 Keluarga sebagai unit keperawatan


Alasan keluarga sebagai unit pelayanan (Friedman, 1998 ) adalah sebagai berikut:
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
masyarakat.
2. Keluarga sebagai suatu dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki
masalah – masalah dalam kelompoknya.
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu angota
keluarganya mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang
lain.
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien) keluarga tetap
berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya yang
menderita hipertensi.
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah dalam upaya kesehatan bagi anggota
keluarga yang menderita sakit hipertensi.

2.2 Definisi Tumbuh Kembang


Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun induvidu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter). Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
pematangan. Menyangkut perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya.
Menurut kamus kedokteran Dorland, pertumbuhan ialah proses normal pertambahan ukuran
organisme sebagai akibat pertambahan jaringan pada yang telah ada sebelumnya. Pertumbuhan
berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu, yang bias diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter)
umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut Pedoman
Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari pertumbuhan adalah setiap perubahan dari tubuh yang
berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh baik fisik (anatomis) maupun struktural dalam arti
sebagian atau menyeluruh.
Menurut kamus kedokteran Dorland, perkembangan ialah proses pertumbuhan dan diferensiasi.
Definisi lain dari perkembangan ialah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Istilah Perkembangan meliputi pertumbuhan fisik, maupun pematangan fungsi, emosi dan
perilaku sosial. Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.

Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


Menurut Hidayat (2008), beberapa faktor tersebut adalah faktor herediter, faktor lingkungan serta faktor
hormonal.
Setiap bayi mengalami proses tumbuh kembang yang berbeda baik menyangkut kecepatan dan
percepatan proses tumbuh kembangnya. Namun secara umum aspek kesehatan setiap bayi sangat
menentukan proses tumbuh kembangnya. Kesehatan yang prima akan menunjang munculnya potensi-
potensi kecerdasaan bayi. (Eveline,2010)
Pada usia bayi 0-1 tahun merupakan masa emas untuk pertumbuh dan perkembangan tercepat
seorang bayi sehingga dengan pemantauan tumbuh kembang pada usia ini, kelainan dapat diketahui
secara lebih dini dan dapat dilakukan intervensi untuk menghindari kelainan yang lebih parah.
Pemantauan tumbuh kembang dapat dilakukan dengan baik jika orang tua mengetahui ciri-ciri dan
prinsip tumbuh kembang bayi, seperti pada usia berapa muncul gerakan, kata-kata dan perilaku tertentu
dan pada usia berapa kemampuan tersebut menjadi lebih matang.(Waani,2015)

Kebutuhan Dasar Anak


Secara umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar :
1. Kebutuhan fisik-bio-medis (ASUH)
Meliputi :
- pangan / gizi merupakan kebutuhan terpenting.
- Perwatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi / anak
yang teratur, pengobatan kalau sakit, dll
- Pemukiman yang layak
- Higiene perorangan, sanitasi lingkungan
- Sandang
- Kesegaran jasmani, rekreasi
2. Kebutuhan emosi / kasih sayang (ASIH)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau
pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras
baik fisik, mental maupun psikososial.
Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negatif
pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun sosial emosi. Kasih sayang dari orang tuanya
(ayah, ibu) akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust)
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada
anak. Stimulasi mental (ASAH) ini mengembangkan perkembangan mental psikososial : kecerdasan,
keterampilan, kemandirian, kretivitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas.

Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak


1. Tumbuh kembang adalah proses yang kotinu sejak dari konsepsi sampai maturitas atau dewasa, yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya berbeda antara anak
yang satu dengan yang lain berbeda.
3. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.
4. Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas
5. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
6. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter
tercapai.

Masalah tumbuh kembang bayi :


1) Pola tidur tidak teratur.
Pada bulan pertama, bayi tidur 13-16 jam sehari, tapi dalam pola yang tidak teratur.
Ketika usia 4-6 bulan, bayi seharusnya sudah mengembangkan pola tidur yang teratur dan bisa
tidur sepanjang malam. Namun, bayi yang mengalami masalah perkembangan tidak punya pola
tidur yang teratur. Waktu tidur bayi tidak konsisten dan dia tidak bisa tertidur sendiri. Pantau
selalu tidur bayi untuk mengetahui apakah bayimengalami gangguan seperti sleep apnea (napas
terhenti). Gangguan tidur ini bisa mempengaruhi kualitas tidurnya. Kurang tidur menciptakan
reaksi berantai pada perilakunya di siang hari, misalnya anak rewel atau terlalu aktif.
2) Pola makan tidak teratur.
Makanan yang cukup dan sehat selama satu tahun pertama penting karena
pertumbuhan dan perkembangan bayi banyak terjadi di tahun pertama hidupnya.
Disarankan bayi makan sesuai kebutuhannya, kapanpun dia lapar tidak perlu
dijadwalkan. Bayi pasti membentuk pola makannya sendiri. Seiring dia tumbuh, pola makannya
tumbuh juga. Jarak waktu antar makan makin jauh dan bayi akan makan dengan
lahap. Bayi yang makan dengan baik dalam 2 minggu akan mendapat berat badannya (BB)
kembali sama seperti saat dia lahir. Karena biasanya bayi berkurang BB setelah lahir.
BBbayi normalnya akan bertambah sekitar 1-1,5 ons perhari.
3) Hampir selalu menangis.
Menangis adalah bentuk komunikasi bayi pada orang tuanya. Hal ini normal dilakukan
oleh bayi ketika dia lapar, ngantuk, butuh perhatian, tidak nyaman, popoknya basah dan lain-
lain. Biasanya begitu kebutuhannya terpenuhi, bayi akan berhenti menangis. Memang
adakalanya Anda kesulitan mengetahui penyebab dia menangis. Tapi bayi yang punya masalah
dalam pertumbuhannya hampir selalu menangis. Menghadapibayi dengan tenang membantu
Anda mengenali kebutuhannya.
4) Hampir selalu rewel.
Bayi biasanya rewel saat berusia 2-3 minggu dengan puncaknya usia 6 minggu.
Rewelnya akan hilang di usia 3-4 bulan. Biasanya berlangsung 2-4 jam sehari. Rewel yang
normal, umumnya terjadi di waktu yang sama setiap hari dengan intensitas yang sama. Bayi juga
merespon hal yang sama ketika ditenangkan, seperti digendong atau diayun-ayun. Namun, cara
tersebut hanya belangsung beberapa hari sehingga Anda butuh cara berbeda untuk
menenangkannya. Bayi yang punya masalah perkembangan hampir selalu merasa terganggu.
Bila mulai rewel, dia sulit ditenangkan. Waspada bila hal ini terjadi ketika sudah lewat usia 4
bulan, bisa jadi bayi mengalami cidera fisik seperti terkilir atau patah tulang, atau bayi sakit.
5) Jarang bersuara.
Bayi mulai mengeluarkan suara “ooh” atau “aah” sekitar usia 2-3 bulan. Ketika usia 4-6
bulan bayi mulai mengoceh (babling) mengeluarkan kata “da-da” atau “ma-ma.” Dia tampak
memberi respon saat Anda tertawa atau menggelitikinya. Anda harus waspada bila usia 6 bulan
anak tidak mengeluarkan suara atau berhenti ngoceh. Bawa anak ke dokter untuk membicarakan
kemungkinan bayi mengalami keterlambatan bahasa atau punya masalah pendengaran.
6) Tidak tertarik dengan mainannya.
Ketika usia 2-4 bulan, bayi mulai tertarik pada benda-benda di sekitarnya. Sayangnya
rentang konsentrasi bayi masih pendek. Ketika Anda berikan mainan, bayi hanya mainkan
sebentar kemudian dia lupakan. Walaupun hanya sebentar, tapi anak menunjukkan minatnya
saat disodori mainan. Anda tidak juga perlu khawatir bila anak lebih memilih memainkan benda
lain yang bukan mainannya seperti sendok atau gelas. Bayi usia 5-6 bulan sudah bisa duduk dan
menjangkau benda-benda yang ada di sekitarnya.
7) Tidak menatap mata.,
Sekitar usia 6-8 minggu, bayi mulai kontak mata untuk pertama kali. Peristiwa ini
menunjukkan otak bayi berkembang dan perkembangan kemampuan komunikasinya.
Bila bayi menatap Anda, tapi tidak fokus melihat, mungkin perkembangannya hanya sedikit
terlambat. Namun, jika hingga usia lebih dari 3 bulan dan belum melakukan kontak mata,
sebaiknya ajak bayi ke dokter untuk mengetahui apakahbayi mengalami masalah mata atau
justru menemukan masalah lainnya.
Konsep Bermain Pada Balita
A. Fungsi Bermain Pada Anak
Dunia anak tidak dapat dipisahkan dengan dunia bermain.Keduanya bersifat universal di semua
bangsa dan budaya.Diharapkan dengan bermain,anak akan mendapatkan stimulus yang mencukupi agar
dapat berkembang secara optimal.Ada beberapa fungsi bermain pada anak yaitu sebagai berikut.

1. Perkembangan Sensorik
Aktivitas motor merupakan bagian yang berkembang pada masa bayi. Perkembangan sensorik
motor ini didukung oleh keterampilan motorik kasar dan halus seperti stimulus visual,stimulus
pendengaran,stimulus taktil (sentuhan),dan stimulasi kinetik.Stimulus sensorik yang diberikan oleh
lingkungan anak akan direspon dengan memperlihatkan aktivitas-aktivitas motoriknya.
Stimulasi visual merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap permulaan perkembangan
anak.Anak akan meningkatkan perhatiannya pada lingkungan sekitar melalui penglihatanny.Oleh karena
itu,orang tua disarankan untuk memberikan mainan warna-warni pada usia 3 bulan pertama.
Stimulasi pendengaran (stimulasi auditif) adalah sangat penting untuk perkembangan bahasanya
(verbaal),terutama pada tahun pertama kehidupannya.Memberikan sentuhan (stimulus taktil) yang
mencukupi pada anak berarti memberikan perhatian dan kasih sayng yang diperlukan oleh anak.Stimulus
semacam ini akan menimbulkan rasa aman dan percaya diri pada anak sehingga anak lebiih responsif
dan berkembang.Stimulasdi kinetik akan membantu anak untuk mengenal lingkungan yang berberda.

2. Pekembangan Intelektual
Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran:
Eksplorasi dan manipulasi bentuk,ukuran,tekstur,warna pengalaman dengan angka, hubungan
yang renggang konsep abstrak.Kesempatan untuk mempraktikkan dan memperluas keterampilan
berbahasa.Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu dalam upaya
mengasimulasinya kedalam persepsi dan hubungan baru.Membantu anak memahami dunia dimana
mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realita.

3. Perkembangan Sosialisasi dan Moral


Sejak awal masa anak-anak bayi telah menunjukkan ketertarikan dan kesenangan terhadap
orang lain terutama terhgadap ibu.Dengan bermain,anak akan mengembangkan dan memperluas
sosialisasi,belajar untuk mengatasi persoalan yang timbul,mengenal nilai-niali moral dan etika,belajar
mengenai apa yang salah dan benar,serta bertanggung jawab terhadap sesuatu yang diperbuatnya.
Pada tahun pertama,anak hanya mengamati objek di sekitarnya.Pada usia 2-3 tahun,biasanya anak suka
bermaian peran seperti peran sebagai ayah,ibu dan lain-lain. Pada usia pra sekolah anak lebih banyak
bergabung dengan kelompok sebayanya (peer group) mempunyai teman favori
4. Kreativitas
Situasi yang lebih menguntungkan/menyernagkan untuk berkreasi dari pada bermain.Anak-anak
dapat bereksperimen dan mencoba ide-idenya.Sekali anak merasa puas untuk mencoba sesuatu yang
baru dan berbeda,ia akan memindahkan kreasinya kesituasi yang lain.Memungkinkan fantasi dan
imajinasi dan meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus.Untuk mengembangkan kreasi anak
diperlukan lingkunagan yang mendukung

5. Kesadaran Diri
Dengan aktivitas bermain,anak akan menyadari bahwa dirinya berbeda dengan yang lain dan
memahami dirinya sendiri. Anak belajar untuk memahami kelemahan dan kemampuannya dibandingkan
dengan anak yang lain.anak juga mulai melepaskan diri dari orang tuanya.

6. Nilai Terapeutik
Bermain dapat mengurangi tekanan atau stres dari lingkungan. Dengan bermain,anak dapat
mengekspresikan emosi dan ketik puasan atas situsi sosial serta rasa takutnya yang tidak dapat
diekspresikan di dunia nyata. Dengan bermain dapat memudahkan komunikasi verbal dan ninverbal
tentang kebutuhan, rasa takut dan keinginan.

B. Bermain Di Masa Bayi


Aktivitas yang dianjurkan
Usia Stimulasi Stimulasi Stimulasi Stimulasi
(bulan) Visual Auditif Taktil Kinetik
10 - 12 -Ajak ke tempat - Tiru bunyi suara - Merasakan - Permainan tarik
ramai binatang hangat atau dingin dorong
- Tunjukkan pada - Menyebutkan - Memegang - Kereta-keretaan
bayi gambar yang bagian tubuh makan sendiri - Bola
besar didalam - Mainan yang jika - Biarkan bayi - Boks aktivitas
buku digoyangkan akan merasakan angin untuk keranjang
-Mainan berwarna- menimbulkan sepoi-sepoi (tiupan bayi
warrni bunyi (kerincingan) kipas angin) - Mainan yang
- Buku dengan dengan ukuran -Binatang-binatang dapat didorong
cerita dan gambar bentuk dan suara dan boneka dan ditarik
yang terang yang berbeda dengan tekstur
serta berwarna yang lembut dan
terang berbeda-beda

Pertumbuhan dan perkembangan selama masa bayi usia 12 bulan


12 Tiga kali BB lahir. Berjalan dengan satu Dapat membalikkan
Panjan lahir meningkat tangan dipegang halaman buku.
50%.
Lingkar kepala dan
lingkar dada sama.

Tahapan Tumbuh Kembang Anak Usia 1 tahun(12 bulan)


a. Tahap Perkembangan Fisik
- Tinggi badan naik 5-7 cm/tahun
- Berat Badan naik 0,13-0,25 kg/tahun
- Merangkak lancer dan cepat
- Mulai belajar keseimbangan masih kurang baik dan sering jatu
- Senang mengambil dan melempar barang berulang kali
- Sulit berhenti saat lari
- Tangga (merangkak maju/mundur)
- Mencoba memegang sendok sendiri walau terbalik
- Mencoba menyuap sendiri dan senang menumpahkan makanan dan minumannya
- Menyusun 2-4 benda
- Tumbuh sebanyak 6-8 gigi dalam periode ini
b. Tahap Perkembangan Kognitif
- Memindahkan benda ke tangan lain ketika akan menerima bend abaru
- Senang melihat buku bergambar
- Mulai memahami fungsi dan hubungan, misalnya meletakkan sendok di mangkok dan pura-pura
makan
- Senan dengan permainan menyembunyikan benda
- Mulai mengurangi memasukkan tangan ke mulut
- Senang menunjukkan benda ke orang lain
- Senang memasukkan benda kecil ke suatu wadah
- Menunjukkan ekspesi yang berbeda
c. Tahap Perkembangan Bahasa
- Melakukan Holophrasic Speech, yaitu menggunakan 1 KATA untuk mewakili semua pikiran.
Misalnya : “saya” yang bisa diartikan “mau minum”
- Senang mendengarkan lagu, menyanyi dan menari
- Dapat mengidentifikasi dnaa menunjuk ke orang, binatang dan benda bila di Tanya
- Tahu 3 bagian tubuh
- Melakukan telegraphc speech, yaitu meggunakan 2 kata untuk mewakili semua pikirannya, missal
: “dadah papa”
- Dapat menjawab yadan tidak atas pertanyaan sederhana
- Memproduksi setidaknya 25%-50% kata atau bahasa yang dapat dipahami
- Menggunakan GESTUR untuk menarik perhatian orang dewasa sepertimenarik dan menunjuk
d. Tahap Perkembangan Emosi-Sosial
- Menunjukkan perilaku baik pada orang lain namun tidak pada orang asing
- Mengenali diriketika bercermin
- Mengobservasi dan meniru orang dewasa ketika bermian
- Bisa bermain sendiri dalam waktu yang tidak lama
- Senang dipeluk dan dibacakan cerita
- Dapat menolong mengamil dan meletakkan barang jika diminta
- Menunjukkan perilaku tantrum ketika lelah dan lapar.

2.2 Cara Pengukuran Tumbuh Kembang Anak

Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk gengguan perkembangan anak telah dibuat,
demikian pula dengan skrining untuk mengetahui penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan
gangguan perkembangan anak. Dalam memilih bentuk alat ukur perkembangan haruslah mengau
kepada tujuan dari proses pengukuran tersebut. Ada banyak metode tes perkembangan dan psikologi
untuk menilai perkembangan anak. Para ahli di dunia dan di Indonesia untuk menilai perkembangan anak
yang paling sering digunakan salah satunya adalah DDST atau Deteksi Dini Tumbuh Kembang anak
(Diana,2010).

DDST atau Deteksi dan Intervensi Dini TUmbuh Kembang Anak adalah salah satu dari metode
skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Test ini bukan merupakan test diagnostic atau test IQ
(Rohany,2014). Adapun tujuan dari DDST adalah untuk mengetahui dan mengikuti proses
perkembangan anak serta mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan. Adapun
manfaat dari DDST adalah untuk mengetahui tahap perkembangan yang telah dicapai anak, untuk
menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin, dan untuk meningkatkan
kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha menciptakan kondisi yang menguntungkan
bagi perkembangan (Diana,2010).

Adapun aspek yang dinilai berdasarkan form DDST tersebut adalah 125 tugas perkembangan yang
dinilai, yang dikelompokkan menjadi 4 sektor, yaitu (Rohany,2010):
a. Sektor personal social. : Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
b. Sektor gerakan motorik halus. : Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu yang
dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya koordinasi mata,
tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil.
c. Sektor bahasa.: Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
d. Sektor gerakan motorik kasar. : Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar. Contohnya duduk,
melompat, berjalan, dll.
Adapun cara penilaiannya adalah sebgaai berikut :
1. Usahakan test perkembangan dilakukan pada tempat yang tenang / tidak bising, dan bersih.
2. Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras.
3. Formulir Denver.
 Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur < 6 tahun, berisi 125 gugus tugas
yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi.
 Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari umur dalam bulan dan
tahun, sejak lahir sampai berusia 6 tahun.
 Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak berumur 24 bulan.
Kemudian mewakili 3 bulan, sampai anak berusia 6 tahun.
 Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas kemampuan
perkembangan yaitu 25%, 50% dan 90% dari populasi anak lulus pada tugas
perkembangan tersebut.
 pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada ujung kotak sebelah
kiri, contohnya R singakatan dari report, artinya tugas perkembangan tersebut dapat
lulus berdasarkan laporan dari orang tua / pengasuh anak, tetapi apabila memungkinkan
maka penilai dapat memperhatikan apa yang biasa dilakukan oleh anak.
 Angka kecil menunjukkan tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan nomor yang ada
pada formulir.
4. Mengkaji kegiatan anak yang meliputi 4 sektor yang dinilai.
5. Dekat dengan anak.
6. Menjelaskan pada orang tua bahwa DDST bukan test IQ.
7. Lingkungan diatur supaya anak merasa nyaman dan aman selama dilakukan test.

Adapun cara/pelaksanaan pengukurannya adalah sebagai berikut :


1. Sapa orang tua / pengasuh anak dengan ramah.
2. Jelaskan maksud dan tujuan test DDST pada orang tua.
3. Buat komunikasi yang baik dengan anak.
4. Hitung umur anak dan buat garis umur.
 Instruksi umum : catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan pada formulir.
 Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal
 lahir.
5. Bila anak lahir prematur, koreksi factor prematuritas. Untuk anak yang lahir lebih dari 2 minggu
sebelum tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan koreksi.
6. Tarik garis umur dari atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis umur.
Formulir Denver dapat digunakan untuk beberapa kali, gunakan garis umur dengan warna yang berbeda.
7. Siapkan alat yang dapat dijangkau anak, beri anak beberapa mainan dari kit sesuai dengan apa yang
ingin ditestkan.
8. Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan dimulai dari sektor yang paling mudah
dan dimulai dengan tugas perkembangan yang terletak disebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan
sampai ke kanan garis umur.
 Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat disebelah kiri garis
umur serta tiap tugas perkembanagan yang ditembus garis umur.
 Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada langkah I (gagal / menolak /
tidak ada kesempatan), lakukan uji coba tambahan kesebelah kiri garis umur pada sektor yang
sama sampai anak dapat ”lulus” 3 tugas perkembangan.
 Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkambangan pada langkah i, lakukan tugas
perkembangan tambahan kesebelah kanan garis umur pada sektor yang sama sampai anak
:gagal” pada 3 tugas perkembangan.
9. Beri skor penilaian dan catat pada formulir DDST.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Selama test berlangsung, amati perilaku anak. Apakah ada perilaku yang khas, dibandingkan anak
lainnya. Bila ada perilaku yang khas tanyakan kepada orang tua / pengasuh anak, apakah perilaku
tersebut merupakan perilaku sehari-hari yang dimiliki anak tersebut.
2. bila test dilakukan sewaktu anak sakit, merasa lapar dll, dapat memberikan perilaku yang
mengahambat test.
3. Mulai dengan menyuruh anak melakukan yang mudah untuk memberi rasa percaya diri dan kepuasan
orang tua.
4. Memberikan pujian walaupun gagal melakukan.
5. Jangan bertanya yang mengarah ke jawaban.
6. Intepretasi harus dipertimbangkan sebelum memberitahu orang tua bahwa test hasil normal atau
abnormal.
7. Tidak perlu membahas setiap item pada orang tua.
8. Pada akhir test, tanyalah orang tua apakah penampilan anak merupakan kemampuan atau perilaku
pada waktu lain.
SKORING
1. Passed atau lulus (P/L). Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu / pengasuh anak memberi
laporan (tepat / dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya).
2. Failure atau gagal (F/G). Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau ibu / pengasuh anak
memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukannya dengan baik.
3. refuse atau menolak (R/M). Anak menolak untuk melakukan uji coba. Penolakan dapat dikurangi
dengan mengatakan kepada anak “apa yang harus dilakukan”, jika tidak menanyakan kepada anak
apakah dapat melakukannya (uji coba yang dilaporkan oleh ibu / pengasuh anak tidak diskor sebagai
penolakan).
4. By report berarti no opportunity (tidak ada kesempatan). Anak tidak mempunyai kesempatan untuk
melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba dengan tanda R.
INTEPRETASI PENILAIAN INDIVIDUAL
1. Lebih (advanced)
Bilamana seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan
anak lebih pada uji coba tersebut.
2. Normal
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan disebelah kanan garis umur
dikategorikan sebagai normal. Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas
perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka dikategorokan sebagai
normal.
3. Caution / peringatanl
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak ® tugas perkembangan, dimana garis umur terletak pada atau
anatara persentil 75 dan 90.
4. Delay / keterlambatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yang terletak lengkap disebelah kiri
garis umur.
5. No opportunity / tidak ada kesempatan. Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang
tua melaporkan bahwa anaknya tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tersebut.
Hasil ini tidak dimasukkan dalam mengambil kesimpulan.
LANGKAH MENGAMBIL KESIMPULAN
1. Normal
 Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.
 Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
2. Suspect / di duga
 Bila didapatkan ≥ 2 caution dan / atau ≥ 1 keterlambatan.
 Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk menghilangkan factor sesaat
seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.
3. Untestable / tidak dapat diuji
 Bila ada skor menolak pada ≥ 1 uji coba tertelak disebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1
uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75–90%.
 Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu.

Você também pode gostar