Você está na página 1de 71

A.

Pengertian

1 Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik, kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri
dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apa fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila
seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak
melibatkan seluruh ketebalan tulang (Clevo, 2012)
2 Fraktur Femur Tertutup adalah terputusnya kontinuitas tulang femur di
mana kulit tidak tembus oleh frakmen tulang sehingga tulang tidak
berhubungan dengan dunia luar. (Clevo, 2012)
3 Fraktur collum femoris adalah fraktur yang terjadi di sebelah proksimal
linea intertrica pada daerah intrakapsular sendi panggul. Fraktur
intertrochanter adalah fraktur yang terjadi di antara trochanter major dan
minor sepanjang linea intertrochanterica di luar kapsul sendi. Fraktur
subtrochanter adalah fraktur yang terjadi antara trochanter minor dan di
dekat sepertiga proksimal corpus femur. Fraktur corpus femoris adalah
fraktur diafisis femur yang tidak melibatkan daerah artikular atau
metafisis. Fraktur femur suprakondilar adalah fraktur daerah mencangkup
8 sampai 15 cm bagian femur, fraktur ini sering melibatkan permukaan
sendi. (Hoppenfeld, 2011)
4 Fraktur femur adalah terjadinya diskontinuitas dari jaringan tulang femur.
(Nugroho, 2011)
5 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan
disesuaikan dengan jenis dan luasnya yang disebabkan oleh rodapaksa.
Fraktur adalah pemisahan atau patah tualng disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Fraktur adalah setiap retakan atau patah pada tulang yang
utuh (Lukman & Nurna, 2009)

Dari berbagai pengertian di atas penulis menarik kesimpulan bawah, Fraktur


Femur adalah terputusnya kontinuitas tulang femur (patah tulang paha) yang
disebabkan oleh trauma fisik dan degenerasi tulang (osteoporosis).

1
B. Klasifikasi

Klasifikasi fraktur menurut. (Clevo, 2012)


1 Beberapa istilah yang dapat dipakai untuk menjelaskan fraktur.
a. Sudut Patah
1) Fraktur Transfersal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus
terhadap sumbu panjang tulang.
2) Fraktur Oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut
terhadap tulang.
3) Fraktur Spiral timbul akibat torsi pada extermitas.
b. Fraktur Multiple pada satu tulang
1) Fraktur Segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang
yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darah.
2) Communited fraktur adalah serpihan-serpihan atau terputusnya
keutuhan jaringan dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang.
c. Fraktur Kompresi
Fraktur Kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga
yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua
vertebra lainnya.
d. Fraktur Patologik
Terjadi pada daerah-daerah tulang yang menjadi lemah oleh karena
tumor atau proses patologik lainnya. Seringkali menunjukkan
penurunan kepadatan. Penyebab yang paling sering dari fraktur
semacam ini adalah tumor baik primer ataupun tumor metastasis.
e. Fraktur Beban lainnya
Fraktur beban terjadi pada orang-orang baru saja menambah tingkat
aktifitas mereka baru diterima untuk berlatih dalam angkatan
bersenjata atau orang yang baru memulai latihan lari.

f. Fraktur Greenstick
Fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks
tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga prioteum. Fraktur ini

2
akan segera sembuh dan mengalami remodeling ke bentuk dan fungsi
normal.
g. Fraktur Avulsi
Memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun
ligament. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang diperlukan.
Namun bila diduga akan menyebabkan kecacatan, maka perlu
dilakukan pembedahan untuk membuat atau meletakan kembali
fragmen tulang tersebut.
h. Fraktur Sendi
Catatan Khusus harus dibuat untuk fraktur yang melibatkan sendi,
terutama apabila geometri sendi-sendi terganggu secara bermakna jika
tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan osteoaritis pasca
trauma progesif pada sendi yang cedera tersebut.

Gambar 1. Tipe Fraktur Femur (Kurniawan, 2014)

2 Tingkat Fraktur
a. Grade I :sakit jelas dan sedikit kerusakan kulit.
b. Grade II :fraktur terbukadan sedikit kerusakan kulit.

3
c. Grade III :banyak sekali jejak kerusakan kulit, otot jaringan saraf dan
pembuluh darah serta luka sebesar 6-8 cm.
3 Fraktur terbuka dan tertutup
a. Fraktur tertutup.
Fraktur dimana kulit tidak tembus fragmen tulang, sehingga tempat
fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
b. Fraktur terbuka.
Fraktur dimana kulit dari extremitas yang terlibat telah di tembus.
Konsep penting yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi
kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur terbuka.

C. Anatomi Dan Fisiologi

1 Anatomi dan fisiologi menurut (Maryunani, 2010)


Anatomi berasal dari bahasa latin, yaitu ana yang artinya bagian yang
memisakan dan tomi yang artinya iris atau potong. Fisiologi juga berasal
dari bahasa latin yaitu fisis (physis) yang artinya cara kerja, dan logos
(logi) yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi anatomi dan fisiologi adalah
ilmu yang mempelarajari tentang susunan atau potongan tubuh dan
bagaimana tubuh itu bekerja.
2 Tulang dalam garis besarnya (Rasjad, 2009)
a. Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia, fibula, ulna,
radius dan humerus, dimana daerah batas disebut diafisis dan daerah
yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis. Daerah ini
merupakan salah satu daerah yang sangat sering ditemukan adanya
kelainan atau penyakit, oleh karena itu merupakan daerah metabolik
yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau
kelainan pertumbuhan tulang.

b. Tulang pendek
Contoh dari tulang pendek antara lain tulang vertebra dan tulang-
tulang karpal.

4
c. Tulang pipih
Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang scapula dan
tulang pelvis.
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut
korteks dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula
dan di luarnya dilapisi oleh periosteum.
3 Struktur tulang menurut (Lukman & Nurna, 2009)
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan,
dan otot menyusun kurang lebih 50%. Struktur tulang memberi
perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung dan paru paru.
Kerangka berfungsi untuk membentuk dan menopang tubuh, melindungi
organ penting dan berperan sebagai penyimpanan mineral tertentu seperti
kalsium, magnesium, dan fosfat.
4 Kerangka tulang menurut (Muttaqin, 2008)
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
menjadi tempat melekatnya otot yang menggerakkan kerangka tubuh.
Tulang mempunyai 5 fungsi utama :
a. Membentuk rangka badan.
b. Sebagai tempat melekat otot.
c. Sebagai bagian dari tubuh utuk melindungi dan mempertahankan alat-
alat dalam tubuh (seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan
paru paru).
d. Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium dan
garam.
e. Ruang di tengah tulang tertentu sebagian organ yang mempunyai
fungsi tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoietik untuk
memperoduksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.

5
Gambar 2. Anatomi Tulang Femur (Kurniawan, 2014)

D. Etiologi

1 Penyebab fraktur menurut (Clevo, 2012)


a. Trauma atau tenanga fisik.
b. Tumor (tumor primer ataupun tumor metastase).
c. Dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya.
d. Osteoporosis, infeksi atau penyakit lain.
2 Penyebab fraktur menurut (Lukman & Nurna, 2009)
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan putar
mendadak dan bahkan kontraksi otot. Umumnya fraktur disebabkan oleh
trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur
cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada umur di
bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga dan pekerjaan,
atau luka yang di sebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor.

6
Sedangkan pada orang tua, yang mengalami fraktur disebabkan oleh
osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada menopause.

E. Tipe Fraktur Femur

1 Tipe fraktur femur menurut (Hoppenfeld, 2011)


a. Fraktur collum femoris adalah fraktur yang terjadi di sebelah
proksimal linea intertrochanterica pada daerah intrakapsular sendi
panggul.
b. Fraktur intertrochanter adalah fraktur yang terjadi di antara trochanter
major dan minor sepanjang linea intertrochanterica, di luar kapsul
sendi.
c. Fraktur subtrochanter adalah fraktur yang terjadi antara trochanter
minor dan di dekat sepertiga proksima corpus femur.
d. Fraktur corpus femoris adalah fraktur diafisis femur yang tidak
melibatkan daerah artikular atau metafisis.
e. Fraktur femur suprakondilar adalah melibatkan aspek distal atau
metafisis femur. Daerah ini mencakup 8 sampai 15 cm bagian distal
femur. Fraktur ini sering melibatkan permukaan sendi.

F. Patofisiologi

Patofisiologi menurut (Wijaya & Putri, 2013) sebagai berikut:


Fraktur gangguan pada tulang biasanya di sebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress,gangguan fisik, gangguan metabolik
dan patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun,baik yang terbuka
ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
pendarahan, maka volume darah menurun. Hematoma akan mengeksudasi
plasma dan polifera menjadi edema lokal maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka dan tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang
dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai
jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan

7
udarah luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan
jaringan kerusakan interitas kulit. Fraktur adalah patah tulang biasanya
disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologis yang terjadi itu
terbuka atau tertutup. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun
tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan
fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh
Jejeas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya
pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
Respon dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi tubuh, sebagai
contoh vasokonsentrasi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi visceral.
Karena ada cedera, respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut
adalah peningkatan detak jantung sebagai usaha untuk menjaga out put
jantung, pelepasan katekolamin katekolamin endogen meningkat tahanan
pembuluh perifer. Hal ini akan meningkatkan tekana darah diastolik dan
mengurangi tekanan nadi (pulse pressure), tetapi hanya sedikit membantu
peningkatan perfusi organ. Hormon-hormon lain yang bersifat vasoaktif juga
dilepaskan ke dalam sirkulasi sewaktu terjadi syok, termasuk histamin,
bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan sitokin-sitokin
lain.substansi ini berdampak besar pada mikro-sirkulasi dan permeabilitas
pembuluh darah. Pada syok perdarahan yang masih dini, mekanisme
kompensasi sedikit mengatur pengambilan darah (venous return) dengan cara
kontraksi volume darah didalam sistem vena sistemik. Cara yang paling
efektif untuk memulihkan kardiak pada tingkat seluler dengan perfusi dan
oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat esensial yang sangan
diperlukan untuk metabolisme aerobik normal dan produksi energi. Pada
keadaan awal terjadi kompensasi dengan perpindahan ke metabolisme
anaerobik, hal mangakibatkan pembentukan asam laktak dan berkembangnya
asidosis metabolik. Bila syoknya berkempanjangan dan penyampaian substrat
untuk pembentukan ATP (adenosine triphosphat) gradietnya elektrik normal
hilang. Pembengkakan retikulum endoplasmik merupakan cedera
mitokondrial. Lisosom pecah dan melepaskan ensim yang mencernakan
struktur penumpukan kalsium intra selulur. Bilah peruses ini berjalan terus,

8
terjadilah cedera seluler yang progresif, penambahan edema jaringan dan
kematian sel. Proses ini memperberat dampak kehilangan darah dan
hipoperfusi.
Sewaktu tulang pendarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan
kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga
mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah
fraktur. Sel sel darah putih dan sel mast berakumulasi sehingga menyebabkan
penigkatan aliran darah ketempat tersebut. Fagositosis dan pembersian sisa-
sisa sel mati dimulai. Dimulai patah terbentuk fibrin(hematoma fraktur) dan
berfungsi sebagai jala jala untuk melakukan aktifitas osteoblast terngsang dan
terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi
dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentukan tulang
sejati.
Insufisiensi pembeuluh darah atau penekana serabut yang berkaitan
dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah
ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer.bila tidak terkontrol
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi
darah total dapat berakibat anoksia jaringan yang mengakibatkan rusaknya
serabut saraf maupun jaringan otot.

9
Gambar 3. Penyimpanaan KDM Fraktur Femur
Trauma fisik / Osteoporosis,
Tumor,penumbukkan tulang

Gaya pegas menahan tekanan

Trauma Femur

Terputusnya kontinitas jaringan

Periosteum membungkus tulang rusak

Respon system saraf terhadap nyeri Pergeseran tulang Kerusakan jaringan saraf Ketidak tahuan
Perdarahan
tentang fraktur

Pelepasan zat bradikinin, histamine Metabolisme Deformitas Luka / odema


Hematoma di medulla anaerobik terganggu
dan prostagladin
Kurangnya
Pembentukan Penurunan kemampauan otot informasi
Nekrosis
Nyeri dipersepsikan ATP(adenosine Kerusakan jaringan
triphosphat) hilang lunak
Keterbatasan fisik
Respon inflamasi
Nyeri Kurangnya
pengetahuan
Peroduksi energi kurang Kerusakan
Ekstermitas tidak dapat berfungsi integritas kulit
Peningkatan leukosit
Intoleransi aktifitas Lemahnya pergerakan
Resiko infeksi Hambatan mobilitas fisik
14
G. Manifestasi Klinis

1 Manifestasi klinis menurut (Lukman & Nurna, 2009) sebagai berikut :


Menifestasi klinis fraktur femur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokasi dan perubahan
warna.
a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi.
b. Pergeseran fragmen pada fraktur menyebabkan deformitas.
Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.
c. Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan tulang yang
sebenarnya, karena kotraksi otot yang melekat di atas dan bawah
tempat fraktur sering melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm(1-2
inchi).
d. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan yang lain.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokasi pada fraktur terjadi
sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

H. Komplikasi

1 Komplikasi fraktur menurut (Rasjad, 2009)


a. Komplikasi fraktur pada organ
1) Komplikasi pada kulit.
a) Lesi akibat penekanan.
b) Ulserasi akibat dekubitus.
c) Ulserasi akibat pemasangan gips.
2) Komplikasi pada pembuluh darah.
a) Ulserasi akibat pemasangan gips.
b) Lesi akibat traksi dan penekanan.
c) Iskemik volkman.

15
d) Gangrene.
3) Komplikasi pada saraf.
a) Lesi akibat traksi dan penekanan.
4) Komplikasi pada sendi.
a) Infeksi (arthritis septik) akibat operasi terbuka pada trauma
tertutup.
5) Komplikasi pada tulang
a) Infeksi akibat operasi terbuka pada trauma tertutup
(osteomielitis).
b) Komplikasi pada lempeng epifisis dan epifisis pada fraktur
anak-anak.
2 Komplikasi fraktur menurut (Muttaqin, 2008)
a. (Komplikasi dini). Komplikasi yang terjadi pada klien fraktur diafisis
adalah
1) Syok
2) Emboli lemak
3) Trauma pembulu darah besar
4) Trauma saraf
5) Trombo-emboli
6) Infeksi
b. (Komplikasi lanjut). Komplikasi yang sering terjadi pada klien fraktur
diafisis femur adalah
1) Delayed union
2) Non-union
3) Mal-union
4) Kaku sendi lutut
5) Refraktur.
3 Kompilikasi fraktur menurut (Clevo, 2012)
a. Trauma saraf
b. Trauma pembuluh darah
Indikasi iskhemia post trauma : pain, pulseless, parasthesia, pale,
paralise - kompartemen syndrome : kumpulan gejala yang terjadi

16
karena kerusakan akibat trauma dalam jangka waktu 6 jam pertama,
kalau tidak di bersihkan maka sampai terjadi nekrosis sehingga bisa
diamputasi.
c. Komplikaasi tulang
1) Delayed union : penyatuan tulang lambat
2) Non_union (tidak bisa menyambung)
3) Mal_union (salah sambung)
4) Kekakuan sendi
5) Nekrosis vaskuler
6) Osteoarthritis
7) Reflek simpatik distrofi
d. Stress pasca trumatik
e. Dapat timbul emboli lemak setelah patah tulang, terutama tulang
panjang

I. Penatalaksanaan

1 Penatalaksanaan kedaruratan menurut (Lukman & Nurna, 2009) sebagai


berikut:
a. Jalan napas
Untuk mengatasi keadan ini, penderita di miringkan sampai tengkurap.
Mandibula dan lidah di tarik ke depan dan bersihkan faring dengan
jari-jari.
b. Perdarahan pada luka
Cara paling efektif dan paling aman adalah dengan meletakkan kain
yang bersih (kalau bisa steril) yang cukup tebal dan dilakukan
penekanan dengan tangan atau dibalut dengan verban yang cukup
menekan.
c. Syok.
Syok bisa terjadi apa bila orang kehilangan darahnya kurang lebih 30%
dari volume darahnya. Untuk mengatasi syok karena pendarahan
diberikan darah (tranfusi darah).

17
d. Fraktur
Fraktur femur dapat dipakai Thomas splint atau papan panjang
dipasang dari aksila sampai pedis dan difiksasi tungkai disebelah yang
normal.
2 Pengobatan menurut (Sugeng & Weni, 2012) adalah sebagai berikut:
a. Fraktur Reduction:
1) Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek
2) Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka
panjang
b. Fraktur Immobilisasi
1) Pembalutan (gips)
2) Eksternal fiksasi
3) Internal fiksasi
c. Fraksi Terbuka
1) Pembedahan debridemant dan irigrasi
2) Terapi antibiotik
3) Immobilisasi

J. Pemeriksaan diagnostik

Pemerikasaan diagnostik menurut (Lukman & Nurna, 2009)


1 Pemeriksaan Rontgen: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma dan jenis
fraktur.
2 Scan tulang, tomogram, CT scan/MRI: memperlihatkan tingkat keparahan
fraktur, juga dapat untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3 Atreiogram: dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vascular.
4 Hitung darah lengkap: Hematokrit mungkin menigkat (hemokonsentrasi)
atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
multiple trauma).
5 Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6 Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilagan darah, tranfusi
multipel atau cederah hati.

18
K. Asuhan Keperawatan

1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh. (Sugeng & Weni, 2012)
a. Anamnesia
1) Identitas klien.
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor register, tanggal, jam masuk rumah sakit
dan diagnosis medis.
2) Keluhan utama
Alasan klien masuk rumah sakit dengan masalah yang muncul dan
dirasakan (nyeri/pembengkakan)
3) Riwayat penyakit sekarang.
Kaji kronologi terjadi trauma, yang menyebabkan patah tulang
paha, pertolongan apa yang telah didapatkan dan apakah sudah
berobat ke dukun patah.
4) Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit
menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit
menyambung.
5) Riwayat penyakit keluarga.
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tualang paha
adalah faktor predisposisi seperti osteoporosis.
6) Pengkajian 11 Pola Gordon:
a) Riwayat Pola Kesehatan dan Managemen Kesehatan
Bagaimana persepsi kesehatan pasien tentang kesehatan umum
dan bagaimana mengatur kesehatan.
b) Pola Pemenuhan Nutrisi Metabolik
Apakah klien mengalami mual muntah.
c) Pola Eliminasi
Apakah klien mengalami penurunan frekuensi BAB akibat

19
penurunan motilitas usus. Bagaimana pola BAK pada klien dan
apakah klien terpasang kateter.
d) Pola Aktivitas dan Latihan
Apakah terjadi penurunan pola dan frekuensi pernapasan akibat
nyeri, penurunan ekspansi paru sehingga menggangu aktivitas
klien.
e) Pola Tidur dan Istirahat
Apakah klien mengalami gangguan tidur dan istirahat selama
24 jam. Bagaimana kualitas dan kuantitas klien.
f) Polah Kognitif-Sensori
Keadekuatan alat sensori dan kemampuan fungsional kognitif
penurunan fungsi dapat dijumpai karena efek anestesi spinal
dan kurangnya pemahaman dan pemberian informasi atau
sumber-sumber informasi.
g) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Bagaimana sikap klien mengenai dirinya, persepsi diri tentang
citra tubuh.
h) Pola Peran dan Hubungan
Bagaimana persepsi klien tentang peran yang utama dan
tanggung jawab dalam situasi kehidupan sekarang.
i) Pola seksualitas dan Reproduksi
Apakah klien mangalami gangguan seksualitas.
j) Pola Koping dan Intoleransi Stress
Bagaimana pola koping umum dan efektif pada toleransi
terhadap stress sistem pendukung dan kemampuan yang
dirasakan untuk mengendalikan dan mengubah situasi.
k) Pola Nilai dan Kepercayaan
Biasanya aktivitas ibadah klien terganggu akibat keterbatasan
aktivitas, kelemahan, nyeri luka dan patah tulang.
b. Pemeriksaan fisik menurut (Muttaqin, 2008)sebagai berikut:
1) Keadaan umum.
Kaji kesadaran klien (kompos mentis, somnolen, apatis, sopor dan

20
koma), keadan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang dan berat)
dan Tanda Tanda Vital.
2) B1 (Breating).
Kaji frekuensi pernapasan
3) B2 (blood).
Inspeksi: frekuensi pernafasan, palpasi: nadi dan auskultasi: suara
S1 dan S2.
4) B3 (Brain)
a) Tingkat kesadaran, biasanya kompos mentis.
(1) Kepala: sefalik, simetris, tidak ada penonjolan,
(2) Leher: simetris, tidak ada penonjolan, refleks menelan ada.
(3) Wajah: simetris, tidak ada lesi dan edema.
(4) Mata: kaji konjungtiva anemis atau tidak.
(5) Telinga :tes bisik (tingkat kepekaan pendengaran), tidak ada
lesi dan nyeri tekan.
(6) Hidung: tidak ada deformitas.
(7) mulut dan faring: tidak ada pembesaran tonsil dan mukosa
mulut tidak pucat.
b) Pemeriksan fungsi selebral.
Observasi penampilan dan tingkah laku klien.
c) Pemeriksaan saraf cranial.
Kaji fungsi indra penglihatan, pendengaran dan pengecap
d) Pemeriksaan reflex.
Kaji refleks-refleks patologis
e) Pemerisaan sensorik.
Kaji daya raba klien terutama di bagian fraktur, (berkurang)
5) B4 (Bladder).
Kaji keadan urine yang meliputi warna, jumlah dan karakteristik.
6) B5 (Bowel).
Inspeksi abdomen:bentuk dasar, palpasi: turgor baik, perkusi: suara
timpani dan auskultasi: peristaltik usus.

21
7) B6 (Bone)
Kaji perdarahan.
8) Look
Kaji bentuk luka, warna luka dan bengkak pada daerah paha.
9) Feel.
Kaji tingkat nyeri tekan (tenderness) dan krepitasi pada daerah
paha.
2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
(Sugeng & Weni, 2012).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada fraktur femur menurut (Sugeng
& Weni, 2012) adalah
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan
fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat
traksi/immobilisasi, stress, ansietas.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan dispnea,
kelemahan/keletihan, ketidak adekuatan oksigen, ansietas dan
gangguan pola tidur.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan
status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan
oleh terdapat luka/ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor
kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak
nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas dan
penurunan kekuatan/tahanan.
e. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respon
inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan,
luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang
terpanjan/mengingat salah interpretasi informasi.

22
3 Intervensi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan.
a. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak
menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual
atau pontensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan; awitan
yang tiba-tiba atau perlahan dari di antisipasi atau dapat diramalkan
dan durasinya kurang dari enam bulan.
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan
fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat
traksi/immobilisasi, stress, ansietas.
2) Tujuan : Nyeri dapat berkurang atau hilang.
3) Kriteria Hasil :
a) Nyeri berkurang atau hilang.
b) Klien tampak tenang.
Tabel 1. Intervensi dan Rasional 1

Intervensi Rasional

1. Lakukan pendekatan pada klien 1. Hubungan yang baik membuat


dan keluarga. klien dan keluarga kooperatif.
2. Kaji tingkat intensitas dan 2. Tingkat intensitas nyeri dan
frekwensi nyeri. frekwensi menunjukkan skalah
nyeri.
3. Memberikan penjelasan akan
3. Jelaskan pada klien penyebab
menambah pengetahuan klien
dari nyeri.
tentang nyeri.
4. Untuk mengetahui
4. Observasi tanda-tanda vital. perkembangan klien.
5. Merupakan tindakan dependent
perawat, dimana analgetik
5. Melakukan kolaborasi dengan
berfungsi untuk memblok
tim medis dalam pemberian
sitimulasi nyeri.
analgetik.

(Sugeng & Weni, 2012)

23
b. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaan seorang individu yang tidak
cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau
memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
1) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan dispnea,
kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan oksigen, ansietas dan
gangguan pola tidur.
2) Tujuan : Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
3) Kriteria hasil :
a) Prilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
diri
b) Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa
aktivitas tanpa dibantu.
c) Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainnya baik.
Tabel 2. Intervensi dan Rasional 2

Intervensi Rasional

1. Rencanakan periode istirahat 1. Mengurangi aktivitas yang


yang cukup. tidak diperlukan, dan energi
terkumpul digunakan untuk
aktivitas seperlunya secara
optimal.
2. Tahapan-tahapan yang
diberikan membantu proses
2. Berikan latihan aktivitas secara
aktivitas secara perlahan
bertahap.
dengan menghemat tenaga
namun tujuan yang tepat,
mobilisasi dini.
3. Mengurangi pemakaian energi
sampai kekuatan pasien pulih
kembali.
4. Menjaga kemungkinan adanya
3. Bantu pasien dalam memenuhi
respon abnormal dari tubuh
kebutuhan sesuai kebutuhan.
sebagi akibat dari latihan.

4. Setelah latihan dan aktivitas


kaji respon pasien.
(Sugeng & Weni, 2012)

24
c. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang
mengalami perubahan secara tidak diinginkan.
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan
status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi
dibuktikan oleh terdapat luka/ulserasi, kelemahan, penurunan berat
badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
2) Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai
3) Kriteria Hasil :
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
b) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
c) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat di toleransi.
Tabel 3. Intervensi dan Rasional 3

Intervensi Rasional

1. Kaji kulit dan identifikasi pada 1. Mengetahui sejauh mana


tahap perkembangan luka. perkembangan luka
mempermudah dalam
melakukan tindakan yang tepat.
2. Menidentifikasi tingkat
2. Kaji lokasi, ukuran, warnah, keparahan luka akan
bau, serta jumlah dan tipe cairan mempermudah intervensi
luka. 3. Suhu tubuh yang meningkat
3. Pantau peningkatan suhu tubuh. dapat diidentifikasikan sabagai
adanya proses peradangan.
4. Tehnik aseptik membantu
mempercepat penyembuhan
4. Berikan perawatan luka dengan luka dan mencegah terjadinya
tehnik aseptik. Balut luka infeksi.
dengan kasa kering dan steril, 5. Agar benda asing atau jaringan
gunakan plester kertas. yang terinfeksi tidak menyebar
5. Jika pemulihan tidak terjadi luas pada area kulit normal
kolaborasi tindakan lanjutkan, lainnya.
misalnya debridement. 6. Balutan dapat diganti satu atau
dua kali sehari tergantung
kondisi parah/tidaknya luka,
6. Setelah debridement, ganti

25
Intervensi Rasional

balutan sesuai kebutuhan. agar tidak terjadi infeksi.


7. Antibiotik berguna untuk
mematikan mikroorganisme
pathogen pada derah yang
7. Kolaborasi pemberian antibiotik beresiko terjadi infeksi.
sesuai dengan indikasi.

(Sugeng & Weni, 2012)


d. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam
kemandirian, perggerakan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu
ekstremitas atau lebih.
1) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak
nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas,
dan penurunan kekuatan/tahanan.
2) Tujuhan : Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
3) Kriteria hasil :
d) Penampilan yang seimbang
e) Melakukan pergerakkan dan perpindahan
f) Mempertahankan mobilitas optimal yang dapat ditoleransi,
dengan karakteristik:
0= mandiri penuh.
1= memerlukan alat bantu.
2=memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan,
pengawasan, pengajaran.
3=membutukan bantuan dari orang lain dan alat bantu.
4=ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
Tabel 4. Intervensi dan Rasional 4

Intervensi Rasional

26
Intervensi Rasional

1. Kaji kebutuhan akan 1. Mengidentifikasi masalah,


pelayanan kesehatan dan memudahkan intervensi.
kebutuhan akan peralatan.
2. Tentukan tingkat motivasi
2. Mempengaruhi penilaian terhadap
pasien dalam melakukan
kemampuan aktivitas apakah
aktivitas.
karena ketidak mampuan ataukah
ketidakmauan.
3. Anjurkan dan pantau pasien 3. Menilai batasan kemampuan
dalam hal penggunaan alat aktivitas optimal.
bantu.
4. Anjurkan dan dukung pasien
4. Mempertahankan/meningkatkan
dalam latihan ROM aktif dan
kekuatan dan ketahanan otot.
pasif.
5. Kolaborasi dengan ahli
terapi fisik atau okupasi. 5. Sebagai suatu sumber untuk
mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan
mobilitas pasien.
(Sugeng & Weni, 2012)

e. Risiko infeksi adalah ancaman akan status kesehatan pada penderita


1) Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur
invasif dan keruskan kulit.
2) Tujuhan : infeksi tidak terjadi/terkontrol.
3) Kriteria hasil :
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
b) Lika bersih tidak lembab dan tidak kotor.
c) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tabel 5. Intervensi dan Rasional 5

Intervensi Rasional

27
1. Pantau tanda-tanda vital. 1. Mengindentifikasi tanda-tanda
peradangan terutama bila suhu
tubuh meningkat.
2. Mengendalikan penyebaran
2. Lakukan perawatan luka dengan mikroorganisme pathogen.
teknik aseptik. 3. Untuk mengurangi resiko
3. Lakukan perawatan terhadap infeksi nosokominal.
prosedur inpasif seperti infuse,
kateter, drainase luka, dll
4. Penurunaan HB dan
4. Jika ditemukan tanda infeksi
peningkatan jumlah leukosit
kolaborasi untuk pemeriksaan
dari normal bias terjadi akibat
darah, seperti HB dan leukosit.
terjadinya proses infeksi.
5. Antibiotik mencegah
5. Kolaborasi untuk pemberian perkembangan mikroorganisme
antibiotik. pathogen.
(Sugeng & Weni, 2012)

f. Kurang pengetahuan adalah informasi yang kurang lengkap atau ilmu


yang terbatas
1) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang
terpanjan/mengigat, salah interpretasi informasi.
2) Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek
prosedur dan proses pengobatan.
3) Kriteria hasil :
a) Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan
dari suatu tindakan.
b) Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta
dalam regimen perawatan.
Tabel 6. Intervensi dan Rasional 6

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1. Mengetahui seberapa jauh


dan keluarga tentang pengalaman dan pengetahuan
penyakitnya. klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
2. Dengan mengetahui penyakit
2. Berikan penjelasan pada klien
dan kondisinya sekarang, klien
tentang penyakitnya dan
dan keluarganya akan merasa
kondisinya sekarang.
tenang dan mengurangi rasa

28
cemas.
3. Diet dan pola makana yang
tepat membantu proses
3. Anjurkan klien dan keluarga penyembuhan.
untuk memperhatikan diet 4. Mengetahui seberapa jauh
makanannya. pemahaman klien dan keluarga
4. Minta klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
mengulangi kembali tentang tindakan yang dilakukan.
materi yang telah diberikan.
(Sugeng & Weni, 2012)

4 Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Intervensi dan
Implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan fraktur femur
menurut. (Sugeng & Weni, 2012) adalah

5 Evaluasi
Evaluasi menurut (Sugeng & Weni, 2012) adalah sebagai berikut :
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan fraktur adalah:


a. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
b. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
c. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
d. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
e. Infeksi tidak terjadi/terkontrol
f. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan
pengobatan.

29
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1 Indentitas klien
a. Nama : Tn. J W
b. TTL/Umur : Tondano, 22 Agustus 1977 / 36 Thn
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Sasaran Kec. Tondano Barat
e. Agama : Kristen Protestan
f. Pendidikan : SMP
g. Pekerjaan : Petani
h. Suku / Bangsa : Minahasa / Indonesia
i. Diagnosa : Fraktur Femur Dextra 1/3 Proximal
Tertutup
j. No.Rekam Medik : 14 64 78
k. Tanggal/Jam MRS : 11 April 2014 / 17.37 WITA
l. Tanggal/Jam pengkajian : 14 April 2014 / 09.00 WITA

2 Identitas penanggung jawab


a. Nama : Ny. G P
b. TTL/Umur : Tomohon, 11 September 1979 / 34 Thn
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Alamat : Sasaran Kec. Tondano Barat
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : IRT
g. Suku/Bangsa : Minahasa / Indonesia
h. Hubungan : Isteri

30
3 Genogram

Keterngan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal Dunia

: Klien

: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah

4 Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama / masuk rumah sakit (MRS)
Nyeri.
b. Riwayat Keluhan Utama
- Nyeri dan bengkak pada bagian paha kanan dirasakan klien 1 jam
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya klien dalam perjalanan pulang
dari kebun menggunakan kendaraan beroda dua tiba-tiba klien di
tabrak kendaraan beroda dua lainnya, klien jatuh dan tersungkur.
Saat kejadian berlangsung klien tidak pingsan tidak merasa mual dan

31
tidak muntah. Kemudian klien dibawa ke BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado pada tanggal 11 April 2014 pukul 17.37 Wita
- Pengkajian P, Q, R, S, T :
P : Akibat tertabrak kendaran beroda dua
Q :Seperti di tusuk-tusuk
R : Femur dextra
S : Intensitas skala nyeri 5-6/10 (skala sedang).
T : Nyeri hilang timbul, lamanya nyeri 1-2 menit apabila klin
bergerak.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Saat dikaji pada tanggal 14 April 2014 pada pukul 09.00 Wita klien
terbaring ditempat tidur, dengan keadaan umum cukup baik, kesadaran
kompos mentis, terpasang Gips dan skin traksi dengan berat 5 kg.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit serius dan harus
dirawat dirumah sakit.
5 Riwayat kesehatan keluarga
Pada saat dikaji klien mengatakan bahwa dalam keluarganya mempunyai
penyakit hipertensi, dan tidak mempunyai penyakit diabetes militus
6 Riwayat psikososial
Klien tampak cemas akan kondisinya dimana dia tidak dapat beraktifitas
untuk mencari nafkah dan harus melunasi adminstrasi pengobatan selama
dirumah sakit. Setelah melakukan pengobatan di rumah sakit klien
mengharapkan agar bisa sembuh.
7 Riwayat spiritual
Klien dan keluarganya beragama Kristen Protestan. Setiap hari minggu
klien dan keluarga beribadah di gedung gereja dan aktif dalam ibadah
rayon/kolom. Setelah mengalami kecelakaan semua kegiatan hanya
dilakukan ditempat tidur seperti beribadah dan berdoa bersama keluarga.
8 Pola fungsi kesehatan (11 pola Gordon)
a. Pola persepsi dan penanganan kesehatan

32
1) Sebelum sakit :
klien mengatakan kalau anggota keluarganya ada yang sakit
langsung dibawah di klinik kesehatan terdekat.
2) Saat dikaji :
a) Data subjektif : klien mengatakan takut terjadi kecacatan akan
dirinya dan harus menjalani pengobatan kesehatan.
b) Data objektif : wajah klien tampak gelisa dan murung akan
kondisinya
b. Pola nutrisi dan metabolik
1) Sebelum sakit : klien mengatakan selera makan dan minum baik
dengan menu nasi, ikan, sayur dan air putih dengan frekunsi makan
3 x sehari dan minum 1500 cc/hari. Makanan yang disukai adalah
bubur Manado
2) Saat sakit :
a) Data subjektif : klien mengatakan selera makan dan minum
baik dengan menu nasi, ikan, sayur dan air putih dengan
frekuensi makan 3 x sehari. Makanan yang disukai adalah
bubur manado.
b) Data objektif : porsi makan dihabiskan dan minum 1500 cc/hari
juga terpasang IVFD RL 20gtt/m
c. Pola eliminasi
1) Sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1 x sehari dengan
konsistensi lembek warna feses kuning dan BAK 4-5 x sehari
dengan warna putih keruh
2) Saat dikaji
a) Data subjektif : klien mengatakan BAB 1 x sehari dan BAK 4-5
x sehari
b) Data objektif : klien terlihat BAB menggunakan pispot dengan
konsistensi lembek, warna feses kuning, bau busuk menyengat
dan BAK mengunakan pispot dengan warna kuning
d. Pola aktifitas dan latihan
1) Sebelum sakit : klien mengatakan aktivitas sehari-harinya adalah

33
sebagai seorang petani dan sering berolahraga misalnya olahraga
bulu tangkis. Selain itu klien bertugas sebagai petugas keamanan
lingkungan.
2) Saat sakit :
a) Data subjektif : klien mengatakan tidak bisa mengerakkan
kakinya sehingga klien tidak dapat beraktivitas seperti biasanya
akibat terjadinya patah tulang paha.
b) Data objektif : Klien tampak terbaring dengann posisi semi
fowler. Dan aktivitasnya dibantu keluarga dan perawat dengan
skala 3 (aktivitas dibantu perawat dan keluarga)
Skala aktifitas
0 : Mandiri
1 : Bantuan dengan alat
2 : Bantuan orang
3 : Bantuan orang dan alat
4 : Bantuan penuh
e. Pola tidur dan istirahat
1) Sebelum sakit : klien mengatakan apabila tidak ke kebun, klien
tidur siang biasanya dari jam 13.00-15.00 Wita (2 jam) dan saat
istirahat malam dari jam 22.00-06.00 Wita (8jam) total istirahat
sehari 10 jam.
2) Saat dikaji :
a) Data subjektif : klien mengatakan tidur siang dari jam 12.00-
15.00 Wita (3 jam) dan tidur malam dari jam 21.00-07.30 Wita
(10 jam 30 menit) total istirahat sehari 13 jam 30 menit)
b) Data objektif : klien dapat tidur dengan tenang siang maupun
malam.
f. Pola kognitif perceptual
1) Sebelum sakit : klien mengatakan daya ingat / kongnitif tidak
mengalami gangguan apapun, klien berbicara dengan
mengguanakan bahasa Indonesia/manado.
2) Saat dikaji :

34
a) Data subjektif : klien mengatakan daya raba klien berkurang
pada bagian kaki paha kanan dan timbul nyeri di bagian
tersebut akibat patah tulang.
b) Data objektif : klien tampak meringis kesakitan apabila nyeri
timbul saat klien bergerak.
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Sebelum sakit : klien mengatakan bahwa ia mensyukuri hikmat
yang diberikan Tuhan kepadanya, berupa kondisi yang utuh tanpa
cacat.
2) Saat dikaji :
a) Data subjektif : klien mengatakan timbul ketakutan terjadinya
kecacatan akibat fraktur yang di alaminya
b) Data objektif : klien tampak cemas dengan skala ringan.
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
1) Sebelum sakit : klien mengatakan perannya sebagai kepala
keluarga dan hubungan dengan masyarakat sekitarnya baik. Selain
itu klien berperan sebagai petugas keamanan lingkungan.
2) Saat dikaji :
a) Data subjektif : klien mengatakan tidak ada masalah hubungan
antara sesama klien dan perawat di ruangan irina A-Atas.
b) Data objektif : klien tampak ramah kepada perawat dan pasien
lain. Untuk peran klien tidak bisa melaksanakan perannya
sebagai kepala keluarga dan perannya sebagai pasien, klien
bersikap koopratif terhadap tindakan keperawatan.
i. Pola reproduksi dan seksualitas
1) Sebelum sakit : klien mengatakan melakukan tugas sebagai suami
dengan baik dan memiliki 1 orang anak
2) Saat dikaji :
a) Data subjektif : klien mengatakan tidak dapat melakukan tugas
sebagai suami dengan baik akibat fraktur femur dan harus
dirawat di rumah sakit
b) Data objektif : pakaian dalam yang di gunakan selalu diganti

35
sehingga alat reproduksi klien bersih dan terjaga dengan baik.
j. Pola koping dan management stress
1) Sebelum sakit : klien mengatakan dapat mengatasi stress dengan
membicarakan bersama-sama dengan keluarga tentang masalah
yang dialami dan mencari jalan keluarnya
2) Saat dikaji :
a) Data subjektif : klien mengatakan timbul rasa cemas akan
keadaan dirinya yaitu ketakutan timbul kecacatan pada diri dan
fungsi tubuh
b) Data objektif : klien terlihat sedih dan bertanya-tanya akan
kondisi dan situasinya
k. Pola system kepercayaan
1) Sebelum sakit : klien mengatakan setiap hari minggu klien dan
keluarga beribadah di gedung gereja dan mengikuti ibadah rayon
2) Saat dikaji :
a) Data subjektif : klien mengatakan dia hanya berdoa dan
membaca alkitab di tempat tidur
b) Dat objektif : klien tampak beribadah dengan teman-teman dan
keluarga ketika dijenguk
9 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : cukup baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital : TD : 120/90 mmHg
N : 92x/menit
R : 24x/menit
SB : 37,50c
d. GCS : 15
Eye :4
Motorik :6
Verbal :5
e. Tinggi badan : 168 cm
f. Berat badan : 67 kg

36
g. Kepalah dan wajah
1) Inspeksi : kepalah bulat lonjong dan simetris kiri dan kanan.
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan.
h. Mata
1) Inspeksi : konjungtiva tidak anemis
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i. Hidung
1) Inspeksi : tidak ada polip, tidak ada secret dan penciuman
normal
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
j. Telinga
1) Inspeksi : tidak ada serumen
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3) Auskultasi : pendengaran baik dengan teknik tes bisik
k. Mulut : kemampuan mengunyah baik, menelan dan
mengecap juga baik. Bibir berwarna merah,
lembab, simetris, tidak ada lesi. Lidah tidak ada
beslag dan gigi lengkap, tidak ada karies.
l. Faring : tidak ada lesi dan tidak ada nyeri menelan.
m. Leher
1) Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada edema
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
n. Paru-paru
1) Inspeksi : simetris kiri dan kanan
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa
3) Perkusi : terdengar suara perkusi sonor
4) Auskultasi : suara nafas vesikuler dan tidak ada suara tambahan
o. Abdomen
1) Inspeksi : bentuk perut datar
2) Auskultasi : aktifitas peristaltik usus 15x/menit
3) Perkusi : tidak ada massa dalam perut

37
4) Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada tanda-tanda
adanya hepatomegali
p. Kardio vaskuler
1) Palpasi : nadi 92x/menit
2) Auskultasi : bunyi jantung normal dan tidak ada suara
tambahan seperti suara roncih dan wheezing
q. Kulit : akral hangat, turgor kulit kembali cepat dan tidak
ada odema
r. Kuku : CRT kurang dari 2 detik dan bersih
s. Rambut : penyebaran merata dan tekstur halus
t. Kulit kepala : tidak ada benjolan dan bersih
u. Ekstermitas atas dan bawah
1) Ekstermitas Atas
a) Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak lesi, tidak ada
pembengkakan dan benjolan
b) Palpasi : akral hangat dan tidak ada nyeri tekan
2) Ekstremitas Bawah
a) Inspeksi : pada ekstremitas dextra terdapat edema
(bengkak), hilangnya fungsi tubuh, perubahan
warnah kemerahan dan pada ekstremitas sinistra
tidak ada edema, tidak ada lesi dan tidak ada
kekakuan pada kaki.
b) Palpasi : pada ekstremitas dextra terdapat nyeri tekan,
akral hangat, terpasang skin traksi dengan beban 5
Kg dan pada ekstremitas sinistra tidak ada nyeri
tekan.
v. Genetalia dan Anus
1) Inspeksi : bersih dan tidak ada edema.

38
10 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 12 April 2014
Tabel 7. Hasil pemeriksaan laboratorium
Jenis pemerikasaan Hasil Normal Satuan Interprestasi

Leokosit 12.500 4.000-10.000 x10³/L High


Eritrosit 3.72 4.25-5.40 x10³/L Low
Hemoglobin 11.0 12.0-16.0 g/dl Low
Hematokrit 30.7 37.0-47.0 % Low
Trombosit 195 150-450 x10³/L Normal

b. Foto rontgen
Foto rontgen pada tanggal 11 April 2014 menunjukan adanya fraktur
femur dextra 1/3 proksimal tertutup dengan jenis fraktur Transfersal.

11 Therapi pengobatan tanggal 14 April 2014


a. Ceftriaxon (cephalosporin)
1) Indikasi:
digunakan untuk infeksi-infeksi oleh mikroorganisme.
2) Efek samping :
pada pasien yang riwayat alergi terhadap golongan cephalosporin.
3) Dosisi :
1 gr
4) Aturan pakai :
3 x1 IV
b. Ranitidine (ranitidine hydrochloride)
1) Indikasi :
digunakan untuk pengobatan lambung dan duodenum akut.
2) Efek samping :
konstipasi, pusing dan sakit perut.
3) Dosisi :
1 ampul
4) Aturan pakai:

39
2 x 1 IV
c. Ketorolac
1) Indikasi :
nyeri hebat dan nyeri akut.
2) Efek samping:
iritasi lambung dan reaksi alergi kulit
3) Dosisi :
1 ampul
4) Aturan pakai :
3 x 1 IV
d. IVFD RL
1) Indikasi :
pemenuhan cairan elektrolit dan nutrisi
2) Efek samping :
respon alergi terhadap kulit
3) Dosis :
20 gtt/menit

12 Klasifikasi data
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan adanya nyeri seperti ditusuk-tusuk pada paha
sebelah kanan dan nyeri dirasakan selama 1-2 menit apabila klien
bergerak.
2) Klien mengatakan tidak bisa mengerakan kakinya sehingga klien
tidak dapat beraktivitas seperti biasanya akibat terjadinya patah
tulang paha.
3) Klien mengatakan timbul rasa cemas akan keadaan dirinya yaitu
ketakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuh.
4) Klien mengatakan bengkak di paha sebelah kanan.
b. Data Objektif
1) Tanda tanda vital : TD : 120/90 mmHg
N : 92x/menit

40
R : 24x/menit
SB : 37,50c.
2) Pengkajian nyeri P, Q, R, S, T.
P : Akibat tertabrak kendaraan beroda dua
Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : Femur Dextra
S : Intensitas skala nyeri 5-6/10 (sedang)
T : Nyeri hilang timbul, selama 1-2 menit apabila klien
bergerak.
3) Ekspresi wajah klien tampak meringis.
4) Klien terbaring di tempat tidur.
5) Terpasang skin traksi pada paha sebelah kanan dengan berat beban
traksi 5 Kg.
6) Hasil foto rontgen tampak adanya fraktur femur dextra 1/3
proximal tertutup.
7) Adanya nyeri tekan pada kaki daerah paha kanan.
8) Aktifitas klien dibantu oleh perawat, keluarga dan alat dengan
skala aktifitas 3.
9) Hasil laboratorium leukosit 12.500x10³/L.
10) Klien bertanya-tanya akan kondisi dan situasinya.
11) Skala cemas ringan.
12) Adanya pembengkakan pada daerah paha kanan.

41
Gambar 4. Penyimpanan KDM Fraktur Femur pada Tn. J.W

Trauma fisik

Gaya pegas menahan tekanan

Trauma Femur

Terputusnya kontinitas jaringan

Periosteum membungkus tulang rusak

Perdarahan Respon system saraf terhadap nyeri Pergeseran tulang Ketidak tahuan
tentang fraktur

Deformitas
Hematoma di medulla
Pelepasan zat bradikinin, histamine
dan prostagladin Kurangnya
informasi
Nekrosis Penurunan
Nyeri dipersepsikan kemampuan otot
Kurangnya
Respon inflamasi pengetahuan
Nyeri
Keterbatasan fisik

Peningkatan leukosit Perubahan status kesehatan


Ekstermitas tidak dapat
Hambatan mobilitas fisik berfungsi
Resiko infeksi Mekanisme koping
Kecemasan
menurun
42
B. Analisa data

Tabel 8. Analisa Data


No. Data Penyebab Masalah
1. 1. Data Subjektif Trauma fisik, Nyeri
- Klien mengatakan adanya nyeri osteoporosis, tumor dan
seperti ditusuk-tusuk pada paha penumbukkan tulang
sebelah kanan dan nyeri
dirasakan selama 1-2 menit
apabila klien bergerak. Gaya pegas menahan
2. Data Objektif tekanan
- Tanda tanda vital :
TD: 120/90 mmHg
N : 92 x/menit Trauma femur
R : 24x/menit
SB: 37,50c.
- Nyeri tekan pada kaki daerah Terputusnya kontinitas
paha kanan. jaringan
- (P,Q,R,S,T) :
P : Akibat tertabrak kendaraan
beroda dua Periosteum membungkus
Q : Seperti di tusuk-tusuk tulang rusak
R : Femur Dextra
S : Intensitas skala nyeri 5-6
(sedang) Respon sistem saraf
T : Nyeri hilang timbul, selama terhadap nyeri
1-2 menit apabila klien
bergerak.
- Ekspresi wajah klien tampak Pelepasan zat bradikinin,
meringis. histamine dan
- Hasil foto rontgen tampak adanya prostaglandin
fraktur femur dextra 1/3 proximal
tertutup.

43
No. Data Penyebab Masalah
- Adanya pembengkakan pada Nyeri dipersepsikan
daerah paha kanan.

Nyeri
2. 1. Data Subjektif Trauma fisik, Hambatan
- Klien mengatakan tidak bisa osteoporosis, tumor dan mobilitas
mengerakan kakinya sehingga penumbukan tulang. fisik
klien tidak dapat beraktivitas
seperti biasanya akibat
terjadinya fraktur femur. Gaya pengas menahan
2. Data Objektif tekanan
- Klien terbaring di tempat tidur.
- Terpasang skin traksi pada paha
sebelah kanan dengan berat Trauma femur
beban traksi 5 Kg.
- Aktifitas klien dibantu oleh
perawat dan keluarga. Terputusnya kontinitas
- Skala aktifitas 3. jaringan
- Hasil foto rontgen tampak adanya
fraktur femur dextra 1/3 proximal
tertutup. Periosteum pembungkus
tulang rusak

Pergeseran tulang

Deformitas

Penurunan kemampuan

44
No. Data Penyebab Masalah
otot

Keterbatasan fisik

Ekstermitas tidak dapat


berfungsi

Hambatan mobilitas fisik


3. 1. Data Subjektif Trauma fisik, Kecemasan
- klien mengatakan timbul rasa osteoporosis, tumor dan
cemas akan keadaan dirinya penumbukan tulang
yaitu ketakutan timbul
kecacatan pada diri dan fungsi
tubuh. Gaya pengas menahan
2. Data Objektif tekanan
- Klien terbaring di tempat tidur
- Klien bertanya-tanya akan
kondisi dan situasinya. Trauma frmur
- Skalah kecemasan ringan

Terputusnya kontinitas
jaringan

Periosteum membungkus
tulang rusak

45
No. Data Penyebab Masalah
Ketidak tahuan tentang
fraktur

Kurangnya informasi

Kurangnya pengetahuan

Perubahan status
kesehatan

Mekanisme koping
menurun

Kecemasan
4. 1. Data Subjektif Trauma fisik, Resiko
- Klien mengatakan bengkak di osteoporosis, tumor dan infeksi
paha sebelah kanan. penumbukan tulang
2. Data Objektif
- Adanya pembengkakan pada
daerah paha kanan. Gaya pegas menahan
- Hasil laboratorium leukosit tekanan
12.500x10³/L.
3. Tanda-Tanda Vital :
- TD : 120/90 mmHg Trauma femur
- N : 92x/menit
- R : 24x/menit

46
No. Data Penyebab Masalah
- SB : 37,5ºc. Terputusnya kontinitas
4. Terpasang skin teraksi pada paha jaringan
sebelah kanan dengan berat beban
traksi 5 Kg.
Periosteum membungkus
tulang rusak

Pendarahan

Hematoma di medulla

Nekrosis

Respon inflamasi

Peningkatan leukosit

Resiko infeksi

C. Prioritas masalah

1 Nyeri berhubungnan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang.


2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskular
3 Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

47
4 Resiko infeksi berhubungan dengan pembengkakan ekstermitas bagian
bawah dextra.

48
D. Care Plan

Nama : Tn J W No.Rekam Medik : 14.64.78


Umur : 36 tahun Tanggal MRS : 11 April 2014
Jenis kelamin : Laki laki Diagnosa Medis : Fraktur Femur Dextra 1/3
` Proximal tertutup
Tabel 9. Care Plan
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
Tanggal 14 april 2014 Tanggal 14 april 2014
Jam 09.00 WITA Jam 13.00 WITA
1. Nyeri berhubungan Nyeri berkurang 1. Ukur tanda-tanda 1. Penentuan 1. Mengukur tanda–tanda S:
vital dalam tindakan/penatalak-
dengan terputusnya sampai hilang vital. klien mengatakan klien
melakukan tindakan sanaan keperawatan
kontinuitas jaringan setelah diberikan asuhan keperawatan selanjutnya. Hasil : masih mengeluh terasa
selanjutnya.
tulang, ditandai dengan: tindakan - TD: 120/90 mmHg nyeri pada paha kiri .
- N : 92x/menit
keperawatan
- R : 24x/menit
Data Subjektif: selama 3 hari - SB: 37,50C O:
- klien mengatakan dengan kriteria - Ekspresi wajah klien
adanya nyeri seperti di Jam 09.10 WITA masih tampak
hasil:
tusuk tusuk pada paha 2. Kaji tingkat nyeri meringis.
2. Nyeri merupakan 2. Mengkaji skala nyeri
sebelah kanan dan - Nyeri klien dengan skala nyeri - Skala nyeri 4-5/10

47
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
nyeri dirasakan selama berkurang 0-10 dan lokasi respon subjektif dan lokasi nyeri. (skala sedang).
1-2 menit setiap 10 hingga skala 1- nyeri. yang dapat dikaji - Masih adanya nyeri
Hasil :
menit. 2 (skala agak Skala nyeri : dengan tekan pada kaki
nyeri ). menggunakakn Nyeri akibat KLL daerah paha kanan.
0 = Tidak nyeri
- Ekspresi wajah skala nyeri dengan - Klien imobilisasi
rasanya seperti ditusuk-
klien tampak 1-2 = Agak nyeri demikian dapat dengan adanya skin
Data Objektif: rileks. menentukan tusuk nyeri dirasakan traksi.
3-4 = Nyeri ringan
- TTV dalam tindakan - TTV:
- Tanda tanda vital pada daerah paha kanan
batas normal : 5-6 = Nyeri sedang selanjutnya. TD: 120/90 mmHg
TD : 120/90 mmHg
TD : 120/80 (femur dextra), skala
7-9 = Nyeri berat N : 92x/menit
N : 92 x/menit
mmHg nyeri 5-6/10 (sedang),
10 = Nyeri tidak bisa R : 24x/menit
R : 24 x/menit
N : 80- klien tampak meringis
ditahan. SB: 37,50C
SB : 37,5°c
100x/menit dan dirasakan 1-2
- Nyeri tekan (+) pada
R : 20- 3. Agar mengurangi menit.
daerah trauma. A:
nyeri dan mencegah
- P,Q,R,S,T : 24x//menit
3. Pertahankan kesalahan posisi Masalah belum teratasi.
P : Akibat tertabrak
SB : 370C imobilisasi dapat tulang/tegangan Jam 09.25 WITA
kendaraan beroda mengurangi jaringan yang
3.Mempertahankan
penyebab nyeri cidera. P:
dua.
dengan tirah baring imobilisasi bagian yang
Lanjutkan intervensi
Q :Seperti di tusuk – dan traksi. Traksi
sakit dengan tirah
yang digunakan keperawatan 1, 2, 3, 4
tusuk.
adalah skin traksi baring dan traksi.

48
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
R :Femur Dextra dengan berat beban Hasil : dan 5.
5 Kg
S : Intensitas nyeri 5-6 Klien imobilisasi
(sedang) dengan adanya skin
T :Nyeri hilang timbul, 4. Untuk membantu traksi dan
4. Dorong penggunaan
mengurangi nyeri
lamanya nyeri 1–2 manajemen stress, memahaminya.
dan meningkatkan
agar dapat
menit dalam 10 rasa control dan
menguranggi salah
dapat
menit. satu penyebab nyeri
meningkatkan
seperti ajarkan
- Ekspresi wajah klien kemampuan koping Jam 09.35 WITA
teknik relaksasi
tampak meringis. dalam manajemen
(nafas dalam) 4. Mengajarkan teknik
- Hasil foto rontgen nyeri.
dengan menarik
tampak adanya relaksasi yaitu menarik
nafas dalam melalui
fraktur femur dextra
hidung dan nafas dalam melalui
1/3 proximal tertutup.
dihembuskan
- Adanya hidung dan
melalui mult
pembengkakan.
dihembuskan secara
perlahan melalui
5. Kolaborasi dalam mulut.
pemberian obat
5. Untuk menurunkan
analgesik sesuai
nyeri atau zat
indikasi (sesuai Hasil :
hitamin, bradikinin

49
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
instruksi dokter). dan protagadin Klien mengerti dan
Seperti obat
melakukannya.
ketorolac.

6. Lakukan pengukuran
tanda-tanda vital dan
Jam 11.30 WITA
respon klien terhadap
6. Untuk
pemberian obat 5. Melayani pemberian,
mengetahuirespon
analgetik
klien terhadap obat Injeksi ketorolac 1
intervensi
amp IV.
keperawatan yang
dilakukan sehingga
dapat menentukan
intervensi
selanjutnya.

Jam 12.00 WITA


6. Mengukur tanda-tanda
vital dan respon klien

50
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
terhaap pemberian obat
analgetik.
-Hasil:
TTV:
TD : 120/90 mmHG
N : 92x/menit
R : 24x/menit
SB : 37,5ºc.
-respon klien terhdap
nyeri terkontrol
dengan obat.
-Skala nyeri 4-5/10
(skala sedang).

51
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
Tanggal 14 april 2014 Tanggal 14 april 2014
Jam 09.30 WITA Jam 12.30 WITA
2. Hambatan mobilitas fisik Klien mampu 1.Kaji kemampuan 1. Untuk mengetahui 1. Mengkaji kemampuan S:
berhubunga dengan melaksanakan aktifitas yang dan aktifitas yang di klien mengatakan klien
kerusakan rangka aktivitas fisik disebabkan oleh mengidentifikasikan hasilkan oleh cedera/ masih sulit
neuromuskular, ditandai sesuai dengan cedera/pengobatan persepsi klien pengobatan. menggerakkan kaki
dengan: kemampuannya sepertia akibat ada tentang keterbatasan Hasil : kanannya.
setelah diberikan cedera dan traksi pada fisik aktual, Kemampuan aktivitas
Data Subjektif: tindakan kaki kanan sehingga memerlukan skala 3 yaitu aktivitas O:
- klien mengatakan keperawatan klien tidak dapat informasi/intervensi klien dibantu oleh - Klien masih
tidak bisa terbaring di tempat
selama 3 hari beraktifitas. untuk meningkatkan perawat dan keluarga
mengerakan kakinya tidur.
sehingga klien tidak dengan kriteria kemajuan kesehatan. dengan terpasang skin - Masih terpasang
dapat beraktifitas skin traksi pada
hasil: traksi.
seperti biasanya paha kanan klien.
akibat terjadi patah - Meningkatkan - Aktivitas masih
tulang paha. pertahanan dibantu keluarga dan
Jam 09.45 WITA
Data Objektif: fungsional perawat.
fisik. 2. Bantu klien dalam 2.Untuk meningkatkan 2. Membantu klien dalam - Skala kemampuan
- Klien terbaring di
- Tidak terjadi aktivitas 3.
tempat tidur. rentang gerak aliran darah ke otot melakukan latihan
kekakuan otot. - Klien melakukan

52
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
- Terpasang skin traksi - Aktivitas tidak pasif/aktif pada dan tulang untuk rentang gerak latihan rentang
pada paha sebelah dibantu gerak pasif/aktif
ekstremitas yang meningkatkan tonus pasif/aktif pada
kanan dengan berat keluarga dan dimulai dari
beban seberat 5 Kg. perawat. tidak sakit. otot, ekstremitas yang tidak ekstremitas yang
- Aktivitas klien tidak sakit.
mempertahankan sakit.\
dibantu oleh perawat
dan keluarganya. gerak sendi, Pasif: Dengan ekstensi,
A:
- Kemampuan aktivitas
mencegah fleksi, abduksi,
skala 3. Masalah belum teratasi.
- Hasil foto rontgen kontraktur/atrofi adduksi.
tampak adanya
dan resorpsi kalsium Aktif: Dengan
fraktur femur dextra P:
1/3 proximal tertutup. karena tidak menggerakkan jari-jari
Lanjutkan intervensi
digunakan. tangan dan kaki secara
keperawatan 1, 2 dan 3
bergantian.
Hasil :
Klien melakukan
gerakan fleksi dan
ekstensi pada daerah
ekstremitas yang tidak
sakit.

53
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional

Jam 10.50 WITA


3.Ubah posisi secara 3.Agar dapat 3. Mengubah posisi klien
periodik, dalam mencegah pada posisi semifowler.
waktu 2 jam secara komplikasi Hasil :
bergantian misalnya pernapasan/kulit Klien kooperatif saat
posisi fowler / seperti dekubitus. diberikan tindakan, dan
semifowler. klien ikut
melakukannya.
Jam 11.30 WITA
4.Jelaskan tentang 4. Dapat menambah 4. Menjelaskan pada
pentingnya pengetahuan klien klien tentang
mengubah posisi tentang pencegahan pentingnya mengubah
secara periodik. komplikasi posisi secara periodik.
Dimana posisi dapat pernapasan/kulit Hasil :
mencega terjadinya seperti dekubitus. Klien mengerti dan
dekubitus akibat menerapkanya.

54
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
kuarangnya suplay
O2 pada kulit.
Jam 11.45 WITA
5.Jelaskan kepada klien 5. Untuk mencegah 5. Menjelaskan kepada
aktivitas yang boleh kelelahan pada klien klien aktivitas yang
dilakukan oleh klien dan melatih klien boleh di lakukan oleh
seperti membaca dalam mempercepat klien seperti membaca
buku / koran dan proses buku dan menoton TV.
menonton siaran TV penyembuhan. Klien tidak dianjurkan
dan aktivitas yang melakukan kegiatan
tidak boleh dilakukan yang memperparah
seperti mengerakan keadaan klien seperti
otot paha kanan. mengerakan kaki pada
daerah paha kanan
Hasil :
klien mengerti dan
menerapkannya.

55
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional

Tanggal 14 april 2013 Tanggal 14 april 2014


Jam 10.15 WITA Jam 13.15 WITA
3. Kecemasan berhubungan Klien mengerti 1. Kaji faktor pemberat 1. Berikan dasar 1. Mengkaji harapan S:
dengan perubahan status dengan kondisi psikologis dan pengetahuan dimana yang akan datang. klien - Klien mengatakan
mengerti dengan
kesehatan, ditandai klien setelah harapan yang akan klien dapat membuat memiliki harapan yang
penjelasan yang
dengan: diberikan datang untuk pilihan informasi. besar mengenai diberikan.
penjelasan selama mengetahui tingkat kesembuhan klien akan
O:
Data Subjektif: 3 jam dengan kecemasan. tetapi belum
- Klien memahami
- .Klien mengatakan kriteria hasil: mengetahui kapan
dengan penjelasan
timbul rasa cemas
- Klien mengerti kondisinya akan yang diberikan.
akan keadaan dirinya
dengan - Klien tidak bingung
yaitu ketakutan membaik.
penjelasan lagi.
timbul kecacatan
yang - Klien tidak

56
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
pada diri dan fungsi diberikan. Hasil : bertanya–tanya lagi
tubuh - Klien tidak tentang kondisi nya.
Skala kecemasan 1-
tampak cemas - Skala cemas 0 (tidak
dan bingung. 2/10 (skala ringan) cemas)
Data Objektif:
- Klien tidak
- Klien terbaring di bertanya-
A:
tempat tidur tanya lagi Jam 10.25 WITA
- Klien bertanya- tentang Masalah teratasi.
2. Beri penjelasan 2. Dengan penjelasan 2.Memberikan
tanya akan kondisi kondisinya.
dan situasinya. - Skala tentang nyeri pada yang diberikan akan penjelasan tentang
- Skala kecemasan 2 kecemasan 0 P: -
kaki klien sehingga mempermudah klien penyebab nyeri.
(ringan) (tidak cemas)
diperoleh cara untuk dalam mengatasi Penyebab nyeri adalah
mengatasi nyeri klien, respons nyeri. pergerakan fragmen
seperti penyebab tulang, pemasangan
nyeri karena skin traksi.
pergeseran fragmen Hasil :
tualng. klien mengerti
penjelasan perawat.
Jam 10.45 WITA
3. Beri penjelasan 3. Dengan pemberian 3.Memberikan

57
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
tentang manfaat dari penjelasan, dapat penjelasan tentang
tindakan pemasangan menambah manfaat dari tindakan
skin traksi agar pengetahuan klien pemasangan skin traksi.
mencegah terjadinya tentang Manfaat skin traksi
deformitas. kondisinya. adalah untuk
menurunkan nyeri
spasme, mengoreksi
dan mencegah
deformitas, dan
mengimobilisasi daerah
yang sakit.
Hasil :
Klien mengerti tentang
manfaat skin traksi.

Jam 11.15 WITA


4. Beri penjelasan 4. Dengan pemberian 4.Memberikan

58
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
tentang berapa lama penjelasan, dapat penjelasan tentang
penyembuhan fraktur, menambah berapa lama
seperti proses pengetahuan klien penyembuhan fraktur.
penyembuhan fraktur tentang kondisinya. Proses penyembuhan
memerlukan waktu 1- fraktur femur kurang
2 bulan. lebih 1-2 bulan.
Hasil :
Klien mengerti tentang
keadaan dan kondisi
tentang proses
penyembuan

Jam 11.30 WITA


5. Kaji kembali respon 5. untuk mengetau 5. .mengkaji respon
klien terhadap cemas. kecemasan setelah terhadap kecemasan
diberikan haelt kecemasan
aducation. Hasil:

59
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
Skala cemas 0 (tidak
cemas)

Tanggal 14 april 2014 Tanggal 14 april 2014


Jam 09.00 WITA Jam 13.30 WITA
4. Resiko infeksi Infeksi tidak 1. Ukur tanda-tanda 1.Untuk menentukan 1. Mengukur tanda-tanda S:
berhubungan dengan terjadi setelah vital klien untuk penatalaksanaan vital Klien mengatakan
adanya pembengkakan diberikan memantau kondisi keperawatan Hasil : bengkak dan terasah
ekstermitas bagian tindakan klien. selanjutnya. TD : 120/90 mmHg panas pada daerah
bawah dextra ditandai keperawatan N : 92x/menit fraktur.
dengan: selama 3 hari R : 24x/menit
dengan kriteria SB : 37,50C O:
Data Subjektif: hasil: - Adanya tanda-tanda
kemerahan pada kulit.
- klien mengatakan - Tidak ada
- Pada daerah fraktur
bengkak dipaha tanda-tanda
masi bengkak
sebelah kanan. infeksi seperti
- Tidak ada deformitas.
kemerahan, Jam 09.45 WITA
- Tanda-tanda vital

60
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
Data Objektif: peningkatan 2. Kaji tanda-tanda 2. Untuk mengetahui 2. Mengkaji tanda-tanda TD: 120/90 mmHg
suhu badan, dan
- Adanya infeksi sebelum tanda-tanda adanya infeksi N : 92 x/menit
bengkak.
pembengkakan pada
melakukan tindakan infeksi. Hasil: R : 24 x/menit
daerah paha kanan.
- Tanda tanada vital: keperawatan - adanya tanda SB: 37,50C
TD: 120/90 mmHg
selanjutnya. kemerahan pada
N : 92 x/menit
kulit.
R : 24 x/menit
- adanya A:
SB: 37,5ºC
pembengkakan pada Masalah tidak menjadi
- Hasil laboratorium
daerah fraktur aktual.
leukosit 12.500x10³L.
- tidak terdapat
deformitas P:
Lanjutkan Intervensi
Jam 10.00 WITA keperawatan 1, 2,3 dan 4.
3. Instruksikan klien 3. Meminimalkan 3. Menginstruksikan
untuk tidak bergerak mobilitas pada pada klien untuk tidak
dan menyentuh daerah fraktur. bergerak dan menyentu
daerah sekitar fraktur pada daerah pah kanan.

61
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
agar tidak Hasil :
memperberat kondisi Klien mengerti dan
disekitar fraktur. tidak melakukan
pergerakan dan
menyentunya.

Jam 11.00 WITA


4. Berikan penjelasan 4. Dengan penjelasan 4. Memberikan
tenang risiko infeksi tentang risiko penjelasan tentang
yang timbul karena infeksi fraktur di dampak dari fraktur
fraktur. harapkan kilen seperti risiko infeksi
Seperti adanya tanda meminimalkan apa bilah tidak di
infeksi pada suhu risiko infeksi. tangani.
badan, edema dan Hasil :
kemerahan pada Klien mengetahui
sekitar fraktur. tanda-tanda infeksi
berupa peningkatan

62
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
suhu badan, terjadinya
peradangan,
bengkak/kemerahan
dan peningkatan
leukosit.

Jam 12.00 WITA


5. Kolaborasi dengan 5. Sebagai profilaksis 5. Memberikan obat
dokter dalam terhadap antibiotik dengan
pemberian mikroorganisme injeksi Cefriaxon 1 gr
antibiotik (sesuai penyebab infeksi. (IV)
instruksi dokter).

63
E. Catatan Perkembangan

1 Catatan perkembangan hari I


Hari / tanggal : kamis / 15 april 2014
Tabel 10. Catatan perkembangan hari ke I
No.
No. Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Diagnosa
1. Selasa / 15 I 08.00 1. Mengukur tanda– Tanggal 15 April
April 2014 tanda vital: 2014 Jam 13.00
- TD : 120/90 mmHg WITA
- N : 90 x/menit S:
- R : 24 x/menit Klien mengatakan
- SB : 370C nyeri masih
2. Mengkaji skala dirasakan klien bila
08.15
nyeri. kaki kanannya
Hasil : digerakkan.
Skala: 4-5
(sedang). O:
3. Mempertahankan - Nyeri masih
08.30 dirasakan.
imobilisasi bagian
- Ekspresi wajah
yang sakit dengan klien masih
tampak
tirah baring dan
meringis.
traksi. - Masih terpasang
skin traksi.
Hasil :
- Respon klien
Klien masih terhadap nyeri:
nyeri terkontrol
imobilisasi dengan
dengan
adanya skin traksi. pemberian obat
analgetik.
4. Menyarankan klien
08.45 - Skala nyeri 3-4
untuk melakukan (skala ringan).
- TTV :
teknik relaksasi
TD:120/90
napas dalam.
mmHg
Hasil :
N : 90x/menit
Klien
R : 24x/menit
melakukannya dan

64
No.
No. Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Diagnosa
merasa nyaman. SB: 370C
5. Melayani
11.30 pemberian obat A :
analgesik sesuai Masalah belum
indikasi. teratasi..
Hasil :
Melayani injeksi P :
Ketorolac 1 amp Lanjutkan Intervensi
IV keperawatan 1, 2, 3,
6. Mengkaji skala 4 dan 5.
12.00 nyeri dan respon
pemberian obat.
Hasil:
- Skala nyeri 3-4
(skala ringan)
- respon klien
nyeri terkontrol
dengan
pemberian obat
analgetik.

2. Selasa / 15 II 08.15 1. Mengkaji derajat Tanggal 15 April


April 2014 imobilitas yang di 2014
hasilkan oleh Jam 12.00 WITA
cedera/pengobatan S:
Hasil : klien mengatakan
Kemampuan klien masih sulit
aktivitas skala 3, menggerakkan
yaitu aktivitas kakinya.
klien dibantu oleh
perawat dan O:

65
No.
No. Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Diagnosa
keluarga. - Klien masih
terbaring di
08.35 2. Membantu klien
tempat tidur.
dalam melakukan - Masih terpasang
skin traksi pada
latihan rentang
paha kanan
gerak pasif/aktif klien.
- Aktivitas masih
pada ekstremitas
dibantu perawat
yang tidak sakit. dan keluarga
- Skala
Pasif: Dengan
kemampuan
ekstensi, fleksi, aktivitas 3.
abduksi, adduksi.
A:
Aktif: Dengan
Masalah belum
menggerakkan jari-
teratasi.
jari tangan dan
kaki secara
P:
bergantian.
Lanjutkan intervensi
Hasil :
keperawatan 1, 2,
Klien melakukan
dan 3.
gerakan fleksi dan
ekstensi.
09.00 3. Mengubah posisi
klien setiapa 2 jam
pada posisi fowler.
Hasil :
Klien kooperatif
dan mau
melakukannya
dank lien terpasang
skin traksi 5 Kg.
4. mengubah posisi
klien ke posisi semi
11.00 fowler.

66
No.
No. Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Diagnosa
Hasil:
Klien merasa
nyaman.

3. Selasa / 15 IV 08.00 1. Mengukur tanda- Tanggal 15 April


April 2014 tanda vital klien. 2014
Hasil : Jam 12.30 WITA
TD: 120/80mmHg S:
N : 90x/menit klien mengatakan
R : 24x/menit masih bengkak tapi
SB: 370C kulit pada daerah
08.10 2. Mengkaji tanda- fraktur tidak
tanda infeksi kemerahan lagi .
Hasil:
- tidak ada O:
kemerahan pada - Tidak adanya
tanda-tanda
kulit.
kemerahan pada
- adanya kulit
- Adanya
pembengkakan
pembengkakan
pada paha kanan. pada paha kanan
- Kulit di daerah
08.25 3. Merawat kulit
fraktur tampak
disekitar area traksi bersih.
- Balutan di daerah
dilakukan dengan
fraktur tampak
menggunakan air bersih.
- Tanda-Tanda
sabun hangat
Vital:
bertujuan TD: 120/80
mencegah terjadi mmHg
luka pada darah N : 90 x/menit
traksi. R : 24 x/menit
Hasil : SB: 370C.
Kulit di sekitar A:

67
No.
No. Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Diagnosa
traksi dan balutan Masalah tidak
tampak bersih. menjadi aktual.
4. Memberikan obat P:
12.00 antibiotik dengan Pertahankan
injeksi ceftriaxon 1 intervensi
gr (IV). keperawatan 1, 2, 3.

2 Catatan perkembangan hari II


Hari / Tanggal : Rabu / 16 April 2014
Tabel 11. Catatan perkembangan hari ke II

68
No.
No. Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Diagnosa
1. Rabu / 16 I 08.00 1. Mengukur tanda– Tanggal 16 April
April 2014 tanda vital: 2014
- TD : 120/80 Jam 13.00 WITA
mmHg S:
- N : 84 x/menit Klien mengatakan
- R : 24 x/menit nyeri masih
- SB : 36,50C dirasakan klien bila
08.15 2. Mengkaji skala kaki kanannya
nyeri. digerakkan akan
Hasil : tetapi nyeri sudah
Skala: 3-4 berkurang.
(ringan)
08.30 3. Mempertahankan O:
imobilisasi - Nyeri
berkurang.
bagian yang sakit
- Ekspresi wajah
dengan tirah klien tampak
rileks.
baring dan traksi.
- Masih terpasang
Hasil : skin traksi.
- Respon
Klien imobilisasi
terhadap nyeri
dengan adanya terkontrol
dengan
skin traksi.
pemberian obat.
09.00 4. Menyarankan - Skala nyeri 1-2
(skala agak
klien untuk
nyeri).
melakukan teknik - TTV:
TD: 120/80
relaksasi napas
mmHg
dalam.
N : 84 x/menit
Hasil :
R : 24 x/menit
Klien
SB: 36,50C
melakukannya
dan merasa
A:
nyaman.

69
No.
No. Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Diagnosa
11.30 5. Melayani Masalah teratasi
pemberian obat
analgesik (sesuai P: -
indikasi) dengan
injeksi Ketorolac
1 amp IV.
12.00 6. Mengkaji skala
nyeri dan rspon
pemberian obat
analgetik
Hasil:
- skala nyeri 1-2
(skala agak nyeri)
- respon klien
terhadap nyeri
terkontrol dengan
pemberian obat
analgetik
- ekspresi wajah
tampak rileks.

2. Rabu 16 II 08.15 1. Mengkaji derajat Tanggal 16 April


April 2014 imobilitas yang di 2014
hasilkan oleh Jam 12.30 WITA
cedera/ S:
pengobatan. klien mengatakan
Hasil : klien sudah dapat
Kemampuan mengerakkan jari-
aktivitas skala 3, jari kakinya
yaitu aktivitas kanannya.
klien dibantu oleh

70
No.
No. Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Diagnosa
perawat dan O:
keluarga. - Klien masih
terbaring di
08.45 2. Membantu klien
tempat tidur.
dalam melakukan - Masih terpasang
skin traksi pada
latihan rentang
paha kanan
gerak pasif/aktif klien.
- Aktivitas masih
pada ekstremitas
dibantu perawat
yang tidak sakit. dan keluarga.
- Skala
Pasif: Dengan
kemampuan
ekstensi, fleksi, aktivitas 3.
abduksi, adduksi.
A:
Aktif: Dengan
Masalah belum
menggerakkan
teratasi.
jari-jari tangan
dan kaki secara
P:
bergantian.
Lanjutkan intervensi
Hasil :
keperawatan 1, 2,
Klien dapat
dan 3.
melakukan
gerakan fleksi dan
ekstensi.
10.30 3. Mengubah posisi
klien pada posisi
semifowler.
Hasil :
Klien kooperatif
dan mau untuk
melakukannya.

3. Rabu, 16 IV 08.00 1. Mengukur tanda- Tanggal 16 April


April 2014 tanda vital. 2014

71
No.
No. Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Diagnosa
Hasil : Jam 12.45 WITA
TD: 120/80
mmHg S:
N : 84 x/menit klien mengatakan
R : 24x/menit bengkak pada daerah
SB: 36,5 0C ekstermitas bawah
08.25 2. Mengkaji tanda- dextra sudah
tanda infeksi. menyusut/penurunan
Hasil: pembengkakan.
Tidak ada tanda
kemerahan pada O:
kulit. - Tidak adanya
tanda-tanda
08.45 3. Merawat kulit dan
kemerahan pada
menganti balutan kulit.
- Kulit pada
disekitar area
daerah fraktur
traksi dilakukan tampak bersih
dan terawat.
dengan
- Balutan tampak
menggunakan air bersih.
- Tanda-tanda
sabun hangat
vital :
bertujuan TD: 120/80
mencegah mmHg
terjadinya luka N : 84x/menit
akibat traksi. R : 24x/menit
Hasil : SB: 36,50C
Kulit di daerah
fraktur dan A:
balutan tampak Masalah teratasi
bersih.
11.30 4. Memberikan obat P: -
antibiotik
Hasil :

72
No.
No. Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Diagnosa
Melayani
pemberian injeksi
ceftriaxon 1 gr
(IV)

73

Você também pode gostar