Você está na página 1de 3

ANTISIPASI AMBLESAN KOTA SEMARANG

Oleh : Bella Pratiwi/21100117130045

Perkembangan penduduk dan aktivitas pembangunan di kota-kota besar di


Indonesia, seperti Kota Semarang, sangat pesat. Di daerah Semarang, keadaan itu
merupakan salah satu hasil dari program Pemerintah tentang pengembangan daerah
pantai utara Pulau Jawa sebagai kawasan industri. Pembangunan di wilayah pesisir
utara Pulau Jawa ini menimbulkan persoalan. Salah satu persoalan itu adalah
amblesan tanah seperti yang terjadi di dataran Kota Semarang, terutama di daerah
pantai, Semarang Bawah atau Semarang Utara, yang batuannya disusun oleh endapan
alluvial yang belum termampatkan. Diperlukan upaya pemantauan terus menerus
terhadap fenomena amblesan di Semarang Utara. Seiring dengan pemantauan itu,
upaya pengurangan dampak yang merugikan akibat amblesan tersebut perlu
dilakukan. Salah satunya melalui konservasi air tanah.

Hasil pemantauan Badan Geologi menunjukkan bahwa di Kota Semarang


Utara, terutama di sekitar pelabuhan, telah mengalami penurunan yang paling besar
seperti yang diperlihatkan Peta Elevasi Semarang Utara. Daerah pelabuhan ke arah
timur hingga Tambak Mulyo dan ke selatan hingga jalan lingkar utara telah berada di
bawah muka air laut. Pada umumnya daerah Semarang Utara dibentuk oleh endapan
aluvial rawa. Faktanya, daerah ini sering mengalami banjir atau genangan air
terutama pada saat pasang laut. Hal ini menunjukkan bahwa Semarang Utara
mempunyai tanah lunak yang cukup dalam. Daerah ini bila diberikan beban, baik
berupa bangunan ataupun tanah urukan yang cukup tebal, akan mengalami penurunan
tanah yang cukup besar akibat beban tersebut.

Faktor lain yang menyebabkan amblesan tanah di Semarang Utara adalah


proses pemadatan alami. Fenomena ini berkaitan dengan batuan atau tanah penyusun
yang berupa endapan aluvial dengan lapisan lempung sebagai penyusun utama. Sifat
tanah yang demikian disebabkan oleh belum pernah dialaminya tekanan pembebanan
yang maksimum, sehingga apabila ada beban diatasnya, misalnya oleh beban lapisan
tanah itu sendiri, masih memungkinkan terjadinya pemadatan secara alami.
Proses amblesan tanah yang terjadi di Semarang Utara telah menyebabkan kerugian
bagi Pemerintah Daerah Kota Semarang maupun masyarakat dan kalangan indsutri
setempat. Beberapa kerugian yang disebabkan oleh amblesan tanah ini adalah
meluasnya daerah banjir dan tinggi air banjir juga meningkat.

Peristiwa lain berkaitan dengan amblesan tanah yang khas terjadi di Kota
Semarang adalah rob atau banjir karena air laut yang bukan tsunami masuk ke
daratan. Rob menyebabkan banjir di ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini terjadi tidak
hanya pada musim hujan, melainkan sepanjang tahun. Banjir rob menyebabkan
rumah, perkantoran, dan kawasan indsutri terendam air sepanjang tahun. Istilah “rob”
kini sudah umum digunakan untuk fenomena banjir karena air laut yang masuk ke
daratan dalam keadaaan normal (bukan karena tsunami) akibat amblesan daratan atau
karena air laut pasang.

Akibat amblesan lainnya yang langsung dirasakan adalah semakin meluasnya


kawasan yang terkontaminasi oleh air laut melalui mekanisme banjir rob maupun
intrusi air laut. Kontaminasi ini menyebabkan air tanah menjadi payau atau asin.
Akibat lebih lanjut dari keadaan air, baik air yang berasal dari banjir rob, maupun air
tanah yang payau atau asin ini adalah terjadinya korosi pada konstruksi bangunan.
Hal tersebut adalah akibat air payau atau air asing yang langsung dirasakan,
sedangkan beberapa akibat yang tidak langsung dirasakan adalah terganggunya
kegiatan dan produktivitas di daerah yang terkena amblesan tanah.

Upaya menanggulangi bencana amblesan tanah telah banyak dilakukan.


Upaya itu umumnya berupa usaha meninggikan tanah dengan cara pengurukan di
kawasan pengembangan di sekitar pantai yang akan digunakan untuk berbagai
bangunan seperti pergudangan, pemukiman, dan berbagai infrastruktur. Upaya
menghindari bencana sebagai dampak amblesan tersebut telah menimbulkan kerugian
yang cukup besar karena setiap tahun diperlukan biaya yang besar untuk menaikkan
permukaan tanah untuk mengimbangi kecepatan amblesan tanah. Bagi kalangan yang
dapat melakukan peninggian tanah masalah ini dapat ditanggulangi, namun bagi
kalangan bawah masalah ini tidak dapat dilaksanakan dikarenakan memerlukan biaya
yang cukup besar.

Sementara itu, untuk mengantisipasi kecepatan amblesan tanah dilakukan


upaya konservasi air tanah dengan cara menghentikan pembuatan sumur bor baru
yang menyadap air dari wilayah tersebut. Sebagai alternatif lain untuk pemenuhan air
bersih adalah pengolahan air permukaan sebagai pengganti air tanah. Hal ini dapat
dilakukan dengan membuat bendung-bendung pada sungai yang ada di Semarang
Atas (Semarang Selatan) yang airnya kemudian dijernihkan.

Você também pode gostar