Você está na página 1de 12

AGAMA DAN MANUSIA

A. Pengertian Agama

Sesuai dengan asal muasal katanya (sansekerta: agama,igama, dan ugama)


maka makna agama dapat diutarakan sebagai berikut: agama artinya peraturan,
tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja; igama artinya peraturan, tata
cara, upacara hubungan dengan dewa-dewa; ugama artinya peraturan, tata cara,
hubungan antar manusia; yang merupakan perubahan arti pergi menjadi jalan
yang juga terdapat dalam pengertian agama lainnya. Bagi orang Eropa, religion
hanyalah mengatur hubungan tetap (vertikal) anatar manusia dengan Tuhan saja.
Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti
: hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan, dan pembalasan.
Kesemuanya itu memberikan gambaran bahwa “addiin” merupakan pengabdian
dan penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan
upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi ketaatan tersebut.
Dari sudut sosiologi, Emile Durkheim (Ali Syari’ati, 1985 : 81)
mengartikan agama sebagai suatu kumpulan keayakinan warisan nenek moyang
dan perasaan-perasaan pribadi, suatu peniruan terhadap modus-modus, ritual-
ritual, aturan-aturan, konvensi-konvensi dan praktek-praktek secara sosial telah
mantap selama genarasi demi generasi[5].

Sedangkan menurut M. Natsir agama merupakan suatu kepercayaan dan


cara hidup yang mengandung faktor-faktor antara lain :

a. Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai
hidup.

b. Percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rosulnya.

c. Percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia.

d. Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya sehari-hari.


e. Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak berakhir.

f. Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan.

g. Percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.

Sementara agama islam dapat diartikan sebagai wahyu Allah yang


diturunkan melalui para Rosul-Nya sebagai pedoman hidup manusia di dunia
yang berisi Peraturan perintah dan larangan agar manusia memperoleh
kebahagaian di dunia ini dan di akhirat kelak.

Menurut Durkheim, agama adalah sistem kepercayaan dan praktik yang


dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Bagi Spencer, agama
adalah kepercayaan terhadap sesuatu yang Maha Mutlak. Sementara Dewey,
menyatakan bahwa agama adalah pencarian manusia terhadap cita-cita umum
dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam
jiwanya; agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang hebat.

"… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai Islam itu jadi
agama(din) bagimu …" (QS 5:3)
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika
mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan
manusia …" (QS 3:112)

B. Klasifikasi Agama
Agama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Agama Samawi atau agama wahyu (revealed religion),
Yaitu agama yang dipercayai diwahyukan Tuhan melalui malaikat-Nya
kepada utusan-Nya yang dipilih dari manusia. Agama samawi mempunyai
ciri-ciri:
1) Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya
2) Disampaikan melalui utusan atau Rasul Allah yang bertugas
menyampaikandan menjelaskan lebih lanjut wahyu yang diterimanya
dengan berbagai cara dan dan upaya
3) Memiliki kitab suci yang keotentikannya bertahan tetap
4) Ajaran nya serba tetap,tetapi tafsiran dan pandangannya dapat berubah
dengan perubahan akal.
5) Konsep ketuhanannya monoteisme mutlak
6) Sistem nilai ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaraskan dengan
ukuran dan hakekat kemanusiaan.
7) Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan
peringatan kepada manusia dalam pembentukan insan kamil (sempurna)
yang bersih dari dosa.

2. Agama budaya (cultural religion)/ non wahyu


disebut juga dengan agama bumi yang artinya bersandar semata-mata
kepada ajaran seorang manusia yang dianggap memiliki pengetahuan
tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam.Ciri-cirinya
adalah:
1) Agama budaya tidak dapat dipastikan kelahirannya
2) Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul)
3) Umumnya tidak memiliki kitab suci
4) Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiran
penganutnya.
5) Konsep ketuhanannya: dinamisme, animisme, politheisme, dan paling
tinggi adalah onotheisme nisbif.
6) Nilai agama ditentukan oleh manusia sesuai dengan cita-cita,
pengalaman dan penghayatan masyarakat penganutnya
7) Pembentukan manusia disandarkan pada pengalaman dan penghayatan
masyarakat penganutnya yang belum tentu diakui oleh masyarakat lain.
Perbedaan kedua agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living
Religious of the World sebagai berikut:
1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan, sedangkan agama
budaya tidak demikian
2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama budaya tidak
3. Agama wahyu sumber utamanya adalah kitab suci yang diwahyukan,
sedangkan agama budaya kitab suci tidak penting
4. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama budaya lahir
di luar itu
5. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras
simetik
6. Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik spiritual
maupun material,sedangkan agama budaya lebih menitik beratkan aspek
spiritual saja.
7. Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama budaya kabur dan
elastis

Sementara itu, dalam kajian keilmuan (scientific aproach), para ilmuwan


membedakan agama menjadi dua kelompok besar yaitu Spiritualisme dan
Materialisme.
1. Spiritualisme
Adalah agama penyembah sesuatu (zat) yang gaib yang tidak tampak
secara lahiriah, sesuatu yang tidak dapat dilihat dan tidak berbentuk.
Spiritualisme ini terbagi dalam beberapa kelompok yaitu :
a. Agama ketuhanan (theistic religion), yaitu agama yang para penganutnya
menyembah Tuhan (theos). Agama ini mempunyai keyakinan bahwa
Tuhan adalah tempat manusia menaruh kepercayaan, dan kecintaan
kepada-Nya merupakan kebahagiaan. Yang masuk katagori ini yaitu :
1) Monoteisme, yaitu bentuk religi / agama yang berdasarkan kepada
kepercayaan terhadap satu Tuhan dan yang terdiri dari upacara-
upacara guna memuja Tuhan tadi.
2) Politeisme, yaitu bentuk religi yang didasarkan pada kepercayaan
akan adanya banyak Tuhan yang memiliki tradisi upacara keagamaan
guna memuja Tuhan-tuhan tadi.
b. Agama penyembah ruh, yaitu kepercayaan orang primitif kepada roh
nenek moyang, roh pemimpin, atau roh para pahlawan yang telah
meninggal. Yang termasuk kategori ini adalah :
1) Animisme, yaitu bentuk agama yang mendasarkan diri pada
kepercayaan bahwa disekeliling tempat tinggal manusia itu diam
berbagai macam roh yang berkuasa dan terdiri atas aktivitas
pemujaan.
2) Praanimisme (dinamisme) adalah bentuk agama yang berdasarkan
kepercayaan terhadap kekuatan sakti yang ada dalam segala hal. Ada
tiga bentuk penyembahan kekuatan alam yaitu :
a) Penyembahan terhadap gejala alam, seperti hujan, guntur,
gempa bumi, dan topan.
b) Penyembahan terhadap anasir-anasir alam, seperti tanah, air,
api angin, dan udara,
c) Penyembahan kepada benda-benda alam sekeliling, dalam
bentuk :
i. Animatisme, yaitu suatu kepercayaan bahwa benda-benda
dan tumbuh-tumbuhan di sekitar manusia itu berjiwa dan
bisa berfikir seperti manusia.
ii. Fetishme, yaitu suatu bentuk agama yang berdasarkan
kepercayaan akan adanya jiwa dalam benda-benda alam
tertentu dan mempunyai aktivitas keagamaan guna
memuja benda-benda berjiwa tadi.
iii. Agama penyembah binatang (animal worship), yaitu
kepercayaan orang-orang kuno dan orang-orang primitif
yang menganggap binatang-binatang tertentu memiliki
jiwa kesucian.
c. Agama Materialisme
Agama materialisme adalah agama yang mendasarkan kepercayaannya
terhadap adanya Tuhan yang dilambangkan dalam wujud benda-benda
material, seperti patung-patung manusia, binatang dan berhala-berhala atau
sesuatu yang dibangun dan dibuat untuk disembah.

C. Hubungan Manusia dan Agama


Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari
kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya,
agama dan kehidupan beragama tersebut telah menggejala dalam kehidupan,
bahkan memberikan corak dan bentuk dari semua perilaku budayanya. Agama dan
perilaku keagamaan tumbuh dan berkembang dari adanya rasa ketergantungan
manusia terhadap kekuatan goib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan
mereka. Mereka harus berkomunikasi untuk memohon bantuan dan pertolongan
kepada kekuatan gaib tersebut, agar mendapatkan kehidupan yang aman, selamat
dan sejahtera. Tetapi “apa” dan “siapa” kekuatan gaib yang mereka rasakan
sebagai sumber kehidupan tersebut, dan bagaimana cara berkomunikasi dan
memohon peeerlindungan dan bantuan tersebut, mereka tidak tahu. Mereka hanya
merasakan adanya da kebutuhan akan bantuan dan perlindunganya. Itulah awal
rasa agama, yang merupakan desakan dari dalam diri mereka, yang mendorong
timbulnya perilaku keagamaan. Dengan demikian rasa agama dan perilaku
keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan pembawaan dari
kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia.

1. Pentingnya agama dalam Kehidupan Manusia


Berikut ini adalah sebagian dari bukti-bukti mengapa agama itu sangat penting
dalam kehidupan manusia.
a) Karena agama sumber moral
b) Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.
c) Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
d) Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala
suka maupun dikala duka
Peran yang paling pertama dan utama dalam hidup dan kehidupan
manusia itu tidak lain adalah agama, dengan kata lain hanya dengan agamalah
manusia hidup teratur dan terkendali juga sebagai penggerak atau pendorong
untuk semangat hidup yang lebih baik didunia ini dan untuk kembali
ketempat yang lebih kekal yaitu diakhirat kelak. Keimanan dan ketaqwaan
terhadap ajaran agam adalah merupakan kunci dan kendali segala pemuas
kebutuhan manusia yang tidak ada batasnya, hal itu merupakan pengawasan
interen yang ada pada diri kita sedang pengawasan ekterennya adalah norma
atau aturan. Kenapa hal ini perlu ditegaskan ? karena dalam diri manusia
terdapat motivasi (dorongan) untuk pemuas kebutuhan dasar seperti dikatakan
oleh Teori Abraham A Maslow :
1) Kebutuhan fisik
Misalnya kebutuhan untuk makan, minum dan bernapas. Untuk
kesehatannya manusia perlu asupan makanan dengan gizi yang sehat dan
seimbang, sehat menurut ilmu kesehatan bahwa makanan yang kita makan
adalah makanan yang dibuat, dan disajikan dari bahan dan penyajian yang
sehat. Sedangkan menurut ilmu agama bahwa makanan yang sehat itu
selain yang disebutkan diatas, bahwa makanan atau minuman itu harus
baik dan halal. Dasar hukum tentang makanan yang halal sebagaimana
firman Allah yang artinya berbunyi :

“ Hai para Rasul, makanlah dari yang baik –baik” (QS AL-Muminun ayat
51)

Perintah Allah kepada rasul juga merupakan perintah kepada


umatnya bahwa makanan yang kita makan itu betul-betul dibuat dari
bahan yang halal dan baik, baik disini berarti makanan tersebut bergizi
yang dapat menimbulkan kesehatan dan keadaannya tidak menjijikan.
Disamping harus halal dalam ilmu agama (islam) makanan itu harus baik
artinya cara pembuatannya/prosesnya dengan cara yang baik.
2) Kebutuhan rasa aman
Artinya bahwa manusia hidup perlu adanya pelindung sehingga
terhindar dari gangguan atau ancaman darimana pun, sehingga tercipta
ketenangan hidup dan keamanan dalam dirinya.
3) Kebutuhan integrasi sosial
Sebagai manusia yang normal pasti berintegrasi dengan manusia
yang lainnya baik secara lagsung maupun tidak langsung akan saling
membantu dan saling membutuhkan satu sama lain jadi artinya tidak ada
manusia satupun yang hidup sendiri tanpa adanya bantuan orang lain.
4) Kebutuhan harga diri
Manusia dalam hidupnya perlu adanya harga diri atau kebanggaan
diri atau kata lain rasa ingin dihargai dilingkungannya baik dilingkungan
keluaraga, masyarakat ataupun dilingkungan kerjanya.
5) Kebutuhan untuk mengembangkan diri
Artinya bahwa manusia itu dalam hidupnya ada kebutuhan untuk
berapresiasi mengembangkan bakat dan hobinya sehingga menghasilkan
karya yang baik dan berguna baik untuk dirinya maupun untuk orang lain
sehingga tejadi kepuasan didalam dirinya. Kembali kepada pengawasan,
diatas telah disebutkan bahwa pengawasan interen yang ada pada diri kita
itu adalah keiman dan ketakwaan yang diajarkan oleh agama islam.
Keimananpun bisa tipis dan bisa tebal itu tergantung usaha kita bagaimana
supaya selalu dekat kepada Allah caranya dengan beribadah dan selalu
mempelajari ajarannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia


sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam
hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia
untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang
terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-
Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Dengan ilmu kehidupan
manusia

D. Urgensi Agama dan Ruang Lingkup


Mengapa manusia perlu beragama? Agama adalah Sistem, prinsip
kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran-ajaran dan kewajiban-kewajiban yang
telah bertalian dengan kepercayaan itu. Adapun alasan yang menjadikan agama
sebagai urgensi sebagai manusia adalah sebagai berikut :

1. Latar Belakang Fitrah Manusia


Dalam bukunya berjudul prospektif manusia dan agama, Murthada
Muthahhari mengatakan bahwa disaat berbicara tentang para Nabi as.
Menyebutkan bahwa mereka diutus untuk mengingat manusia kepada manusia
yang telah diikat oleh fitrah manusia, yang kelak mereka akan dituntut untuk
memenuhinya. Perjanjian itu tidak dicatat diatas kertas melainkan dengan pena
ciptaan Allah dipermukaan terbesar dan lubuk fitrah manusia, dan diatas
permukaan hati nurani serta dikedalaman perasaan batiniah.
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama
kali ditegaskan kepada agama islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri
manusia, sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru dimasa
akhir-akhir ini muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya.
Fitri keagamaan yang ada pada diri manusia inilah yang melatar belakangi
perlunya manusia kepada agama, oleh karenanya ketika datang wahyu Tuhan
yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat
sejalan dengan fitrahnya hal tersebut.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah


atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak
ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S. Ar-Ruum; 30)
Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara
pengaruh lingkungan.
Setiap ciptaan Allah mempunyai fitrahnya sendiri-sendiri jangankan Allah
sedang manusia saya membuat sesuatu itu dengan fitrahnya sendiri-sendiri .
Kesimpulannya bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah
karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi yang
beragama ini memerlukan pembinasaan, pengarahan, pengambangan dan
seterusnya dengan cara mengenalkan agama kepadanya.

2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia.


Faktor lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah
karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki
kekurangan.
Walaupun manusia itu dianggap sebagai makhluk yang terhebat dan tertinggi
dari segala makhluk yang ada di alam ini, akan tetapi mereka mempunyai
kelemahan dan kekurangan karena terbatasnya kemampuan M. abdul alim
Shaddiqi dalam bukunya “Quesk For True Happines” menyatakan bahwa
keterbatasan manusia itu terletak pada pengetahuannya hanyalah tentang apa yang
terjadi sekarang dan sedikit tentang apa yang telah izin. Adapun tentang masa
depan yang sama sekali tidak tahu, oleh sebab itu kata beliau selanjutnya hukum
apa sajapun yang dapat dibuat oleh manusia tentang kehidupan insani adalah
berdasarkan pengalaman masa lalu. Selanjutnya dikatakan disamping itu manusia
menjadi lemah karena di dalam dirinya ada hawa nafsu yang selain mengajak
kepada kejahatan, sesudah itu ada lagi iblis yang selain berusaha menyesatkan
manusia dari kebenaran dan kebaikan. Manusia hanya dapat melawan musuh-
musuh ini ialah dengan senjata agama.
Allah menciptakan manusia dan berfirman “bahwa manusia itu telah
diciptakan-nya dengan batas-batas tertenu dan dalam keadaan lemah.
“Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu (terasuk manusia) telah kami ciptakan
dengan ukuran (batas) tertentu (QS. Al-Qomar : 49)

Untuk mengatasi kelemahan-kelemana dirinya itu dan keluar dari kegagalan-


kegagalan tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan wahyu akan agama.

3. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena
manusia adalah karena manusia adalah dalam kehidupan senantiasa menghadapi
berbagai tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat
berupa dorongan dari hawa nafsu dan bisikan syetan sedangkan tantangan dari
luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara
sengaja berupa ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela
mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanipestasikan dalam berbagai
bentuk kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari
keluhan.
Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk
mereka gunakan agar orang mengikuti keininannya, berbagai bentuk budaya,
hiburan, obat-obatan terlarang dan sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu
upaya untuk mengatasinya dan membentengi manusia adalah dengan mengejar
mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu
saat ini semakin meningkat sehingga upaya mengamankan masyarakat menjadi
penting .

Dalam sebuah agama terdapat beberapa ruang lingkup dan itu menjadi
pedoman pokok bagi agama tersebut antara lain adalah:
1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan
supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam.
2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan
kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan
ketundukannya.
3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau
alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan nya tersebut.
Dalam sebuah agama terdapat beberapa unsur dan itu menjadi pedoman
pokok bagi agama tersebut antara lain adalah:
a. Adanya keyakinan pada yang gaib
b. Adanya kitab suci sebagai pedoman
c. Adanya Rasul pembawanya
d. Adanya ajaran yang bisa dipatuhi
e. Adanya upacara ibadah yang standar

Você também pode gostar