Você está na página 1de 10
ELEMEN DAN STRUKTUR LINGKUNGAN FISIK KOTA SURAKARTA: KAJIAN PETA MENTAL WARGA KOTA Element and Structure of Surakarta Urban Physical Environment: Study of Urban Cognitive Map Fauzan Ali Ikhsan', Haryadi?, Djoko Wijono? Program Studi Teknik Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada ABSTRACT The objective of this research was to identify the element and structure of Surakarta urban physical environment based on cognitive map instrument of Suralarta urban citizen The study area is defined within Surakarta municipality, where samples are taken from community that living in this area. Sampling technique utilized two types: one devises purposive sampling at the first stage, while the second stage utilizes accidental sampling, Data collection methods utilize two types of technique: the first technique focuses on the graphics stimuli (cognitive map sketch), while the second technique puts the emphasis on verbal stimuli (interviews). The former focuses on the analysis on orientation, detail and number/type of elements in the (cognitive) map. Verbal stimuli data aims at supporting the graphics stimuli, to identify physical elements of the city es well as the configuration of the physical structure of the Surakarta city. Physical elements of the city itself can be catagorized based on its function into four catagories: building, streets, monuments, and open space. Building element is the easiest to identify since these elements dominate the urban space in the Surakarta city. The configuration of the physical elements in the Surakarta city hhas been identified as ribbon shaped structure, with its long axis shaped by two major roads (jl Slamet Riyadi- Gladak and Kraton Kasunanan Surakarta- Pasar Gede). This configuration is strengthened with rectangular system with the orientation to the two major roads. The identification process is influenced and affected by centrality (element lies nearby traffic movement is easier to identify by observer/respondent), building mass configuration as well as social background of the respondents (age, gender, and place). Keywords: element, structure, urban cognitive map 1 Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2 Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 517 518 Teknosains 15(2), Mei 2002 PENGANTAR Peta mental didefinisikan sebagai gambaran spasial yang spesifik terhadap suatu lingkungan dan berpengaruh terhadap pola perilaku seseorang (Haryadi, 1995). Hal ini berangkat dari suatu realitas yang didalamnya terdapat perbedaan pandangan yang mendasar diantara individu dalam memandang lingkungannya. Cara pandang dipengaruhi oleh budaya, pengalaman, dan penalaran (Lang, 1987). Peta mental sangat penting bagi setiap individu (Stea & Downs, 1977) sebab memberi kemampuan kepada individu mengorganisasi dan memanipulasi informasi Jingkungan untuk mendapatkan/memenuhi kebutuhannya. Peta mental juga memberi kemampuan kepada individu dalam melakukan orientasi secara cepal, mudah dan aman serta memberikan informasi pilihan lokasi untuk melakukan aktivitas kehidupan. Porteus dalam Heimstra (1978) mengemukakan bahwa studi cognitive map (peta mental) bermanfaat dalam proses desain sebagai dasar pertimbangan estetika urban dan sebagai langkah analisis dinamika perilaku manusia. Suatu pendekatan konsep yang bertujuan untuk menciptakan kota sebagai suatu sistem susunan sosio-spasial yang berjalan sesuai dengan ungkapan kehidupan masyarakat di dalam kota serta memiliki identitas yang kuat sesuai dengan konteks setempat. Studi persepsi elemen lingkungan kota Surakarta merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi elemen- elemen fisik kota Surakarta dan struktur lingkungan fisik yang terbentuk dengan menggunakan instrumen peta mental warganya. CARA PENELITIAN Pengambilan Sampel Lingkup wilayah penelitian secara umum meliputi seluruh area kota Gurakarta, yang terbagi menjadi 5 kecamatan dan 51 kelurahan dan dengan populasi kurang lebih 542.832 orang. (Bappeda Surakarta, 1998). Penelitian ini mengambil sampel 100 orang penduduk/warga yang berdomisili di wilayah kota Surakarta yang mewakili kurang lebih 0.02 % populasi. Penduduk kota Surakarta yang dimaksud adalah orang yang bertempat tinggal (berdomisili lebih dari satu tahun) di area penelitian (kota Surakarta). Fauzan Ali Ikhsan et al., Elemen dan Struktur Lingkungan 519 Teknik pengambilan sampel dilakukan dua tahap, tahap pertama menggunakan teknik purposive sampling, untuk memilih satu kelurahan dalam tiap-tiap kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, Tahap kedua menggunakan teknik sampling aksidental untuk menjaring sampel di dalam tiap-tiap kelurahan yang sudah ditentukan. Tabel.1. Data Lokasi dan Jumlah Sampel No Kecamatan Kelurahan Jumlah samy kelurahan 1_| Laweyan Pajang, Ti. _| Serengan Tipes Ti, | Pasar Kliwon Semanggi IV._| Jebres Mojosongo V.__| Banjarsari Kadipiro Total. Analisis Identifikasi elemen-elemen lingkungan fisik Kota Surakarta dilakukan melalui analisis peta mental responden. Pengumpulan informasi/data dilakukan melalui dua tahap, yaitu melalui tahap stimulus grafis (sketsa) dan tahap stimulus verbal (wawancara), Dari analisis terhadap peta mental 100 responden, diperoleh gambaran peta mental warga kota terhadap lingkungan kotanya. Jumlah elemen lingkungan fisik kota yang muncul dalam sketsa peta mental warga Kota Surakarta berjumlah 28 buah (mempunyai frekuensi kemunculan lebih dari 30%). Untuk melihat struktur lingkungan fisik kota Surakarta, analisis sketsa peta mental difokuskan pada orientasi, hubungan antar elemen, jumlah dan macam elemen yang ada. Hasil identifikasi dari tiap responden kemudian disatukan untuk melihat kecenderungan struktur lingkungan fisik kota yang terbentuk. Setiap responden mempunyai produk peta mental yang berbeda-beda untuk suatu lingkup lingkungan yang sama. Fenomena tersebut tidak bisa dilepaskan dari karakter peta mental yang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor organismic (fisik individu), environmental (lingkungan) dan cultural (sosial- budaya). Untuk melihat keterkaitan variabel-variabel tersebut terhadap hasil sketsa peta mental digunakan salah satu pendekatan analisis yaitu Predictive Model Milgram (Veitch, 1995) 520 Teknosains 15(2), Mei 2002 Rumus Milgram Predictive Model adalah sebagai berikut; R=f(CxD) R = Recognizability (Keterkenalan suatu obyek di lingkungan) £ = fungsi C = Centrality (Posisi obyek terhadap arus/ konsentrasi pergerakan penduduk) D = Difference (perbedaan secara arsitektural/sosial suatu obyek terhadap obyek lainnya) Milgram menyatakan bahwa tingkat keterkenalan(recogrized) elemen lingkungan yang terekam dalam peta mental banyak dipengaruhi oleh variabel Centrality (Posisi obyek/elemen terhadap arus/konsentrasi pergerakan penduduk/pengamat) dan variabel Difference (perbedaan karakter arsitektural obyek amatan/elemen lingkungan terhadap obyek lain atau latar belakang sosial obyek). Dalam kasus kota Surakarta Variabel Difference dapat dikelompokkan menjadi dua katagori, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan perbedaan karakter arsitektural suatu elemen terhadap elemen lingkungan fisik kota yang lain dan karakter sosial dari pengamat(responden); Komponen karakter arsitektural yang menjadi amatan utama adalah komponen colour(warna), size (ukuran), shape(raut), sign (tanda), sedangkan faktor-faktor latar belakang pengamat (responden) yang diamati pada penelitian kota Surakarta adalah faktor jenis kelamin (Gender), usia dan lokasi tempat tinggal. Data-data score yang ada kemudian disatukan dalam satu tabel matriks dan dilakukan analisis dengan bantuan software statistik SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 9. HASIL DAN PEMBAHASAN Elemen-Elemen Lingkungan Fisik Kota Surakarta Elemen yang muncul adalah elemen Ji. Slamet Riyadi diikuti oleh elemen Jl. Jend. Sudirman, dan Alun-alun Utara dan Bangunan Kraton Kasunanan Surakarta. Kelompok urutan terakhir dari 28 elemen lingkungan yang ada ditempati oleh elemen bangunan Hotel Novotel, Beteng Plaza dan Jalan Honggowongso yang ketiganya mempunyai frekuensi yang sama (Tabel 2). Fauzan Ali Ikhsan et al., Elemen dan Struktur Lingkungan 521 Tabel. 2. Frekuensi Kemunculan Elemen Lingkungan Fisik Kota Berdasarkan Sketsa Peta Mental (Sumber: Hasil Analisis, 2000) No Blemen-Elemen Jord responden yg menjawab | _Lingkungan Fisik Kota (orang) 7 [Ii Slamet Riyadi SE |_O98 [2 [I Jena. Sudirman 82] 0.82 3. Kraton Kasunanan SKA 78 | 0.78 4__[ Alun-Alun Utara 7 | 078 5] Balai Kota 76076 6. | Pasar Klewer [074 7 _| Pasar Gede 65 | 0.65 8 | Gapura Cladak ei} 0.60 9 | Kantor Pos Besar 56 | 056 10__| Kraton Mangkunegaran 53] 053 11_| Jl_Dr. Rajiman 52 0.52 12_[ Jl. Urip Sumoharjo 50 | 0-50 13 _] Stadion Manahan_ 48 {0.48 14 | TelkomJend. Sudirman 46} 0.46 15_| Stadion Sriwedari 46 0.46 16 _| Stasiun Balapan 430.43 17_| Ji. Gatot Subroto_ 40 0.40 18_| BCA Slamet Riyadi 36 | 0.38 19 [Jk fr. Sutami 36 | 036 20_| Matahari Singosaren 3510.35] Zi} Jl. Gadjah Mada 351035 22 [IL Kol. Sutarto C 35) 035 3_| Bank Indonesia 35) 035 24 | Masjid Agung 33 | 033 25 | Pasar Las 33 (033 Hotel Novotel 32 [032 3 Beteng Plaza 32 | 032 28_[ J. Honggowongso 32 | 032 Struktur Lingkungan Fisik Kota Surakarta Berdasarkan rangkuman hasil sketsa peta mental, menunjukkan bahwa konfigurasi struktur lingkungan fisik kota Surakarta didominasi oleh elemen jalan dan bangunan. Secara morfologi, terdapat dua penggal/segmen jalan yang menonjol, yaitu segmen jalan yang membentang dari timus-barat(segmen Jl. Slamet Riyadi-Gapura Gladak) serta segmen jalan yang membentang utara- selatan (segmen Kraton Kasunanan Surakarta-Jl. Jend. Sudirman-Pasar Gede). Elemen-elemen bangunan yang ada sebagian besar terkonsentrasi disepanjang jl. Slamet Riyadi (Kawasan Sriwedari, 522 Teknosains 15(2), Mei 2002 BCA, Gladak, alun-alun utara dan Beteng Plaza) dan jl. Jend, Sudirman (Kantor Pos Besar, Balai Kota Surakarta, Bank Indonesia, Telkom dan Pasar Gede), sementara elemen-elemen bangunan yang lain tersebar di beberapa tempat. Gambar 1, Struktur Lingkungan Fisik Kota Surakarta berdasarkan Sketsa Peta Mental. (Sumber : Hasil Analisis, 2000) Konsentrasi bangunan paling dominan terletak disepanjang poros Kraton Kasunanan Surakarta-Gladak-Jl. Jend. Sudirman dan Urip Sumoharjo. Kawasan tersebut mempunyai tingkat kuantitas bangunan dan identifikasi lingkungan yang cukup tinggi (rata-rata mempunyai nilai zesponse responden diatas 50 %) . Bangunan. bangunan yang terdapat dikawasan tersebut antara Jain Balai Kota (PEMKOT Surakarta), Pasar Gede, Kantor Pos Besar, Telkom, Gladak, dan Masjid Agung. Sistem pola jalan dikawasan pusat kota Surakarta cendert berbentuk siku, dimana bagian-bagian dikawasan pusat kota dibagi. bagi sedemikian rupa menjadi-blok-blok empat persegi panjang dengan jalur-jalur jalan paralel yang membentuk sudut siku-siky, Sistem pola jalan tersebut erat hubungannya dengan sejarah berdirinya Kota Surakarta yang tumbuh dari konsep kota kerajaan, yaitu pusat pemerintahan kerajaan Mataram Islam dan cend mempunyai karakter cosmic city. Beberapa ciri dari struktur kota inj antara Jain terdapat suatu aksis/sumbu monumental yang diciptakan, adanya benteng dan pintu-pintu gerbang dibeberapa bagian kota, Fauzan Ali Ikhsan et al., Elemen dan Struktur Lingkungan 523 landmark/tetenger yang dominan, jalur jalan yang berorientasi pola grid dan adanya organisasi ruang yang hirarkis (Lynch dalam Kostov, 1991). Berdasarkan data sejarah, perkembangan struktur kota Surakarta dimulai disekitar kawasan Kraton Kasunanan Surakarta yang tampak dari benteng kerajaan yang terdapat disekeliling kraton.. Kota Surakarta terus berkembang dari waktu kewaktu, namun demikian pusat pertumbuhan/cikal bakal dari kota Surakarta tetap masih nampak yaitu simpul Kawasan Kraton Kasunanan Surakarta- Kraton Mangkunegaran(seperti tampak pada Gambar 1.). Terdapat dua penggal/segmen jalan, yaitu pola segmen jalan yang membentang dari timur-barat(segmen jl. Slamet Riyadi) serta pola jalan yang membentang utara-selatan (segmen Alun-alun Utara-JI. Jend. Sudirman-Pasar Gede). Konfigurasi tersebut juga diperkuat dengan beberapa elemen bangunan seperti Kraton Kasunanan Surakarta, Alun-alun Utara, Masjid Besar, Kraton Mangkunegaran, dan Pasar.’. Gede. Disamping faktor latar belakang sejarah, gambaran struktur lingkungan fisik yang diperoleh dari sketsa peta mental dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Berdasarkan Milgram Predictive Model, dari beberapa faktor/variabel yang diteliti diperoleh informasi bahwa variabel centrality (C/posisi obyek terhadap arus/konsentrasi pergerakan pengamat), Shape (raut bangunan), variabel gender, variabel usia dan variabel lokasi pengambilan sampel, berpengaruh terhadap hasil sketsa peta mental yang dihasilkan. Kelima variabel mempunyai tingkat signifikansi < 0.05 (ambang batas signifikansi) yang menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh signifikan. Sementara hasil uji korelasi antara variabel Recognized (R) dengan sub variabel Colour (warna), Sign (tanda/simbol) dan Size (Ukuran) menunjukkan hasil yang tidak signifikan dimana nilai signifikansi > 0.05 (tidak saling mem- pengaruhi). (Tabel 3.) Berdasarkan angka-angka tersebut dapat ditarik suatu hipotetik, bahwa struktur lingkungan fisik kota yang diperoleh dari identifikasi sketsa peta mental warga , mempunyai keterkaitan erat dengan variabel Centrality (posisi obyek terhadap arus/konsentrasi pergerakan pengamat) dan konfigurasi massa dari elemen-elemen tersebut. Hal tersebut mengandung perngertian dimana elemen- elemen lingkungan fisik kota yang terletak disepanjang jalur yang menjadi koonsentrasi pergerakan/lalulintas pengamat akan nampak lebih menonjol dibandingkan elemen yang jauh dari jalur pergerakan/lalulintas pengamat. Faktor besaran/kompleksitas massa 524 Teknosains 15(2), Mei 2002 elemen juga menentukan tingkat keterkenalan bangunan yang berdampak pada kemudahan pengamat untuk mengidentifikasi elemen tersebut. Elemen yang mempunyai konfigurasi massa kompleks _cenderung dibandingkan yang biasa/sederhana. lebih mudah diidentifikasi_ pengamat Tabel 3. Uji Statistik Identifikasi Lingkungan Fisik Kota Berdasarkan Milgram Predictive Model (Sumber: Hasil Analisis 2000) Variabel Subvariabel (R) Centrality ©) Correlation Coefficient 0573 Sig. (2-tailed) 0.001 Karakter Colour Correlation Coefficient 0.456 Arsitektural Sig. (Q-tailed) 0.057 Obyek (D1) Size Correlation Coefficient Sig. (tailed) 0.366 0.124 | Shape Correlation Coefficient 0.484 Sig. (2-tailed) 0,042 Sign Correlation Coefficient 0.183 Sig. tailed) 0.458 Latar belakang 7 | Pengamat(D2) Gender 2) Mean’ { 25 MALE 27.1629 Z 201 FEMALE, 23.4286 Asymp Sig} 044 Usia Katagori Usia. | Mean Rank T N B Responden <20 2,00 ChiSquare | 13,424 20-2 321 af 3 23-26 2.46, Asymp Sig. 004 326 2,82 Lokasi. Lokasi Pengambilan | Mean Rank N 3B Sampel/Responden Jebres 279 Chi-Square | 24,740 Laweyan 214 df 4 Ps. Kliwon 3,98 AsympSig. [__.000 Serengan 352 Banjarsari 257 Jika dilihat berdasarkan perbedaan gender responden/ pengamat, hasil sketsa peta mental antara responden pria dan Fauzan Ali Ikhsan et al., Elemen dan Struktur Lingkungan 525 responden wanita menunjukkan suatu perbedaan (Tabel 3). Besar perbedaan (z) = 2.017 dengan tingkat signifikan 0,44. Berdasarkan uji statistik, rata-rata kemampuan responden pria mengidentifikasi elemen struktur lingkungan kota adalah 27% sedangkan responden wanita hanya 23%. Responden pria tampak ratarata mempunyai kemampuan mengidentifikasi elemen lingkungan kota lebih baik dari pada responden wanita. Menurut Porteous (1977) peta mental pengamat wanita cenderung bersifat statis dengan berpatokan pada distrik/wilayah, sementara peta mental pria lebih dinamis dengan berpatokan pada jalur/path yang ada serta wilayah cakupan yang lebih luas. Jika dilihat berdasarkan kelompok usia responden, kelompok usia 20-22 tahun berada pada posisi teratas (mean rank=3,21) smenunjukkan bahwa katagori usia tersebut mempunyai kemampuan identifikasi elemen lingkungan fisik kota yang lebih baik (secara kuantitas) dibandingkan dengan kelompok usia yang lain meskipun perbedaan antar kelompok tidak terlalu besar. Kelompok usia 23-26 tahun berada diposisi kedua (mean rank=2,46), kelompok usia >26 diposisi ketiga dan kelompok usia <20 tahun berada diposisi terakhir (mean rank=2,10). Lokasi sampel yang letaknya dekat dengan pusat kota tmempunyai tingkat identifikasi elemen lingkungan fisik yang lebih baik dibandingkan lokasi sampel yang jauh. Fenomena tersebut tampak dari nilai (mean rank) yang diperoleh oleh sampel yang berada di lokasi Pasar Kliwon dan Serengan (dekat dengan pusat kota) lebih tinggi dari nilai sampel yang berada di wilayah lain (Banjarsari, Jebres dan Laweyan). KESIMPULAN 1. Elemen-elemen lingkungan fisik Kota Surakarta yang muncul dalam identifikasi peta mental dapat dikatagorikan fungsinya menjadi 4 katagori, yaitu elemen elemen bangunan , jalan, elemen gapura/tugu dan ruang terbuka. Elemen lingkungan fisik berwujud bangunan merupakan elemen yang paling banyak dapat diidentifikasi oleh warga kotanya. 2, Elemen lingkungan fisik kota yang muncul sebagian besar masih mempunyai keterkaitan/hubungan dengan layer-layer sejarah perkembangan kota Surakarta. Variabel lain yang turut mempengaruhi adalah variabel centrality (posisi elemen terhadap jalur lalulintas pergerakan pengamat), variabel _karakteristik 526 Teknosains 15(2), Mei 2002 arsitektural elemen lingkungan fisik (elemen-elemen lingkungan yang terletak dekat dengan lalulintas pergerakan dan mempunyai konfigurasi massa yang kompleks akan lebih mudah untuk diidentifikasi oleh pengamat/responden) dan variabel latar belakang sosial individu pengamat (perbedaan jenis kelamin responden, faktor usia dan lokasi pengambilan sampel). 3. Konfigurasi Struktur Lingkungan Fisik Kota Surakarta yang muncul, mempunyai dimensi berbentuk pita (ribbon shaped cities), dengan jalur memanjang (jalur transportasi) yang dibentuk oleh dua segmen jalan/jalur utama (segmen Jl. Slamet Riyadi-Gladak dan segmen Kraton Kasunanan Surakarta-Pasar Gede). Konfigurasi struktur diperkuat dengan sistem pola jalan bersudut siku (rectangular system) dengan pusat orientasi pada dua jalur utama. DAFTAR PUSTAKA BAPPEDA Surakarta, 1998, “Surakarta Dalam Angka", Surakarta. Haryadi & B. Setiawan, 1995, “Arsitektur Lingkungan dan Perilaku", PPSL DIKTI, Jakarta. Heimstra, Norman W, 1978, “Environmental Psychology”, Brooks Publishing Comp, California. Kostof, Spiro, 1991, "The City Shaped; Urban Pattern and Meanings Through History", Thames and Hudson, London Lang, Jon, et all, 1987, “Designing for Human Behavior", Dowded Hutchinson & Ross, Stroudburgs, Pensilvania. Porteus, Douglas, 1977, “Environment & Behavior", Addison-Wesley Publishing Comp, Philippines. Stea, David & Downs Roger, 1977, “Maps in Minds: Reflection on Cognitive Mapping” , HarperécRow Publisher, New york. Veitch, Russel & Daniel Arkkelin, 1995, “Environmental Psychology", Prentice Hall,EnglewoodCliffs, New Jersey.

Você também pode gostar