Você está na página 1de 13

.

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


REVERSE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA
SISWA KELAS VII SMP WACHID HASYIM 1 SURABAYA.

Artikel

Penulis I: Diar Rahmawati; Penulis II: Dr. Iis Holisin, M.Pd;


Penulis III: Febriana Kristanti, S.Si, M.Si
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surabaya
diarrahmawati1@gmail.com

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian adalah guru banyak memberikan ceramah


tentang materi sehingga menjadikan siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, akibatnya rata-rata hasil belajar siswa kelas VII-A dibawah KKM serta
rasa ingin tahu belajar matematika masih kurang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
reverse jigsaw pada siswa kelas VII-A SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan
desain penelitian one-shot case study. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas
VII-A. Waktu dan tempat penelitian ini pada semester genap tahun ajaran
2015/206 di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya. Data yang diperoleh adalah
ketuntasan hasil belajar siswa dengan teknik tes, data aktivitas siswa dan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dikumpulkan dengan teknik
observasi, dan data respon siswa dikumpulkan dengan teknik angket. Data
tersebut dianalisis secara deskriptif dengan teknik persentase, rata-rata. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran reverse jigsaw efektif dalam
pembelajaran matematika pada siswa kelas VII-A di SMP Wachid Hasyim 1
Surabaya. Hal ini ditunjukkan sebagai berikut (1) ketuntasan hasil belajar siswa
menunjukkan 86,11% dari seluruh siswa telah mencapai KKM atau ketuntasan
secara individu (2) tujuh dari delapan aktivitas siswa dalam rentang waktu ideal;
(3) kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dilakukan dengan sangat
baik dengan rata-rata mencapai 3,4; (4) respon siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran reverse jigsaw positif.

Kata Kunci: efektivitas pembelajaran, one-shot case study, reverse jigsaw.

Diar Rahmawati//FKIP Matematika UMS. 1


I. Pendahuluan
Salah satu ilmu pengetahuan yang berpengaruh bagi perkembangan ilmu
lain adalah matematika. Matematika banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari akan tetapi sebagian orang menganggap matematika adalah pelajaran yang
sulit dan membutuhkan pemikiran yang keras untuk dapat menyelesaikan suatu
soal atau masalah. Hal ini pula, pelajaran matematika dijadikan momok yang
sangat menakutkan bagi siswa disekolah.
Berdasarkan hasil wawancara proses pembelajaran yang digunakan di
SMP WachidHasyim 1 Surabaya adalah pembelajaran yang berpusat pada guru
(teacher oriented). Siswa masih belum aktif dalam kegiatan pembelajaran karena
selama pembelajaran guru banyak memberikan ceramah tentang materi. Sehingga
aktivitas yang dilakukan siswa biasanya hanya mendengar dan mencatat, siswa
jarang bertanya atau mengemukakan pendapat. Diskusi antar kelompok jarang
dilakukan sehingga interaksi dan komunikasi antara siswa dengan siswa lainnya
maupun dengan guru masih belum terjalin selama proses pembelajaran. Rasa
ingin tahu siswa terhadap matematika juga masih kurang. Rata-rata hasil belajar
matematika siswa kelas VII-A adalah B-. Padahal criteria ketuntasan minimal di
SMP Wachid Hasyim 1 pada pembelajaran matematika adalah mendapatkan
kategori B.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti berpendapat bahwa dilakukan upaya
perbaikan proses pembelajaran pada siswa kelas VII-A. Hal ini dilakukan dengan
tujuan agar siswa dapat ikut berperan aktif selama proses pembelajaran
berlangsung. Siswa saling bertukar pendapat dengan cara berdiskusi dalam
kelompok. Maka diperlukan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa
selama kegiatan belajar mengajar.
Menurut Slavin (2009:52) bahwa: ”Pembelajaran yang efektif terfokus pada
unsur-unsur yang dapat dikendalikan oleh guru atau sekolah, yaitu mutu (quality),
ketepatan (appropriateness), insentif (incen-tive), dan waktu (time).
Morisson (2011:356) menyatakan bahwa cara mengukur keefektifan
model pembelajaran adalah dengan mengajukan suatu pertanyaan “Sejauh mana
siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan?”.Untuk menjawab
pertanyaan itu harus diketahui berapa banyak siswa yang berhasil mencapai tujuan
pembelajaran dalam waktu yang telah ditentukan.

Diar Rahmawati//FKIP Matematika UMS. 1


Eggen dan Kauchak dalam Indraswulan (2014:45) menyatakan bahwa
keefektifan pembelajaran terjadi jika siswa secara aktif dilibatkan dalam
mengorganisasikan dan menemukan hubungan-hubungan informasi yang
diberikan siswa tidak sekedar menerima pengetahuan secara pasif tetapi dapat
memberikan tanggapan secara aktif. Hasil aktivitas ini tidak hanya meningkatkan
pemahaman dan daya serap siswa pada materi pembelajaran tetapi juga
meningkatkan keterampilan berpikir siswa
Diamond dalam Indraswulan (2014:46) mengemukakan bahwa keefektifan
dapat diukur dengan melihat minat siswa terhadap pembelajaran. Jika siswa tidak
berminat untuk mempelajari suatu materi pelajaran, maka akanmempengaruhi
hasil belajar.
Pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran itu dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.Dalam penelitian ini menggunakan empat aspek sebagai
indikator untuk mencapai tujuan keefektifan model pembelajaran reverse jigsaw
pada pembelajaran matematika, yaitu:
a. Aspek Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Aspek ketuntasan hasil belajar siswa diperoleh setelah pembelajaran dengan
model pembelajaran reverse jigsawdilakukan melalui soal tes dan dikatakan
tercapai jika ≥ 85% dari jumlah siswa telah tuntasdalam tes dan siswa yang
telah tuntas jika nilai kompetensi pengetahuan yang diperoleh mendapatkan
predikat baik.
b. Aspek Aktivitas Siswa
Pembelajaran reverse jigsaw melalui pengamatan langsung. Hasil dari
pengamatan tersebut, seluruh aktivitas siswa berada dalam rentang waktu
ideal atau tidak.Aktivitas siswa efektif jika tujuh dari delapan indikator
berada di rentang waktu ideal.
c. Aspek Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Aspek kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan model
pembelajaran reverse jigsaw dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung melalui pengamatan langsung dari membuka pelajaran sampai
menutup pelajaran dengan menunjukkan kemampuan guru baik atau sangat
baik.
d. Aspek Respon Siswa

Diar Rahmawati//FKIP Matematika UMS. 2


Aspek respon siswa diperoleh setelah mengikuti pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran reverse jigsaw melalui angket respon siswa yang
diberikan kepada siswa. Dikatakan efektif jika respon siswa mencapai kriteria
positif berdasarkan kriteria respon siswa.
Dalam penelitian ini, model pembelajaran reverse jigsaw pada
pembelajaran matematikadikatakan efektif apabila memenuhi empat indikator
tersebut.
Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Hedeen (2003).
Perbedaanya dengan tipe Jigsaw adalah bila pada model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw anggota kelompok ahli hanya mengajarkan keahliannya kepada
anggota kelompok asal, maka pada model pembelajaran kooperatif tipe reverse
jigsaw ini siswa-siswa dari kelompok ahli mengajarkan keahlian mereka (materi
yang mereka pelajari atau dalami) kepada seluruh kelas.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 orang (kelompok
asal).
2. Setiap anggota dalam kelompok diberi tugas yang berbeda untuk dikerjakan.
3. Anggota dari kelompok lain yang telah diberi tugas yang sama bertemu
dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan tugas.
4. Siswa berkumpul dalam kelompok campuran di mana mereka masing-masing
diberikan studi kasus dengan sejumlah pertanyaan atau satu pertanyaan yang
kompleks dan diberikan waktu sekitar 15 menit untukmengerjakan. Setiap
anggota tim diberi topik yang unik kemudian diskusi dimulai dalam
kelompok campuran dan hasil diskusi dicatat.
5. Setiap anggota berkumpul dalam kelompok atau topik kelompok ahli
kemudian hasil diskusi dibandingkan. Waktu yang dialokasikan untuk ini bisa
antara 15-20 menit.
6. Wakil dari kelompok topik masing-masing menyampaikan laporan mereka ke
seluruh kelas.

Diar Rahmawati//FKIP Matematika UMS. 3


II. Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini akan menganalisa keefektifan pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran reverse jigsaw pada siswa kelas VII-A di SMP Wachid
Hasyim 1 Surabaya. Hal-hal yang dideskripsikan terdiri dari ketuntasan hasil
belajar siswa, aktivitas siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran,
dan respon siswa.
Rancangan penelitian ini menggunakan one-shot case study yaitu terdapat
suatu kelompok yang diberi perlakuan (tanpa pretest), dan selanjutnya diobservasi
hasilnya. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran reverse jigsaw.
Tempat penelitian tentang efektivitas model pembelajaran reverse jigsaw
dalam pembelajaran matematika dilaksanakan di SMP Wachid Hasyim 1
Surabaya yaitu di Jalan Sidotopo Wetan Baru 37, Kelurahan Sidotopo Wetan,
Kecamatan Kenjeran. Penelitian dilakukan pada Semester Genap tahun ajaran
2015/2016.
Proses pengumpulan data menggunakan beberapa teknik, yaitu observasi,
angket dan tes. Teknik observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran matematika dengan model pembelajaran reverse
jigsaw. Teknik angket digunakan untuk memperoleh data tentang respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran reverse
jigsaw. Teknik tes digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa
sesuai dengan kemampuan siswa dalam memahami materi setelah diberi
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran reverse jigsaw.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Tujuan dari
analisis deskriptif adalah menganalisis data hasil pengamatan dengan cara
mendeskripsikan dan menjawab pertanyaan penelitian. Data yang dianalisis secara
deskriptif dalam penelitian ini adalah data tentang ketuntasan hasil belajar siswa,
aktivitas guru dan siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, dan
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan model
pembelajaranreverse jigsaw.

Diar Rahmawati//FKIP Matematika UMS. 4


(1) Analisis data Ketuntasan Hasil Belajar.
Berdasarkan Kurikulum yang diberlakukan di SMP Wachid Hasyim 1
Surabaya, siswa dikatakan tuntas secara individual bila mendapatkan nilai
2,66 atau dengan predikat baik. Ketuntasan secara klasikal dicapai jika
terdapat ≥ 85% telah tuntas pada kelas tersebut.

Rentang Nilai Kompetensi Pengetahuan


No. Nilai Predikat
1 0,00 Nilai ≤ 1,00 D-
2 1,00 Nilai ≤ 1,33 D+
3 1,33 Nilai ≤ 1,66 C-
4 1,66 Nilai ≤ 2,00 C
5 2,00 Nilai ≤ 2,33 C+
6 2,33 Nilai ≤ 2,66 B-
7 2,66 Nilai ≤ 3,00 B
8 3,00 Nilai ≤ 3,33 B+
9 3,33 Nilai ≤ 3,66 A-
10 3,66 Nilai ≤ 4,00 A
………..(Kosasih, 2013:140)

Ketuntasan hasil belajar individual tercapai apabila:

Nilai = ………(Kosasih, 2013 : 140)

Persentase ketercapaian hasil belajar klasikal tercapai apabila:

Persentase ketercapaian = …(Ariani, 2015:52)

(2) Analisis data Aktivitas Siswa


Aktivitas siswa dikatakan efektif apabila berada direntang waktu ideal.
Alokasi waktu untuk satu kali pertemuan 80 menit. Setiap pengamatan dilakukan
selang waktu dua menit dengan ketentuan satu menit pengamat melakukan
pengamatan aktivitas siswa, kemudian satu menit berikutnya mencatat kategori
pengamatan. Adapun kategori aktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Diar Rahmawati//FKIP Matematika UMS. 5


Tabel 2.2
KategoriAktivitas Siswa
Rentang waktu
Kategori aktivitas siswa yang Waktu Ideal ideal dengan
No.
diamati (menit) toleransi 5 menit
(menit)
Mendengarkan/memerhatikan
1. 20 15 ≤ x ≤ 25
penjelasan guru atau siswa.
2. MembacaLK 5 0 ≤ x ≤ 10
Mengerjakan LK
3. 25 20 ≤ x ≤ 30
dalamkelompokasal
4. BerdiskusiLK antarkelompokahli 15 10 ≤ x ≤ 20
Presentasikelompokahli di
5. 5 0 ≤ x ≤ 10
depankelas
Mengajukan
6. pertanyaan/tanggapan pada saat 5 0 ≤ x ≤ 10
presentasi kelompok.
7. Membuat/ menarikkesimpulan 5 0 ≤ x ≤ 10
8. Perilaku yang tidak relevan 0 0≤x≤5

(3) Analisis Data Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran.


Tingkat kemampuan guru tiap pertemuan dihitung dengan cara sebagai
berikut:

Nilai KG = ..…(Ariani, 2015:53)

Untuk kemampuan guru tersebut digunakan kategori seperti pada tabel


berikut ini:
KategoriKemampuan Guru Megelola Pembelajaran
Nilai Kategori
0,0 KG≤ 0,8 Tidak Baik
0,8 KG ≤1,6 Kurang Baik
1,6 KG≤ 2,4 Cukup Baik
2,4 KG ≤ 3,2 Baik
3,2 KG ≤4,0 Sangat baik

Jika rata-rata nilai keseluruhan ≤2,5 maka kemampuan guru dalam


mengelola pembelajaran dikatakan baik atau sangat baik.

Diar Rahmawati//FKIP Matematika UMS. 6


(4) Analisis data Respon Siswa
Data respon siswa dianalisis dengan menggunakan persentase. Persentase
setiap respon siswa dianalisis dengan rumus:

P= (Trianto, 2009:243)

Keterangan:
P = Persentase respon siswa
A = Banyak siswa yang memilih
B = Jumlah siswa (responden)

III. Hasil dan Pembahasan


Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka data hasil
penelitian yang diperoleh dikelompokkan menjadi empat ketuntasan hasil belajar,
aktivitas siswa, kemampuan guru mengelola pembelajaran dan respon siswa
terhadap model pembelajaran reverse jigsaw.
Hasil rekapitulasi nilai ketuntasan siswa selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Rekapitulasi Nilai Ketuntasan Hasil Belajar
∑ Siswa Persentase Nilai Rata-rata
Tuntas (KKM ≥ 2,66) 31 86,11%
Tidak Tuntas (KKM
5 13,89% 3
2,66)
Jumlah 36 100%

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa 31 orang siswa atau 86,11% dari seluruh
siswa telah mencapai ketuntasan secara individu, sedangkan siswa yang tidak
mencapai ketuntasan secara individu sebanyak 5 orang siswa yang masing-masing
mendapatkan 1,88; 2,27; 2,33; 2,21; 2,51. Hal itu terjadi karena siswa ada yang
lupa dengan sifat-sifat bangun datar segiempat, ada siswa yang lupa tentang sifat-
sifat sudut, ada siswa yang belum memahami soal cerita, ada siswa yang merasa
kesulitan untuk penerapan teorema phyragoras untuk mencari salah satu sisi
bangun segiempat. Namun demikian, hal tersebut tidak mempengaruhi ketuntasan
siswa dalam belajar dan siswa dengan mudah menguasai materi tentang bangun
datar segiempat dengan menggunakan model reverse jigsaw. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa kelas VII-A secara klasikal

Diar Rahmawati//FKIP Matematika UMS. 7


tercapai karena jumlah siswa yang tuntas hasil belajarnya ≥ 85% dari jumlah
siswa.
Hasil analisis data aktivitas siswa yang disajikan pada Tabel 3.2

Tabel 3.2
Hasil Analisis Data Aktivitas Siswa
Rata-rata
Rentang
waktu
N Kategori aktivitas siswa yang waktu Keterang
yang
o diamati ideal an
digunaka
(menit)
n (menit)
Mendengarkan/memerhatikan 15 ≤ x ≤ Tidak
1. 26
penjelasan guru atau siswa. 25 Efektif
2. Membaca LK 5 0 ≤ x ≤ 10 Efektif
Mengerjakan LK dalam kelompok 20 ≤ x ≤
3. 21 Efektif
asal 30
Berdiskusi LK antar kelompok 10 ≤ x ≤
4. 13 Efektif
ahli 20
Presentasi kelompok ahli di depan
5. 6 0 ≤ x ≤ 10 Efektif
kelas
Mengajukan pertanyaan/tanggapan
6. 3 0 ≤ x ≤ 10 Efektif
pada saat presentasi kelompok.
7. Membuat/ menarik kesimpulan 4 0 ≤ x ≤ 10 Efektif
8. Perilaku yang tidak relevan 2 0≤x≤5 Efektif
KESIMPULAN Efektif
Keterangan: perhitungan rata-rata dapat dilihat pada lampiran

Berdasarkan Tabel 3.2 hasil analisis aktivitas siswa selama pembelajaran


dengan model reverse jigsaw dengan 8 indikator aktivitas siswa yang diamati
yaitu pada aktivitas mendengarkan/memerhatikan penjelasan guru atau siswa
menggunakan rata-rata waktu 26 menit berada di luar rentang waktu ideal 15 ≤ x
≤ 25 menit. Hal ini terjadi karena pada saat presentasi ada siswa yang hanya
mendengarkan/memerhatikan siswa. Dengan demikian kegiatan ini memenuhi
kriteria tidak efektif karena berada di luar rentang waktu ideal. Aktivitas membaca
Lembar Kegiatan menggunakan rata-rata waktu 5 menit berada dalam rentang
waktu ideal 0 ≤ x ≤ 10 menit. Pada kegiatan ini berada tepat di rentang waktu
ideal. Dengan demikian kegiatan ini memenuhi kriteria efektif karena berada
dalam rentang waktu ideal. Aktivitas siswa yang mengerjakan Lembar Kegiatan
dengan teliti dan bertanggung jawab dalam kelompok asal menggunakan rata-rata
waktu 21 menit berada dalam rentang waktu ideal 20 ≤ x ≤ 30 menit. Hal ini

Diar Rahmawati//FKIP Matematika UMS. 8


menunjukkan bahwa pada kegiatan ini berada di waktu yang kritis, karena kurang
dari waktu ideal. Meskipun begitu kegiatan ini memenuhi kriteria efektif karena
berada dalam rentang waktu ideal. Aktivitas siswa yang berdiskusi Lembar
Kegiatan antar kelompok ahli menggunakan rata-rata waktu 13 menit berada
dalam rentang waktu ideal 10 ≤ x ≤ 20 menit. Hal ini menunjukkan bahwa pada
kegiatan ini berada di waktu kritis, karena kurang dari waktu ideal. Meskipun
begitu, kegiatan ini memenuhi kriteria efektif karena berada dalam rentang waktu
ideal. Aktivitas siswa yang presentasi kelompok ahli di depan kelas menggunakan
rata-rata waktu 6 menit berada dalam rentang waktu ideal 0 ≤ x ≤ 10 menit. Hal
ini menunjukkan bahwa pada kegiatan ini melebihi waktu ideal. Meskipun begitu,
kegiatan ini memenuhi kriteria efektif karena berada dalam rentang waktu ideal.
Aktivitas siswa yang mengajukan pertanyaan/tanggapan pada saat presentasi
kelompok menggunakan rata-rata waktu 3 menit berada dalam rentang waktu
ideal 0 ≤ x ≤ 10 menit. Hal ini menunjukkan bahwa pada kegiatan ini berada di
waktu yang kritis, karena kurang dari waktu ideal. Salah satu contoh pertanyaan
siswa adalah “Darimana rumus luas dari jajargenjang?” Meskipun begitu,
kegiatan ini memenuhi kriteria efektif karena berada dalam rentang waktu ideal.
Aktivitas siswa yang membuat/menarik kesimpulan menggunakan rata-rata waktu
4 menit berada dalam rentang waktu ideal 0 ≤ x ≤ 10 menit. Hal ini menunjukkan
bahwa pada kegiatan ini berada di waktu yang kritis, karena kurang dari waktu
ideal. Salah satu contohnya adalah “sifat-sifat bangun persegi adalah memiliki
empat sisi yang sejajar dan sama panjang, keempat sudutnya sebesar 90 derajat,
panjang diagonal sama besar dan membagi sama panjang”. Meskipun begitu,
kegiatan ini memenuhi kriteria efektif karena berada dalam rentang waktu ideal.
Hasil rekapitulasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Rekapitulasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Pertemuan Rata- Persentas
Aktivitas
1 2 Rata e
Pendahuluan 3,2 3,2 3,2 80,00%
Inti 3,38 3,25 3,31 82,75%
Penutup 3,66 3,66 3,66 91,67%
Pengelolaan Waktu 4 3 3,5 87,50%
Suasana Kelas 3,66 3,33 3,5 87,50%

Diar Rahmawati//FKIP Matematika UMS. 9


Tabel 3.3 adalah tabel rekapitulasi kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dapat diketahui bahwa aktivitas guru yang terbesar adalah di bagian
penutup yaitu sebesar 91,67%, sedangkan aktivitas guru yang terkecil adalah di
bagian pendahuluan yaitu sebesar 80,00%.
Hasil respon siswa selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4
Rekapitulasi Respon Siswa
Respon (%)
Pertanyaan
Ya Tidak
Apakah selama pembelajaran dengan menggunakan model
97,22 2,78
pembelajaran reverse jigsaw menyenangkan?
Apakah proses pembelajaran menggunakan model
94,5 5,5
pembelajaran reverse jigsaw dapat membuat kamu lebih aktif?
Apakah cara penyajian materi pembelajaran mudah dipahami? 91,6 8,4
Apakah model pembelajaran reverse jigsaw menarik? 100 0
Apakah pembelajaran seperti yang telah kamu ikuti
69,4 30,6
merupakan suatu hal yang baru?
Apakah model pembelajaran reverse jigsaw yang diterapkan
86,2 13,8
oleh guru dapat memudahkan kamu memahami materi?
Apakah dengan menggunakan model pembelajaran reverse
94,5 5,5
jigsaw, kamu dapat menyelesaikan soal tes yang diberikan?
Menurut pendapatmu, apakah model pembelajaran reverse
86,2 13,8
jigsaw sangat cocok diterapkan pada pokok bahasan lain?
KESIMPULAN 89,95 10,05

Berdasarkan Tabel 3.4 dapat diketahui bahwa rata-rata 89,95% siswa


senang dengan proses pembelajaran matematika menggunakan model reverse
jigsaw dan 10,05% siswa kurang senang dengan proses pembelajaran matematika
menggunakan model reverse jigsaw. Dengan demikian respon siswa terhadap
proses pembelajaran matematika menggunakan model reverse jigsaw adalah
positif.

IV. Simpulan dan Saran


Berdasarkan hasil pembahasan yang dikemukakan diatas diperoleh
simpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw efektif dalam
pembelajaran matematika pada siswa kelas VII-A di SMP Wachid Hasyim 1
Surabaya karena telah memenuhi empat indikator. Hal ini ditunjukkan sebagai
berikut.

Diar Rahmawati//FKIP Matematika UMS. 10


1. Hasil tes belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model reverse
jigsaw menunjukkan bahwa 86,11% dari seluruh siswa telah mencapai
ketuntasan secara individu (KKM ≥ 2,66). Ketuntasan hasil belajar siswa
secara klasikal juga tercapai karena jumlah siswa yang tuntas hasil belajarnya
≥ 85% dari jumlah siswa.
2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan model reverse jigsaw di
kelas VII-A di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya menunjukkan bahwa tujuh
indikator aktivitas siswa (nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8) dalam rentang waktu
ideal sedangkan indikator aktivitas siswa nomor 1 tidak dalam rentang waktu
ideal.
3. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran diperoleh rata-rata
keseluruhan 3,4. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran memperoleh kategori sangat baik.
4. Hasil analisis respon siswa diperoleh persentase untuk semua pertanyaan
menunjukan bahwa ≥ 60% siswa memberikan respon positif terhadap
pembelajaran matematika dengan model reverse jigsaw.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitin ini, maka penulis
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dapat dijadikan salah satu
alternatif agar efektif dalam proses pembelajaran.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dapat dijadikan salah satu
alternatif agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran meningkat.
Kepada peneliti dibidang pendidikan dimasa mendatang agar dapat
mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran reverse
jigsaw dalam bidang studi matematika maupun di bidang studi yang lain
untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan secara umum.

V. Referensi
Ariani, Willys. 2015. Efektivitas Pembelajaran Matematika Dengan Model
Pembelajaran Reciprocal Teaching Pada Siswa Kelas Vii-B Di Smp
Muhammadiyah 10 Surabaya. Skripsi S-1 tidak dipublikasikan.
Surabaya: Program study keguruan dan ilmu pendidikan matematika
UMS.

Diar Rahmawati//FKIP Matematika UMS. 11


Indraswulan, Triayu. 2014. Keefektifan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team
Game Tournament) pada materi balok dan kubus dikelas VIII
SMPN 1 Kota Mojokerto. Tesis S-2 tidak dipublikasikan. Surabaya:
Program studi pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam
UNESA.
Kosasih, E. 2014. Strategi belajar dan pembelajaran implementasi kurikulum
2013. Bandung: Yrama widya.
Morisson, dkk. 2011. Designing Effective Instruction. New York: John Willry
dan Sons, Inc
Slavin, E. Robert. 2009. Psikologi Pendidikan teori dan praktik edisi kedelapan.
PT Indeks.
Trianto. 2009. Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta :
Kencana prenada media group.

Diar Rahmawati//FKIP Matematika UMS. 12

Você também pode gostar