Você está na página 1de 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan karunia-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan
sebuah makalah kesehatan terkait tentang konsep perilaku sehat sakit. Makalah ini
disusun oleh mahasiswa FKM UINSU dengan judul makalah yang ditetapkan, untuk
menjadi sumber nilai dalam mata kuliah promosi kesehatan. Dalam menyelesaikan
makalah ini, penulis menghaturkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membimbing Dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan,
oleh sebab itu penulis meminta maaf kepada penilai maupun pembaca. Saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan dikemudian hari. Akhir
kata penulis ucapkan terima kasih.

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada masa lalu, sebagian besar individu dan masyarakat memandang


sehat dan sakit sebagai sesuatu Hitam atau Putih. Dimana kesehatan
merupakan kondisi kebalikan dari penyakit atau kondisi yang terbebas dari
penyakit. Anggapan atau sikap yang sederhana ini tentu dapat diterapkan
dengan mudah, akan tetapi mengabaikan adanya rentang sehat-sakit.
Pendekatan yang digunakan pada abad ke-21, sehat dipandang dengan
perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki
kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan sosial
yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu (Haber,
1994).
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan
nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Kesehatan yang demikian menjadi dambaan setiap
orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang
tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor-faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya
terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian ini saling mempengaruhi dan
pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang
lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-
lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang
konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu.

2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian penyakit dan sakit
2. Teori perilaku mekanisme sakit
3. Elemen-elemen pokok dalam perilaku sakit
4. Peranan orang sakit

C. TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk memahami konsep sehat sakit
2. Untuk mengetahui pengertian penyakit dan sakit
3. Mengetahui teori perilaku mekanisme sakit
4. Mengetahui elemen-elemen pokok dalam perilaku sakit
5. Mengetahui apa saja Peranan orang sakit

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PENYAKIT DAN SAKIT

Definisi pengertian sehat adalah bukan hanya sekedar sehat secara


jasmani dan badan saja, akan tetapi hal ini juga mencakup akan kesehatan kita
secara mental jiwa dan juga spriritual sosial kita juga.

Konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam


cakupan yang sangat luas, yaitu keadaan yang sempurna baik fisik, mental,
maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat. Definisi
sehat yang dikemukakan oleh WHO ini merupakan suatu keadaan ideal dari sisi
biologis, psikologis, dan sosial sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas
secara optimal.

Penyakit (disease) adalah suatu bentuk reaksi biologis terhadap suatu


organisme, benda asing atau luka (injury). Hal ini adalah suatu fenomena yang
obyektif yang ditandai oleh perubahan fungsi-fungsi tubuh sebagai organisme
biologis. Sedangkan sakit (illness) adalah penilaian seseorang terhadap penyakit
sehubungan dengan pengalaman yang langsung dialaminya. Hal ini merupakan
fenomena subyektif yang ditandai dengan perasaan tidak enak (feeling unwell).

Pada kenyataannya di dalam masyarakat sendiri terdapat beraneka ragam


konsep sehat-sakit yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsop
sehat-sakit yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggara pelayanan
kesehatan. Timbulnya perbedaan konsep sehat-sakit yang dianut oleh masyarakat
dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan
kesehatan disebabkan karena adanya persepsi sakit yang berbeda antara
masyarakat dan provider.

4
Dari batasan kedua pengertian atau istilah yang berbeda tersebut tampak
adanya perbedaan konsep sehat-sakit yang kemudian akan menimbulkan
permasalahan konsep sehat-sakit di dalam masyarakat. Secara obyektif seseorang
terkena penyakit, salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya namun dia tidak
merasa sakit. Atau sebaliknya, seseorang merasa sakit atau merasakan sesuatu di
dalam tubuhnya, tetapi dari pemeriksaan klinis tidak diperoleh bukti bahwa ia
sakit.

Keadaan sehat dan sakit pada prinsipnya mempengaruhi perilakunya.


Orang dituntut melakukan peran-peran tertentu sesuai dengan keadaannya, sehat
atau sakit. Peran yang harus dilakukan oleh seseorang sesuai dengan keadaan
sehat dan sakit itu disebut health and sick roles. Orang yang sehat dituntut untuk
melakukan peran-peran tertentu dan bertanggung jawab terhadap diri dan orang
lain. Sementara orang yang sakit dituntut untuk berperan sebagai orang yang
sakit, dibebaskan dari tanggung jawab normalnya, bahkan tidak perlu
bertanggung jawab terhadap diri dan orang lain.

2. TEORI PERILAKU MEKANISME SAKIT.

Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara


seseorang memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala
yang dialami; melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan
kesehatan.

Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit, perilaku sakit bisa
berfungsi sebagai mekanisme koping.

Ada beberapa teori mengenai perilaku sehat dan perilaku sakit:

 Menurut Solita Sarwono(1993) yang dimaksud dengan perilaku sakit adalah


segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar
memperoleh kesembuhan.
 Menurut Suchman perilaku sakit adalah tindakan untuk menghilangkan rasa
tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu.

5
Sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit,
perawatan kebersihan diri, dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan
makanan bergizi.
 Menurut Kasl dan Cobb, perilaku sakit adalah aktivitas apapun yang
dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk mendefenisikan keadaan
kesehatannya dan untuk menemukan pengobatan mandiri yang tepat. Perilaku
sehat adalah suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang menyakini dirinya
sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap
asimptomatik.

Menurut Sri Kusmiyati dan Desmaniarti (1990), terdapat 7 perilaku orang sakit
yang dapat diamati, yaitu:

 Fearfullness (merasa ketakutan), umumnya individu yang sedang sakit


memiliki perasaan takut. Bentuk ketakutannya, meliputi takut penyakitnya
tidak sembuh, takut mati, takut mengalami kecacatan, dan takut tidak
mendapat pengakuan dari lingkungan sehingga merasa diisolasi.
 Regresi, salah satu perasaan yang timbul pada orang sakit adalah ansietas
(kecemasan). Untuk mengatasi kecemasan tersebut, salah satu caranya adalah
dengan regresi (menarik diri) dari lingkungannya.
 Egosentris, mengandung arti bahwa perilaku individu yang sakit banyak
mempersoalkan tentang dirinya sendiri. Perilaku egosentris, ditandai dengan
hal-hal berikut:
 Hanya ingin menceritakan penyakitnya yang sedang diderita.
 Tidak ingin mendengarkan persoalan orang lain.
 Hanya memikirkan penyakitnya sendiri.
 Senang mengisolasi dirinya baik dari keluarga, lingkungan maupun
kegiatan.
 Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku individu yang
sakit dengan melebih-lebihkan persoalan kecil. Akibatnya pasien

6
menjadi cerewet, banyak menuntut, dan banyak mengeluh tentang
masalah sepele.
 Reaksi emosional tinggi, yaitu perilaku individu yang sakit ditandai
dengan sangat sensitif terhadap hal-hal remeh sehingga menyebabkan
reaksi emosional tinggi.
 Perubahan perpepsi terhadap orang lain, karena beberapa faktor
diatas, seorang penderita sering mengalami perubahan persepsi
terhadap orang lain.
 Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di samping
memiliki rasa cemas juga kadang-kadang timbul stress. Faktor
psikologis inilah salah satu sebab berkurangnya minat sehingga ia
tidak mempunyai perhatian terhadap segala sesuatu yang ada di
lingkungannya. Berkurangnya minat terutama kurangnya perhatian
terhadap sesuatu yang dalam keadaan normal ia tertarik atau berminat
terhadap sesuatu.

Teori perilaku sakit Mechanics

Mechanics melakukan pendekatan social untuk mempelejari perilaku sakit.


Pendekatan ini di hubungkan dengan teori konsep diri, definisi situasi, efek dari
anggota grup dalam keehatan dan efek birokrasi. Teori ini menekankan pada 2 faktor:
a. Pesepsi atau define oleh individu pada suatu situasi.

b. Kemampuan individu melawan keadaan yang berat.

Faktor ini digunakan untuk menjelaskan tentang sakit dan cara untuk
mengatasinya, tetapi orang lain dengan kondisi yang lebih ringan justru mengalami
kesulitan sosial dan psiokologis. Mechanics menjelaskan variasi-variasi dalam
perilaku sakit, yaitu perilaku yang berhubungan dengan kondisi yang menyebabkan
seseorang menaruh perhatian terhadap gejala-gejala oada dirinya kemudian mencari
pertolongan.

7
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit

1. Faktor Internal

a. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami

Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat


mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari.

Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang
sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius,
akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari
bantuan.

b. Asal atau Jenis penyakit


Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta
mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka
klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program
terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan)
sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada.
Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang
diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien
mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang
ada.

2. Faktor Eksternal

a. Gejala yang Dapat Dilihat

Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra


Tubuh dan Perilaku Sakit.

8
b. Kelompok Sosial

Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit,


atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.

c. Ekonomi

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih


cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan
segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

d. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan

Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis
lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem
pelayanan kesehatan. Demikian pula beberapa klien enggan mencari
pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk
mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.

e. Dukungan Sosial

Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan


yang bersifat peningkatan kesehatan.

3. ELEMEN-ELEMEN POKOK PERILAKU SAKIT.


Empat Elemen yang Merpakan Komponen Dasar dalam Perilaku Sakit, yaitu:
a) Content (isi).
b) Sequence (urutan-urutannya)
c) Spacing (jarak)
d) Variability (variabilitas) perilaku sakit.

Dari ke-4 elemen tersebut dapat dikembangkan 5 konsep yang berguna


untuk analisis perilaku sakit.

a. Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care
untuk suatu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah untuk

9
mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai dengan
harapan.
b. Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada
lokasi yang sama.
c. Procrastination atau proses penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala
dirasakan.
d. Self medication atau mengobati sendiri dengan bebagai ramuan atau
membelinya di warung obat.
e. Discontinuity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan) pengibatan.

Tahap-tahap Perilaku Sakit


1. Tahap I (Mengalami Gejala)
Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah”.
Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum
menduga adanya diagnosa tertentu.Persepsi individu terhadap suatu gejala
meliputi: (a) kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll); (b)
evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal tersebut
merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon emosional.
jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejala penyakit dan dapat
mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.

2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit).

Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat.

Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang


terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus
diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.

10
Menimbulkan perubahan emosional spt : menarik diri/depresi, dan
juga perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau
sederhana tergantung beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan
perkiraan lama sakit.

Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan


kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan
kesehatan à akan tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka
ia akan segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan
berubah menjadi seorang klien.

3. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)

Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari
seorang ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan,
penyebab penyakit, dan implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang
akan datang

Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak


menderita suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita
penyakit yang bisa mengancam kehidupannya. à klien bisa menerima atau
menyangkal diagnosa tersebut.

Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan


pengobatan yang telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka
mungkin akan mencari sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi
dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain sampai mereka
menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya atau
sampai mereka menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan.

Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan,
mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh
diagnosa yang diinginkan

11
Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang
mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan
lain untuk meyakinkan bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak
terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan
mengunjungi beberapa dokter sebagai usaha klien menghindari diagnosa
yang sebenarnya.

4. Tahap IV (Peran Klien Dependen)

Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien


bergantung pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan
gejala yang ada. Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari
berbagai tuntutan dan stress hidupnya. Secara sosial klien diperbolehkan
untuk bebas dari kewajiban dan tugas normalnya à semakin parah sakitnya,
semakin bebas.

Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan


jadwal sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di
tempat ia bekerja, rumah maupun masyarakat.

5. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)

Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara
tiba-tiba, misalnya penurunan demam. Penyembuhan yang tidak cepat,
menyebabkan seorang klien butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke
fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.

4. PERANAN ORANG SAKIT


Orang yang berpenyakit (having a disease) dan orang yang sakit
adalah dua hal yang berbeda. Berpenyakit adalh suatu kondisi patalogis yang
objektif, sedangkan sakit adalah evaluasi atau persepsi individu terhadap
konsep sehat-sakit. Dua orang atau ebih secara patalogis menderita suatu jenis
penyakit yang sama. Bisa jadi orang kesatu merasa lebih sakit dari yang
lain,dan bahkan orang orang yang satunya lagi tidak merasa sakit.

12
Orang yang berpenyakit belum tentu akan mengakibatkan berubahnya
peranan orang tersebut di dalam masyarakat. Sedangkan orang yang sakit
akan menyebabakan perubahan peranannya di dalam masyarakat maupun di
dalam lingkungan keluarga.
Jelasnya, orang yang sakitmemasuki posisi baru, dan posisi baru ini
menurut suatu peranan yang baru pula. Peranan baru orang sakit (pasien)
harus mendapat pengakuan dan dukungan dari anggota masyarakat dan
anggota keluarga yang sehat secara wajar. Sebab dengan sakitnya salah satu
anggota keluarga atau anggota masyarakat maka aka nada lowongan posisi
yang berarti juga mekanisme system di dalam keluarga atau masyarakat itu
akan terganggu.
Hal ini disebabkan salah satu anggota memegang peranan absen.untuk
itu maka anggota – anggota keluarga/masyarakat harus dapat mengisi
lowongan posisi tersebut yag berarti juga menggantikan peranan orang yang
sedang sakit tersebut. Kadang – kadang peranan orang yang sakit tersebut
demikian luasnya sehingga peran yang ditinggalkan tidak mungkin digantikan
oleh satu orang saja. Hal ini mengingat pula orang yang mengantikan tersebut
sudah mempunyai posisi dan perananny sendiri. Demikian seterusnya bahwa
orang sakit sebagai anggota keluarga atau masyarakat akan mengakibatkan
perubahan – perubahan posisi dan peranan – peranannya.
Berbicara tentang peranan, maka ada dua hal yang saling berkaitan,
yakni hak (rights) dan kewajiban (obligation). Demikian juga peranan orang
sakit (pasien) akan menyangkut masalah hak dan kewajiban orang sakit
tersebut sebagai anggota masyarakat.
1. Hak – hak Orang Sakit
Hak orang sakit yang pertama dan yang utama adalah bebas
dari segala tanggung jawab sosial yang normal. Artinya, orang yang
sedang sakit mempunyai hak untuk tidak melakukan pekerjaan sehari
– hari yang biasa dilakukan. Hal ini boleh di tuntut, namun tidak
mutlak. Maksudnya, tergantung dari tingkat keparahan atau tingkat

13
persepsi dari penyakit tersebut. Apabila tingkat keparahannya masih
rendah maka orang tersebut mungkin tidak perlu menuntut haknya.
Dan seandainya mau menuntutnya harus secara penuh. Maksudnya, ia
tetap berada dalam posisinya tetapi peranannya dikurangi, dalam arti
volume dan frekuensi kerjanya dikurang.
Tetapi bila tingkat keparahannya tinggi maka hak tersebut
harus dituntutnya. Lebih – lebih apabila si sakit tersebut menderita
penyakit menular. Hak untuk tidak memasuki posisi social dapat di
tuntut olehnya sebab bila tidak akan berakibat ganda. Disatu pihak
akan menambah keparahan derajat keparahan sisakit dan juga akan
mengghasilkan hasil kerja yang tidak sempurna, dan di pihak lain
massyrakat atau anggota-anggota masyarakat yang lain akan tertulari
penyakitnya yang mungkin akan menimbulkan epidemi (out break )
yang berbahaya.
Tuntutan kedua adalah kepada organisasi kerja ( tempat kerja ),
dan yang ketiga adalah tuntutan hak sakit kepada organisasi-organisasi
masyarakat di mana si sakit menduduki posisi dan menjalankan peran.
Kedua tuntutan ini boleh langsung maupun melalui lembaga keluarga
dan bahkan melalui lembaga pelayanan kesehatan seperti surat cuti
dokter dan sebagainya.
Hak yang kedua dari orang sakit adalah hak untuk menuntut (
mengklaim ), bantuan atau perawatan kepada orang lain. Di dalam
masyarakat orang yang sedang sakit berada dalam posisi lemah, lebih-
lebih bila sakitnya sudah berada pada derajat keparahan yang tinggi.
Di pihak lain orag yang sakit dituntut kewajibannya untuk sembuh dan
juga dituntut untuk segera kembali berperan di dalam system social.
Dari situ ia berhak untuk dibantu dan di rawat agar cepat memperoleh
kesembuhan. Di dalam hal ini anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang tidak sakit berkewajiban untuk membantu dan
merawatnya. Oleh Karen tugas penyembuhan dan perawatan itu

14
memerlukan suatu kemampuan dan ketrampilan khusus maka tugas ini
didelegasikan kepada lembaga-lembaga masyarakat atau individu -
individu tertentu, seperti dukun, dokter, perawat, bidan, dan petugas
kesehatan yang lain.
2. Kewajiban-kewajiban Orang sakit
Di samping haknya yang dapat dituntut, orang yang sedang
sakit juga mempunyai kewajiban yang harus di penuhi.
Pertama, orang yang sedang sakit mempunyai kewajiban untuk
sembuh dari penyakitnya. Memperoleh kesembuhan bukanlah hak
penderita, tetapi kewajiban penderita. Mengapa? Karena manusia
diberi kesempurnaan dan kesehatan oleh Tuhan. Secara alamiah
manusia itu sehat. Adapun menjadi atau jadi jatuh sakit sebenarnya
merupakan keselahan manusianya sendiri. Oleh karena itu, bila ia
jatuh sakit maka ia berkewajiban unutk mengembalikan posisinya
kedalam keadaan sehat. Seperti telah di uraikan di atas bahwa orang
sakit itu lemah sehingga di dalam melakukan kewajibannya untuk
sembuh memerlukan orang lain. Dalam hal ini si sakit dapat
menjalankan kewajibannya mencari penyembuhan sendiri, atau minta
bantuan orang lain.
Apabila prinsip ini diterapkan d dalam masyarakat kewajiban
tersebut ada di masyarakat. Para petugas kesehatan dalam usahanya
ikut melibatkan masyarakat di dalam pelayanan kesehatan masyarakat,
sebenarnya hanya sekedar membantu msyarakat tersebut dalam rangka
menjalankan kewajibannya untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka. Seprti telah kita sepakati bersama bahwa
masyarakat dalam pendekatan pelayanan kesehatan masyarakat
sebagai subjek, dan juga consumer sekaligus sebagai provider, maka
dalam konteks peranan sakit orang yang sakit juga sebagai anggota
masyarakat dapat menuntut haknya sekaligus menjalankan kewajiban
orang sakit.

15
Jelasnya, memperoleh kesembuhan adalah hak dan kewajiban
orang sakit. Kewajiban orang sakit untuk mencari pengakuan ini
penting agar anggota masyarakat yang lain dapat menggantikan
posisinya dan melakukan peranan-peranannya selama ia dalam
keadaan sakit. Pengakuan ini misalnya dapat diwujudkan dengan
pemberian cuti sakit atau izin tidak masuk kerja, baik secara formal
maupun informal. Sedangkan pentingnya mencari nasihat dan kerja
sama oleh orang sakit kepada anggota masyarakat lain adalah dalam
rangka kewajibannya yang pertama, yakni agar memperoleh
kesembuhan yang secepat mungkin.

16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keadaan sehat dan sakit pada prinsipnya
mempengaruhi perilakunya. Orang dituntut melakukan peran-
peran tertentu sesuai dengan keadaannya, sehat atau sakit.
Peran yang harus dilakukan oleh seseorang sesuai dengan
keadaan sehat dan sakit itu disebut health and sick roles.
Orang yang sehat dituntut untuk melakukan peran-
peran tertentu dan bertanggung jawab terhadap diri dan orang
lain. Sementara orang yang sakit dituntut untuk berperan
sebagai orang yang sakit, dibebaskan dari tanggung jawab
normalnya, bahkan tidak perlu bertanggung jawab terhadap diri
dan orang lain.
B. SARAN
Perlu adanya soialisasi dari dinas kesehatan atau pihak
yang terkait kepada masyarakat tentang suatu penyakit, cara
pengobatan, dan pencegahannya agar perilaku dan kesadaran
masyarakat terahadap kesehatan menjadi lebih baik guna
mencapi masyarakat yang sehat.

17

Você também pode gostar