Você está na página 1de 20

PENYAKIT HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Dosen Mata Kuliah :


Ns Hasnidar, S.Kep., M.Kep

Di Susun Oleh :
Jihan Rizki Annisa 201601067

Tingkat/Kelas :
2B Keperawatan

STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hiperemesis gravidarum merupakan penyakit yang khas karena tidak
semua orang mengalami, melainkan hanya dapat ditemukan pada wanita
hamil. Ciri khas yang paling menonjol yaitu mual dan muntah, dan biasanya
terjadi pada pagi hari sehingga biasa disebut dengan “morning sickness”.
Secara etiologi faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum belu
diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang telah dikemukakan mulai
dari faktor prediposisi, faktor organik, faktor psikologik, hingga faktor
endokrin. Penatalaksanaannya pun bertahap bergantung pada manifestasi
klinis. Hiperemesis dianggap ringan bila bisa dirawat dirumah dan tidak
memerlukan perawatan secara intensif di rumah sakit. Pemberian health
education sangatlah penting supaya kondisi fisik maupun psikologis
menjadi lebih baik. Bila terjadi dehidrasi tidak sampai berat, nutrisi dapat
terpenuhi mengingat ibu hamil sangat perlu asupan nutrisi untuk dirinya
maupun janinnya.

1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada hiperemesis
gravidarum ringan.
Tujuan Khusus
 Mengkaji data pasien serta menganalisisnya
 Menegakkan diagnosa keperawatan dan menentukan prioritas
masalah klien
 Menyusun rencana tindakan keperawatan pada ibu hiperemesis
gravidarum ringan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS

I. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada
umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul
setiap saat bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu.
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan)
adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian
luas sehingga menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan
(Ben-Zion, MD, Hal:232)
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan
selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112)

II. Etiologi
Belum diketahui secara pasti, faktor-faktor predisposisi yang
dikemukakan:
1. Primigravida, molatudatidosa, diabetes, kehamilan ganda akibat kenaikan
HCG
2. Faktor organik : alergi, masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal,
perubahan metabolik
3. Faktor psikologi : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
memikul tanggung jawab dan sebagainya.
4. Faktor endokrin : hipertyroid, diabetes, progesteron yang menyebabkan
pengosongan lambung menurun pada awal kehamilan

III. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa

terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat

mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk

keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis

dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton

darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira ekstraseluler dan

plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai

menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.

Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang

pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan

gangguan keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan

keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus

dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan

gastrointestinal.
Pathways

Faktor alergi Faktor predisposisi Peningkatan estrogen

Emesis gravidarum Penurunan pengossongan lambung

Peningkatan tekanan gaster


Penyesuaian Komplikasi

Hiperemesis gravidarum

Intake nutrisi menurun Kehilangan cairan berlebih

Gangguan nutrisi Dehidrasi


kebutuhan tubuh Pengeluaran nutrisi
berlebihan

Cairan eksta seluler dan


plasma hemokonsentrasi

Aliran darah ke jaringan


Gangguan menurun
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Metabolisme intra sel Perfusi jaringan
menurun otak

Otot lemah Penurunan


kesadaran

Kelemahan tubuh

Intoleransi
aktifitas
IV. Manifestasi Klinis
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis

gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari

sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh

dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala

dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

 Tingkatan I (ringan)

- Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan

umum penderita

- Ibu merasa lemah

- Nafsu makan tidak ada

- Berat badan menurun

- Merasa nyeri pada epigastrium

- Nadi meningkat sekitar 100 per menit

- Tekanan darah menurun

- Turgor kulit berkurang

- Lidah mengering

- Mata cekung

 Tingkatan II (sendang)

- Penderita tampak lebih lemah dan apatis

- Turgor kulit mulai jelek

- Lidah mengering dan tampak kotor

- Nadi kecil dan cepat

- Suhu badan naik (dehidrasi)


- Mata mulai ikterik

- Berat badan turun dan mata cekung

- Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi

- Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi

asetonuria

 Tingkatan III (berat)

- Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari

somnolen sampai koma)

- Dehidrasi hebat

- Nadi kecil, cepat dan halus

- Suhu badan meningkat dan tensi turun

- Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal

dengan enselopati wernicke dengan gejala nistagmus,

diplopia dan penurunan mental

- Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati

V. Pemeriksaan Penunjang
Elektrolit darah dan urinalisis

VI. Komplikasi
Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan
dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat
kekurangan cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena muntah.
Keadaan ini menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma berkurang sehingga
volume cairan dalam pembuluh darah berkurang dan aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen
yang akan diantarkan ke jaringan mengurang pula. Dampak dari keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan umum, munculnya tanda-
tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan tergantung beratnya hiperemesis
gravidum), dan berat badan ibu berkurang. Risiko dari keadaan ini terhadap ibu
adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya
aktivitas sehari-hari ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin
adalah berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko
dari keadaan ini adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh.
Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah akan
turun. Kalium juga berkurang sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah
bertambah buruknya keadaan umum dan akan muncul keadaan alkalosis
metabolik hipokloremik (tingkat klorida yang rendah bersama dengan
tingginya kadar HCO3 & CO2 dan meningkatnya pH darah). Risiko dari
keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari
hiponatremi, hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan
umum ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan
energi (nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan
pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Perubahan metabolisme mulai terjadi
dalam tahap ini. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan
aseton dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan
berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak dari keadaan
ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi, terjadinya
metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan, berkurangnya
berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya bagi
ibu adalah kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini
terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko
bagi janin adalah pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu.
Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya
robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat
menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang terjadi
berupa robekan kecil dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat robekan ini
dapat berhenti sendiri. Keadaan ini jarang menyebabkan tindakan operatif dan
tidak diperlukan transfusi.

VII. Diagnosis
Secara klinis penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dilakukan
dengan menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu (amenore yang
disertai dengan tanda-tanda kehamilan). Lebih lanjut pada anamnesis
didapatkan adanya keluhan mual dan muntah hebat yang dapat mengganggu
pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan fisis diijumpai tanda-tanda vital
abnormal, yakni peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit),
penurunan tekanan darah, dan dengan semakin beratnya penyakit dapat
dijumpai kondisi subfebris dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
fisis lengkap dapat dijumpai tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan
sianosis, penurunan berat badan, uterus yang besarnya sesuai dengan usia
kehamilan dengan konsistensi lunak, dan serviks yang livide saat dilakukan
inspeksi dengan spekulum. Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperoleh
peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan
hipokalema, benda keton dalam darah, dan proteinuria.

VIII. Diagnosis Banding


Selain hiperemesis gravidarum, ada beberapa penyakit yang harus
dipikirkan jika terjadi mual dan muntah yang berat dan persisten pada ibu
hamil, yaitu:
 Ulkus peptikum
Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum
kronik yang mengalami eksaserbasi. Gejalanya adalah nyeri epigastrik
yang berkurang dengan makanan atau antasid dan memberat dengan
alkohol, kopi, atau OAINS. Nyeri tekan epigastrik, hematemesis, dan
melena dapat ditemukan.
 Kolestasis obstetrik
Gejala yang khas untuk kolestasis adalah pruritus pada seluruh tubuh tanpa
adanya ruam. Ikterus, warna urin gelap, dan tinja terkadang pucat juga
dapat ditemui walaupun jarang. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
peningkatan kadar enzim hati atau peningkatan bilirubin.
 Acute fatty liver
Pada penyakit ini ditemukan perburukan fungsi hati yang terjadi cepat
disertai dengan gejala kegagalan hati seperti hipoglikemia, ganguan
pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder akibat ensefalopati
hepatik. Penyebab kegagalan hati akut yang lain harus disingkirkan,
misalnya keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut.
 Apendiksitis akut
Pasien dengan apendiksitis akut mengalami demam dan nyeri perut kanan
bawah. Uniknya, lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia
kehamilan karena uterus yang semakin membesar. Nyeri dapat berupa
nyeri tekan dan nyeri lepas. Dapat ditemukan tanda Bryan (timbul nyeri
bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder (pasien berbaring miring ke
kiri dan letak nyeri tidak berubah).
 Diare akut
Gejal diare akut adalah mual dan muntah disertai dengan peningkatan
frekuensi buang air besar di atas 3 kali per hari dengan konsistensi cair.
IX. Penatalaksanaan
1. Pencegahan

Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan

memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu

proses yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :

a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan

muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan

akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.

b. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan

sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.

c. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari

tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering arau biskuit

dengan teh hangat

d. Hindari makanan yang berminyak dan

berbau lemak

e. Makan makanan dan minuman yang

disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin

f. Usahakan defekasi teratur.

2. Terapi obat-obatan

Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka

diperlukan pengobatan

- Tidak memberikan obat yang terotogen

- Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital


- Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan

B6

- Antihistaminika seperti dramamine, avomine

- Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin

hidrokhoride atau khlorpromazine

1. Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap

di rumah sakit

Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :

a. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan

peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu

hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan

yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi

atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan

b. Terapi psikologik

Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang

wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan khawatir.

Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan

dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi latar

belakang penyakit ini.

c. Terapi mental

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan

protein dengan glukosa 5 %, dalam cairan gram fisiologis sebanya


2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah dengan kalium dan

vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada

kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino esensial

secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang amsuk dan

dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang telah

disebutkan diatas.

d. Terminasi kehamilan

Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.

Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila

keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia, ikterik, anuria,

dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.

Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri

kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering

sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu

capat dan dipihal lain tidak boleh menunggu sampai terjadi

irreversible pada organ vital.


KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa Keperawatan yang muncul

1. Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

pengeluaran nutrisi yang berlebihan dan intake kurang

Tujuan :

a. Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal, memberikan

makanan yang mengandung vitamin, mineral, protein dan besi

b. Mengikuti diet yang dianjurkan

c. Mengkonsumsi suplemen zat besi/ vitamin sesuai resep

d. Menunjukkan penambahan berat badan yang sesuai (biasanya 1,5

kg pada akhir trimester pertama)

Intervensi

a. Tunjukkan keadekuatan kebiasaan asupan

nutrisi dulu/ sekarang dengan menggunakan batasan 24 jam.

Perhatikan kondisi rambut, kulit dan kuku.

b. Dapatkan riwayat kesehatan, cacat usia

(khususnya kurang dari 17 tahun, lebih dari 35 tahun)


c. Pastikan tingkat pengetahuan tentang

kebutuhan nutrisi

d. Berikan informasi tertulis / verbal yang

terpat tentang diet pra natal dan suplemen vitamin / zat besi setiap hari

e. Evaluasi motivasi/ sikap dengan mendengar

keterangan klien dan meminta umpan balik tentang informasi yang

diberikan

f. Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet

sesuai dengan budaya dan hal – hal tabu selama kehamilan

g. Perhatikan adanya pika/ ngidam. Kaji

pilihan bahwa bukan makanan dan tingkat motivasi untuk

memakannya

h. Timbang berat badan klien; pastikan berat

badan pregravida biasanya. Berikan inforamasi tentang penambahan

prenatal yang optimum

i. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/

muntah

Kesampingkan muntah pernisiosa (hiperemesis gravidarum )

j. Pantau kadar hemoglobin (Hb, Hematokrit)

k. Tes urine terhadap aseton, albumin dan

glukosa

l. Ukur pembesaran uterus


m. Buat rujukan yang perlu sesuai dengan

indikasi (misal pada ahli diet, pelayanan sosial)

n. Rujuk pada program makanan wanita, bayi,

anak-anak dengan tepat

2. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan

tujuan :

i. Mengidentifikasi dan melakukan tindakan untuk menurunkan

frekuensi dan keparahan mual/ muntah

ii. Mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang sesuai setiap hari

iii. Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala dehidrasi yang memerlukan

tindakan

Intervensi

a. Tentukan frekuensi / beratnya mual/ muntah

b. Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain (misalnya

ulkus peptikum, gastritis,kolesistitis)

c. Anjurkan klien mempertahankan masukan/ keluaran, tes urine dan

penurunan berat badan setiap hari.

d. Kaji suhu dan turgor kulit, membrane mukosa, tekanan darah (TD),

suhu, masukan/ keluaran, dan berat jenis urine

Timbang berat badan klien dan bandingkan dengan standar


e. Anjurkan peningkatan masukan minimal berkarbonat, makan enam

kali sehari dengan jumlah yang sedikit dan makanan tinggi

karbohidrat (misalnya popcorn, roti kering sebelum bangun tidur.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh, penurunan

metabolisme sel

Tujuan :

b. Melaporkan peningkatan rasa sejahtera/ tingkat energi

c. Mendemonstrasikan peningkatan aktivitas fisik yang dapat diukur

Intervensi

a. Pantau respon fisiologis terhadap aktifitas, misal : perubahan

tekanan darah, atau frekuensi denyut jantung/ pernafasan

b. Buat tujuan aktifitas realistis dengan pasien

c. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat.

Jadwalkan aktifitas untuk periode bila pasien mempunyai banyak

energi. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan jadwal

d. Dorong pasien untuk melakukan kapanpun. Misal : perawatan diri,

bangun dari kursi, berjalan

e. Berikan latihan rentang gerak pasif/ aktif pada pasien yang

terbaring di tempat tidur

f. Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah, singkirkan perabotan,

bantu ambulasi

g. Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi

h. Rujuk pada therapi fisik/ okupasi


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

a. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang

berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari

karena keadaan umum pasien memburuk.

b. Penyebab Hiperemesis gravidarum secara pasti belum

diketahui, faktor predisposisinya antara lain ; peningkatan kadar HCG,

faktor organik, dan faktor endokrin lainnya.

c. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan

dehidrasi, kekurangan energi, tertimbun zat metabolik toksik,

terganggunya keseimbangan elektrolit dan perdarahan gastrointestinal

d. Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu

ringan, sedang dan berat

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak

kekurangan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharap

saran yang membangun dari pembaca sebagai penyempurna dari makalah

asuhan keperawatan yang telah kami susun.


DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta : EGC.

Sastrawinata, Sulaeman. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.

Sastrawijaya, Sulaeman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elstar Offset.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.2005.

Você também pode gostar