Você está na página 1de 49

Asal mula penciptaan alam semesta

Bagaimana alam semesta berawal adalah pertanyaan yang mempesona manusia sepanjang
jaman. Pada abad ke16 Copernicus mengemukakan teori bahwa matahari tidak
mengelilingi bumi tapi bumilah yang justru mengelilingi matahari. Dia pun dihukum
gantung karena dianggap bertentangan dengan dogma gereja pada waktu itu yang
menyatakan bumi sebagai pusat alam semesta. Pada abad ke 17 Galileo Galilei dengan
teleskop ciptaannya mampu membuktikan bahwa bumi mengelilingi
matahari.

Pada tahun 1929 Edwin Hubble menciptakan teleskop Hubble di abservatoriumnya di


Mountwilson, California. Setelah berbulan-bulan melakukan pengamatan, dia menemukan
bahwa bintang-bintang semakin hari menunjukkan warna semakin merah. Dalam hukum
Fisika dikenal jika benda semakin menjauhi titik pengamatan akan menunjukkan
spectrum merah, sedangkan benda yang mendekati titik pengamatan menunjukkan
spectrum biru. Itu artinya benda-benda luar angkasa kian hari semakin
menjauhi satu sama lainnya atau dengan kata lain alam semesta semakin meluas.

Edwin Huble kemudian melakukan perhitungan mundur.Jika benda-benda angkasa semakin


menjauh berarti dahulunya benda-benda angkasa bermula dari sesuatu
yang padu (satu) dan kemudian meledak dengan kecepatan yang luar biasa. Menurut
perhitungan yang cermat para ilmuan menyimpulkan bahwa sesuatu yang padu (satu) itu
haruslah bervolume nol. Jika suatu benda bervolume nol itu artinya sesuatu itu
berawal dari ketiadaan. Dengan kata lain sesuatu yang padu itu diciptakan. Lalu
muncullah teori yang sangat terkenal yang disebut teori big bang (ledakan besar).

Sebelum Edwin Huble menemukan kenyataan ini, melalui perhitungan yang cermat Albert
Einstein sebenarnya telah memperhitungkan bahwa ruang angkasa tidak statis
melainkan terus meluas, tetapi pendapat itu disimpannya karena pada waktu itu
pendapat yang mengatakan bahwa alam semesta bersifat statis (tidak berawal dan
kekal) sangat populer. Pendapat tentang alam semesta statis ini dikemukakan oleh
para pendukung materialisme (atheis).

Walaupun Edwin Huble sudah menemukan kenyataan bahwa alam semesta bersifat meluas
para pendukung materialisme tetap tidak mau mengakui adanya kebenaran
ini. Mereka tetap berkeyakinan bahwa alam semesta tidak berawal dan bersifat kekal.
Mereka hendak mengingkari adanya penciptaan. Dengan kata lain mereka mengingkari
adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta. Pendapat mereka ini sebenarnya
dipengaruhi oleh filsafat Yunani kuno yang mengatakan bahwa materi tidak berawal
dan tidak berakhir. Dengan berbagai cara mereka menyanggah pendapat Edwin Hubble
dan Albert Einstein ini. Mereka menyanggahnya dengan metode filsafat yang
menimbulkan perdebatan tak berujung.

Di tahun 1948 ahli fisaka Amerika George Gemof mengemukakan seandainya alam semesta
ini dulunya adalah satu dan kemudian meledak maka pasti ledakan besar itu
meninggalkan sisa-sisa radiasi di ruang angkasa. Pada tahun 1965 dua orang ilmuan
Arnold Pengias dan Robert Wilson menemukan sisa-sisa radiasi yang tersebar di ruang
angkasa. Atas penemuannya itu, mereka berdua memperoleh hadiah Nobel.

Pada tahun 1989 NASA meluncurkan satelit ke luar angkasa untuk meneliti tentang
gejala radiasi alam semesta. Melalui sensor-sensor yang dipasang disatelit yang
disebut sensor kobe mereka menangkap adanya radiasi sisa-sisa ledakan besar yang
menyebar
diseluruh ruang angkasa. Penemuan ini menghebohkan dunia dan media masa. Newsweek
bahkan dalam sampul majalahnya menulis : Science telah menemukan Tuhan.
Fisikawan Inggris Stephen Hawking menyebutkan penemuan ini sebagai penemuan
terbesar dalam bidang astronomi di abad ini bahkan mungkin sepanjang masa.
Belakangan salah satu dari orang-orang yang menentang adanya tuhan mengaku bahwa
mereka mempertahankan pendapat alam statis bukan karena mereka yakin akan
kebenaran pendapat mereka tapi karena berharap pendapat mereka benar sehingga fakta
adanya penciptaan dan tuhan dapat mereka sangkal.

Coba simak dua ayat Al-Quran dibawah ini :

�Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang PADU, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?� (Al Anbiyaa 21:30)

�Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-
benar berkuasa MELUASKANNYA� (Adz zaariyaat 51:47)

Jika Al Quran itu hanyalah karangan Muhammad, lalu mungkinkah 14 abad yang lalu
ketika ilmu pengetahuan belum secanggih sekarang, seorang manusia di tengah gurun
yang gersang di Arab bisa mengetahui bahwa alam semesta diciptakan dari sesuatu
yang padu dan kemudian meluas?
Posted in: on Saturday, August 05, 2006 at at 12:46 AM
2 comments:
1. aulia On 4:36 AM Wrote
bagus ini artikelnya..emang banyak kok orang yang ga percaya ttg ini, ga tau
knp..mungkin mereka ga mau mikir aja..sekaligus artikel ini tambahan ilmnu buat
kita..makasih ya

2. suarjana On 11:30 PM Wrote


Bagaimanapun alam semesta itu abadi, tak berawal dan tak berakhir. tak pernah ada
yang menciptakan dan tak pernah akan ada yang bisa memusnahkan. Itu adalah
kebenaran yang paling benar. yang ada hanyalah perubahan. tanpa perubahan alam
semesta yang sekarang tak mungkin tercipta. walaupun alam semesta berasal dari
kekosongan, namun kekosongan tersebut sebenarnya adalah berisi, kalau begitu
siapakah yang menciptakan kekosongan itu? sesuatu yang kosong itu tidak mungkin
ada. kekosongan hanya ada di pikiran manusia yang penuh dengan pembatas. pembatas
yang diciptakan oleh pikiran manusia sendiri

Siti Hawa Bukan Berasal Dari Tulang Rusuk Nabi Adam?


Sana'a--RoL-- Pengetahuan sejak turun temurun bagi sebagian besar kaum Muslimin
bahwa Hawa, ibu dari sekalian umat manusia diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam.

Sebagian besar ulama pun sering menyampaikannya di acara-acara ceramah bahwa memang
Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam, yang dari keduanya umat manusia
berkembang sampai hari kiamat kelak.

Beberapa dai yang muncul di layar-layar kaca (TV) tidak sekalipun menyebutkan
adanya perbedaan atau polemik ulama dan fuqaha (ahli fiqh) tentang asal penciptaan
Siti Hawa sehingga pendapat tersebut sepertinya telah baku. Tapi beberapa ulama
kontemporer tidak sependapat dengan keyakinan umum itu.

Masalah penciptaan ummul bashar (ibu umat manusia) tersebut kembali diangkat oleh
sejumlah ulama belum lama ini. "Ibunda Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam adalah
keyakinan yang keliru," kata DR. Abdul Ghani Shama, seperti dikutip harian Al-
Bayan, Jumat (20/4). Menurut Penasihat Menteri Wakaf Mesir itu, keduanya diciptakan
dari materi yang sama, sedangkan keyakinan yang berkembang selama ini adalah
berasal dari israiliyat (kisah-kisah yang tidak jelas asalnya).

"Banyak kisah tentang penciptaan Hawa, sebagian menyebutkan dari tulang rusuk
bengkok Nabi Adam, sebagian kisah menyebutkan dari tulang rusuk lurus. Ada juga
yang menyebutkan bahwa saat Nabi Adam terbangun tiba-tiba di sampingnya telah ada
Siti Hawa," kata DR. Aminah Nuseir.
Guru besar Aqidah dan Filsafat di Universitas Al-Azhar Kairo itu mengingatkan bahwa
kisah-kisah tersebut tidak ada dasarnya semuanya adalah 'israiliyat' yang tidak
bisa dijadikan dasar. "Akidah Muslim yang benar adalah baik Adam maupun Hawa
berasal dari nafsun wahidah (yang satu) yang sangat jelas dipaparkan oleh Al-
Qur'an. Jadi tidak perlu ditafsirkan dengan kisah-kisah yang tidak jelas," katanya.

Hal senada juga ditandaskan oleh pakar Muslim, Abdul Fatah Asakir. "Pendapat
sebagian ulama yang menyebutkan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam, tidak tepat,
karena ia diciptakan dari jenis yang sama". Menurut dia, sejumlah hadis yang
menjadi sandaran sebahagian ulama tentang Siti Hawa sanadnya (penukil hadis) lemah.
Ia menyebutkan sejumlah hadis tersebut yang ia ragukan keabsahannya.

Tidak mengerti
Tetapi, ulama lain mengingatkan bahwa mereka yang tidak mengakui Hawa diciptakan
dari tulang rusuk Nabi Adam, tidak mengerti Islam, sebab ayat dalam Al-Qur'an jelas
bahwa yang dimaksud dengan nafsun wahidah adalah Nabi Adam.

"Dengan demikian Hawa dijadikan dari nafsun wahidah artinya diciptakan dari Nabi
Adam lalu umat manusia berkembang dari keduanya," kata DR. Musthafa Al-Shuk'ah,
anggota Lembaga Riset Islam Mesir. Ia menolak pendapat yang menyebutkan bahwa
penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam adalah didasarkan pada 'israiliyat'.

"Mereka yang mengatakan 'israiliyat' harus takut kepada Allah," ujarnya lagi.
Penegasan yang sama juga dikemukakan oleh DR. Ahmed Taha, guru besar fiqh lintas
mazhab. "Setiap orang yang berkeyakinan bahwa Hawa tidak diciptakan dari tulang
rusuk Adam adalah keyakinan yang tidak benar," katanya.

Ia juga menyebutkan dalil dari ayat Al-Qur'an yang sama dari dalil ulama yang
mengingkari Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam. "Hadis lebih menjelaskan lagi bahwa
ibunda Hawa memang berasal dari tulang rusuk Nabi Adam," tuturnya. Antara

Mengungkap konstruksi piring terbang

Sungguh, Allah menahan planet-planet dan bumi agar tidak luput /dari garis
orbitnya/, Jika semua itu sampai luput, adakah yang dapat menahannya selain Dia ?
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
(QS. 35:41)

Semesta raya ini berasal dari Alma' yang diberi Rawasia.Rawasiya merupakan turunan
kata rasa /meneguhkan, mengikat, menambat/, dan dengan demikian memiliki arti
peneguh, pengikat, penambat atau gaya alami yang menyusun tata letak dan tata gerak
semesta.

Para ilmuwan sendiri telah merumuskan empat gaya alami yang mengatur matematika
tata letak dan tata gerak semesta. Pertama adalah gravitasi yang membuat materi
bermassa saling tarik. Kedua adalah elektromagnetika yang bekerja pada muatan
listrik yang diam dan bergerak, termasuk antara inti atom dan elektron. Ketiga
adalah interaksi lemah yang mengikat inti atom. Dan keempat adalah interaksi kuat
yang mengikat partikel yang menyusun inti atom.
Dengan berbagai sistem Rawasia itu terwujudlah berbagai macam benda angkasa,
terpisah menurut keadaan dan susunan sebagaimana yang terlihat sekarang. Namun
meski semua benda-benda angkasa, terutama planet-planet memiliki Rawasia tetapi
masing-masingnya mempunyai daya tarik yang berbeda. Hal itu tergantung pada jarak
sesuatu planet dari matahari selaku titik pusat yang dikitari.

Semakin dekat suatu planet pada matahari semakin kecillah daya tarik magnetnya dan
semakin teballah atmosfir yang melingkupi planet itu. Sebaliknya bila suatu planet
jauh dari matahari maka nilai tarik magnetnya lebih besar dan atmosfirnya lebih
tipis. Demikian pula susunan bintang-bintang yang mengorbit dalam daerah suatu
galaksi, berbeda-beda pula nilai tariknya.
Bumi dan planet lainnya memiliki Rawasia dengan sistem yang dinamakan Simple, untuk
contohnya kita pakai planet bumi ini sendiri: Dari utara keselatan membujur Rawasia
atau batang magnet yang memutar bumi ini 3600 dalam waktu 24 jam /tepatnya 23 Jam
56 menit/.

Hal itu berlaku berkepanjangan. Kutub utara bumi adalah ujung Rawasia dengan magnet
negatif dan diselatannya positif, yaitu kebalikan dari unsur magnet yang dimiliki
matahari pada kedua kutubnya, dan hal inilah yang menyebabkan adanya tarik menarik
antara bumi dan matahari disepanjang jaman. Bumi berputar disumbunya sambil beredar
mengelilingi matahari pada jarak tertentu yang diperkirakan sejauh 93.000.000 mil.

Kutub utara bumi menarik unsur positif dari permukaan matahari sembari membuang
unsur negatif yang ditarik oleh kutub utara matahari. Kutub selatan bumi menarik
unsur negatif sembari membuang unsur positif yang ditarik oleh kutub selatan
matahari.

Unsur magnet yang dikutub utara dan selatan bumi berpapasan dalam perut bumi dan
perantukannya bisa menimbulkan gempa dan letusan gunung. Jadi magnet bumi ini hanya
keluar dikutub-kutubnya dan karenanya permukaan planet ini membeku praktis dipakai
untuk tempat kehidupan. Fungsi Rawasia yang demikian kita namakan dengan sistem
Simple.

Kalau orang memperhatikan kedudukan pool magnet bumi di utara dan di


selatan,terbuktilah bahwa pool atau ujung Rawasia itu senantiasa berpindah tempat
sejauh maximal 100 dari kutub putaran bumi atau sejauh 1.100 kilometer. Hal ini
cocok dengan maksud ayat berikut :

Dan Dia tempatkan Rawasia di bumi untuk memberi kekuatan padamu, dan siang-siang
dan garis edaran agar kamu mendapatkan petunjuk, dengan kompas dan dengan
matahari /bintang-bintang/ mereka /akan/ mendapat petunjuk.(QS. 16:15-16)

Maksudnya adalah bahwa adakalanya matahari tepat menyinari daerah equator bumi,
waktu itu tercatat tanggal 21 Maret dan 22 September. Jika pada kedua tanggal itu
orang memperhatikan kompas akan kelihatanlah kedua jarumnya tepat menunjuk kearah
utara dan selatan kutub putaran bumi. Ini memperlihatkan bahwa antara kedua ujung
Rawasia bumi terbentuk segitiga sama kaki dengan matahari sebagai titik sudut
ketiga.

Adakalanya matahari itu miring keselatan, penanggalan waktu itu mencatat tanggal 22
Desember, berlakulah puncak musim panas dibelahan selatan bumi dan puncak musim
dingin dibelahan utara bumi. Sebaliknya tanggal 21 Juni, matahari berada maksimal
diutara dan berlakulah siang yang panjang dibelahan utara bumi dan malam yang
panjang dibelahan selatan.

Pada kedua tanggal itu orang akan dapat memperhatikan bahwa jarum kompas berpindah
sejauh 100 dari kutub utara putaran bumi karena sebagai dikatakan tadi : Ujung
Rawasia bumi senantiasa membentuk segitiga sama kaki dengan matahari.

Bumi yang beratnya sekitar 600 trilyun ton tidak jatuh pada matahari karena daya
lantingnya (centrifugal) dalam mengorbit, sebaliknya dia tidak terlanting jauh
keluar garis orbitnya ditahan oleh daya jatuhnya /gravitasi/ pada matahari sebagai
pusat orbit. Daya lanting bumi dan daya jatuhnya sama besar disebut orang dengan
Equillibrium, karena itu sampai sekarang bumi yang kita diami ini senantiasa
berputar beredar mengelilingi matahari.
AlQur'an sering menjelaskan persoalan rotasi dan orbit benda-benda angkasa, tidak
bertiang dan tidak bertali, semuanya bergerak dalam keadaan bebas terapung. Hanya
Rawasialah yang berlaku sebagai tenaga sentrifugal dan gaya tarik universal yang
menyebabkan setiap planet itu berputar disumbunya sembari membawanya berkeliling
matahari.

Kini kita misalkan saja, bagaimana kalau daya lanting bumi dipakai sedangkan daya
jatuhnya ditiadakan ?

Waktu itu praktis bumi ini akan melayang jauh meninggalkan matahari sebagaimana
yang diungkapkan dalam surah 35:41 diatas. Jadi tenaga centrifugal demikian dapat
dipakai untuk terbang jauh jika tenaga gravitasi dihilangkan. Akhirnya kita
terbentur kepada : Bagaimana cara menghilangkan daya jatuhnya itu ?

Suatu cara adalah dengan memutar bagian pesawat secara horizontal, bila putaran itu
semakin cepat akan semakin besarlah daya centrifugal dan semakin kecillah daya
gravitasi, akhirnya daya jatuh itu akan hilang sama sekali dan mulailah pesawat
terangkat dengan mudah tanpa pengaruh tarikan bumi.

Tentu orang akan heran : bagaimana pula pesawat dapat berputar terus menerus tanpa
tumpuan ?

Dari itulah kita namakan pesawat itu dengan Shuttling System yaitu pesawat berupa
piring dempet yang ditengahnya tempat penumpang :
1. Bagian atas, kita namakan Positif, berputar kekanan, semakin kepinggir massanya
lebih tebal dan berat.
2. Bagian bawah, kita namakan Negatif, berputar kekiri, semakin kepinggir massanya
lebih tebal dan berat.
3. Bagian tengah, kita namakan Neutral, tempat awak pesawat serta

perlengkapan dan mesin yang memutar positif dan negatif sekaligus.


Perlu ada satu mesin yang memutar dua piring pesawat itu dari dalam. Tidak jadi
masalah apakah mesin itu sama dengan yang memutar propeller kapal udara ataukah
yang mengangkat roket Apollo dari bumi.

Keliling pinggiran positif dan negatif boleh diberi gerigi yang menolak udara
sewaktu berada dalam atmosfir. Udara yang ditolak kekiri oleh Negatif disambut
tolakan kekanan oleh Positif. Keadaannya dapat diatur begitu rupa hingga hal itu
jadi tenaga untuk mengangkat pesawat yang bebas gravitasi atau pinggiran itu boleh
pula licin saja maka tenaga naiknya harus ditimbulkan oleh ledakan dari dalam
seperlunya.

Keseimbangan putaran Positif dan Negatif yang berlawanan arah ditimbulkan oleh satu
roda gigi yang digerakkan oleh mesin dalam ruang Neutral. Semakin cepat putarannya
akan semakin hilanglah bobot pesawat itu untuk jatuh kebumi, karenanya pesawat itu
dapat turun naik dengan mudah atau berhenti diudara.

Bagian Neutral yang memang tebal ditengahnya, disana ada mesin yang memutar Positif
dan Negatif berlawanan arah hingga pesawat itu tidak goncang. Kecepatan putaran itu
akan menghilangkan bobot Neutral itu sendiri, karenanya pinggiran Negatif dan
Positif harus lebih berat.

Bagian Neutral memiliki saluran keatas dan kebawah pada pusat Positif dan Negatif.
Saluran itu diperlukan untuk radar dan peneropongan. Pintu masuk terdapat dipusat
Positif, yaitu diatas pesawat. Pinggiran yang tipis dari Neutral diberi saluran-
saluran penembakan untuk keseimbangan dan pembelokan serta untuk keperluan lainnya.

Akhirnya pesawat itu berupa piring terbang kebal peluru, tak membutuhkan landasan
tertentu, dapat bergerak dengan kecepatan tinggi, water proff, dapat leluasa untuk
berbagai keperluan didarat dilaut dan diangkasa bebas tanpa bobot. Baik dalam
keadaan damai maupun dalam keadaan perang, efektif, tidak memerlukan bantuan dan
pengawasan dari pangkalannya.
Pesawat seperti ini sudah pernah dibuat pada jaman Nabi Sulaiman, hal ini terlihat
dari ayat AlQur'an berikut :

Lalu Kami jadikan Sulaiman memahaminya. Setiap orangnya Kami beri hukum dan
pengetahuan; dan Kami edarkan bersama Daud gaya-gaya alamiah/Rawasia dan burung-
burung yang bertasbih. Dan Kamilah yang melakukannya.(QS. 21:79)

Dan bagi Sulaiman angin; yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan sebulan
perjalanan dan diwaktu sorenya sebulan (pula) dan Kami suruh menyelidiki baginya
sumber logam. Diantara Jin ada yang bekerja dihadapannya dengan izin Tuhannya; dan
siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya
siksaan api yang menyala.

Mereka mengerjakan untuknya apa yang dia kehendaki dari gedung-gedung pencakar
langit dan patung-patung, serta piring-piring seperti kolam dengan roda-roda yang
bersumbu. Bekerjalah hai keluarga Daud sambil bersyukur, dan sedikit sekali dari
hamba-hambaKu yang berterima kasih. (QS. 34:12-13)

Analisis saya, bahwa Nabi Sulaiman dengan kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang
dipahaminya berkat kebijaksanaan Allah, telah mampu memahami hukum-hukum alam
termasuk apa yang kita sebut sekarang dengan aerodinamika, kekekalan massa,
kekekalan energi dan lain sebagainya sehingga beliau dapat menundukkan alam yang
pada konteks disini khususnya adalah angin sehingga dengan tekhnologinya beliau
mampu melakukan perjalanan secepat kilat yang perjalanannya diwaktu pagi lamanya
dengan perjalanan yang ditempuh oleh manusia biasa adalah satu bulan !

Mukjizat Nabi Muhammad SAW Membelah Bulan

Mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kita semua..


Assalamu'alaykum wr wb
Terlampir adalah foto bulan dari koleksi NASA. Semoga hal itu akan semakin
menyempurnakan keyakinan kita terhadap kekuasan Allah (swt) dan kerasulan nabi
Muhammad (saw).
Dalam Bukhari dan Muslim, juga dalam kitab2 hadits yang terkenal lainnya,
diriwayatkan bahwa sebelum Rasulullah (saw) hijrah, berkumpullah tokoh2 kafir
Quraiy, seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah dan Al 'Ash bin Qail.

Mereka meminta kepada nabi Muhammad (saw) untuk membelah bulan. Kata mereka,
"Seandainya kamu benar2 seorang nabi, maka belahlah bulan menjadi dua."
Rasulullah (saw) berkata kepada mereka, "Apakah kalian akan masuk Islam jika aku
sanggup melakukannya?"

Mereka menjawab, "Ya." Lalu Rasulullah (saw) berdoa kepada Allah agar bulan
terbelah menjadi dua. Rasulullah (saw) memberi isyarat dengan jarinya, maka
bulanpun terbelah menjadi dua. Selanjutnya sambil menyebut nama setiap orang kafir
yang hadir, Rasulullah (saw) berkata, "Hai Fulan, bersaksilah kamu. Hai Fulan,
bersaksilah kamu."

Demikian jauh jarak belahan bulan itu sehingga gunung Hira nampak berada diantara
keduanya. Akan tetapi orang2 kafir yang hadir berkata, "Ini sihir!" padahal semua
orang yang hadir menyaksikan pembelahan bulan tersebut dengan seksama.
Atas peristiwa ini Allah (swt) menurunkan ayat Al Qur'an: " Telah dekat saat itu
(datangnya kiamat) dan bulan telah terbelah. Dan jika orang2 (kafir) menyaksikan
suatu tanda (mukjizat), mereka mengingkarinya dan mengatakan bahwa itu adalah
sihir." (QS Al Qomar 54:1-2)
Subhanallah. Subhan ibn Abdullah Laem Chabang, 09/02/2005 . Telah Dekat Kiamat,
Bulan Telah Terbelah Allah berfirman: "Sungguh telah dekat hari kiamat, dan bulan
pun telah terbelah." (Q.S. Al-Qamar: 1)

Apakah kalian akan membenarkan ayat Al-Qur'an ini yang menyebabkan masuk Islamnya
pimpinan Hizb Islami Inggris? Di bawah ini adalah kisahnya. Dalam temu wicara di
televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof.Dr.Zaghlul Al-Najar, salah seorang
warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar di
atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah? Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar
menjawabnya sebagai berikut:
Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Beberapa waktu lalu, saya
mempresentasikan hal itu di University Cardif, Inggris bagian Barat. Para peserta
yang hadir ber-macam2, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu
tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an.

Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, " Wahai Tuan,
apakah menurut anda ayat yang berbunyi "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah
terbelah" mengandung mukjizat secara ilmiah?
Maka saya menjawabnya: Tidak, sebab kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu
pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan ilmu pengetahuan, sebab ia
tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya bulan, maka hal itu adalah
mukjizat yang terjadi pada masa Rasul terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi
wassalam, sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi2
sebelumnya.

Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang
yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits2
Rasulullah, maka tentulah kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal
itu. Akan tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur'an dan hadits2
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Dan memang Allah ta'alaa benar2 maha berkuasa atas segala sesuatu.

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah membelah
bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah Mukarramah ke Madinah Munawarah.
Orang2 musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba
tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu
(dengan nada mengejek dan meng-olok2)?" Rasulullah bertanya, "Apa yang kalian
inginkan?" Mereka menjawab, "Coba belah bulan..." Rasulullah pun berdiri dan
terdiam, berdoa kepada Allah agar menolongnya. Lalu Allah memberitahu Muhammad SAW
agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke
bulan dan terbelahlah bulan itu dengan se-benar2-nya. Serta-merta orang2 musyrik
pun berujar, "Muhammad, engkau benar2 telah menyihir kami!"

Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja "menyihir"
orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada di
tempat itu. Lalu mereka pun menunggu orang2 yang akan pulang dari perjalanan.

Orang2 Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru
pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari
perjalanan menuju Mekkah, orang2 musyrik pun bertanya, "Apakah kalian melihat
sesuatu yang aneh dengan bulan?" Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang
lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing2-nya
kemudian bersatu kembali..."
Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir ingkar).
Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: "Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan
telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda2 kebesaran Kami, merekapun ingkar
lagi berpaling seraya berkata, "Ini adalah sihir yang terus-menerus", dan mereka
mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar
telah tetap... (sampai akhir surat Al-Qamar).

Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar.
Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdiri
seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, "Aku Daud Musa
Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai Tuan, bolehkah aku menambahkan?"
Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab:"Dipersilahkan dengan senang hati."

Daud Musa Pitkhok berkata, "Aku pernah meneliti agama2 (sebelum menjadi muslim),
maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna2 Al-Qur'an
yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya dan aku membawa terjemah itu
pulang ke rumah. Dan ketika aku mem-buka2 terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka
surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: "Telah dekat
hari qiamat dan bulan pun telah terbelah..."

Aku bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal? Apakah mungkin bulan bisa terbelah
kemudian bersatu kembali? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal
itu? Maka, aku pun berhenti membaca ayat2 selanjutnya dan aku menyibukkan diri
dengan urusan kehidupan se-hari2. Akan tetapi Allah maha tahu tentang tingkat
keikhlasam hamba-Nya dalam pencarian kebenaran.

Suatu hari aku duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi antara
seorang presenter Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar
antariksa tersebut bercerita tentang dana yang begitu besar dalam rangka melakukan
perjalanan ke antariksa, padahal saat yang sama dunia sedang mengalami masalah
kelaparan, kemiskinan, sakit dan perselisihan.
Presenter berkata, "Andaikan dana itu digunakan untuk memakmurkan bumi, tentulah
lebih banyak gunanya." Ketiga pakar itu pun membela diri dengan proyek antariksanya
dan berkata, "Proyek antariksa ini akan membawa dampak yang sangat positif pada
banyak segmen kehidupan manusia, baik pada segi kedokteran, industri ataupun
pertanian. Jadi pendanaan tersebut
bukanlah hal yang sia2, akan tetapi hal itu dalam rangka pengembangan kehidupan
manusia."

Dalam diskusi tersebut dibahas tentang turunnya astronot hingga menjejakkan kakinya
di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana
tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget
dan berkata, "Kebodohan macam apalagi ini, dana yang begitu besar dibuang oleh AS
hanya untuk bisa mendarat di bulan?
" Mereka pun menjawab, "Tidak! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan
AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu
sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita
berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak
akan memberikan dana itu kepada siapapun."
Mendengar hal itu, presenter itu pun bertanya, "Hakikat apa yang kalian telah capai
hingga demikian mahal taruhannya?" Mereka menjawab, " Ternyata bulan pernah
mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali! Presenter
pun bertanya, "Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?" Mereka menjawab, "Kami
mendapati secara pasti dari batu2-an yang terpisah (katrena) terpotong di permukaan
bulan sampai di dalam (perut) bulan. Kami meminta para pakar geologi untuk
menelitinya, dan mereka mengatakan, "Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika
memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali!"

Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, " Maka aku pun
turun dari kursi dan berkata, 'Mukjizat (kehebatan) benar2 telah terjadi pada diri
Muhammad shallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang lalu. Allah benar2 telah
meng-olok2 AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, hingga 100 juta dollar,
hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin! Agama Islam ini tidak mungkin
salah... Lalu aku pun kembali membuka Mushhaf Al-Qur'an dan aku baca surat Al-
Qamar.
Dan saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam."

BERDEBAT DENGAN EVOLUSIONIS


KREASIONIS:
Diskusi ini terus berkembang biarpun ada yang agak sedikit emosional. Saya berusaha
untuk tidak emosional dalam menyikapi segala sesuatu. Saya sendiri bukan orang yang
bergelut di bidang ilmu Biologi, ketertarikan saya pada ilmu Biologi ketika buku-
buku Harun Yahya mulai masuk Indonesia. Dalam hal ini saya berterima kasih pada
Harun Yahya yang telah membuat minat baru untuk mempelajari ilmu biologi dan
masalah-masalah yang terkait dengannya (teori evolusi Darwinian tidak hanya
memasuki kawasan Biologi an sich).

Tampaknya diskusi-diskusi yang membangun, menerima kritikan, masukan, dan terbuka


yang merupakan karakteristik ilmu pengetahuan harus terus diadakan. Ada beberapa
pertanyaan yang hingga kini masih mengganjal hati saya setelah membaca beberapa
buku karya Harun Yahya:

1. Tentang "asal usul kehidupan" yang belum terpecahkan sama sekali hingga hari
ini. Menurut para evolusionis apakah hal ini masih memasuki kawasan fisika atau
sudah memasuki kawasan metafisika?

2. Tentang "materi yang hidup berasal dari materi yang mati". Melalui penelitian
yang panjang, Dr. Louis Pasteur - pakar bakteriologi - menolak anggapan itu dan
mengatakan bahwa materi yang hidup berasal dari materi hidup lainnya. Jadi,
diantara kedua hasil pemikiran ini manakah yang lebih valid dan kuat? dan jika
memang benar bahwa "materi yang hidup berasal dari materi yang mati" bisakah saya
diberi contohnya?

EVOLUSIONIS:
Sebetulnya saya kurang paham dengan istilah yang anda maksud sebagai "metafisika",
bagaimana anda mengatakan sesuatu itu "metafisik" atau "fisik"

KREASIONIS:
Yang saya maksud dengsn metafisika adalah kekuatan supranatural yang bekerja di
dalamnya, tidak dapat diamati oleh indera kita. Jika ada yang bertanya kepada saya,
"dari mana asal mula kehidupan"? Jawab saya "Tuhan yang mencipta semuanya itu,
entah melalui proses evolusi (jika saja benar) entah melalui jalan "penciptaan
khusus". Manusia tidak akan mampu membuktikan bahwa semua ini berasal dari
peristiwa kebetulan alias ujug-ujug ada. Tuhan-lah yang meng-ada-kannya. Inilah
yang saya maksud dengan fisika dan metafisika. Jadi daripada kita terlalu berlelah-
lelah menguaknya lebih baik kita duduk di rumah baca Al Quran dan terjemahannya.
Amati saja segala sesuatu yang memang bisa masuk dalam ruang pengamatan kita, yang
sudah teruji kebenarannya secara berulang-ulang. Bagaimana menurut saudara? Apakah
pendapat saya ini salah?

EVOLUSIONIS:
Sorry jadi panjang, ini sebenarnya diluar topik evolusi. Masalah ini lebih ke arah
kepercayaan. Pertanyaan klasik: bagaimana kita bisa mengetahui bahwa "kekuatan
supranatural bekerja di dalamnya"? padahal menurut Saudara "tidak dapat diamati
oleh indera kita"? Saya kira ini akan jadi obrolan filosofis .. :-)

KREASIONIS:
Setahu saya teori evolusi Darwin itu filsafat bukan sains (kalau salah tolong
diluruskan), yakni filsafat deisme.
EVOLUSIONIS:
Saya kira kurang tepat jika anda menanyakan demikian, karena teori evolusi tidak
membahas bagaimana, dan darimana asal usul mahluk hidup pertama.

KREASIONIS:
Bagaimana dengan pernyataan-pernyataan Oparin, Bada, Urey dan Miller? Saya kira
mereka evolusionis ternyata salah yah atau bagaimana?

Perhatikan perkataan mereka berikut ini:

Bada: �Kini, saat meninggalkan abad ke-20, kita masih menghadapi masalah terbesar
yang belum terpecahkan sejak awal abad ke-20: Bagaimana kehidupan muncul di muka
bumi?� (Jeffrey Bada, Earth, February 1998, p. 40).

Oparin: �Sayangnya, asal usul sel masih menjadi pertanyaan, yang merupakan titik
tergelap dari teori evolusi yang utuh.� (Alexander I. Oparin, Origin of Life,
(1936) NewYork: Dover Publications, 1953 (Reprint), p.196).

Profesor Klaus Dose, kepala Institut Biokimia di Universitas Johannes Gutenberg,


menyatakan: �Percobaan tentang asal usul kehidupan di bidang kimia dan evolusi
molekuler selama lebih dari 30 tahun, menghasilkan persepsi yang lebih baik tentang
kompleksitas asal usul kehidupan di bumi ini, dan bukannya memberikan jawaban yang
mereka harapkan. Saat ini, semua diskusi mengenai teori-teori dasar dan penelitian
di bidang ini berakhir dengan kebuntuan atau pengakuan atas ketidaktahuan.� (Klaus
Dose, "The Origin of Life: More Questions Than Answers", Interdisciplinary Science
Reviews, Vol 13, No. 4, 1988, p. 348).

EVOLUSIONIS:
Tidak salah. Pointnya adalah: walaupun mereka itu evolusionis, tetapi apa yang
mereka teliti adalah abiogenesis (bukan bagian teori evolusi). Tidak semua hal yang
dilakukan oleh orang yang percaya evolusi (evolusionis) adalah berhubungan dengan
evolusi. Mis: Urey suka makan durian, tak bisa semerta merta dikatakan evolusionis
suka makan durian.

KREASIONIS:
Kalau begitu ilmuwan seperti Urey berada di madzhab apa? Kalau bisa harus jelas
klasifikasinya. Misalkan Prof. Mahmud Ayob mempertentangkan Evolusionis atheis VS
evolusionis theis. Saya tahu kalau saudara pasti termasuk yang theis :)

EVOLUSIONIS:
Bisa saja seorang evolusionis percaya bahwa mahluk hidup pertama muncul oleh
abiogenesis, sedangkan evolusionis yang lain percaya bahwa mahluk hidup pertama
dibuat oleh suatu intelegensi lain. Tetapi yang jelas sebagai sesama evolusionis,
mereka sama-sama percaya bahwa mahluk hidup mengalami perubahan evolusi.

KREASIONIS:
Oo Ic, jadi sesama evolusionis memiliki konsep yang berbeda ya tentang makhluk yang
pertama kali muncul. Saya kira sama, soalnya yang saya tahu bahwa teori evo itu
kepanjangan tangan dari pemikiran Filsafat Yunani SM yg mengatakan bahwa makhluk
hidup berasal dari benda mati, makhluk hidup berasal dari lumpur.

Apa yang saudara maksud dengan intelegensi lain?

EVOLUSIONIS:
Sesuatu yang berintelegensi selain manusia, misalnya: Alien dari mars kalau ada.
(konsep Intelligent Design).

KREASIONIS:
Hmm, Teori Panspermia (makhluk hidup berasal dari Alien) yg disodorkan oleh Chandra
Wickramasinghe dan Hoyle ini belum teruji kebenarannya. Masih merupakan tanda tanya
besar. Jay Melosh, mahaguru ilmu keplanitan di Universitas Arizona mengatakan,
"saya kira sel-sel atau bakteria yang mereka temukan itu berasal dari bumi, dan
saya tidak yakin bahwa mereka berasal dari luar-bumi."

Kata pakar lainnya, Dr. Norman Sleep, mahaguru geofisika di Universitas Stanford,
ada kemungkinan ledakan gunung berapi telah mendorong udara yang mengandung mikroba
sampai ke lapisan stratosfir. Bumi ini, kata Dr Sleep, penuh dengan mikroba, dan
kalau angin berhembus, mikroba itu bisa saja terbawa arus angin.

Organisme hidup tidak mungkin tiba di bumi melalui meteor, karena saat meteor
memasuki lapisan atmosfer akan timbul panas luar biasa; dan saat jatuh di bumi,
benturan meteor terlalu keras.

Kalaupun makhluk hidup di bumi memang berasal dari luar angkasa, asal usulnya,
tidak mungkin tidak, pastilah melalui kreasi (penciptaan)

EVOLUSIONIS:
Mengenai materi yang hidup berasal dari materi yang hidup dan materi yang mati
berasal dari materi yang mati. Hal itu seperti terdengar seperti jika seorang
menanyakan: "Newton bilang dua massa akan saling tarik-menarik, tapi insinyur
penerbangan bilang, bisa bikin pesawat yang bisa terbang menjauhi bumi, mana yang
lebih valid dan kuat?". Lihat perbedaan dua kasus tersebut.

KREASIONIS:
Pesawat tidak bisa terlepas dari hukum gravitasi
Pernyataan 1: dua massa akan saling tarik menarik
pernyataan 2: pesawat yang bisa terbang menjauhi bumi

Pesawat punya masa, bumi punya massa dua-duanya akan saling tarik menarik. Pesawat
bisa terbang semakin tinggi karena ada (tambahan) gaya melawan gaya tarik menarik
tersebut kalau kita melempar batu ke atas (menjauhi bumi), bisa kan? setelah energi
kinetiknya habis, dia akan kembali.

Ketika pesawat sesaat sebelum terbang (take off) maka gaya yang menarik = gaya yang
mengangkat gaya yang mengangkat di sini bisa di hasilkan dari engine/mesin pada
pesawat terbang dengan sayap, gaya angkat ini di hasilkan oleh efek sayap. Ada
faktor kecepatan dari gerak pesawat juga.

Kecepatan gerak pesawat dari mesin atau roket atau lainnya... jika saudara bertanya
mana yang lebih valid dan kuat tentang kedua pernyataan ini maka saya akan katakan
tidak ada yang terpisah antara satu dengan yang lainnya. Intinya pesawat tidak bisa
terlepas dari hukum gravitasi!.

Yang menjadi pertanyaan saya adalah, mengapa menanyakan sesuatu yang memiliki
keterkaitan pernyataan kedua dengan pernyataan kesatu. Setahu saya, yang saya
tanyakan adalah mengenai biogenesis dan abiogenesis (yang jelas-jelas tidak
memiliki hubungan satu dengan yang lainnya!).

DEBAT KEDUA*
Berikut ini debat antara Almarhum Syaikh Muhammad Al Ghazali dengan seorang atheis.
Perlu diketahui Syaikh Al Ghazali adalah salah satu pakar hadits, tashawuf, dakwah,
mantan pimpinan harakah ikhwanul muslimin Mesir dan ahli tafsir ternama di dunia
Internasional serta salah seorang guru dari Dr. Yusuf Al Qaradhawi.

Atheis berkata, �Bila Allah memang Pencipta alam semesta ini maka siapakah yang
menciptakan Allah itu?�
Al Ghazali menjawab, �Seolah-olah pertanyaan atau keberatan Anda ini menegaskan
bahwa setiap sesuatu itu ada penciptanya�.

Atheis berkata, �Jangan Anda membuat saya bingung. Saya ingin Anda menjawab soal
saya!�

Al Ghazali berkata, �Anda tak perlu bingung. Anda berpendapat bahwa alam ini tidak
ada penciptanya, atau dengan kata lain bahwa dia ada dengan sendirinya dan tidak
butuh kepada Pencipta. Tetapi mengapa Anda menerima pendapat bahwa alam semesta ini
ada dengan sendirinya sejak dulu (azali) lalu merasa heran dengan keyakinan orang-
orang agama bahwa sesungguhnya Allah, Pencipta alam semesta ini, tidak ada awal
penciptaan-Nya? Jadi persoalannya Cuma satu, kenapa Anda hanya membenarkan diri
Anda sedang pendapat lainnya Anda tolak? Bila Anda berpendapat bahwa pencipta Tuhan
itu tidak ada adalah mitos, maka alam tanpa pencipta juga mitos, sesuai logika yang
Anda pakai�!

Atheis itu berkata, �Sesungguhnya kita yang hidup di alam ini merasakan adanya Dia.
Kita tidak mampu mengingkarinya!

Al Ghazali berkata, �Lalu siapa yang meminta Anda mengingkari wujudnya alam ini?
Ketika kita mengendarai dokar, kapal laut, maupun pesawat yang membawa kita
bepergian di atas jalan yang menakutkan, maka pertanyaan kita saat itu bukan
tertuju kepada keberadaan dokar itu sendiri, tetapi kita akan bertanya, adakah dia
berjalan dengan sendirinya ataukah dia dikendalikan oleh penunggang yang tangkas?!
Dari sini saya ingin kembali kepada pertanyaan Anda yang pertama untuk mengatakan
bahwa pertanyaan itu sesungguhnya kembali kepada diri Anda sendiri. Anda dan saya
ternyata mengakui adanya satu wujud yang berdiri sendiri. Wujud ini mustahil kita
ingkari. Anda berpendapat bahwa tidak ada kata awal yang berlaku terhadap materi,
dan saya berpendapat demikian pula terhadap Pencipta materi itu. Bila Anda menghina
wujud yang tidak memiliki awal itu, maka hinakanlah diri Anda terlebih dahulu
sebelum Anda menghina orang-orang beragama.�

Atheis berkata, �Adakah Anda bermaksud mengatakan bahwa hipotesa rasional ini Cuma
satu tapi untuk dua hal yang berbeda?�

Al Ghazali menjawab, �Saya sengaja berpanjang-panjang dalam bicara untuk menyingkap


kebohongan dan pengakuan kosong yang menjadi keyakinan atheisme. Adapun hipotesa
rasional itu jelas berbeda antara orang mukmin dengan orang kafir. Sesungguhnya
saya, dan Anda, memandang sebuah istana. Setelah mengamati dengan baik, saya
berkesimpulan bahwa istana itu pasti ada pembuatnya. Sementara Anda berkesimpulan
bahwa kayu istana itu, besi, batu maupun catnya telah tertata sedemikian rupa pada
tempatnya dengan sendirinya. Perbedaan di antara pandangan kita berdua ini adalah
bahwa saya melihat satelit berputar di angkasa kemudian Anda berkata, �dia terbang
dengan sendirinya; tidak ada yang mengaturnya dan mengendalikannya�. Sedang saya
berpendapat, satelit itu diterbangkan dan dikendalikan oleh akal yang cerdas dan
sifatnya mengatur.�

*Dikutip dari buku �Syaikh Muhammad Al Ghazali yang saya kenal� karya Dr. Yusuf Al
Qaradhawi.
Teori Evolusi Dalam Perdebatan

Akhir-akhir ini mulai ramai diskusi dan perdebatan antara pro dan kontra teori
evolusi. Di Koran-koran terkemuka di Indonesia, seperti Kompas dan Republika juga
terjadi perdebatan ini. Beberapa waktu lalu di Institute Teknologi Bandung
mengadakan debat yang menghadirkan beberapa ahli yang berkompeten dibidangnya:
1. Dr. Taufikurrahman, Msc (Ketua Dept. Biologi ITB)
2. Dr. Ferry Kawur, Msc (Dosen Pascasarjana Biologi UKSW Salatiga)
3. Dr. Wildan Yatim, Msc (Dosen Pascasarjana Biologi Unpad).
4. Dr. Abdullah Sany, MEng (Dosen Geofisika ITB)
5. Catur Sriherwanto, Msc (Direktur Harun Yahya Internasional untuk perwakilan
Indonesia).

Hal ini terjadi karena mulai berdatangannya buku-buku karya Harun Yahya di
Indonesia. Tentu saja ini ajang yang baik untuk lebih banyak menggali khazanah ilmu
pengetahuan selama tidak saling hina-menghina, ejek-mengejek, dan hal-hal buruk
lainnya. Tidak hanya di Indonesia ajang debat ini mulai ramai, tetapi juga di
negeri Harun Yahya sendiri, sampai-sampai para pendukung evolusi dengan keji
memfitnah organisasinya, yang berdiri dengan nama Science Research Foundation
(SRF). Harun Yahya masuk penjara selama bertahun-tahun, tangan dan kakinya di
rantai layaknya orang gila, yang sewaktu-waktu akan mengamuk. Mulutnya juga
dijejali dengan NARKOBA. Selama berbulan-bulan hal itu terjadi, namun nampaknya hal
itu tak menyurutkan langkah ilmiah harun yahya untuk mengkritik teori evolusi dan
darwinisme. Dalam salah satu wawancaranya dengan Majalah Tarbawi, beliau mengatakan
di dalam penjara telah menyelesaikan beberapa buku dan salah satunya adalah buku
mengenai sejarah kehidupan Muhammad SAW yang kelak akan diterbitkannya. Setelah
keluar dari penjara, propaganda anti-evolusi yang dilakukannya semakin menghebat
dan para pendukungnya semakin banyak.

Para evolusionis kini tidak bisa menganggap enteng para ilmuwan pendukung
penciptaan (kreasionis). Para pakar kreasionis terkenal bermunculan di dunia
seperti: Prof. Louis Agasiz yang ahli geologi kenamaan, Prof. Michael Behe yang
ahli biokimia, beberapa waktu lalu mengusulkan sebuah teori yang sangat
mengesankan: �Irreducible Complexity� yang berarti �kompleksitas yang tidak bisa
disederhanakan�, Prof. Michael Denton ahli biokimia dari Australia dan penulis buku
�Evolution: Theory in crisis� dan �Natural Destiny�, Prof. Henri Schaefer pakar
kimia yang meraih 5 kali nominator Nobel Kimia, Prof. Philip Jhonson ahli hukum
UCLA, penulis buku �Darwin On Trial� dan anti-evolusi yang paling �garang�, Dr.
Jonathan Wells ahli biologi molekuler dan penulis buku terkenal �Icon Evolution:
Science or Myth?�, Dr. William Dembsky ahli statistika dan Matematika lulusan MIT
serta penulis buku �No free lunch� sebagai tanggapan terhadap buku Evolusionis
terkenal Prof. Richard Dawkins �Blind Watchmaker� dan masih banyak lagi. Semuanya
itu berpadu dalam sebuah gerakan yang dikenal dengan nama Intelligent Design
Movement (IDM) sebuah gerakan yang pertama kali dicetuskan oleh seorang teolog dan
ahli biologi Dr. William Paley.

Para filosof muslim kontemporer seperti Prof. Seyyed Hossein Nashr dalam bukunya
�Evolusi Ruhani�, Prof. Osman Bakar dalam bukunya �Tauhid and Sains�, Imam Badiuz
Zaman Sa'id Nursi dari Turki dengan �Risalah An Nur�, Imam Jamaluddin Al Afghani
dalam buku "Penyangkalan Atas Materialisme" dan juga Dr. Muzaffar Iqbal pakar kimia
dan filsafat Islam asal Pakistan. Mereka semua menolak Teori Evolusi, yang menurut
mereka bahwa teori itu berlandaskan pada pandangan dunia materialisme. Mereka sama
sekali tidak menolak sains, tetapi yang jelas-jelas ditolak adalah landasan
filsafat dari teori itu. Dan hingga kini pun Teori Evolusi banyak memiliki lubang,
diantaranya tidak adanya "rantai transisi" pada catatan fosil (gap).

Di bawah ini sebagian dari ilmuwan ternama yang menantang evolusionis:


Henry F.Schaefer: Director, Center for Computational Quantum Chemistry: U. of
Georgia
� Fred Sigworth: Prof. of Cellular & Molecular Physiology- Grad. School: Yale U.
� Philip S. Skell: Emeritus Prof. Of Chemistry: NAS member
� Frank Tipler: Prof. of Mathematical Physics: Tulane U.
� Robert Kaita: Plasma Physics Lab: Princeton U.
� Michael Behe: Prof. of Biological Science: Lehigh U.
� Walter Hearn: PhD Biochemistry-U of Illinois
� Tony Mega: Assoc. Prof. of Chemistry: Whitworth College
� Dean Kenyon: Prof. Emeritus of Biology: San Francisco State U.
� Marko Horb: Researcher, Dept. of Biology & Biochemistry: U. of Bath, UK
� Daniel Kubler: Asst. Prof. of Biology: Franciscan U. of Steubenville
� David Keller: Assoc. Prof. of Chemistry: U. of New Mexico
� James Keesling: Prof. of Mathematics: U. of Florida
� Roland F. Hirsch: PhD Analytical Chemistry-U. of Michigan
� Robert Newman: PhD Astrophysics-Cornell U.
� Carl Koval: Prof., Chemistry & Biochemistry: U. of Colorado, Boulder
� Tony Jelsma: Prof. of Biology: Dordt College
� William A.Dembski: PhD Mathematics-U. of Chicago:
� George Lebo: Assoc. Prof. of Astronomy: U. of Florida
� Timothy G. Standish: PhD Environmental Biology-George Mason U.
� James Keener: Prof. of Mathematics & Adjunct of Bioengineering: U. of Utah
� Robert J. Marks: Prof. of Signal & Image Processing: U. of Washington
� Carl Poppe: Senior Fellow: Lawrence Livermore Laboratories
� Siegfried Scherer: Prof. of Microbial Ecology: Technische Universitaet Muenchen
� Gregory Shearer: Internal Medicine, Research: U. of California, Davis
� Joseph Atkinson: PhD Organic Chemistry-M.I.T.: American Chemical Society, member
� Lawrence H. Johnston: Emeritus Prof. of Physics: U. of Idaho
� Scott Minnich: Prof., Dept of Microbiology, Molecular Biology & Biochem: U. of
Idaho
� David A. DeWitt: PhD Neuroscience-Case Western U.
� Theodor Liss: PhD Chemistry-M.I.T.
� Braxton Alfred: Emeritus Prof. of Anthropology: U. of British Columbia
� Walter Bradley: Prof. Emeritus of Mechanical Engineering: Texas A & M
� Paul D. Brown: Asst. Prof. of Environmental Studies: Trinity Western U. (Canada)
� Marvin Fritzler: Prof. of Biochemistry & Molecular Biology: U. of Calgary,
Medical School
� Theodore Saito: Project Manager: Lawrence Livermore Laboratories
� Muzaffar Iqbal: PhD Chemistry-U. of Saskatchewan: Center for Theology the Natural
Sciences
� William S. Pelletier: Emeritus Distinguished Prof. of Chemistry: U. of Georgia,
Athens
� Keith Delaplane: Prof. of Entomology: U. of Georgia
� Ken Smith: Prof. of Mathematics: Central Michigan U.
� Clarence Fouche: Prof. of Biology: Virginia Intermont College
� Thomas Milner: Asst. Prof. of Biomedical Engineering: U. of Texas, Austin
� Brian J.Miller: PhD Physics-Duke U.
� Paul Nesselroade: Assoc. Prof. of Psychology: Simpson College
� Donald F.Calbreath: Prof. of Chemistry: Whitworth College
� William P. Purcell: PhD Physical Chemistry-Princeton U.
� Wesley Allen: Prof. of Computational Quantum Chemistry: U. of Georgia
� Jeanne Drisko: Asst. Prof., Kansas Medical Center: U. of Kansas, School of
Medicine
� Chris Grace: Assoc. Prof. of Psychology: Biola U.
� Wolfgang Smith: Prof. Emeritus-Mathematics: Oregon State U.
� Rosalind Picard: Assoc. Prof. Computer Science: M.I.T.
� Garrick Little: Senior Scientist, Li-Cor: Li-Cor
� John L. Omdahl: Prof. of Biochemistry & Molecular Biology: U. of New Mexico
� Martin Poenie: Assoc. Prof. of Molecular Cell & Developmental Bio: U. of Texas,
Austin
� Russell W.Carlson: Prof. of Biochemistry & Molecular Biology: U. of Georgia
� Hugh Nutley: Prof. Emeritus of Physics & Engineering: Seattle Pacific U.
� David Berlinski: PhD Philosophy-Princeton: Mathematician, Author
� Neil Broom: Assoc. Prof., Chemical & Materials Engineeering: U. of Auckland
� John Bloom: Assoc. Prof., Physics: Biola U.
� James Graham: Professional Geologist, Sr. Program Manager: National Environmental
Consulting Firm
� John Baumgardner: Technical Staff, Theoretical Division: Los Alamos National
Laboratory
� Fred Skiff: Prof. of Physics: U. of Iowa
� Paul Kuld: Assoc. Prof., Biological Science: Biola U.
� Yongsoon Park: Senior Research Scientist: St. Luke's Hospital, Kansas City
� Moorad Alexanian: Prof. of Physics: U. of North Carolina, Wilmington
� Donald Ewert: Director of Research Administration: Wistar Institute
� Joseph W. Francis: Assoc. Prof. of Biology: Cedarville U.
� Thomas Saleska: Prof. of Biology: Concordia U.
� Ralph W. Seelke: Prof. & Chair of Dept. of Biology & Earth Sciences: U. of
Wisconsin, Superior
� James G. Harman: Assoc. Chair, Dept. of Chemistry & Biochemistry: Texas Tech U.
� Lennart Moller: Prof. of Environmental Medicine, Karolinska Institute: U. of
Stockholm
� Raymond G. Bohlin: PhD Molecular & Cell Biology-U. of Texas:
� Fazale R. Rana: PhD Chemistry-Ohio U.
� Michael Atchison: Prof. of Biochemistry: U. of Pennsylvania, Vet School
� William S. Harris: Prof. of Basic Medical Sciences: U. of Missouri, Kansas City
� Rebecca W. Keller: Research Prof., Dept. of Chemistry: U. of New Mexico
� Terry Morrison: PhD Chemistry-Syracuse U.
� Robert F. DeHaan: PhD Human Development-U. of Chicago
� Matti Lesola: Prof., Laboratory of Bioprocess Engineering: Helsinki U. of
Technology
� Bruce Evans: Assoc. Prof. of Biology: Huntington College
� Jim Gibson: PhD Biology-Loma Linda U.
� David Ness: PhD Anthropology-Temple U.
� Bijan Nemati: Senior Engineer: Jet Propulsion Lab (NASA)
� Edward T. Peltzer: Senior Research Specialist: Monterey Bay Research Institute
� Stan E. Lennard: Clinical Assoc. Prof. of Surgery: U. of Washington
� Rafe Payne: Prof. & Chair, Biola Dept. of Biological Sciences: Biola U.
� Phillip Savage: Prof. of Chemical Engineering: U. of Michigan
� Pattle Pun: Prof. of Biology: Wheaton College
� Jed Macosko: Postdoctoral Researcher-Molecular Biology: U. of California,
Berkeley
� Daniel Dix: Assoc. Prof. of Mathematics: U. of South Carolina
� Ed Karlow: Chair, Dept. of Physics: LaSierra U.
� James Harbrecht: Clinical Assoc. Prof.: U. of Kansas Medical Center
� Robert W. Smith: Prof. of Chemistry: U. of Nebraska, Omaha
� Robert DiSilvestro: PhD Biochemistry-Texas A & M U., Professor, Human Nutrition,
Ohio State University
� David Prentice: Prof., Dept. of Life Sciences: Indiana State U.
� Walt Stangl: Assoc. Prof. of Mathematics: Biola U.
� Jonathan Wells: PhD Molecular & Cell Biology-U. of California, Berkeley:
� James Tour: Chao Prof. of Chemistry: Rice U.
� Todd Watson: Asst. Prof. of Urban & Community Forestry: Texas A & M U.
� Robert Waltzer: Assoc. Prof. of Biology: Belhaven College
� Vincente Villa: Prof. of Biology: Southwestern U.
� Richard Sternberg: Pstdoctoral Fellow, Invertebrate Biology: Smithsonian
Institute
� James Tumlin: Assoc. Prof. of Medicine: Emory U. Charles Thaxton: PhD Physical
Chemistry-Iowa State U.

SUPERVOLCANO

Super volcanoes adalah puncak kemusnahan bumi yang paling berbahaya selain hantaman
asteroid. Supervolcano bisa meletus dengan kekuatan beribu-ribu kali dari kekuatan
gunung berapi biasa. Ia bisa diam beratus-ratus ribu tahun dan mengumpulkan magma
yang banyak di dalamnya sehingga meletus dengan dahsyat yang sanggup memusnahkan
benua dan mengakibatkan kehancuran sejagat.

Kajian menunujukkan letusan terakhir terjadi lebih kurang 75,000 tahun yang lalu di
kawasan Toba, Sumatera. letusannya 10,000 kali lebih kuat dari letusan Mt St Helens
dan menghamburkan beribu-ribu km abu ke udara sehingga seluruh dunia menjadi malam
berbulan-bulan. Dikatakan letusan hebat ini telah hampir memupuskan manusia dimana
jumlah penduduk dunia tinggal dua ribu orang saja. Kajian genetik menunjukkan semua
manusia sekarang adalah keturunan dari kelompok manusia yang selamat ini. Kini
saintis bimbang Toba akan meletup lagi. Gempa demi gempa di Sumatera sekarang
mungkin pencetus atau pertanda Toba kembali aktif.

Yang disebut-sebut melansir isyarat bahaya itu adalah Prof. Ray A.F. Cas, pakar
gunung berapi dari Department of Earth Sciences, Monash University, Australia,
lewat koran The Australian edisi 1 April silam. Dalam wawancara itu, Prof. Cas
mengingatkan adanya hubungan sebab akibat antara gempa tektonik, seperti yang telah
meluluhlantakkan Aceh lewat tsunaminya dan Nias, dengan aktivitas magma di perut
gunung. ''Gempa itu merangsang deposit magma di perut bumi dan bisa menyebabkan
letusan vulkanik,'' kata Prof. Cas.

Pakar dari Melbourne itu juga menyebut Toba sebagai salah satu supervolcano di
dunia. Jelas, supervolcano merujuk pada kepundan luas yang akan menyemburkan lava
dalam jumlah sangat besar. Letusan supervolcano adalah bencana besar bagi seantero
bumi. Jika supervolcano Toba meledak, bencana yang ditimbulkan bisa lebih dari 100
kali letusan Krakatau.

Perihal potensi Toba sebagai supervolcano itu sendiri sudah ada dalam tinjauan Bill
Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University. Mengacu ke letusan
Toba, 73.000 tahun silam, kedua pakar gunung api itu memperkirakan, bila Toba
bangkit murka, hampir seluruh kawasan Sumatera Utara akan tergenang lahar panas
setebal 50 meter. Suhu lahar itu 750 derajat celsius. Material padat yang
dimuntahkan sebanyak 2.800 kilometer kubik --cukup untuk menimbun Jakarta setinggi
4.500 meter! Studi Rose dan Chesner pada 1991 itu memberikan bumbu-bumbu seram soal
bahaya Danau Toba.

Jika Toba meletup, kita semua hampir pasti akan mati. Semua kehidupan 1,000 km
sekitar letupan akan mati serta-merta. Kemudian, suhu dunia akan jatuh mendadak
kerana sinar matahari akan dihalang oleh abu di angkasa selama berbulan-bulan.
Banyak spesies binatang dan tumbuhan musnah akibat perubahan suhu ini. Abu tebal
akan meliputi muka bumi sehingga India dan China. Tsunami raksaksa akan menghantam
pantai timur Afrika, India, Asia Tenggara dan Australia.

Bencana besar akan terjadi. Musibah dahsyat tsunami yang melanda Nanggroe Aceh
Darussalam dan sekitarnya, gempa di Nias dan Mentawai, serta letupan Gunung
Tanlang, Solok, Sumatera Barat, disebut-sebut sebagai pertanda bahwa kawah Toba
siap menggeliat.

Satu lagi super volcano yang perlu diawasi adalah Yellowstone di Amerika Serikat.
Tanda-tanda menunjukkan kawasan ini sudah kembali aktif sejak beberapa tahun lalu.
Permukaan bumi kawasan ini sudah mulai menggelembung. Ada kawasan sekitar
Yellowstone National Park sudah ditutup sejak 2003 kepada awam kerana suhu
permukaan yang terlalu tinggi. Pohon-pohon sudah mati dan hewan liar kelihatan
sudah berpindah dari kawasan ini. Di dasar kolam Yellowstone, gelembung tanah
setinggi 70m telah muncul. Ikan-ikan di kolam itu mati dan timbul memenuhi
permukaan.

Kajian menunjukkan Yellowstone meletus setiap 600,000 tahun sekali. Letusan


terakhir adalah 640,000 tahun lalu.
sudah lewat 40,000 tahun

Umur Umat Islam


Ada banyak hadits yang menjelaskan tentang umur umat Islam yang dimuat dalam buku
Amin Muhammad Jamaluddin (2002), di antaranya seperti yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dari Abdullah bin Umar, bahwa beliau mendengar Rasulullah saw bersabda:
a. Sesungguhnya masa menetapmu dibandingkan dengan umat-umat sebelummu adalah
seperti waktu antara salat ashar sampai terbenamnya matahari.

b. Ahli Taurat (Yahudi) telah diberikan kepada mereka kitab Taurat, kemudian mereka
mengamalkan kitab tersebut, sehingga apabila telah sampai waktu tengah hari, maka
mereka pun �lemah� untuk mengamalkannya. Lalu mereka diberi pahala oleh Allah swt
masing-masing satu qirath (sebuah bagian harta di sorga sebagai balasan).

c. Kemudian diberikan pula kepada ahli Injil (Nasrani), lalu mereka mengamalkan
kitab tersebut sampai waktu salat ashar. Dan setelah itu, mereka �lemah� untuk
mengamalkannya. Maka mereka pun diberi ganjaran oleh Allah swt masing-masing satu
qirath.

d. Kemudian diberikan pula kepada kita kitab Al-Qur�an, dan kita mengamalkannya
sampai matahari terbenam. Maka Allah swt memberikan ganjaran kepada kita masing-
masing dua qirath.

Berkatalah ahli kitab: Wahai Rabb kami, mengapa Engkau beri ganjaran kepada mereka
dua qirath, dan Engkau memberi ganjaran kepada kami satu qirath, sedangkan amalan
kami lebih banyak daripada mereka? Berkata Rasulullah saw: Allah swt menjawab
(sambil bertanya): Apakah Aku berlaku zalim (tidak adil) dalam memberi ganjaran
dari amal kalian? Mereka menjawab: Tidak. Allah swt berkata: Itu adalah karunia
yang Aku berikan kepada siapa saja yang Aku kehendaki.�

Persoalan penghitungan umur umat Islam ini memang diselingi pro-kontra. Amin (2002)
sendiri mengemukakan keberatan mereka yang kontra. Di antara alasan mereka yang
kontra adalah, bahwa memastikan angka-angka hitungan adalah bid�ah. Sedangkan
mereka yang pro berpendapat, bahwa keterangan mengenai umur umat Islam tersebut
berdasarkan dalil-dalil yang sahih apa adanya dan juga diterangkan oleh para ulama
besar.

Misalnya Al-Hafiz Ibn Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari, juz 4, kitab Al-Ijarah,
hal.449 telah menerangkan tentang hadits-hadits umur setiap umat manusia. Di mana
hadits-hadits tersebut menunjukkan, bahwa masa umat Islam adalah lebih dari 1000
tahun. Karena, hadits tersebut menerangkan, bahwa umur umat Yahudi adalah sama
dengan umur umat Nasrani ditambah dengan umur umat Islam. Sedangkan para sejarawan
bersepakat, bahwa umur umat Yahudi adalah sejak diutusnya Nabi Musa as sampai
diutusnya Nabi Muhammad saw adalah sekitar 2000 tahun. Adapun masa umat Nasrani
adalah 600 tahun. (HR. Bukhari dalam Sahihul Bukhari kitab Manaqib Al-Anshar).

Kemudian Al-Hafiz juga berkata: �Hadits tersebut juga mengisyaratkan tentang


pendeknya masa yang tertinggal (sisa) dari umur dunia.� (ibid, hal 448).

Imam Suyuthi dalam Risalatul-Kasyfi �an Mujawazati Hadzihil Ummah Al-Alfa, hal 206,
berkata: �Hadits-hadits hanya menunjukkan, bahwa masa (umur) umat ini (Islam) lebih
dari 1000 tahun, dan tambahannya sama sekali tidak lebih dari 500 tahun.�

Tambahan yang 500 tahun ini juga terdapat dalam hadits marfu� dari Sa�ad bin Abi
Waqash, di mana Rasulullah saw bersabda:

�Sesungguhnya aku berharap, bahwa umatku tidak akan lemah di depan Rabb mereka
dengan mengundurkan umur mereka selama setengah hari. Kemudian Sa�ad ditanya:
Berapakah lamanya setengah hari itu? Ia menjawab: Lima ratus tahun. (HSR. Ahmad,
Abu Dawud, Al-Hakim, Abu Nu�aim dalam Al-Hilyah. Disahihkan oleh Al-Albani dalam
As-Sahihah no. 1643 dan dalam Al-Jami� pada beberapa tempat).

Jadi, jika kita berpatokan kepada hadits-hadits tersebut, maka kita dapat mengambil
pelajaran berharga mengenai umur umat Islam ini, yakni kira-kira 1500 tahun.
Padahal hari ini kita telah menginjak umur ke 1426H ditambah 13 tahun sebelum
hijrah, sehingga umur umat ini sudah mencapai 1439 tahun.
Seandainya usia umat ini sekitar 1500 tahun, maka sisa umur umat ini sekitar satu
generasi lagi (61 tahun).

Kajian menunjukkan Yellowstone meletus setiap 600,000 tahun sekali. Letusan


terakhir adalah 640,000 tahun lalu.
sudah lewat 40,000 tahun
sisa umur umat ini sekitar satu generasi lagi (61 tahun).

Benang merahnya tarik sendiri.

Supervolcano telah lewat 40,000 tahun dari masa siklusnya untuk meledak
Apakah karena menunggu hadist nabi muhammad SAW (satu generasi lagi)

Wallahu a'lam

Fenomena Awan Aneh


Fenomena awan aneh jadi bahan pembicaraan cukup hangat belakangan ini.
Benarkah awan dengan bentuk tertentu merupakan pertanda akan ada gempa
sekitar seminggu kemudian?

Apa kata Zhonghao Shou si pencipta teori awan gempa?

Ensiklopedia bebas Wikipedia menyebut Shou telah membuat lusinan prediksi


gempa berdasarkan pola awan dalam gambar satelit sejak tahun 1990.Tekanan
dan pergeseran di
daratan bisa menguapkan air jauh sebelum gempa terjadi. Menurut pensiunan
ahli
kimia Cina ini, bentuk awan melalui mekanisme ini menjadi berbeda dengan
awan
biasa.Shou meyakini awan gempa sebagai sebagai tanda dan petunjuk yang
bisa diandalkan. Dia pun menggunakan situs http://quake.exit.com/ sebagai
sarana mempublikasikan prediksi-prediksinya, lengkap dengan gambar satelit
yang menunjukkan bentuk awan gempa.Prediksi gempa berdasarkan awan
gempa yang pertama kalinya dilakukan Shou adalah pada 20 Juni 1990. Ekor
awan
tertuju tepat pada episenter. 18 Jam kemudian, gempa 7,7 magnitude
menghantam
Iran hingga menewaskan sekitar 50 ribu orang."Dari 39 prediksi saya
berdasarkan awan gempa, 14 di antaranya meleset. 5 Dari 14 prediksi itu
meleset karena jendela waktunya kurang besar. Sedangkan 9 lainnya meleset
lantaran tidak berpengalamannya saya dan ketidakmampuan saya untuk
memastikan
pangkal awan gempa secara tepat," sebut Shou dalam situsnya. 39 Prediksinya

itu juga disetorkan Shou ke US Geological Survey.Berdasarkan lebih


dari 100 kasus yang diprediksinya, gempa selalu terjadi dalam kurun waktu
49
hari setelah kemunculan awan gempa.Lalu bagaimana model awan gempa
yang menandakan akan ada gempa bumi? Awan gempa berbentuk garis. Variasinya

bisa seperti mirip ular, garis paralel, gelombang paralel, bulu, pola
radiasi
atau lentera. Yang pasti, ditegaskan Shou, awan gempa bukan seperti awan
biasa.Awan gempa itu berguna bagi Shou untuk memprediksi 3 hal.
Pertama, pangkal atau ekor awan gempa menunjuk posisi retakan di bumi
sehingga
memungkinkan di mana episenternya.Kedua, ukuran awan merefleksikan
tekanan di sekeliling retakan sehingga bisa menjadi indikator seberapa
besar
magnitude gempa.Ketiga, karena biasanya gempa terjadi dalam kurun
waktu 49 hari setelah munculnya awan gempa, sehingga gempa bisa diestimasi
kapan akan terjadi.

Bulan bukan benda alami, tapi diciptakan mahluk cerdas

Dari sejumlah temuan baru setelah pendaratan ke bulan, terutama dari bahan
pembentuknya, kemungkinan besar bulan itu diciptakan oleh manusia zaman prasejarah.

Begitu kita melepaskan diri dari teori evolusi terhadap belenggu kearifan kita,
maka kita akan dapat melihat sejumlah besar keadaan yang tidak terbayangkan oleh
kita, seperti misalnya dugaan bahwa bulan adalah ciptaan manusia. Di bawah berikut
ini adalah keadaan sebenarnya yang ingin kami beritahukan kepada Anda, yaitu
membuka belenggu kearifan kita.

Planet Bulan?
Sejak Apollo mendarat di bulan pada tahun 1969, rasa misterius orang-orang terhadap
bulan seakan-akan menurun. Dahulu, orang-orang berkumpul bersama di rumah saat hari
raya pertengahan musim gugur, dan saat makan kue bulan, begitu menengadahkan kepala
melihat rembulan di atas langit, dalam hati pasti merasa penasaran dan bingung.
Penasarannya adalah dari mana sebenarnya bulan ini berasal? Dan bingung apa yang
sebenarnya ada di atas bulan itu? Sastrawan pada masa Dinasti Song yaitu Su Dong Po
dalam Sui Tiao Ge Tou paling bisa hanya menyuarakan rasa penasaran dan kerinduan
bangsa China terhadap rembulan: Kapan adanya terang bulan? Dengan arak bertanya
pada langit cerah. Tidak tahu di istana langit atas sana, hari ini tahun berapakah
saat ini?

Setelah antariksawan mendarat di bulan, orang-orang tahu bahwa permukaan bulan


adalah sebidang padang pasir tandus, diselimuti debu angkasa tak terhingga
banyaknya, kosong melompong. Tetapi, tahukan Anda? Setelah mendarat di bulan,
beberapa temuan baru yang didapatkan, malah membuat ilmuwan semakin bingung
terhadap asal-usul bulan.

Saat ini pemahaman ilmuwan terhadap bulan telah melampaui imajinasi sebelum
pendaratan di bulan pada waktu itu, bukti�bukti temuan ini bisa membuat pemikiran
baru orang-orang terbuka, mengenal dan merenungkan kembali asal mula diri sendiri
dan kehidupan, serta alam semesta.

Studi Awal
Sejak zaman dahulu, astronom setiap bangsa di dunia telah mengadakan pengamatan
yang panjang terhadap bulan. Penampakan bulan yang mengembang bulat dan menyusut
berbentuk sabit, selain menjadi obyek inspirasi penyair, lebih menjadi pedoman
kerja penanaman sawah petani; penanggalan tradisional Tionghoa merupakan
penanggalan yang berdasarkan peredaran bulan, berperiode 28 hari sebagai patokan.
Pada masa lampau, orang-orang menemukan sebuah fakta yang sangat menarik, bulan
selalu mengarah pada kita dengan satu permukaan yang sama.
Kenapa? Melalui pengamatan yang panjang, orang-orang mendapati bulan bisa berputar
sendiri, dan periode perputarannya sendiri persis sama dengan periode perputarannya
mengelilingi bumi. Maka, biar di mana pun posisi bulan berada, bulan yang kita
lihat dari atas bumi pasti merupakan satu permukaan yang sama, bayang-bayang di
atas bulan selalu sejenis yang serupa.

Orang-orang bahkan memperhatikan, ukuran bulan kelihatannya sama besar dengan


matahari. Matahari dan bulan dirasakan sama besarnya, namun pada kenyataannya
apakah sama besarnya? Orang dahulu acap kali berhasil mengamati suatu fenomena alam
yang aneh, mereka menyebutnya dengan istilah �dewa anjing menelan matahari�, di
saat itu akan ada benda langit berwarna hitam menutup total matahari, langit siang
hari yang terang benderang tiba-tiba menjadi gelap gulita, dipenuhi dengan kelap-
kelip bintang, yaitu �gerhana matahari total� yang dikenal oleh ilmuwan sekarang
ini. Pada saat gerhana matahari total, benda langit hitam yang kita lihat adalah
bulan, ukuran bulan persis bisa menutupi matahari, artinya jika dilihat dari bumi,
bulan dan matahari sama besarnya.

Belakangan astronom mendapati, bahwa jarak matahari ke bumi persis 395 kali lipat
jarak bulan ke bumi, sedangkan diameter matahari juga persis 395 kali diameter
bulan, maka dilihat dari bumi, bulan persis sama besarnya dengan matahari. Diameter
bumi adalah 12.756 km, diameter bulan 3.467 km, dan diameter bulan adalah 27%-nya
diameter bumi.

Benda langit yang berputar mengelilingi planet, oleh ilmuwan disebut sebagai
satelit. Sembilan planet besar pada sistem tata surya semuanya memiliki satelitnya
sendiri. Di antara 9 planet besar tersebut ada beberapa planet yang sangat besar,
seperti misalnya planet Jupiter, planet Saturnus dan lain sebagainya, mereka juga
memiliki satelit yang mengedarinya, diameter satelit mereka sangat kecil dibanding
planet itu sendiri. Maka, satelit yang besarnya seperti bulan, sangat unik di dalam
sistem tata surya kita. Data-data yang kebetulan ini menyebabkan beberapa astronom
mulai memikirkan sebuah masalah, yaitu apakah bulan terbentuk secara alami?

Bebatuan Bulan yang Lebih Tua


Setelah pesawat antariksa Apollo mendarat di bulan pada tahun 1969, dan mengambil
contoh batuan dari atas permukaan bulan, melakukan berbagai pengujian, didapatkan
data yang bisa dijadikan bahan analisa lebih mendalam terhadap struktur bulan.

Pertama-tama dibuat analisa usia terhadap bebatuan yang terkumpul, didapati bahwa
usia bebatuan bulan sangat kuno, ada sejumlah besar usia bebatuan itu melampaui
bebatuan yang paling kuno di atas bumi. Menurut statistik 99% usia bebatuan bulan
melampaui 90% bebatuan kuno di atas bumi, usia yang berhasil dihitung adalah
sebelum 4,3-4,6 miliar tahun. Ketika membuat analisa terhadap tanah permukaan
bulan, didapati masa mereka lebih kuno lagi, ada beberapa yang bahkan lebih awal 1
miliar tahun dibanding usia bebatuan bulan, melampaui lebih dari 5 miliar tahun.
Saat ini waktu yang diprediksi ilmuwan atas terbentuknya sistem tata surya kurang
lebih 5 miliar tahun lebih, mengapa bebatuan dan tanah di permukaan bulan
sejarahnya bisa begitu panjang? Para ahli juga berpendapat bahwa sulit untuk
menjelaskan.

Rongga pada Bulan


Pembuktian kabut bulan mungkin bisa menjelaskan struktur bulan. Astronot yang
mendarat di bulan, ketika akan kembali ke bumi, meninggalkan permukaan bulan dengan
mengendarai pesawat pendarat kembali ke kabin antariksa, setelah menyatu dengan
pesawat antariksa, pesawat pendarat itu dibuang kembali ke permukaan bulan. Alat
pengamat gempa yang dipasang pada jarak 72 km mencatat getaran pada permukaan
bulan, getaran ini terus berlangsung lebih dari 15 menit, sama seperti martil
memukul lonceng besar dengan sepenuh tenaga, getaran berlangsung dalam waktu yang
lama baru hilang secara perlahan-lahan. Ambil sebuah contoh misalnya, ketika kita
memukul sebuah besi berongga dengan sekuat tenaga, akan mengeluarkan getaran ung�
ung� yang terus bergema, sedangkan ketika memukul besi padat, getaran hanya akan
bertahan singkat, akan berhenti pada waktu yang tidak lama. Gejala getaran yang
terus berlangsung ini membuat ilmuwan mulai membayangkan apakah bulan itu berongga?

Ketika sebuah benda yang padat mendapat benturan, bisa mengeluarkan dua macam
gelombang, satu adalah gelombang bujur (longitudinal), sedangkan satunya lagi
adalah gelombang permukaan. �Gelombang bujur� adalah suatu gelombang tembusan, bisa
menembus suatu benda, dari satu sisi permukaan melalui pusat benda dan disalurkan
ke sisi lainnya. Dan �gelombang permukaan�, sama seperti namanya, hanya bisa
menyampaikan pada permukaan yang sangat dangkal. Namun, instrumen kabut bulan yang
dipasang di atas bulan, melalui catatan waktu yang panjang, sama sekali tidak
berhasil mencatat atau merekam gelombang bujur, semuanya berupa gelombang
permukaan. Dari gejala yang menakjubkan ini, ilmuwan membuktikan bahwa bulan itu
berongga!

Berlapiskan Unsur Logam


Tidak tahu, apakah Anda memperhatikan, bila mengamati bulan pasti akan terlihat
potongan bayangan yang hitam-hitam, dan itulah area bayangan hitam yang disebutkan
oleh ilmuwan. Saat antariksawan mengambil bor listrik akan membuat sebuah lubang di
sana, mereka mendapati bahwa itu adalah pekerjaan yang melelahkan, mengebor dalam
waktu yang sangat lama, namun hanya bisa membuat lubang sedikit saja. Dan ini aneh
rasanya, permukaan bulan bukankah semestinya terbentuk dari tanah dan bebatuan?
Meskipun agak keras, namun tidak semestinya sampai tidak bisa masuk! Ketika dengan
cermat dan teliti menganalisa struktur bentuk permukaan bulan pada area itu,
ditemukan bahwa sebagian besar adalah suatu komposisi unsur logam yang sangat
keras, yaitu unsur logam titanium yang digunakan untuk membuat pesawat antariksa.
Pantas saja bisa demikian kerasnya. Maka, komposisi keseluruhan bulan dapat
dikatakan bagaikan sebuah bola logam yang berongga.

Dalam lubang kawah bulan terdapat lava dalam jumlah besar, ini tidak aneh, yang
aneh adalah lava-lava ini mengandung sejumlah besar unsur logam yang sangat langka
di bumi, misalnya titanium, kromium, itrium dll. Logam-logam ini semuanya sangat
keras, tahan panas, anti-oksidasi. Ilmuwan menaksirkan, jika hendak melebur unsur-
unsur logam ini, paling tidak suhunya harus di atas 2-3 ribu derajat, namun bulan
adalah sebuah �planet dingin yang mati kesepian� di langit, paling tidak selama 3
miliar tahun tidak ada aktivitas gunung berapi. Lalu bagaimana bulan bisa
menghasilkan begitu banyak unsur logam yang membutuhkan suhu yang tinggi? Lagi
pula, setelah ilmuwan menganalisa contoh tanah bulan seberat 380 kg yang dibawa
oleh antariksawan, didapati ternyata mengandung besi dan titanium murni, ini adalah
golongan tambang logam murni yang tidak akan ada secara alamiah. Ini menunjukkan
bahwa logam-logam ini bukan terbentuk secara alamiah, melainkan hasil leburan
manusia.

Penemuan ini sekaligus menjawab pertanyaan yang sejak lama membuat bingung para
ahli. Jumlah lubang kawah di atas permukaan bulan sangat banyak, namun anehnya,
lubang-lubang ini sangat dangkal. Ilmuwan memperhitungkan, jika sebuah planet kecil
yang berdiameter 16 km dengan kecepatan 50.000 km/jam terbentur dan hancur di atas
bumi, maka akan mengakibatkan sebuah lubang besar dengan kedalaman berdiameter 4-5
kali lipatnya, artinya kedalamannya bisa mencapai 64-80 km. Dan sebuah lubang Kawah
Gagrin yang merupakan kawah terdalam pada permukaan bulan, diameternya 300 km,
namun kedalamannya hanya 6,4 km. Bila hitungan ilmuwan tidak ada kesalahan,
bebatuan yang mengakibatkan lubang ini jika bertabrakan di atas bumi, akan
mengakibatkan lubang besar yang paling tidak kedalamannya 1.200 km!

Mengapa di atas bulan hanya bisa menimbulkan lubang bebatuan yang demikian dangkal?
Satu-satunya penjelasan yang mungkin dapat diberikan adalah lapisan kulit luar
bulan sangat keras. Jika demikian, komposisi logam keras di permukaan bulan yang
ditemukan sebelumnya cukup untuk menjelaskan gejala semacam ini.

Bulan Diciptakan oleh Manusia


Dua ilmuwan eks Uni Soviet dengan berani mengemukakan hipotesanya, menganggap bahwa
bulan adalah sebuah kapal ruang angkasa yang telah mengalami perombakan. Dengan
demikian, baru bisa secara sempurna menjelaskan dan menjawab berbagai macam gejala
aneh yang ditinggalkan bulan untuk kita.

Hipotesa ini sangat berani, dan juga cukup banyak menimbulkan perdebatan, saat ini
sebagian besar ilmuwan masih belum berani mengakui teori ini. Namun, kenyataan yang
tidak diperdebatkan adalah, bahwa bulan memang benar-benar bukan terbentuk secara
alami. Bulan bagaikan mesin yang sangat akurat, setiap hari menghadap bumi dengan
segi yang sama, juga persis sama besarnya dengan matahari kalau dilihat sepintas.
Permukaan luar adalah sebuah lapisan paduan kulit logam yang tinggi tingkat
kekerasannya, bisa menahan serangan bebatuan yang kepadatannya tinggi dalam jangka
waktu yang panjang, dan tetap sempurna seperti bentuk semula. Jika merupakan sebuah
benda langit alamiah, tidak seharusnya memiliki begitu banyak ciri khas yang dibuat
manusia.

Diperkuat dengan bukti bulan seperti planet logam titanium berongga yang diciptakan
manusia, maka tidak sulit untuk membayangkan bahwa bulan seyogianya dipasang dan
diletakkan di atas oleh �manusia�, segala ciri khasnya sekaligus menunjukkan, bahwa
bulan diciptkan manusia bumi pada waktu itu. Jika demikian, sebelum adanya bulan,
langit malam hari di atas bumi seharusnya sangat gelap gulita. Jika waktu itu di
atas bumi ada manusia, lalu pada malam hari dan di atas permukaan bumi yang luas,
mereka sangat sulit melakukan aktivitas apa pun, maka pantas saja dirancang sebuah
cermin yaitu bulan, untuk ditempatkan di atas langit. Maka wajah atau pemandangan
bulan yang paling asli adalah sebuah bola metal, yang tingkat keterangan cahaya
pada zaman dahulu pasti lebih terang dibanding sekarang, seiring dengan perjalanan
waktu yang panjang, di bawah kondisi tidak adanya lapisan atmosfer, dan ditutupi
sejumlah besar bebatuan kosmos serta debu sehingga menjadi seperti sekarang ini.
Dan bila saat ini kita menganalisa permukaan bebatuan dan tanah bulan, tentu saja
mendapati usianya lebih lama dari pada bumi, membuat adanya perasaan sedikit
fantastis.

Saat ini terhadap masalah yang tidak dapat dijelaskan dan tidak berani diakui
ilmuwan, bila kita melepaskan bingkai-bingkai pemikiran yang sempit, menganalisa
secara rasional akan menemukan banyak sekali fenomena yang sulit untuk dijelaskan
namun sebenarnya sangat mudah dipahami. Berdasarkan sejumlah besar bukti yang
ditemukan ilmuwan sejak awal sudah bisa dipastikan bahwa bulan adalah ciptaan
manusia, merupakan ciptaan manusia prasejarah, lalu mengapa tidak bisa mengambil
kesimpulan terakhir? Sebab eksistensi manusia prasejarah, dapat dikatakan adalah
merupakan pantangan ilmuwan, sebagian besar ilmuwan biar pun meneliti begitu banyak
bukti dan teori yang tepat, namun saat menemui pandangan yang bertentangan dengan
teori evolusi, maka siapa pun tidak berani mengemukakannya.

Padahal eksistensi manusia prasejarah yang memiliki peradaban yang sangat tinggi
sudah ditunjukkan dalam penemuan-penemuan arkeologis belakangan ini. Sebagai
contoh, penemuan tambang reaktor nuklir yang diperkirakan berusia 2 miliar tahun
yang lalu di Republik Gabon, Afrika, yang lebih canggih dari pertambangan reaktor
nulir zaman sekarang. Semangat yang menuntut �kebenaran� seyogianya merupakan
prinsip tertinggi dalam penelitian ilmuwan, apabila kita telah melompat keluar dari
bingkai-bingkai pemikiran pendahulu, maka tidak sulit untuk membayangkan bahwa di
antara sejumlah besar penelitian ilmiah, akan terdapat sebuah lompatan yang sangat
cepat.

(Sumber buku Prehistoric Civilitation: Inspiration for Mankind)

Air Zat yang Tidak Biasa


Secara biasa atau sepintas lalu, pernyataan judul di atas tidak biasa. Semua orang
akan berkata bahwa air itu adalah zat yang amat biasa. Marilah kita simak! Seperti
pernah dijelaskan dalam seri 009, ilmu pengetahuan harus dibina atas landasan
Tawhid. Dengan demikian sumber ilmu pengetahuan itu adalah wahyu, alam dan sejarah.
Wahyu berwujud Ayat Qawliyah, alam dan sejarah disebut Ayat Kawniyah. Namun khusus
untuk pembahasan mengenai air ini tentu saja sumber informasi yang dipakai adalah
wahyu dan alam, karena ruang lingkupnya adalah ilmu eksakta.

Kita mulai dahulu dari sumber informasi wahyu. Berfirman Allah dalam S. Al Anbiyaa'
ayat 30: Wa ja'alnaa minalmaai kulla syay.in hayyin, afalaa yu'minuwn., artinya:
Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air, apakah mereka tidak beriman?
Kebenaran wahyu harus diterima dengan iman. Namun untuk memahami wahyu dengan baik,
harus memakai akal. Langkah pertama dalam mempergunakan akal adalah memikirkan
makna ayat di atas itu. Kalau air itu diciptakan Allah sebagai sumber kehidupan,
maka air itu adalah zat yang tidak biasa, artinya sangat istimewa. Lalu bagaimana
istimewanya? Untuk menjawabnya haruslah mempergunakan akal untuk langkah
berikutnya. Yaitu dalam hal ini kita pergunakan sumber informasi yang kedua, yakni
alam. Dan dalam hal ini masuklah kita ke daerah ilmu / sains. Demikianlah metode
pendekatan yang dipakai dalam cakrawala: Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu.

Tubuh manusia dalam bentuk bayi di dalam rahim berenang selama 9 bulan dalam air.
Kemudian setelah lahir tubuh manusia terdiri atas sel-sel yang hidup. Setiap sel di
dalamnya berisi air dengan larutan bermacam-macam zat. Darah kita lebih dari 90 %
terdiri dari air. Ginjal terdiri atas sekitar 82 % air. Otot mengandung sekitar 75
% air. Lever 69 % air. Bahkan tulang yang kelihatannya kering terdiri atas 22 %
air. Secara keseluruhan tubuh kita terdiri atas 71 % air di takar dalam berat. Dan
air ini menguap, mengalir dari permukaan tubuh, dikeluarkan waktu menghembuskan
nafas, dan secara sinambung harus diganti agar tetap 71 % untuk dapat
mempertahankan hidup dengan ruh di dalam diri manusia.

Tetapi yang disebutkan di atas itu hanya menyangkut dengan tubuh manusia. Ayat di
atas menyebutkan kullu syay.in, segala sesuatu. Maka perlu disimak lebih lanjut.
Rumus kimia air H2O, berat molekulnya 16. Kita bandingkan dengan 3 saudaranya yang
lain: H2Te (Te lambang tellurium), berat molekulnya 129. H2Se (Se lambang selenium)
berat molekulnya 80. Dan H2S (S lambang sulfur/belerang) berat molekulnya 34. Jadi
air yang teringan di antara ketiga saudaranya itu. Secara logika makin berat makin
sukar mendidih. Dan ini benar untuk ketiga saudara air tersebut dan juga untuk
saudara-saudara air lainnya. H2Te mendidih pada -4 derajat C, H2Se mendidih pada
-42 derajat C, jadi lebih rendah karena lebih ringan, berikut H2S mendidih pada -61
derajat C, lebih rendah lagi karena lebih ringan dari H2Se. Jadi kalau air itu
termasuk zat yang biasa, maka titik didihnya akan lebih rendah dari -61 derajat C,
karena air lebih ringan dari asam belerang H2S. Tetapi kenyataannya air mendidih
pada 100 derajat C.

Jadi Allah menciptakan air secara tidak biasa untuk keprluan hidup makhluk. Dengan
titik didih air yang menyimpang itu maka air dalam keadaan udara luar, wujudnya
dapat berupa tiga Fase / tingkat: es, air dan uap. Apa peranannya dalam kehidupan
makhluk di permukaan bumi. Makhluk tidak dapat minum air, karena jika air itu
adalah zat biasa, maka air dalam bentuk cair hanya didapatkan di bawah suhu -61
derajat C. Bukan itu saja, es timbul dalam air. Dan ini juga tidak biasa, karena
zat yang lain tenggelam dalam zat cairnya. Coba bayangkan jika Allah SWT
menciptakan air itu sebagai zat biasa, artinya es tenggelam dalam air. Di musim
dingin air sungai dan danau di tempat yang ada musim dinginnya, air akan membeku
dari bawah. Maka makhluk air akan mati semua. Inilah caranya Allah menjaga makhluk
air supaya dapat tetap hidup di musim dingin. Air membeku dari atas, sampai cukup
tebal, maka lapisan di bawah es tetap cair. Makhluk air berenang-renang dan tetap
hidup di bawah lapisan es.

Bukan itu saja, air adalah zat pelarut yang paling rakus. Ini juga tidak biasa.
Andaikata Allah menciptakan air dengan sifat biasa, tumbuh-tumbuhan, binatang dan
manusia tidak mungkin dapat menyerap makanan yang dibutuhkannya, karena seperti
kita ketahui makanan yang diserap oleh ketiga makhluk tersebut adalah berupa zat-
zat yang larut dalam air.

Bukan itu saja. Air adalah zat yang paling rakus menyerap panas. Sebagai
perbandingan bacalah data berkut: Panas penguapan air, 539,55, alkohol 204, asam
belerang 122,1, bensin 94,3, terpentin 68,6, semua dalam kal/gr. Sifat rakus panas
ini juga tidak biasa. Andai kata air diciptakan Allah dengan sifat biasa, maka
bayangkanlah hal berikut: uap air di udara tidak banyak menyerap panas sinar
matahari. Maka di siang hari seperti di gurun sahara yang kering udaranya, telur
dapat matang di pasir. Di waktu malam dingin menusuk ke tulang sumsum. Keringat
yang menguap di badan kita tidak cukup untuk melepaskan panas dari tubuh kita.

Coba bayangkan terus andaikata air membeku dari bawah, maka air akan berkurang.
Juga uap air di udara akan berkurang pula. Artinya kita disengat panas di siang
hari dan disengat dingin di malam hari, walaupun tidak berada di gurun pasir. Jadi
dengan kombinasi ketidak biasaan air: es timbul di air dan air rakus menyerap
panas, maka ketidak biasaan air ini mengontrol iklim seperti kedaan sekarang ini,
makhluk dapat bertahan hidup.

Bukan itu saja, air mempunyai tegangan permukaan yang paling besar di antara zat
yang kita kenal. Akibatnya adalah yang kita kenal sebagai gejala kapilaritas, dan
timbulnya tekanan osmotik yang tinggi. Dengan kapilaritas air dapat naik setinggi
pohon yang tertinggi di dunia ini. Dan dengan tekanan osmotik yang tinggi, air
dapat menembus lapisan akar tumbuh-tumbuhan dan menembus pembuluh darah kita.

Demikianlah Allah menciptakan air sebagai zat yang tidak biasa. Air khusus didisain
oleh Allah SWT untuk kehidupan, seperti diinformasikan melalui wahyu dalam S. Al
Anbiyaa , ayat 30. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 12 Januari 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

Iptek : Air Asin dan Air Tawar


"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi
segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan
batas yang menghalangi." (Q.S Al Furqan:53)

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery' pasti kenal
Mr.Jacques Yves Costeau, ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari
Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai
dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan
alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.Pada suatu hari ketika sedang
melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air
tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan
air laut yang
masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi
keduanya.

Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu
penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai
berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu
pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan
jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim,kemudian ia pun
menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang
bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan
Terusan Suez. Ayat itu berbunyi "Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun
laayabghiyaan..."Artinya: "Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada
batas yang tidak boleh ditembus." Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di
atas.

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi
tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai,di mana terjadi
pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masindari laut. Namun tafsir itu
tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat
Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi "Yakhruju minhuma lu'lu`u wal marjaan" ertinya
"Keluar dari keduanya mutiara dan marjan." Padahal di muara sungai tidak ditemukan
mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur'an itu, melebihi kekagumannya
melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al
Qur'an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman
saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh
terpencil di kedalaman samudera.

Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam
akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur'an memang
sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak
benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.

Allahu Akbar...! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan.
Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim. Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan
oleh air." Bila seorang bertanya, "Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini
bersih kembali?" Rasulullah s.a.w. bersabda, "Selalulah ingat mati dan membaca Al
Quran."

Sucikanlah 4 hal dengan 4 perkara :"Wajahmu dengan linangan air mata keinsafan,
Lidahmu basah denganberzikir kepada Penciptamu, Hatimu takut dan gementar kepada
kehebatan Rabbmu, ..dan dosa-dosa yang silam di sulami dengan taubat kepada Dzat
yang Memiliki mu.

Asal mula penciptaan alam semesta


Bagaimana alam semesta berawal adalah pertanyaan yang mempesona manusia sepanjang
jaman. Pada abad ke16 Copernicus mengemukakan teori bahwa matahari tidak
mengelilingi bumi tapi bumilah yang justru mengelilingi matahari. Dia pun dihukum
gantung karena dianggap bertentangan dengan dogma gereja pada waktu itu yang
menyatakan bumi sebagai pusat alam semesta. Pada abad ke 17 Galileo Galilei dengan
teleskop ciptaannya mampu membuktikan bahwa bumi mengelilingi
matahari.

Pada tahun 1929 Edwin Hubble menciptakan teleskop Hubble di abservatoriumnya di


Mountwilson, California. Setelah berbulan-bulan melakukan pengamatan, dia menemukan
bahwa bintang-bintang semakin hari menunjukkan warna semakin merah. Dalam hukum
Fisika dikenal jika benda semakin menjauhi titik pengamatan akan menunjukkan
spectrum merah, sedangkan benda yang mendekati titik pengamatan menunjukkan
spectrum biru. Itu artinya benda-benda luar angkasa kian hari semakin
menjauhi satu sama lainnya atau dengan kata lain alam semesta semakin meluas.

Edwin Huble kemudian melakukan perhitungan mundur.Jika benda-benda angkasa semakin


menjauh berarti dahulunya benda-benda angkasa bermula dari sesuatu
yang padu (satu) dan kemudian meledak dengan kecepatan yang luar biasa. Menurut
perhitungan yang cermat para ilmuan menyimpulkan bahwa sesuatu yang padu (satu) itu
haruslah bervolume nol. Jika suatu benda bervolume nol itu artinya sesuatu itu
berawal dari ketiadaan. Dengan kata lain sesuatu yang padu itu diciptakan. Lalu
muncullah teori yang sangat terkenal yang disebut teori big bang (ledakan besar).

Sebelum Edwin Huble menemukan kenyataan ini, melalui perhitungan yang cermat Albert
Einstein sebenarnya telah memperhitungkan bahwa ruang angkasa tidak statis
melainkan terus meluas, tetapi pendapat itu disimpannya karena pada waktu itu
pendapat yang mengatakan bahwa alam semesta bersifat statis (tidak berawal dan
kekal) sangat populer. Pendapat tentang alam semesta statis ini dikemukakan oleh
para pendukung materialisme (atheis).
Walaupun Edwin Huble sudah menemukan kenyataan bahwa alam semesta bersifat meluas
para pendukung materialisme tetap tidak mau mengakui adanya kebenaran
ini. Mereka tetap berkeyakinan bahwa alam semesta tidak berawal dan bersifat kekal.
Mereka hendak mengingkari adanya penciptaan. Dengan kata lain mereka mengingkari
adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta. Pendapat mereka ini sebenarnya
dipengaruhi oleh filsafat Yunani kuno yang mengatakan bahwa materi tidak berawal
dan tidak berakhir. Dengan berbagai cara mereka menyanggah pendapat Edwin Hubble
dan Albert Einstein ini. Mereka menyanggahnya dengan metode filsafat yang
menimbulkan perdebatan tak berujung.

Di tahun 1948 ahli fisaka Amerika George Gemof mengemukakan seandainya alam semesta
ini dulunya adalah satu dan kemudian meledak maka pasti ledakan besar itu
meninggalkan sisa-sisa radiasi di ruang angkasa. Pada tahun 1965 dua orang ilmuan
Arnold Pengias dan Robert Wilson menemukan sisa-sisa radiasi yang tersebar di ruang
angkasa. Atas penemuannya itu, mereka berdua memperoleh hadiah Nobel.

Pada tahun 1989 NASA meluncurkan satelit ke luar angkasa untuk meneliti tentang
gejala radiasi alam semesta. Melalui sensor-sensor yang dipasang disatelit yang
disebut sensor kobe mereka menangkap adanya radiasi sisa-sisa ledakan besar yang
menyebar
diseluruh ruang angkasa. Penemuan ini menghebohkan dunia dan media masa. Newsweek
bahkan dalam sampul majalahnya menulis : Science telah menemukan Tuhan.
Fisikawan Inggris Stephen Hawking menyebutkan penemuan ini sebagai penemuan
terbesar dalam bidang astronomi di abad ini bahkan mungkin sepanjang masa.
Belakangan salah satu dari orang-orang yang menentang adanya tuhan mengaku bahwa
mereka mempertahankan pendapat alam statis bukan karena mereka yakin akan
kebenaran pendapat mereka tapi karena berharap pendapat mereka benar sehingga fakta
adanya penciptaan dan tuhan dapat mereka sangkal.

Coba simak dua ayat Al-Quran dibawah ini :

�Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang PADU, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?� (Al Anbiyaa 21:30)

�Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-
benar berkuasa MELUASKANNYA� (Adz zaariyaat 51:47)

Jika Al Quran itu hanyalah karangan Muhammad, lalu mungkinkah 14 abad yang lalu
ketika ilmu pengetahuan belum secanggih sekarang, seorang manusia di tengah gurun
yang gersang di Arab bisa mengetahui bahwa alam semesta diciptakan dari sesuatu
yang padu dan kemudian meluas?

Ayat Al Quran dalam Tubuh Manusia


Penelitian Dr. Ahmad Khan Sameer Chouwadhary

Ketika menjejakkan kaki di kantor Dr. Ahmad Khan, perasaan saya berkata, wawancara
kali ini bukanlah wawancara biasa. Perasaan ini muncul karena salam penuh semangat
Dr. Ahmad Khan. Mata Dr. Ahmad Khan berbinar-binar. Dia seperti sedang menekan
kebahagiaan yang luar biasa. Lelaki di hadapan saya bukanlah Dr. Khan yang dikenal
rekannya sebagai pria lembut dan pemalu. Dr. Khan yang ini penuh percaya diri dan
tenang.

Saya mulai bertanya-tanya pada diri sendiri apakah saya tidak salah mendengar
berita yang membawa saya kepadanya? Dr. Khan menuturkan, dia tidak hanya menemukan
bukti tentang pengarang Al Qur'an, namun juga 'pengarang' manusia!
Hanya sedikit yang saya ketahui ketika melangkahi pintu lab genetik. Saya tidak
mengira, saya akan menemui ilmuwan yang penemuannya akan sehebat Galileo, Newton,
atau Einstein. Saya pikir saya akan sekedar mewawancarai perkembangan bukunya
tentang genetik dan Islam. Saya merancang pertanyaan sekitar moralitas kloning,
sedikit sisipan tentang ilmu genetik, dan bagaimana menempatkan genetik dalam
perspektif Islam. Bayangan saya berantakan. Saya ternganga. "Anda bercanda, kan?"
"Tidak! Subhanallah! Tidak!" Dia tertawa sangat lebar sembari menyingkirkan
tumpukan kertas di mejanya. Saya menoleh pada dinding kantornya. Kalau tidak karena
kaligrafi ayat kursi dan foto keluarga, dinding itu kosong. Tidak ada pertanda
ruangan ini ditempati lulusan summa cumlaude dari Duke University. Walau dia
ilmuwan muda yang tengah menanjak, terlihat cintanya tertumpah hanya untuk Allah
dan penelitiannya. Ijasah dan penghargaan, baginya, sekedar sebentuk kertas.
Pertanyaan yang saya siapkan tidak sesuai lagi. Saya mencoba menggali bagaimana
sebenarnya penemuan dan apa sesungguhnya yang dia dapatkan.
"Telah beberapa tahun sejak pendidikan doktoral, saya berpikir tentang kemungkinan
adanya informasi lain selain konstruksi polipeptida yang dibangun dari kodon DNA.
Setelah satu sholat Jumat, saya mendapatkan gambaran samar. Saat itu imam membaca
satu ayat dan saya mengaitkannya dengan DNA."
Dr. Khan bangkit, meraih Al Qur'an di rak tertingginya. Al Qur'an itu lecek.
Kombinasi yang menarik. Ilmuwan dan pecinta kitab suci.
Dr. Khan mencium Al Qur'an dan membuka halaman tertentu.
"Audhu billahi min asy syatan ir-rajiim. Bismillah Ir-Rahma Ir Rahiim. Sanuriihim
ayatinaa filafaaqi wafi anfusihim hatta yatabayyana lahum annahu ul-Haqq...,
Kemudian akan Kami tunjukkan tanda-tanda kekuasaan Kami pada alam dan dalam diri
mereka, sampai jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran."
"Surat apa itu?"
"Fussilat ayat 53. Kamu mungkin pernah mendengar ilmuwan non muslim bernama Keith
Moore?"
"Rasanya. Bisa menyegarkan ingatan saya?"
"Keith Moore ahli embriologi. Setelah membaca Qur'an, dia melihat kesamaan antara
penjelasan Qur'an dengan ilmu modern. Dari sini, bisa kita simpulkan Qur'an
memberikan bukti kebenaran dalam diri kita. Empat belas abad yang lalu, mikroskopis
belum dikenal.
Saya lantas menyadari Qur'an memiliki beberapa tingkatan arti. Sebagian hanya
diketahui Allah.
Ketika mendengar surat itu, saya lihat 'ayatinaa', menggunakan kata yang sama
maknanya dengan ayat Allah. Dan 'ayatinaa' ini ada di dalam diri manusia. Saya
mempelajari genetik. Saya memperkirakan ayat yang dimaksud ada dalam DNA kita."
"Spekulasi bukan?"
"Pertama kali, ya. Selanjutnya saya memperoleh petunjuk samar. Ada kemungkinan ayat
Qur'an bagian gen manusia. Satu hal yang perlu dicatat, banyak DNA hadir tanpa
memproduksi protein sama sekali. Area tanpa produksi ini disebut junk DNA atau DNA
sampah. Masya Allah, ternyata area itu jauh dari makna sampah. Sebaliknya itu
adalah kata dari Allah, Pencipta, tanda kebesaran Allah, bahwa Allah yang memberi
nafas kehidupan kita."
"Bagaimana Anda menguji hipotesa Anda dan dengan siapa lagi Anda mendiskusikan
ini?"
"Lab Gen mendapatkan proyek dari pemerintah untuk meneliti gen dan kecerdasan.
Ketika ide ini muncul, kami sedang berkonsentrasi pada area kromosom 19. Saya
berdiskusi dengan adik lelaki saya, Imran. Imran ahli analisa sistem. Saya
mengajaknya berpikir tentang cara menemukan ayat Qur'an dalam kromosom 19.
Ini pekerjaan sulit. Kami harus menemukan huruf Arab yang mungkin dibentuk dari
kodon melalui sistem perlambangan dan meneliti apakah kombinasi itu menghasilkan
ayat Qur'an.
Januari tanggal 2, pukul 2 pagi lalu kami menemukan ayat yang pertama,
alhamdulillah. Audhu billahi min asy syatan ir-rajiim. Bismillah Ir-Rahma Ir-
Rahiim. Iqra bismi rabbika ladzi khalq. Bacalah dengan nama Tuhan yang
menciptakan!"
"Ayat yang juga pertama diturunkan pada Rasulullah saw?"
"Ya! Saya juga terkejut. Begitu kami menemukan ayat pertama, ayat yang lain muncul
satu demi satu secara cepat. Sejauh ini kami telah menemukan 1/10 ayat Qur'an.
Setelah itu tersendat. Kendalanya masih banyak gen yang belum diteliti ilmuwan.
Walaupun kami ingin menyebarkan penemuan kami secepatnya, kami harus meyakinkan
kepala kami terpasang dengan benar. Beberapa pekan lalu saya berdiskusi dengan
beberapa ahli genetik. Semoga penemuan ini bisa disebarluaskan musim gugur ini.
Saya yakin penemuan ini luar biasa dan saya berani mempertaruhkan karir saya untuk
ini. Saya telah membicarakan penemuan saya dengan dua rekan lab saya. Percayalah,
ini kali pertama Clive dan Martin (dua rekan kerja) mau berdiskusi tentang agama
atau Islam. Saya juga menyurati dua ilmuwan yang selama ini sinis terhadap Islam;
Dan Larhammar dari Uppsala University Swedia dan Aris Dreismann dari Universitas
Berlin. Saya yakin mereka takkan sinis lagi."
"Subhanallah. Bisakah saya melihat ayat yang ditemukan itu?"
Dr. Khan menyodorkan dua halaman kertas. Yang satu dipenuhi huruf T,C,G, dan A.
Yang lain huruf Arab yang jelas terbaca, bahkan 'Qaf' dengan dua titiknya. Saya
menanyakan artinya.
"Surat Al Baqarah ayat 6; bagi orang tak beriman, sama saja bagi mereka apakah kamu
akan mengingatkan mereka atau tidak; mereka tak akan percaya. Halaman yang satu
lagi memuat kombinasi nucleotida. Setiap tiga kode melambangkan satu huruf Arab."
Dr. Khan menarik satu kertas lagi yang memuat huruf A, T, G, dan C secara vertikal
untuk nucleotida pertama dan horizontal untuk yang kedua dan ketiga. "Bukan asam
amino yang kita dapatkan, melainkan dua kode menghasilkan satu huruf Arab. Bahkan
ada satu kodon yang melambangkan tanda berhenti ayat. Subhanallah, penemuan ini
benar-benar rahmat besar."
"Apakah ada pesan untuk para pembaca?"
"Semoga penerbitan buku saya, 'Qur'an dan Genetik' semakin menyadarkan umat Islam,
Islam jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa memisahkan agama dari ilmu,
politik, pendidikan, atau seni. Semoga non muslim menyadari, tak ada gunanya
mempertentangkan ilmu dengan agama."
Saya menghirup minuman saya, menatap mata coklat Dr. Khan seksama. Saya yakin, saya
insya Allah sedang menatap masa depan umat..

Gimana Pelangi terbentuk?

Fenomena alam ini hanya muncul sehabis hujan. Begitu indah sehingga menginspirasi
banyak lagu, dongeng, dan legenda. Tapi dari kacamata sains, pelangi sangat
sederhana. Itu cuma fisika optik semata.

Kunci terjadinya pelangi adalah pembiasan cahaya. Ketika dibiaskan, cahaya akan
berubah arah. Biasanya pembelokan ini terjadi ketika cahaya pindah dari medium satu
ke yang lain. Hal ini terjadi karena cahaya bergerak dengan kecepatan berbeda dalam
medium berlainan.

Ketika memasuki prisma kaca, cahaya akan dibelokkan. Begitu pula jika keluar dari
prisma.

Selain membiaskan cahaya, prisma memisahkan cahaya putih menjadi komponen warnanya.
Warna cahaya yang berlainan ini berbeda frekuensinya, sehingga memiliki kecepatan
tempuh berbeda ketika memasuki suatu zat.

Cahaya yang kecepatannya rendah di dalam kaca akan dibelokkan lebih tajam ketika
pindah dari udara ke kaca, karena perbedaan kecepatannya berlainan. Tak
mengherankan jika komponen yang membentuk cahaya putih dipisahkan berdasarkan
frekuensinya ketika melewati kaca. Pada prisma, cahaya akan dibelokkan dua kali,
ketika masuk dan keluar, sehingga penyebaran cahaya terjadi.

Tetesan air hujan dapat membiaskan dan menyebarkan cahaya mirip sebuah prisma.
Dalam kondisi yang tepat, pembiasan cahaya ini membentuk pelangi.

Keajaiban Alquran

Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:
"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)
Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu
pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa
keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada
sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini,
yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15
milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari
ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang
merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai
asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di
mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan
secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja
ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun
lalu.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun
1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan
bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta
bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.

Edwin Hubble dengan teleskop besarnya.


Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih
terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-
benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)
Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat
dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi,
kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an
dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang
kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-
menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa
mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu
pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu
kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan
dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki
permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi
Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam
semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929.
Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika,
menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah
alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain,
berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang
dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus
mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun
mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan
Pengatur keseluruhan alam semesta.

Gambar ini menampakkan peristiwa Big Bang, yang sekali lagi mengungkapkan bahwa
Allah telah menciptakan jagat raya dari ketiadaan. Big Bang adalah teori yang telah
dibuktikan secara ilmiah. Meskipun sejumlah ilmuwan berusaha mengemukakan sejumlah
teori tandingan guna menentangnya, namun bukti-bukti ilmiah malah menjadikan teori
Big Bang diterima secara penuh oleh masyarakat ilmiah.
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?" (Al Qur'an, 21:30)
Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk
merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan
antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu
muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq".
Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa
yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.
Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat
tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu
terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-
tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh
materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan
bumi" yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang
masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat,
sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan
dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta
terbentuk.
Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah,
akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang
sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa
masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak
dalam garis edar tertentu:
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan
astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari
bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah
bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari
bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari,
semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh
jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan
serupa yang terencana.

Sebagaimana komet-komet lain di alam raya, komet Halley, sebagaimana terlihat di


atas, juga bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya yang telah ditetapkan. Komet
ini memiliki garis edar khusus dan bergerak mengikuti garis edar ini secara
harmonis bersama-sama dengan benda-benda langit lainnya.
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini,
dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)
Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari
hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan
sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut
bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama
jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam
keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu,
sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.
Semua benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang, dan
bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing. Semua orbit
ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang
membangun dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh
sekalian alam.
Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-
galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang
terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda
angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan,
telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari
bagian-bagiannya saling bersentuhan.
Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki
teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak
jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern.
Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang
angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat
tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al
Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah firman Allah.

"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam
atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, 39:5)
Dalam Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta
sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam
ayat di atas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan
untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain
secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.
Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling
menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi.
Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al
Qur'an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk
planet bumi yang bulat.
Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di
masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta
penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur'an
berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena
Al Qur'an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat
digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya.

Gambar ini memperlihatkan sejumlah meteor yang hendak menumbuk bumi. Benda-benda
langit yang berlalu lalang di ruang angkasa dapat menjadi ancaman serius bagi Bumi.
Tapi Allah, Pencipta Maha Sempurna, telah menjadikan atmosfir sebagai atap yang
melindungi bumi. Berkat pelindung istimewa ini, kebanyakan meteorid tidak mampu
menghantam bumi karena terlanjur hancur berkeping-keping ketika masih berada di
atmosfir.
Dalam Al Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik
tentang langit:
"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka
berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al Qur'an,
21:32)
Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20.
Atmosfir yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya
kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka
mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk
hidup.
Atmosfir juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan.
Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak berbahaya
dan berguna, - seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan gelombang radio.
Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultraviolet tepi, yang
hanya sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan
bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat yang
dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian kecil
dan penting saja dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.

Kebanyakan manusia yang memandang ke arah langit tidak pernah berpikir tentang
fungsi atmosfir sebagai pelindung. Hampir tak pernah terlintas dalam benak mereka
tentang apa jadinya bumi ini jika atmosfir tidak ada. Foto di atas adalah kawah
raksasa yang terbentuk akibat hantaman sebuah meteor yang jatuh di Arizona, Amerika
Serikat. Jika atmosfir tidak ada, jutaan meteorid akan jatuh ke Bumi, sehingga
menjadikannya tempat yang tak dapat dihuni. Namun, fungsi pelindung dari atmosfir
memungkinkan makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya dengan aman. Ini sudah
pasti perlindungan yang Allah berikan bagi manusia, dan sebuah keajaiban yang
dinyatakan dalam Al Qur'an.
Fungsi pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga
melindungi bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270
derajat celcius di bawah nol.
Tidak hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir,
Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi,
juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet kita.
Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang
lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada,
semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-
berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.
Dr. Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita:
Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata
surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang
menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk
lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran
radiasi dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan
takkan mungkin dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang
berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius - tapi kekuatan medan magnet
planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak
memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan
istimewa yang hanya ada pada Bumi. (http://www.jps.net/bygrace/index. html Taken
from Big Bang Refined by Fire by Dr. Hugh Ross, 1998. Reasons To Believe, Pasadena,
CA.)
Energi yang dipancarkan dalam satu jilatan api saja, sebagaimana tercatat baru-baru
ini, terhitung setara dengan 100 milyar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan
di Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut, teramati bahwa jarum
magnetik kompas bergerak tidak seperti biasanya, dan 250 kilometer di atas atmosfir
bumi terjadi peningkatan suhu tiba-tiba hingga mencapai 2.500 derajat celcius.
Singkatnya, sebuah sistem sempurna sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia
melingkupi bumi kita dan melindunginya dari berbagai ancaman dari luar angkasa.
Para ilmuwan baru mengetahuinya sekarang, sementara berabad-abad lampau, kita telah
diberitahu dalam Al Qur'an tentang atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan
pelindung.

Energi yang dipancarkan oleh sebuah letusan pada Matahari sungguh amat dahsyat
sehingga sulit dibayangkan akal manusia: Letusan tunggal pada matahari setara
dengan ledakan 100 juta bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Bumi
terlindungi dari pengaruh merusak akibat pancaran energi ini. The magnetosphere
layer, formed by the magnetic field of the Earth, serves as a shield protecting the
earth from celestial bodies, harmful cosmic rays and particles. In the above
picture, this magnetosphere layer, which is also named Van Allen Belts, is seen.
These belts at thousands of kilometres above the earth protect the living things on
the Earth from the fatal energy that would otherwise reach it from space.

Ayat ke-11 dari Surat Ath Thaariq dalam Al Qur'an, mengacu pada fungsi
"mengembalikan" yang dimiliki langit.
"Demi langit yang mengandung hujan." (Al Qur'an, 86:11)
Kata yang ditafsirkan sebagai "mengandung hujan" dalam terjemahan Al Qur'an ini
juga bermakna "mengirim kembali" atau "mengembalikan".
Sebagaimana diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah lapisan.
Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan
bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang
mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah
kita cermati sejumlah contoh fungsi "pengembalian" dari lapisan-lapisan yang
mengelilingi bumi tersebut.
Lapisan Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air
yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke
bumi sebagai hujan.
Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar
ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang
angkasa.
Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai
belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga
memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada
jarak yang cukup jauh.
Lapisan magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang
dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum sampai ke
Bumi.
Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini
tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al Qur'an. Ini sekali lagi
membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah.

Rahasia Besi

Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur'an. Dalam
Surat Al Hadiid, yang berarti "besi", kita diberitahu sebagai berikut:
"�Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia ...." (Al Qur'an, 57:25)
Kata "anzalnaa" yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat
ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk
memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata
ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat
ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang
ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.
Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang
raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok
untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan
dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai
beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu
dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya
meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan
ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta
dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya
gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman
dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan
"diturunkan ke bumi", persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa
fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur'an
diturunkan.

Penciptaan yang Berpasang-Pasangan

"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui." (Al Qur'an, 36:36)
Meskipun gagasan tentang "pasangan" umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau
jantan dan betina, ungkapan "maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" dalam ayat
di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat
tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi
diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun
1933. Penemuan ini, yang disebut "parit�", menyatakan bahwa materi berpasangan
dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang
berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi
bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam
sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
"�setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan � � dan
hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan
pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat."
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa
oleh meteor-meteor melalui ledakan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian
"dikirim ke bumi", persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa
fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur'an
diturunkan. (http://www.2think.org/nothingness.html, Henning Genz � Nothingness:
The Science of Empty Space, s. 205)

Kini, relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah
diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad ke-
20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang
relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert
Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia
menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Dalam sejarah manusia,
tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya.
Tapi ada perkecualian; Al Qur'an telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat
relatif! Sejumlah ayat yang mengulas hal ini berbunyi:
"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali
tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti
seribu menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 22:47)
"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (Al
Qur'an, 32:5)
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang
kadarnya limapuluh ribu tahun." (Al Qur'an, 70:4)
Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan
bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang
lama:
"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab:
'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-
orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan
sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'." (Al Qur'an, 23:122-114)
Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur'an, yang
mulai diturunkan pada tahun 610 M, adalah bukti lain bahwa Al Qur'an adalah Kitab
Suci.
Lapisan-Lapisan Atmosfer

Bumi memiliki seluruh sifat yang diperlukan bagi kehidupan. Salah satunya adalah
keberadaan atmosfir, yang berfungsi sebagai lapisan pelindung yang melindungi
makhluk hidup. Adalah fakta yang kini telah diterima bahwa atmosfir terdiri dari
lapisan-lapisan berbeda yang tersusun secara berlapis, satu di atas yang lain.
Persis sebagaimana dipaparkan dalam Al Qur�an, atmosfir terdiri dari tujuh lapisan.
Ini pastilah salah satu keajaiban Al Qur�an.
Satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur�an adalah bahwa
langit terdiri atas tujuh lapis.
"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu." (Al Qur'an, 2:29)
"Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya." (Al Qur'an, 41:11-12)
Kata "langit", yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam Al Qur�an, digunakan
untuk mengacu pada "langit" bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna
kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh
lapisan.
Saat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfir bumi terdiri atas lapisan-lapisan
yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan
dalam Al Qur�an, atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Dalam sumber ilmiah, hal
tersebut diuraikan sebagai berikut:
Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-
lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya.
Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER. Ia membentuk sekitar
90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER.
LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar
ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER. . TERMOSFER berada di
atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang
disebut IONOSFER. Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km
hingga 960 km. Bagian ini dinamakan EKSOSFER. .
(Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon
Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)
Jika kita hitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah tersebut, kita
ketahui bahwa atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapis, seperti dinyatakan dalam
ayat tersebut.
1. Troposfer
2. Stratosfer
3. Ozonosfer
4. Mesosfer
5. Termosfer
6. Ionosfer
7. Eksosfer
Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12,
"� Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya." Dengan kata lain, Allah dalam
ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya
masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini memiliki
fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk
hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan
hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya; dari pemantulan
gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya.
Salah satu fungsi ini, misalnya, dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana
berikut:
Atmosfir bumi memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah dinamakan troposfir. Hujan,
salju, dan angin hanya terjadi pada troposfir.
(http://muttley.ucdavis.edu/Book/Atmosphere/beginner/layers-01.html)
Adalah sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan
tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan oleh Al Qur�an 1.400
tahun yang lalu.

Fungsi Gunung

Dengan perpanjangannya yang menghujam jauh ke dalam maupun ke atas permukaan bumi,
gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi yang berbeda, layaknya
pasak. Kerak bumi terdiri atas lempengan-lempengan yang senantiasa dalam keadaan
bergerak. Fungsi pasak dari gunung ini mencegah guncangan dengan cara memancangkan
kerak bumi yang memiliki struktur sangat mudah bergerak.
Al Qur�an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung.
"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu
(tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)
Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi
mencegah goncangan di permukaan bumi.
Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur�an diturunkan.
Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.
Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan
dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan
bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya,
sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan
bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah.
Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah
besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.
Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut:
Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi
akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets,
Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985,
s. 305)
Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan
sebagai "pasak":
"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung
sebagai pasak?" (Al Qur'an, 78:6-7)
Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan
memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-
lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari
terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya.
Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-
lembaran kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah
"isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:
Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan
di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster's New Twentieth Century
Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975)
Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa,
telah dinyatakan dalam Al Qur�an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah
Maha Agung dalam ciptaan Allah.
"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu
(tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)

Angin yang Mengawinkan


Gambar di atas memperlihatkan tahap-tahap pembentukan gelombang air. Gelombang air
terbentuk ketika angin meniup permukaan air. Akibat pengaruh angin ini, pertikel-
partikel air mulai bergerak melingkar. Pergerakan ini kemudian mendorong
terbentuknya gelombang air yang silih berganti, dan butiran-butiran air kemudian
terbentuk oleh gelombang ini yang kemudian tersebar dan beterbangan di udara.
Dalam sebuah ayat Al Qur�an disebutkan sifat angin yang mengawinkan dan
terbentuknya hujan karenanya.
"Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari
langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang
menyimpannya." (Al Qur'an, 15:22)
Dalam ayat ini ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin.
Hingga awal abad ke 20, satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang diketahui
hanyalah bahwa angin yang menggerakkan awan. Namun penemuan ilmu meteorologi modern
telah menunjukkan peran "mengawinkan" dari angin dalam pembentukan hujan.
Fungsi mengawinkan dari angin ini terjadi sebagaimana berikut:
Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya
terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan
partikel kecil dengan diameter seperseratus milimeter, terlempar ke udara.
Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu daratan
yang terbawa oleh angin dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfer. .
Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin dan bertemu
dengan uap air di sana. Uap air mengembun di sekitar partikel-partikel ini dan
berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul
dan membentuk awan dan kemudian jatuh ke Bumi dalam bentuk hujan.
Sebagaimana terlihat, angin �mengawinkan� uap air yang melayang di udara dengan
partikel-partikel yang di bawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan
hujan.
Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran air di atmosfer bagian atas
tidak akan pernah terbentuk dan hujanpun tidak akan pernah terjadi.
Hal terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari angin dalam pembentukan hujan
telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam sebuah ayat Al Qur�an, pada saat
orang hanya mengetahui sedikit saja tentang fenomena alam�

Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain

Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan gelombang pasang di Laut Tengah dan
Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki Samudra Atlantik melalui selat
Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan kerapatan air laut di kedua tempat ini
tidak berubah karena adanya penghalang yang memisahkan keduanya.
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah
berkaitan dengan ayat Al Qur�an sebagai berikut:
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya
ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing." (Al Qur'an, 55:19-20)
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini
telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang
dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak
menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan
dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan
mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills,
Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.)
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki
pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal
ini dinyatakan dalam Al Qur�an.

Kegelapan dan Gelombang di Dasar Lautan

Pengukuran yang dilakukan dengan teknologi masa kini berhasil mengungkapkan bahwa
antara 3 hingga 30% sinar matahari dipantulkan oleh permukaan laut. Jadi, hampir
semua tujuh warna yang menyusun spektrum sinar matahari diserap satu demi satu
ketika menembus permukaan lautan hingga kedalaman 200 meter, kecuali sinar biru
(lihat gambar di samping). Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak dijumpai sinar apa
pun. (lihat gambar atas). Fakta ilmiah ini telah disebutkan dalam ayat ke-40 surat
An Nuur sekitar 1400 tahun yang lalu..
"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih,
apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan)
barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai
cahaya sedikitpun." (Al Qur'an, 24:40)
Keadaan umum tentang lautan yang dalam dijelaskan dalam buku berjudul Oceans:
Kegelapan dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200 meter
atau lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman
1000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali. (Elder, Danny; and John Pernetta,
1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s. 27)
Kini, kita telah mengetahui tentang keadaan umum lautan tersebut, ciri-ciri makhluk
hidup yang ada di dalamnya, kadar garamnya, serta jumlah air, luas permukaan dan
kedalamannya. Kapal selam dan perangkat khusus yang dikembangkan menggunakan
teknologi modern, memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan informasi ini.
Manusia tak mampu menyelam pada kedalaman di bawah 40 meter tanpa bantuan peralatan
khusus. Mereka tak mampu bertahan hidup di bagian samudra yang dalam nan gelap,
seperti pada kedalaman 200 meter. Karena alasan inilah, para ilmuwan hanya baru-
baru ini saja mampu menemukan informasi sangat rinci tersebut tentang kelautan.
Namun, pernyataan "gelap gulita di lautan yang dalam" digunakan dalam surat An Nuur
1400 tahun lalu. Ini sudah pasti salah satu keajaiban Al Qur�an, sebab infomasi ini
dinyatakan di saat belum ada perangkat yang memungkinkan manusia untuk menyelam di
kedalaman samudra.
Selain itu, pernyataan di ayat ke-40 surat An Nuur "Atau seperti gelap gulita di
lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di
atasnya (lagi) awan�" mengarahkan perhatian kita pada satu keajaiban Al Qur�an yang
lain.
Para ilmuwan baru-baru ini menemukan keberadaan gelombang di dasar lautan, yang
"terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang memiliki kerapatan
atau massa jenis yang berbeda." Gelombang yang dinamakan gelombang internal ini
meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan dan samudra dikarenakan pada
kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih tinggi dibanding lapisan air di
atasnya. Gelombang internal memiliki sifat seperti gelombang permukaan. Gelombang
ini dapat pecah, persis sebagaimana gelombang permukaan. Gelombang internal tidak
dapat dilihat oleh mata manusia, tapi keberadaannya dapat dikenali dengan
mempelajari suhu atau perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu. (Gross, M.
Grant; 1993, Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-
Hall Inc., s. 205)
Pernyataan-pernyataan dalam Al Qur'an benar-benar bersesuaian dengan penjelasan di
atas. Tanpa adanya penelitian, seseorang hanya mampu melihat gelombang di permukaan
laut. Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di dasar
laut. Akan tetapi, dalam surat An Nuur, Allah mengarahkan perhatian kita pada jenis
gelombang yang terdapat di kedalaman samudra. Sungguh, fakta yang baru saja
diketemukan para ilmuwan ini memperlihatkan sekali lagi bahwa Al Qur'an adalah
kalam Allah.

Kadar Hujan

Fakta lain yang diberikan dalam Al Qur�an mengenai hujan adalah bahwa hujan
diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf
sebagai berikut;
"Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami
hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan
(dari dalam kubur)." (Al Qur'an, 43:11)
Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern.
Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini
menghasilkan 513 trilyun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah
hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar
dalam suatu siklus yang seimbang menurut "ukuran atau kadar" tertentu. Kehidupan di
bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua
teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti
ini.

Per tahunnya, air hujan yang menguap dan turun kembali ke Bumi dalam bentuk hujan
berjumlah "tetap": yakni 513 triliun ton. Jumlah yang tetap ini dinyatakan dalam Al
Qur'an dengan menggunakan istilah "menurunkan air dari langit menurut kadar".
Tetapnya jumlah ini sangatlah penting bagi keberlangsungan keseimbangan ekologi
dan, tentu saja, kelangsungan kehidupan ini,..
Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan
ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini
tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang
benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Al Qur�an.

Pembentukan Hujan

Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam
waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap
pembentukan hujan..
Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke
udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.
Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur�an berabad-abad yang lalu,
yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,
"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka,
apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba
mereka menjadi gembira" (Al Qur'an, 30:48)

Gambar di atas memperlihatkan butiran-butiran air yang lepas ke udara. Ini adalah
tahap pertama dalam proses pembentukan hujan. Setelah itu, butiran-butiran air
dalam awan yang baru saja terbentuk akan melayang di udara untuk kemudian menebal,
menjadi jenuh, dan turun sebagai hujan. Seluruh tahapan ini disebutkan dalam Al
Qur'an.
Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.
TAHAP KE-1: "Dialah Allah Yang mengirimkan angin..."
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan
pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air
tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut
oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut
aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik
lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap
air".
TAHAP KE-2: �...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di
langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal..."
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam
atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil
(dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan
terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
TAHAP KE-3: "...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya..."
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel
debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih
berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur�an. Selain
itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-
fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur�anlah yang menyediakan penjelasan yang
paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini
kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan:
"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah
olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-
butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-
gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-
Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu
hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (Al Qur'an, 24:43)
Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan
berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang
mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-
tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:
TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup
oleh angin.
TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan
kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih
besar.
TAHAP - 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling
bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke
atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian
tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan
tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih.
Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut
mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-
butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air
dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin
vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan
es, dsb. (Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A.
Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson,
1975, Elements of Meteorology, s. 141-142)
Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui
proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya,
dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer,
dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak
mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.

Pergerakan Gunung

Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana
yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak.
"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia
berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan
kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan." (Al Qur'an, 27:88)
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada.
Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal
abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama
Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada
masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga
terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni
50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam
sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah
daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan
Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-
masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini
adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua
raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia,
kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia
terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada
permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa
ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan
di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di
awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas
lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa
lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan
ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya.
Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-
lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi
bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit
lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science,
Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)
Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah
telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan.
(Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan
mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of
Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur�an bahwa fakta ilmiah
ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al
Qur�an.

Bagian Otak yang Mengendalikan Gerak Kita

"Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik
ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka." (Al Qur'an,
96:15-16)
Ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" dalam ayat di atas sungguh
menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa
bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada
bagian depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan fungsi bagian ini
selama kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al Qur'an telah menyebutkannya 1400
tahun lalu. Jika kita lihat bagian dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala,
akan kita temukan daerah frontal cerebrum (otak besar). Buku berjudul Essentials of
Anatomy and Physiology, yang berisi temuan-temuan terakhir hasil penelitian tentang
fungsi bagian ini, menyatakan:
Dorongan dan hasrat untuk merencanakan dan memulai gerakan terjadi di bagian depan
lobi frontal, dan bagian prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi�(Seeley,
Rod R.; Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy &
Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211; Noback, Charles
R.; N. L. Strominger; and R. J. Demarest, 1991, The Human Nervous System,
Introduction and Review, 4. edition, Philadelphia, Lea & Febiger , s. 410-411)
Buku tersebut juga mengatakan:
Berkaitan dengan keterlibatannya dalam membangkitkan dorongan, daerah prefrontal
juga diyakini sebagai pusat fungsional bagi perilaku menyerang�(Seeley, Rod R.;
Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2.
edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211)
Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas merencanakan, memberi dorongan, dan memulai
perilaku baik dan buruk, dan bertanggung jawab atas perkataan benar dan dusta.
Jelas bahwa ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" benar-benar
merujuk pada penjelasan di atas. Fakta yang hanya dapat diketahui para ilmuwan
selama 60 tahun terakhir ini, telah dinyatakan Allah dalam Al Qur'an sejak dulu.

Kelahiran Manusia

Terdapat banyak pokok persoalan yang disebutkan dalam Al-Qur'an yang mengundang
manusia untuk beriman. Kadang-kadang langit, kadang-kadang hewan, dan kadang-kadang
tanaman ditunjukkan sebagai bukti bagi manusia oleh Allah. Dalam banyak ayat,
orang-orang diseru untuk mengalihkan perhatian mereka ke arah proses terciptanya
mereka sendiri. Mereka sering diingatkan bagaimana manusia sampai ke bumi, tahap-
tahap mana yang telah kita lalui, dan apa bahan dasarnya:
"Kami telah menciptakan kamu; maka mengapa kamu tidak membenarkan? Adakah kamu
perhatikan (benih manusia) yang kamu pancarkan? Kamukah yang menciptakannya?
Ataukah Kami yang menciptakannya?" (Al Qur'an, 56:57-59)
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak
ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil
bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya
sebagai berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
Orang-orang yang hidup pada zaman kala Al Qur'an diturunkan, pasti mengetahui bahwa
bahan dasar kelahiran berhubungan dengan mani laki-laki yang terpancar selama
persetubuhan seksual. Fakta bahwa bayi lahir sesudah jangka waktu sembilan bulan
tentu saja merupakan peristiwa yang gamblang dan tidak memerlukan penyelidikan
lebih lanjut. Akan tetapi, sedikit informasi yang dikutip di atas itu berada jauh
di luar pengertian orang-orang yang hidup pada masa itu. Ini baru disahihkan oleh
ilmu pengetahuan abad ke-20.

Setetes Mani

Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu
waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai
menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel
telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan
membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya,
melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an :
"Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani
yang dipancarkan?" (Al Qur'an, 75:36-37)
Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak
terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan
khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu
pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari
Ilahi.
Pada gambar di samping, kita saksikan air mani yang dipancarkan ke rahim. Dari
keseluruhan sperma berjumlah sekitar 250 juta yang dipancarkan dari tubuh pria,
hanya sedikit sekali yang berhasil mencapai sel telur. Sperma yang akan membuahi
sel telur hanyalah satu dari seribu sperma yang mampu bertahan hidup. Fakta bahwa
manusia tidak diciptakan dengan menggunakan keseluruhan air mani, tapi hanya
sebagian kecil darinya, dinyatakan dalam Al Qur'an dengan ungkapan, "setetes mani
yang ditumpahkan".

Campuran Dalam Air Mani

Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun
dari campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-
fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi
sperma, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar
memudahkan pergerakan sperma.
Yang cukup menarik, ketika mani disinggung di Al-Qur'an, fakta ini, yang ditemukan
oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai
cairan campuran:
"Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, lalu Kami beri
dia (anugerah) pendengaran dan penglihatan." (Al Qur'an, 76:2)
Di ayat lain, mani lagi-lagi disebut sebagai campuran dan ditekankan bahwa manusia
diciptakan dari "bahan campuran" ini:
"Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan
manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang
hina." (Al Qur'an, 32:7-8)
Kata Arab "sulala", yang diterjemahkan sebagai "sari", berarti bagian yang mendasar
atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini berarti "bagian dari suatu
kesatuan". Ini menunjukkan bahwa Al Qur'an merupakan firman dari Yang Berkehendak
Yang mengetahui penciptaan manusia hingga serinci-rincinya. Yang Berkehendak ini
ialah Pencipta manusia.

Jenis Kelamin Bayi

Kromosom Y membawa sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X berisi sifat-sifat


kewanitaan. Di dalam sel telur ibu hanya dijumpai kromosom X, yang menentukan
sifat-sifat kewanitaan. Di dalam air mani ayah, terdapat sperma-sperma yang berisi
kromosom X atau kromosom Y saja. Jadi, jenis kelamin bayi bergantung pada jenis
kromosom kelamin pada sperma yang membuahi sel telur, apakah X atau Y. Dengan kata
lain, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, penentu jenis kelamin bayi adalah
air mani, yang berasal dari ayah. Pengetahuan tentang hal ini, yang tak mungkin
dapat diketahui di masa Al Qur'an diturunkan, adalah bukti akan kenyataan bahwa Al
Qur'an adalah kalam Allah.
Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel
ibu. Atau setidaknya, dipercaya bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama
oleh sel-sel lelaki dan perempuan. Namun kita diberitahu informasi yang berbeda
dalam Al Qur'an, yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan
diciptakan "dari air mani apabila dipancarkan".
"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila
dipancarkan." (Al Qur'an, 53:45-46)
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi
molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al
Qur'an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari
tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin
ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom
yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua
kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan
pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y
membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa
gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari
kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita,
kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi,
membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel
sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y.
Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang
membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria
yang bergabung dengan sel telur wanita.
Tak satu pun informasi ini dapat diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada
abad ke-20. Bahkan di banyak masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi
ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika
mereka melahirkan bayi perempuan.
Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manusia, Al Qur'an telah mengungkapkan
informasi yang menghapuskan keyakinan takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita
bukanlah penentu jenis kelamin bayi, akan tetapi air mani dari pria.

Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim

Pada tahap awal perkembangannya, bayi dalam rahim ibu berbentuk zigot, yang
menempel pada rahim agar dapat menghisap sari-sari makanan dari darah ibu. Gambar
di atas adalah zigot yang terlihat seperti sekerat daging. Informasi ini, yang
ditemukan oleh embriologi modern, secara ajaib telah dinyatakan dalam Al Qur'an 14
abad yang lalu dengan menggunakan kata "'alaq", yang bermakna "sesuatu yang
menempel pada suatu tempat" dan digunakan untuk menjelaskan lintah yang menempel
pada tubuh untuk menghisap darah.
Jika kita terus mempelajari fakta-fakta yang diberitakan dalam Al Qur'an mengenai
pembentukan manusia, sekali lagi kita akan menjumpai keajaiban ilmiah yang sungguh
penting.
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang
akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi
ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi
"segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan
bantuan mikroskop.
Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat
pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya.
Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh
sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N.
Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992,
Human Development as Described in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Commission on
Scientific Signs of the Qur'an and Sunnah, s. 36)
Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur'an terungkap. Saat
merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata
"'alaq" dalam Al Qur'an:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari 'alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah."
(Al Qur'an, 96:1-3)
Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel pada suatu
tempat". Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel
pada tubuh untuk menghisap darah.
Tentunya bukanlah suatu kebetulan bahwa sebuah kata yang demikian tepat digunakan
untuk zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu. Hal ini sekali lagi membuktikan
bahwa Al Qur'an merupakan wahyu dari Allah, Tuhan Semesta Alam.

Pembungkusan Tulang oleh Otot

Tahapan-tahapan perkembangan bayi dalam rahim ibu dipaparkan dalam Al Qur'an.


Sebagaiman diuraikan dalam ayat ke-14 surat Al Mu'minuun, jaringan tulang rawan
pada embrio di dalam rahim ibu mulanya mengeras dan menjadi tulang keras. Lalu
tulang-tulang ini dibungkus oleh sel-sel otot. Allah menjelaskan perkembangan ini
dalam ayat: "�dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging".
Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an
adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat
tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya
terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (Al
Qur'an, 23:14)
Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu.
Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot
dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang
menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian
canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi
baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim
ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut.
Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang
terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-
tulang ini.
Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:
Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang
mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu
kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore,
Developing Human, 6. edition,1998.)
Singkatnya, tahap-tahap pembentukan manusia sebagaimana digambarkan dalam Al
Qur'an, benar-benar sesuai dengan penemuan embriologi modern.

Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim

Dalam ayat ke-6 surat Az Zumar, disebutkan bahwa manusia diciptakan dalam rahim ibu
dalam tiga kegelapan. Embriologi modern telah mengungkap bahwa perkembangan
ebriologi bayi terjadi pada tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu.
Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam
rahim ibunya.
"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang
mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka
bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)
Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia
diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi
modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga
tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi
yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan
dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama
dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:
"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu
pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke
delapan sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984,
s. 64.)
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi.
Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana
berikut:
- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah
segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring
pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri
mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.
- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut
sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari
lapisan- lapisan sel tersebut.
- Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini
dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri
khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua
tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya
telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan
berlanjut hingga minggu kelahiran.
Informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan
setelah serangkaian pengamatan dengan menggunakan peralatan modern. Namun
sebagaimana sejumlah fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan
dalam ayat-ayat Al Qur'an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang
sedemikian rinci dan akurat diberikan dalam Al Qur'an pada saat orang memiliki
sedikit sekali informasi di bidang kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al
Qur'an bukanlah ucapan manusia tetapi Firman Allah.

Air Susu Ibu

Air susu ibu adalah suatu campuran ciptaan Allah yang luar biasa dan tak
tertandingi sebagai sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir, dan sebagai
zat yang meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit. Bahkan makanan bayi
yang dibuat dengan teknologi masa kini tak mampu menggantikan sumber makanan yang
menakjubkan ini.
Setiap hari ditemukan satu manfaat baru air susu ibu bagi bayi. Salah satu fakta
yang ditemukan ilmu pengetahuan tentang air susu ibu adalah bahwa menyusui bayi
selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat bermanfaat. (Rex D. Russell, Design
in Infant Nutrition, http:// www. icr.org/pubs/imp-259.htm)
Allah memberitahu kita informasi penting ini sekitar 14 abad yang lalu, yang hanya
diketahui melalui ilmu pengetahuan baru-baru ini, dalam ayat-Nya "�menyapihnya
dalam dua tahun�".
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (Al Qur'an, 31:14)

Tanda Pengenal Manusia pada Sidik Jari

Setiap orang, termasuk mereka yang terlahir kembar identik, memiliki pola sidik
jari yang khas untuk diri mereka masing-masing, dan berbeda satu sama lain. Dengan
kata lain, tanda pengenal manusia tertera pada ujung jari mereka. Sistem pengkodean
ini dapat disamakan dengan sistem kode garis (barcode) sebagaimana yang digunakan
saat ini.
Saat dikatakan dalam Al Qur'an bahwa adalah mudah bagi Allah untuk menghidupkan
manusia setelah kematiannya, pernyataan tentang sidik jari manusia secara khusus
ditekankan:
"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-
belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan
sempurna." (Al Qur'an, 75:3-4)
Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus. Ini dikarenakan sidik jari
setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah
hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang
lain.
Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi
pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia.
Akan tetapi, yang penting adalah bahwa keunikan sidik jari ini baru ditemukan di
akhir abad ke-19. Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-
lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Al Qur'an, Allah merujuk kepada
sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan
perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman
sekarang.
Informasi Mengenai Peristiwa Masa Depan dalam Al Qur'an

Sisi keajaiban lain dari Al Qur'an adalah ia memberitakan terlebih dahulu sejumlah
peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat ke-27 dari surat Al Fath,
misalnya, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan
menaklukkan Mekah, yang saat itu dikuasai kaum penyembah berhala:
"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rosul-Nya tentang kebenaran mimpinya
dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil
Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan
mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang
tiada kamu ketahui, dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat." (Al
Qur'an, 48:27)
Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat tersebut terlihat mengumumkan adanya
kemenangan lain yang akan terjadi sebelum kemenangan Mekah. Sesungguhnya,
sebagaimana dikemukakan dalam ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu
menaklukkan Benteng Khaibar, yang berada di bawah kendali Yahudi, dan kemudian
memasuki Mekah.
Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan hanyalah
salah satu di antara sekian hikmah yang terkandung dalam Al Qur'an. Ini juga
merupakan bukti akan kenyataan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah, Yang
pengetahuan-Nya tak terbatas. Kekalahan Bizantium merupakan salah satu berita
tentang peristiwa masa depan, yang juga disertai informasi lain yang tak mungkin
dapat diketahui oleh masyarakat di zaman itu. Yang paling menarik tentang peristiwa
bersejarah ini, yang akan diulas lebih dalam dalam halaman-halaman berikutnya,
adalah bahwa pasukan Romawi dikalahkan di wilayah terendah di muka bumi. Ini
menarik sebab "titik terendah" disebut secara khusus dalam ayat yang memuat kisah
ini. Dengan teknologi yang ada pada masa itu, sungguh mustahil untuk dapat
melakukan pengukuran serta penentuan titik terendah pada permukaan bumi. Ini adalah
berita dari Allah yang diturunkan untuk umat manusia, Dialah Yang Maha Mengetahui.

Kemenangan Bizantium

Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa depan
ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium,
wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran
Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh
kemenangan.
"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah
urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Al Qur'an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun
setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium
kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam
waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan
sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan
keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa
Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi
Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas
Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan
perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan
perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran
tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina,
Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia.
(Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford
University Press, 1997, s. 287-299.)
Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat
di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa
Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa+tahun lagi. Kemenangan ini
tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai
bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur'an
takkan pernah menjadi kenyataan.
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada
Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi
di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan
Persia. Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan
Bizantium, yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil
dari Bizantium. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society,
Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Akhirnya, "kemenangan bangsa Romawi" yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur'an,
secara ajaib menjadi kenyataan.
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta
geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.
Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di
daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan "Adnal Ardli" dalam bahasa Arab,
diartikan sebagai "tempat yang dekat" dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah
makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata
"Adna" dalam bahasa Arab diambil dari kata "Dani", yang berarti "rendah" dan "Ardl"
yang berarti "bumi". Karena itu, ungkapan "Adnal Ardli" berarti "tempat paling
rendah di bumi".
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran
Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-
benar terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah
cekungan Laut Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh
Syria, Palestina, dan Jordania. "Laut Mati", terletak 395 meter di bawah permukaan
laut, adalah daerah paling rendah di bumi.
Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis
seperti dikemukakan dalam ayat ini.
Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu
diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk
mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam
Al Qur'an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi.
Demikianlah, ini memberikan bukti lagi bahwa Al Qur'an adalah wahyu Ilahi.

PENGETAHUAN AL QUR'AN

Semua yang telah kita pelajari sejauh ini memperlihatkan kita akan satu kenyataan
pasti: Al Qur'an adalah kitab yang di dalamnya berisi berita yang kesemuanya
terbukti benar. Fakta-fakta ilmiah serta berita mengenai peristiwa masa depan, yang
tak mungkin dapat diketahui di masa itu, dinyatakan dalam ayat-ayatnya. Mustahil
informasi ini dapat diketahui dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masa
itu. Ini merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah perkataan manusia.
Al Qur'an adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu dari
ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dalam sebuah ayat,
Allah menyatakan dalam Al Qur'an "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al
Qur'an ? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (Al Qur'an, 4:82) Tidak hanya kitab
ini bebas dari segala pertentangan, akan tetapi setiap penggal informasi yang
dikandung Al Qur'an semakin mengungkapkan keajaiban kitab suci ini hari demi hari.
Apa yang menjadi kewajiban manusia adalah untuk berpegang teguh pada kitab suci
yang Allah turunkan ini, dan menerimanya sebagai satu-satunya petunjuk hidup. Dalam
salah satu ayat, Allah menyeru kita:
"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah
dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al Qur'an, 6:155)
Dalam beberapa ayat-Nya yang lain, Allah menegaskan:
"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir." (Al Qur'an, 18:29)
"Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu
peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya." (Al
Qur'an, 80:11-12)

Você também pode gostar