Você está na página 1de 52

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Asma merupakan suatu penyakit radang paru-paru kronis yang dapat

mengakibatkan merapatnya dan menyempitnya saluran udara sehingga penderita

batuk-batuk dan sulit bernapas. Beberapa hal yang dapat memicu serangan asma

adalah alergi, infeksi seperti infeksi flu atau infeksi sinus, merokok, polusi udara

atau olahraga (Kopwich, 2005).

Asma Bronchiale adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten reversibel

dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli

tertentu. ( Smeltzer, 2001 ).

Pola hidup menurut (Kotler, 2002) adalah gaya hidup seseorang di dunia

yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Secara umum dapat

diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang

menghabiskan waktunya ( aktivitas ), apa yang penting orang pertimbangkan pada

lingkungan ( minat ), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di

sekitar ( opini ).

Selain itu, pola hidup menurut (Suratno dan Rismiati, 2001) adalah gaya

hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari berupa pola makan, pola

istirahat dan tidur, sensasi emosional dan kebiasaan sehari – hari yang dinyatakan

dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup

mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.

1
2

Berbeda dengan kita, kita terkadang terlalu sibuk dengan pekerjaan, lupa

waktu akan makan, selain tidak teratur kita terkadang cenderung mengkonsumsi

makanan siap saji, tidur larut malam, meminum suplemen penambah energi,

mengkonsumsi zat zat kimia.

Dan menurut data WHO 70 % kematian masyarakat dunia banyak diantara

kita yang meninggal usia muda, baik itu terkena komplikasi penyakit, seperti sakit

jantung, sakit kanker, sakit stroke, darah tinggi, asma bronkhial menahun dan

diabetes. Nah dari situlah kita sangat perlu melakukan pola hidup sehat

diantaranya pola istirahat dan tidur yang baik agar kita tetap bisa mencegah hal

hal buruk dari gaya hidup buruk, yang merusak kesehatan seperti halnya pada

penderita asma ( http://www.suara pembaruan.com, 2008, diakses 20 juni 2012 ).

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) tahun 2005, jumlah

penderita asma di dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang dan diperkirakan

meningkat hingga 400 juta pada tahun 2025.

WHO memperkirakan di tahun 2005 terdapat 255 ribu penderita meninggal

dunia karena asma. Jumlah ini dapat meningkat lebih besar mengingat asma

merupakan penyakit yang un-derdiagnosed. Sebagian besar 80 persen kematian

justru terjadi di negara-negara berkembang. Tingginya angka kematian akibat

asma banyak terjadi karena kontrol asma yang buruk

(http://www.republika.co.id.diakses.20 Juni 2012).

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) dalam World Health Report

2000 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh

kematian di dunia, masing-masing infeksi paru 7,2%, PPOK 4,8%,


3

tuberkulosis 3,0%, kanker, paru/ trachea / bronkus, 2,1%, dan asma 0,3%

( http://www.suara pembaruan.com, 2008, diakses 20 juni 2012 ).

Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies in Childhood

pada tahun 2005 menunjukkan, di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma

melonjak dari sebesar 4,2 persen menjadi 5,4 persen. Selama 20 tahun terakhir,

penyakit ini cenderung meningkat dengan kasus kematian yang diprediksi akan

meningkat sebesar 20 persen hingga 10 tahun mendatang.

Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di

Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga

( SKRT ) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga

( SKRT ) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10

penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan

emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai

penyebab kematian ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi

asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik

11/1000 dan obstruksi paru 2/1000.

Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner

International Study of Asthma and Allergies in Childhood ( ISAAC ), didapatkan

prevalensi asma ( gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma ) 6,2% yang 64%

diantaranya mempunyai gejala klasik Kurangnya pengetahuan pasien dan

masyarakat tentang asma dan mengangap asma merupakan penyakit yang tidak

bisa disembuhkan, bersifat kronik dan cenderung progresif. Juga tidak mengetahui

cara atau tidak melaksanakan pencegahan dari serangan asma di rumah.


4

Masyarakat umumnya mempunyai pengertian yang salah tentang pemakaian

inhaler. Penderita asma memiliki rasa rendah diri dengan asma yang dideritanya.

Dan belum terlihat adanya usaha yang baik dalam mengontrol merokok dan

menghindari alergen. Hal ini mengakibatkan kekambuhan pada pasien asma

( Ress, 1998 ).

Faktor pola hidup dan lingkungan hidup dimana kita berada menjadi sangat

penting. Apabila setiap keluarga sudah berperilaku hidup sehat dan seluruh

masyarakat berperan serta untuk menjaga kebersihan lingkungan, maka tingkat

kekambuhan/serangan asma dapat ditekan. Hal ini diperberat karena sejauh ini

asma belum menjadi salah satu penyakit yang mendapat prioritas pemerintah

untuk ditanggulangi ( Ress, 1998 ).

Faktor risiko terjadinya asma seperti berat badan lahir rendah, diit, polusi

udara dan sebagainya pemicu terjadinya asma sangat tinggi di Indonesia, sehingga

masalah gangguan kronik saluran nafas sepatutnya diantisipasi dan ditangani

secara menyeluruh ( Sujudi, 2002 ).

Jumlah penderita asma bronkhial di Kabupaten Majalengka selama satu

tahun terakhir ini mengalami peningkatan dari 2431 kasus menjadi 2532 kasus.

Hal tersebut dapat dilihat dari laporan tahunan penyakit ISPA dinas kesehatan

kabupaten Majalengka tahun 2011.

Menurut data dari laporan bulanan penyakit ISPA di poli umum Puskesmas

Rajagaluh dari bulan Januari sampai dengan Juli Tahun 2012 terdapat penderita

asma bronkhial sebanyak 63 penderita. yang ada diwilayah kerja Puskesmas

Rajagaluh .
5

Peningkatan penderita asma dapat disebabkan oleh berbagai macam

penyebab, yaitu genetik yaitu diturunkan dengan keluarga dan berhubungan

dengan atopi, faktor lingkungan yaitu stimulus bronkhial spesifik seperti debu

rumah, serbuk sari dan bulu kucing, 3 % populasi sensitif terhadap aspirin,

paparan pekerjaan yaitu paparan iritan atau sensitizer adalah penyebab penting

dari asma yang berhubungan dengan pekerjaan, stimulus nonspesifik yaitu infeksi

virus, udara dingin, pola istirahat dan tidur yang jelek atau stres emosional juga

bisa memicu timbulnya asma ( Davey, 2003 ).

Sementara dr. Darmawan B. Setyanto, dari Pusat Asma Anak Dep. Ilmu

Kesehatan Anak RSCM, mengatakan, asma pada anak kerap kali hanya berupa

batuk yang membandel selama dua minggu dan tidak selalu dengan gejala sesak

nafas. Pola prilaku buruk yang dapat menghalangi individu untuk menjalani hidup

sehat, terutama pada remaja. Pola istirahat dan tidur yang kurang sering dialami

oleh masyarakat kita dan yang paling banyak pada remaja. (www.jakarta,

javanewsonline.com, diakses 23 juni 2012).

1.2. Rumusan Masalah

Dari rumusan masalah tersebut , peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang : apakah ada hubungan anatara pola istirahat (tidur) dengan

kejadian asma bronkhial di poli umum puskesmas Rajagaluh ?.


6

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pola istirahat (tidur) dengan kejadian asma

bronkhial di poli umum Puskesmas Rajagaluh .

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan antara pola tidur dengan keajdian asma bronkhial di

poli umum Puskesmas Rajagaluh.

2. Mengetahui angka kejadian asma bronkhial di poli umum Puskesmas

Rajagaluh.

3. Mengetahui pola tidur pada penderita asma bronkhial yang berobat di poli

umum puskesmas Rajagaluh.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai batas ruang lingkup pada pola hidup penderita

asma bronkhial yang terdiri dari empat komponen yaitu : pola makan ,pola

istirahat (tidur), kebiasaan buruk, serta sensasi emosional ( stress ) pada penderita

asma.

1. Lingkup Keilmuan

Lingkup keilmuan dalam penelitian ini yaitu dalam bidang Ilmu

Kesehatan Masyarakat.
7

2. Lingkup Masalah

Karena keterbatasan waktu, masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya

pada pola istirahat (tidur) penderita asma bronkhial saja.

3. Lingkup Sasaran

Sasaran dalam penelitian ini adalah penderita asma bronkhial yang

berobat di Puskesmas Rajagaluh.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.5.1. Teoritis

Diharapkan bermanfaat untuk menjadi bahan masukan dan sebagai bahan

rujukanuntuk penelitian selanjutnya

1.5.2. Praktis

a. Mengembangkan intervensi kegiatan yang berhubungan dengan cara

pencegahan kejadian asma bronkhial yang efektif.

b. Menentukan kebijakan-kebijakan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian karena kasus asma bronkhial di puskesmas Rajagaluh

c. Memotivasi klien/keluarga dalam melaksanakan pencegahan kejadian asma

bronkhial yang baik.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Pola Istirahat dan Tidur

2.1.1. Pengertian Istirahat

Pola hidup menurut (Suratno dan Rismiati, 2001) adalah gaya hidup

seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari berupa pola makan, pola istirahat

dan tidur, sensasi emosional (stress) dan kebiasaan sehari – hari yang dinyatakan

dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan.

Istirahat bisa didefinisikan sebagai keadaan yang relaks tanpa adanya

tekanan emosional dan bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga

berhenti sejenak untuk mendapatkan ketenangan (Wahit dan Nurul, 2007).

Enam (6) ciri yang dialami seseorang berkaitan dengan istirahat menurut

(Erfandi, 2008) yaitu:

1. Merasa bahwa segala sesuatu dapat diatasi.

2. Merasa diterima.

3. Mengetahui apa yang sedang terjadi.

4. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan.

5. Mempunyai rencana-rencana kegiatan yang memuaskan.

6. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan.

8
9

2.1.2. Pengertian Tidur

Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu

terhadap lingkungan menurun. Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran

secara normal dan periodik (Wahit dan Nurul, 2007).

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang yang

dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup

(Guyton , 1986). Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal,

tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologi tubuh, dan

penurunan respon terhadap stimulus eksternal.

Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat

dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai, atau juga dapat dikatakan

sebagai suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan

penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang

berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang

bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons

terhadap rangsangan dari luar. Tidur yang baik antara 7 – 8 jam dalam satu malam

( Guyton, 1986 ).

2.1.3. Fisiologi Tidur

Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu

Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS

di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat

mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus visual,

pendengaran, nyeri, dan sensori raba; serta emosi dan proses berpikir. Pada saat
10

sadar RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan

serum serotonin dari BSR (dalam Wahit dan Nurul 2007).

2.1.4. Tahapan Tidur

Berdasarkan penelitian para ahli dengan menggunakan bantuan alat Elektro

Encephalo Graph (EEG), Elektro-Okulogrram (EOG), dan Elektrokiogram

(EMG), diketahui ada 2 tahapan tidur, yaitu:

1. NREM atau pola tidur biasa Pola atau tipe tidur biasa ini juga disebut NREM

(Non Rapid Eye Movement = Gerakan mata tidak cepat). Pola tidur NREM

merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena

gelombang otak selama NREM lebih lambat daripada gelombang alpha dan

beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur. Tanda-tanda tidur

NREM adalah :

a) Mimpi berkurang

b) Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)

c) Tekanan darah turun

d) Kecepatan pernafasan turun

e) Metabolisme turun

f) Gerakan mata lambat Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam

dann pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di

sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari

tidurnya.

\
11

Tidur NREM ini sendiri terdiri dari 4 tahap, yaitu:

a. Tahap I

Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang

mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur

dan relaks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan

pernafasan turun secara jelas. Gelombang alfa sewaktu seseorang masih

sadar diganti dengan gelombang betha yang lebih lambat. Seseorang yang

tidur pada tahap I dapat di bangunkan dengan mudah.

b. Tahap II

Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun.

Mata masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun

dengan jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak

ditandai dengan “sleep spindles” dan gelombang K komplek. Tahap II

berlangsung pendek dan berakhir dalam waktu 10 sampai dengan 15

menit.

c. Tahap III

Pada tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut

mengalami penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik.

Seseorang menjadi lebih sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih

teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat.

d. Tahap IV

Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi

gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun.


12

Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan.

Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan

tidur REM.

2. REM atau Pola Tidur Paradoksikal

Pola atau tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement

= Gerakan Mata Cepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini

bersifat “Paradoks”, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas

otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM atau Paradoks ini merupakan pola

atau tipe tidur di mana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun,

aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap

penuh terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun.

Pola atau tipe tidur ini, ditandai dengan:

a. Mimpi yang bermacam-macam

Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan

tahap tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM

dapat diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya

tak dapat diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi

dalam ingatan.

b. Mengigau atau bahkan mendengkur

c. Otot-otot kendor (relaksasi total)

d. Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat

e. Perubahan tekanan darah

f. Gerakan otot tidak teratur


13

g. Gerakan mata cepat

h. Pembebasan steroid

i. Sekresi lambung meningkat

j. Ereksi penis pada pria

Syaraf-syaraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM

diperkiraka terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai

pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Hayter, 1980). Fase tidur REM

(fase tidur nyenyak) ini berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur malam

yang berlangsung selama 6 – 8 jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan

NREM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 – 6 siklus.

2.1.5. Gangguan Tidur

Gangguan-Gangguan Tidur yang Sering Terjadi

1. Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara

kualitas maupun kuantitas. Ada 3 jenis insomnia, yaitu:

a. Insomnia inisial, yaitu kesulitan untuk memulai tidur.

b. Insomnia intermiten, yaitu kesulitan untuk tetap tertidur karena

seringnya terjaga.

c. Insomnia terminal, yaitu bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur

kembali.

2. Parasomnia

Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul

saat seseorang tidur.


14

3. Hipersomnia

Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan

terutama pada siang hari.

4. Narkolepsi

Narkolepsi adalah rasa kantuk yang tidak tertahankan yang muncul secara

tiba-tiba.

5. Apnea saat tidur

Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya napas secara

periodic pada saat tidur.

2.2.Konsep Asma Bronkhial

2.2.1. Pengertian Asma Bronkhial

Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten reversibel

dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli

tertentu. ( Smeltzer, 2001 ).

Menurut ( Smeltzer, 2001 ) asma bronkhial didefinisikan suatu keadaan

klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan bronkus yang berulang namun

reversibel.

Asma bronchiale merupakan penyakit saluran nafas yang ditandai oleh

penyempitan bronkus akibat adanya hipereaksi terhadap suatu perangsangan

langsung/fisik ataupun tidak langsung ( Dahlan, 2009 ).

Menurut Smeltzer, (2001) asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel,

obstruksi disebabkan oleh kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki yang


15

menyempitkan jalan nafas, pembengkakan membran yang melapisi bronkhi dan

pengisian bronki dengan mukus yang kental, selain itu otot –otot bronkial dan

kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak dihasilkan dan aveoli

menjadi hiperinflasi dengan udara terperangkap didalam jaringan paru yang

melibatkan sistem imunologis dan sistem saraf otonom yang kemudian

menyerang sel-sel mast dalam paru, pemajanan ulang terhadap antigen

mengakibatkan ikatan antigen dengan antibody, menyababkan pelepasan produk

sel-sel mast (disebut mediator).

Pelepasan mediator ini dalam paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar

jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa dan

pembentukan mukus yang sangat banyak. Tiga gejala umum asma adalah batuk,

dispenea, dan mengi. Pada beberapa keaadaan batuk merupakan satu-satunya

gejala, serangan asma sering kali terjadi pada malam hari. (Smeltzer, 2001).

2.2.2. Patofisiologi asma bronkhial

Patofisiologi asma bronkhial diawali dengan reaksi inflamasi pada saluran

pernafasan yang memicu terjadinya perubahan pathologi yang berupa bronkhi

menjadi hiperresponsif dan terjadi bronkospasmus, sehingga menggangu proses

pertukaran udara dan ventilasi dan ada pasien yang mengidap penyakit asma perlu

ditangani secara serius karena reaksi asma bisa mengarah kepada gagal nafas dan

akhirnya bisa menyebabkan..kematian.(Reeves, 2001).

Pada waktu terjadi serangan asma bronkhial, maka terjadi respon saraf

parasimpatik dan simpatik yang merangsang sel untuk mengeluarkan asetil kolin
16

sel mast dan menstimulus alfa adrenergik dibronchus.kemudiaan bronkhokontriksi

dan terjadi bronkhospasme (Guyton dan Hall, 1997).

2.2.3. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala asma meliputi dyspnea, wheezing, hiperventilasi (salah

satu gejala awal), pusing – pusing, perasaan yang merangsang, sakit kepala,

nausea, peningkatan nafas pendek, kecemasan, diaperesis dan kelelahan.

(Reeves, 2001).

Gejala asma bronkhial memberi indikasi bahwa suatu serangan sama dengan

terjadi, gejalanya yaitu nafas berat yang berbunyi “ngik-ngik, batuk-batuk, nafas

pendek tersengat-sengat, sesak dada dan angka performa pengguna peak flow

meter menunjukkan rating yang termasuk “hati-hati” atau “bahaya” (biasanya

antara 50% sampai 80% dari petunjuk pertama terbaik individu. (Tim Redaksi

Vital Health, 2005).

2.3.Konsep Hubungan Pola Hidup Dengan Penyakit Asma Bronkhial

Menurut (Dahlan, 2009) usaha-usaha pencegahan asma bronkhial dapat

dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya adalah sebagai berikut: :

a. Menjaga Kesehatan Tubuh

b. Menjaga Kebersihan Lingkungan

c. Menghindari Faktor Pencetus

d. . Menggunakan obat-obat anti penyakit asma, sebagai pencegah


17

Penyelidikan menunjukkan bahwa macam, lama, dan beratnya olah raga

menentukan timbulnya asma. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma,

kemudian bersepeda, sedangkan renang dan jalan kaki yang paling kecil resikonya

(Suyudi, 2002).

Olah raga juga dapat berlaku sebagai suatu iritan karena terjadi aliran udara

keluar masuk paru dalam jumlah besar dan cepat. Udara ini belum mendapatkan

pelembaban (humidifikasi), penghangatan, atau pembersihan dari partikel-partikel

debu secara adekuat sehingga dapat mencetuskan serangan asma bronkhial

(Ress, 1998).

Sewaktu seseorang kurang tidur maka pola napas tidak teratur dan udara

yang bergerak melalui hidung, sebagian masuk melalui mulut, nafasnya semakin

cepat dan volume udara yang dihirup bertambah banyak. Hal ini dapat

menyebabkan otot yang peka di sekitar saluran pernafasan mengencang sehingga

saluran udara menjadi lebih sempit, yang menyebabkan bernafas menjadi lebih

sulit sehingga terjadilah asma bronkhial(www.asthma.org.au. diakses 20 juni

2012).

Pola hidup yang tidak sehat akan mempengaruhi berbagai macam penyakit,

salah satunya asma bronkhial. Pola hidup yang tidak sehat terdiri dari pola

istirahat dan tidur yang kurang, kebiasaan buruk, pola makan tidak baik, serta

stress merupakan salah satu faktor pencetus kambuhnya timbulnya asma

bronkhial (Dahlan, 2009).


18

2.4.Kerangka Teori

Akibat pola istirahat (tidur) yang kurang, maka akan mempengaruhi pola

napas serta daya tahan tubuh seseorang yang akan mempermudah terjadi

hipersensitivias terhadap sesuatu. Bronkhus akan lebih reponsip terhadap

rangsangan dan menjadi spasme didaerah bronkhus.Kemudian akan terjadi

gangguan pertukaran oksigen dan karbondiokasida kemudian timbulah serangan

asma bronkhial (Dahlan, 2009).

Pola hidup tidak sehat


1.Pola istirahat dan tidur kurang
2.kebiasaan buruk
3.Pola makan tidak baik
4.Stress

Daya tahan tubuh turun

Reaksi hipersensitivitas

Hiper responsif bronchi

Spasme pada bronchi

Gangguan pertukaran gas

Timbul reaksi asma bronkhial

Gambar 2.1. Kerangka Teori (Dahlan, 2009)


19

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN

DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini penulis membuat kerangka agar penelitian lebih

mudah dah lebih tersusun. Terdiri dari dua variabel yakni variabel bebas yang

memuat tentang pola hidup tidak sehat dan variabel terikat yang menyangkut

tentang kejadian asma bronkhial.

Variabel Bebas

Variabel Terikat
Pola hidup tidak sehat
penderita asma dalam Kejadian Asma
kehidupan sehari – hari : Bronkhial
Pola istirahat (tidur)
kurang

Gambar 2.1.Kerangka Konsep Hubungan Antara Pola Istirahat (tidur) Dengan Kejadian Asma di
Poli Umum Puskesmas Rajagaluh

3.2. Hipotesis

Dalam penelitian ini , peneliti menyimpulkan sementara bahwa “ ada

hubungan antara pola istirahat (tidur) dengan kejadian asma bronkhial

di poli umum puskesmas Rajagaluh “.

19
20

3.3. Definisi Operasional, Variabel, dan Cara Pengukuran

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena ( Notoatmodjo, 2002).

Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran

dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran adalah cara dimana variable dapat

diukur dan ditentukan karakteristiknya. Sehingga dalam definisi operasional

mencakup penjelasan tentang :

1. Nama variable

2. Definisi variable berdasarkan konsep/maksud penelitian.

3. Cara ukur

4. Alat ukur

5. Hasil Ukur / Kategori

6. Skala Pengukuran.

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok yang lain ( Sugiyono,2004 ).

Cara pengukuran dalam penelitian ini dengan menyebarkan angket berupa

kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh responden.

Kemudian data yang diperoleh dipilih untuk nanti dihitung berdasarkan kategori

yang sudah ditetapkan.


21

Tabel 3.1. Definisi Operasional, Variabel, dan Cara Pengukuran

Variabel Definisi Cara Skala


No Alat Ukur Hasil Ukur
Bebas operasional ukur Ukur
1 2 3 4 5 6 7

1 Pola Hasil Menye kuesioner 1. Memenuhi syarat ordinal


tidur observasi barkan (tidur ≥7-8jam, cukup
terhadap angket istirahat)
aktivitas 2. Tidak memenuhi
tidur dan syarat ( tidur
kebutuhan <7jam,istirahat
tidur kurang)
seseorang
(guyton, 1986)

2 Kejadian Hasil Menye Kuesioner 1.Mengalami asma Ordinal


Asma observasi barkan 2.Tidak mengalami aAsma
terhadap angket
penyakit
saluran napas
pada pasien
yang berobat
dipoli umum
puskesmas
Rajagaluh
pada bulan
januari sampai
bulan juli
2012
22

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

sectional yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan

penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan

dan penyakit serentak pada individu – individu dari populasi tunggal, pada suatu

saat atau periode (Arikunto, 1998).

4.2. Variabel Penelitian

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok yang lain ( Sugiyono, 2004 ).

Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan

sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan

penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis

kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapat,

penyakit dan sebagainya ( Sugiyono, 2004 ).

22
23

Macam – macam variabel menurut ( Sugiono, 2004 )

a) Variabel Independen (variabel bebas) / variabel eksogen : variabel ini

sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam

variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pola istirahat (tidur) yang

kurang, dalam sehai – hari.

b) Variabel Dependen (variabel terikat) / variabel endogen / output :

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas.

Variabel terikat pada penelitian ini yaitu kejadian asma bronkhial pada

penderita yang berobat dipoli umum puskesmas Rajagaluh.

4.3. Populasi Dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,1999).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita asma yang berobat ke

puskesmas Rajagaluh pada bulan Januari sampai bulan Juli 2012 yang berjumlah

63 orang .
24

4.3.2. Sampel

Sampel adalah contoh, monster, representan atau wakil dari suatu populasi

yang cukup besar jumlahnya atau satu bagian dari keseluruhan yang dipilih dan

representatif sifatnya. Aktivitas pengumpulan sampel disebut sampling. Tujuan

peneliti mengambil sampel adalah memperoleh keterangan mengenai obyek

penelitian dengan jalan hanya mengamati sebagian saja dari populasi. Hal ini

dilakukan karena berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan (Sugiyono,1999).

Menentukan besarnya sampel pada prinsipnya tidak ada peraturan yang

baku berapa persen sampel harus diambil dari suatu populasi. Namun menurut

literatur penelitian pada umumnya berpendapat bahwa sampel yang melebihi lebih

baik dari pada kekurangan. Artinya akan lebih baik sebanyak mungkin dari

populasi (Sugiyono, 1999).

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini termasuk kedalam

teknik Probability Sampling dimana tiap anggota populasi memiliki kesempatan

yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel penelitian. Untuk menentukan

jumlah sampel yang akan diambil, penelitian ini menggunakan standar nomogram

Harry King, dengan penghitungan sebagai berikut :

(Jumlah populasi) x (standar Hary King 80 %) = (sampel)

Jadi sampel yang dihasilkan dalam penelitian ini berdasarkan penghitungan Harry
King adalah : 63 x 80 % = 48 orang.
25

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

aksidental sampling , yaitu teknik sampling berdasarkan faktor spontanitas.

Artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti maka orang

tersebut dapat dijadikan sampel. Hal ini dikarenakan ada keterbatasan waktu

dalam penelitian.

4.4. Instrumen Penelitian

Pengertian Instrumen (Rakim, 2008) , instrumen penelitian adalah alat-alat

yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen ini dapat berupa

kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang

berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya.

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan

analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa

orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan

atau oleh sistem yang sudah ada (Rakim, 2008).

Rensis Likert telah mengembangkan sebuah skala untuk mengukur sikap

masyarakat di tahun 1932 yang sekarang terkenal dengan nama skala Likert.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert,

variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian

indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item

instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif
26

sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: Sangat Penting

(SP), Penting (P), Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting

(STP).

Prosedur dalam membuat skala Likert sebagai berikut :

1. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, relevant dengan

masalah yang sedang diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas disukai

dan tidak disukai.

2. Kemudian item-item itu dicoba kepada sekelompok responden yang cukup

representatif dari populasi yang ingin diteliti.

3. Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia menyenangi

(+) atau tidak menyukainya (-). Respons tersebut dikumpulkan dan jawaban

yang memberikan indikasi menyenangi diberi skor tertinggi. Tidak ada

masalah untuk memberikan angka 5 untuk yang tertinggi dan skor 1 untuk

yang terendah atau sebaliknya. Yang penting adalah konsistensi dari arah

sikap yang diperlihatkan. Demikian juga apakah jawaban “setuju” atau “tidak

setuju” disebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari

item-item yang disusun.

4. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-

masing item dari individu tersebut.

5. Respon dianalisis untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata

batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total. Misalnya,

responden pada upper 25% dan lower 25% dianalisis untuk melihat sampai

berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda.Item-item yang tidak
27

menunjukkan beda yang nyata, apakah masuk dalam skortinggi atau rendah

juga dibuang untuk mempertahankan konsistensi internal dari

pertanyaan.(Rakim, 2008)

Instrumen (Kuesioner) pada penelitian ini dirancang secara berstruktur

berdasarkan skala Likert dan berpola pada skala ordinal dan interval untuk

variabel pola istirahat (tidur) dan variabel kejadian asma bronkhial. Bagian

instrumen yang disusun berdasarkan skala Likert mempunyai bentuk opsi

(pilihan) sebagai berikut:

Tabel 4.1. Bentuk Opsi Daftar Pertanyaan/Pernyataan

Skor Pertanyaan / pernyataan Jawaban

Jawaban sangat mendukung


5 A
pertanyaan/pernyataan
O
Jawaban yang mendukung
4 B
pertanyaan/pernyataan
P
Jawaban cukup mendukung
3 C
pertanyaan/pernyataan S

Jawaban kurang mendukung I


2 D
pertanyaan/pernyataan

Jawaban sangat kurang


1 mendukung E
pertanyaan/pernyataan

Dalam penelitian ini menggunakan instrument berupa kuesioner yang terdiri

dari 20 pertanyaan dengan jawaban pilihan yang disesuaikan dengan indikator

pola istirahat (tidur) dan indikator kejadian asma bronkhial dipoli umum

puskesmas Rajagaluh.
28

4.5. Metode Pengumpulan Data

Ada dua jenis data yang akan dikumpulkan yaitu data primer , dan data sekunder :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang akan diteliti, dimana objek yang akan diteliti

dan dikumpulkan secara langsung. Data ini diperoleh dari hasil wawancara

dan observasi.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data pada saat penelitian dilakukan dengan menyebarkan

angket atau kuesioner kepada responden serta menjelaskan petunjuk

pengisisn kuesioner. Kemudian kuesioner yang telah diisi dikumpulkan

dan dicek kelengkapannya oleh peneliti untuk diolah dan dianalisis. Data

sekunder lainnya adalah dari kepustakaan.

4.6. Uji Coba Kuesioner

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, peneliti terlebih dahulu

menguji kuesioner kepada responden lain, agar diperoleh data yang valid dan

reliabilitas.

4.6.1.Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

alat pengukuran konstruk atau variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau

handal jika jawaban seseorang, terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu (Ghozali, 2002).


29

Uji reabilitas variabel penelitian ini menggunakan uji person product

moment . didapatkan nilai alpha cronbach………….Nilai yang didapat lebih

besar dari nilai tabel r product moment adalah……….jadi instrumen ini

dinyatakan reliabel.

Uji reabilitas dilakukan dengan metode internal consistancy yang diukur

dengan menggunakan koefisien cronbach alpha, jika koefisien cronbach alpha

lebih besar daripada 0,6 maka dinyatakan bahwa instrument pengukuran yang

digunakan dalam penelitian adalah handal (reliable)

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal

ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden

yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas

instrumen mencirikan tingkat konsistensi.

4.6.2. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan korelasi pearson product

moment , yaitu menggunakan analisis butir (item) , yakni mengkorelasikan skor

tiap butir (item) pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor

butir pertanyaan (item) mempunyai tingkat validitas tinggi jika koefisien

korelasinya minimal sebesar 0,3.

Uji validitas kuesioner variabel penelitian ini menggunakan uji korelasi

product moment dengan nilai korelasi berkisar ………….. angka korelasi lebih

besar dari nilai tabel r product moment adalah…………sehingga uji kuesioner

penelitian dapat dikatakan valid.


30

Dalam melakukan pengujian validitas, digunakan alat ukur berupa program

komputer yaitu SPSS for Windows 17, dan jika suatu alat ukur mempunyai

korelasi yang signifikan antara skor item terhadap skor totalnya maka dikatakan

alat skor tersebut adalah valid (Ghozali, 2002).

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan

pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan.

4.7. Pengolahan Data

Kegiatan menganalisis data dalam penelitian ini meliputi beberapa tahap

dasar (Notoatmodjo, 2002), tahap tersebut diantaranya:

1. Proses editing

Tahap awal analisis data adalah melakukan edit terhadap data yang telah

dikumpulkan dari hasil survey di lapangan. Pada prinsipnya proses editing

data bertujuan agar data yang nanti akan dianalisis telah akurat dan lengkap.

2. Proses Coding

Proses pengubahan data kualitatif menjadi angka dengan

mengklasifikasikan jawaban yang ada menurut kategori-kategori yang

penting (pemberian kode).\

3. Proses Scoring

Proses penentuan skor atas jawaban responden yang dilakukan dengan

membuat klasifikasi dan kategori yang cocok tergantung pada anggapan

atau opini responden.


31

4. Tabulasi

Menyajikan data-data yang diperoleh dalam tabel, sehingga diharapkan

pembaca dapat melihat hasil penelitian dengan jelas. Setelah proses tabulasi

selesai kemudian data-data dalam tabel tersebut akan diolah dengan bantuan

software statistik yaitu SPSS.

4.8. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan meliputi :

4.8.1. Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian.

Analisis ini bertujuan untuk memisahkan data dan menggabungkan data sesuai

kategori. Pada analisis ini akan menghasilkan nilai median, persentil dan rentang

dari masing – masing variabel (Notoatmodjo, 2002).

4.8.2.Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu

variabel bebas dan variabel terikat. Uji yang dipakai adalah uji chi square dengan

batas kemaknaan α = 0,005 dan derajat kebebasan df = 1.

4.9. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di poli umum Puskesmas Rajagaluh pada

bulan juli 2012.


32

4.10. Etika Penelitian

Pada penelitian ini , penulis membuat beberapa surat keterangan , serta surat

– surat izin yang diperlukan demi kelancaran penelitian yang akan dilakukan.

Surat – surat tersebut diantaranya : Surat Persetujuan Responden yang

menyatakan bersedia untuk memberikan jawaban dan bantuan atas segala hal

yang dibutuhkan penulis dalam penelitian. Surat izin penelitian dari kampus. Surat

izin penelitian dari Litbang. Surat izin penelitian dari tempat penelitian,dan hal

lain yang dibutuhkan untuk penelitian.


33

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR
DENGAN KEJADIAN ASMA
DI POLI UMUM PUSKESMAS RAJAGALUH
No. Responden :……………………………………………………..
Tanggal pengkajian : …………………………………………………….

A. DATA UMUM
Nama inisial : …………………………………………………....
Umur :…………………………………………………….
Alamat :…………………………………………………….
Pekerjaan :…………………………………………………….
B. IDENTIFIKASI MASALAH POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR
1. Dalam sehari semalam, sudah terpenuhikah istirahat bagi anda?
a. Sangat terpenuhi
b. Sudah terpenuhi
c. Cukup terpenuhi
d. Kurang terpenuhi
e. Tidak terpenuhi
2. Apabila anda ada masalah, apakah maslah tersebut bisa diatasi?
a. Sangat bisa diatasi
b. Sudah bisa diatasi
c. Cukup bisa diatasi
d. Kurang bisa diatasi
e. Tidak bisa diatasi
3. Apakah anda dapat mengetahui apa yang sedang terjadi ?
a. Sangat Tidak tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Hanya sedikit yang tahu
e. Tidak tahu sama sekali
34

4. Apakah anda merasa nyaman dari gangguan ?


a. Sangat merasa nyaman
b. Sudah merasa nyaman
c. Cukup nyaman
d. Kurang nyaman
e. Tidak nyaman
5. Apakah anda mempunyai waktu luang untuk merencana kegiatan yang
memuaskan ?
a. Sangat Mempunyai
b. Mempunyai waktu luang
c. Cukup waktu luang
d. Hanya sedikit waktu luang
e. Tidak ada waktu luang
6. Apakah orang lain memberikan bantuan sewaktu anda memerlukan?
a. Sangat membantu
b. membantu
c. cukup membantu
d. kurang membantu
e. Tidak membantu
7. Apakah saudara tidak mempunyai rasa cemas berlebih apabila akan
tidur ?
a. Sangat tenang
b. tenang
c. cukup tenang
d. sedikit cemas
e. sangat cemas
35

8. Dalam semalam apakah tidur anda merasa nyenyak ?


a. Ya, sangat nyenyak
b. Merasa nyenyak
c. Cukup nyenyak
d. Kurang nyenyak
e. Tidak nyenyak
9. Apakah saudara memiliki gangguan tidur ?
a. Tidur pulas
b. Tidak aga gangguan tidur
c. Kadang – kadang terganggu
d. Sedikit terganggu
e. Sering terjadi gangguan tidur
10. Berapakah lamanya tidur anda dalam satu malam ?
a. Lebih dari 6 - 8 jam
b. Ya, antara 6 – 8 jam
c. 6 - 7 jam
d. 3 - 5 jam semalam
e. Kurang dari 3 jam
11. Apakah lingkungan tempat tinggal sanda bebas dari debu ?
a. Sangat terbebas dari debu
b. Ya,bebas dari debu
c. Sedikit berdebu
d. Banyak debu
e. Sangat banyak debu
12. Apakah saudara tahu tentang penyakit yang anda derita ?
a. Sangat mengetahui
b. Tahu tentang penyakit saya
c. Cukup tahu
d. Sedikit tahu
e. Tidak tahu
36

13. Seberapa sering timbulnya penyakit asma yang anda derita ?


a. Sangat sering
b. sering
c. cukup sering
d. kadang - kadang
e. Tidak pernah
14. Apakah anda tahu penyebab timbulnya asma yang anda derita?
a. Sangat mengetahui
b. Tahu tentang penyakit saya
c. Cukup tahu
d. Sedikit tahu
e. Tidak tahu
15. Apakah anda mempunyai obat – obatan asma dirumah ?
a. Sangat tersedia
b. Tersedia
c. Cukup tersedia
d. Kurang tersedia
e. Tidak ada
16. Apakah rumah dan kamar saudara memiliki lubang angin atau
ventilasi?
a. Sangat cukup ventilasi
b. Ada ventilasi
c. Cukup ventilasi
d. Kurang ventilasi
e. Tidak ada ventilasi
17. Tempat tinggal saudara berada pada suhu apa ?
a. Sangat dingin
b. Dingin
c. Hangat
d. Panas
e. Sangat panas
37

18. Selain saudara, apakah saudara mempunyai anggota keluarga yang lain
yang menderita asma ?
a. Sangat banyak
b. Banyak
c. Ada beberapa orang
d. Satu orang
e. Tidak ada
19. Apakah saudara mempunyai reaksi alergi terhadap suatu benda ?
a. Ya, sangat sering terkena reaksi alergi
b. Kadang – kadang
c. Jarang
d. sangat jarang
e. Tidak pernah
20. Air yang anda gunakan untuk mandi adalah
a. Sangat dingin
b. Dingin
c. Hangat
d. Panas
e. Sangat panas
38

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN


(Inform Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………………………………………………….

Jenis Kelamin :………………………………………………

Tk. Pendidikan :…………………………………………….

Status Material :………………………………………………….

Dengan ini menyatakan bersedia memberi informasi yang diperlukan


setelah menerima informasi tentang tujuan penelitian, tujuan wawancara dan
tujuan pencatatan, diskusi atau rekaman dalam penelitian yang berjudul:
“ Hubungan antara pola istirahat (tidur) dengan kejadian asma bronkhial di poli
umum puskesmas Rajagaluh ”

Nama : LILIS LESMANAWATI

NIM : 4201 0111 B.021

Program Studi : S1 Keperawatan STIKes Cirebon

Demikian persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan


sebagaimana mestinya

Cirebon, Juli 2012

(RESPONDEN)
39

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Jl. Brigjend Darsono No. 12 B By Pass Cirebon. Tlp (0231) 247852
KARTU BIMBINGAN PROPOSAL
Tahun Akademik 2011/2012

Nama Mahasiswa : Lilis Lesmanawati


NIM : 4201.0111.B.021
Pembimbing :Masripah, S.Kep, Ners
Judul :Hubungan antara pola istirahat (tidur) dengan kejadian asma
bronkhial dipoli umum puskesmas Rajagaluh

Tanggal
No Kegiatan Paraf
Bimbingan

1 ……………….. ………………………………………… ………….

2 ……………….. ………………………………………… ………….

3 ……………….. ………………………………………… …………..

4 ……………….. ………………………………………… …………..

5 ……………….. ………………………………………… …………..

6 ……………….. ………………………………………… …………..

7 ……………….. ………………………………………… …………..

Mengetahui,
Ka. PSIK
STIKes Cirebon

Awaludin Jahid A, S.Kp


40

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Jl. Brigjend Darsono No. 12 B By Pass Cirebon. Tlp (0231) 247852
KARTU BIMBINGAN PROPOSAL
Tahun Akademik 2011/2012

Nama Mahasiswa : Lilis Lesmanawati


NIM : 4201.0111.B.021
Pembimbing :Uus Husni M., S.Kp. M.Si
Judul :Hubungan antara pola istirahat (tidur) dengan kejadian asma
bronkhial dipoli umum puskesmas Rajagaluh

Tanggal
No Kegiatan Paraf
Bimbingan

1 ……………….. ………………………………………… ………….

2 ……………….. ………………………………………… ………….

3 ……………….. ………………………………………… …………..

4 ……………….. ………………………………………… …………..

5 ……………….. ………………………………………… …………..

6 ……………….. ………………………………………… …………..

7 ……………….. ………………………………………… …………..

Mengetahui,
Ka. PSIK
STIKes Cirebon

Awaludin Jahid A, S.Kp


41

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini

sesuai dengan waktunya. Dalam proposal ini penulis mengambil judul

“Hubungan antara pola istirahat (tidur) dengan kejadian asma bronkhial di

poli umum puskesmas Rajagaluh “ . Proposal ini disusun sebagai pengajuan

judul untuk skripsi dan sebagai rencana pelaksanaan memenuhi syarat dalam

menyelesaikan S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)

Cirebon.

Terselesaikannya penyusunan proposal ini tidak terlepas dari bantuan

semua pihak yang telah dan dengan ikhlas memberikan bantuan kepada penulis.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat:

1. Drs. H.E Djumhana Cholil MM, selaku ketua yayasan RISE Cirebon.

2. Moh. Sadli, SKM. MM.Kes, selaku ketua STIKes Cirebon

3. Awaludin Jahid A,S.Kp selaku ketua Program Studi S1 Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKes ) Cirebon

4. Uus Husni M., S.Kp. M.Si. selaku pembimbing skripsi

5. Masripah, S.Kep, Ners selaku pembimbing skripsi

6. dr. Pirdo Siregar, selaku Kepala Puskesmas Rajagaluh

7. Suami, anak tercinta, serta keluarga yang telah banyak membantu dan

mendukung sepenuhnya.

ii
42

Harapan penulis semoga proposal ini dapat diterima oleh pihak Akademik

dengan baik. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal

ini semoga mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Cirebon, Juli 2012

Penulis

iii
43

DAFTAR PUSTAKA

1. Rachelefsky Kopwich and Patricia Garrison. 2005. Penanganan Asma Pada


Anak. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer.

2. Patrik Smeltzer, 2001. Penatalaksanaan Asma Bronkial Prabedah Jakarta :


PT.Respir Indo

3. Frank Kotler, 2002 http://tips-hidup-sehat.blogspot.com/2002/02/pengertian-


pola-hidup-sehat.html

4. Suratno dan Rismiati, 2001. Pola Hidup Sehat Pada Penderita Asma.
Semarang : Countinuing Education Ilmu Kesehatan Lingkungan.

5. http://www.suarapembaruan.com, 2008. diakses 20 Juni 2012.

6. http://www.republika.co.id.diakses.20 Juni 2012

7. Ress, 1998. Angka kejadian asma dan pola hidup. Diakses 21 Juni
2012.http://www.google.co.id/

8. Dr.Suyudi, 2002. Faktor- faktor Resiko Timbulnya Asma. Diakses 19 Mei 2010.
http://www.google.co.id/

9. Davey, 2003. Pengaruh Kurang Tidur Terhadap Asma. Diakses 09 Desember


2008. http://mitrasehat.blogspot.com/2003/07.pengaruh-kurang-tidur-
terhadap-asma.html

10. Wahit dan Nurul, 2007. Definisi Pola Istirahat (tidur). Diakses 21 Juni 2012.
http://www.google.co.id/

11. Erfandi, 2008. Hubungan Antara Asma Dengan Gangguan Tidur Abstrak
penelitian. Diakses 09 Desember 2008. http;//www.adln.lib.unair.ac.id/
44

12. Arthur C.Guyton, 1986. Fisiologi Kedokteran .Edisi 4, Jakarta : EGC\

12. Guyton & Hall, 1997. Fisiologi Kedokteran .Edisi 9, Jakarta : EGC\

13. http://www.jakarta, javanewsonline.com, diakses 23 juni 2012.

14. Yusuf Dahlan, 2009. Gambaran Pola Tidur Pada Penderita Asma Bronkhial
Bandung : Buletin Penelitian Kesehatan.

15. www.jakarta, javanewsonline.com, diakses 23 juni 2012.

16. Arikunto Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian, Edisi Revisi IV, Jakarta:
Rineka Cipta.

17. Rakim, 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

18. www.asthma.org.au , 2008. diakses 12 april 2011

19. Prof Dr. Sugiyono, 1999, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan kedua,
Bandung: CV. ALFABETA.

20. Prof Dr. Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif ,
Bandung: CV. ALFABETA.

21. Imam Ghozali, 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.
Semarang;Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

22. Notoatmodjo Soekidjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta :


Rineka Cipta
45

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL………………………………………………………........ i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 5

1.3.Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6

1.3.1.Tujuan Umum ......................................................................................... 6

1.3.2.Tujuan Khusus ........................................................................................ 6

1.4.Ruang Lingkup penelitian .......................................................................... 6

1.5.Kegunaan Penelitian................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Pola Istirahat dan Tidur................................................................. 8

2.2.Konsep Asma Bronkhial ............................................................................ 14

2.3.Hubungan Antara Pola Istirahat (tidur) Dengan Asma Bronkhial ............. 16

2.4.Kerangka Teori........................................................................................... 18

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL

3.1.Kerangka konsep ........................................................................................ 19

3.2.Hipotesis..................................................................................................... 19

3.3.Definisi Operasional, Variabel, Dan Cara Pengukuran ............................. 20

iv
46

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1.Rancangan Penelitian ................................................................................. 22

4.2.Variabel Penelitian .................................................................................... 22

4.3.Populasi Dan Sampel ................................................................................. 23

4.3.1.Populasi ................................................................................................... 23

4.3.2.Sampel ..................................................................................................... 24

4.4.Instrumen Penelitian................................................................................... 25

4.5.Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 28

4.6.Uji Coba Kuisoner ..................................................................................... 28

4.7.Pengolahan Data......................................................................................... 30

4.8.Analisa Data ............................................................................................... 31

4.9.Lokasi Dan Waktu Penelitian..................................................................... 31

4.10.Etika Penelitian ........................................................................................ 32

v
47

DAFTAR TABEL

TABEL 1: LAPORAN 10 BESAR PENYAKIT ............................................. 3


TABEL 2: DEFINISI OPERASIONAL .......................................................... 9
TABEL 3 .......................................................................................................... 14
TABEL 4 .......................................................................................................... 15
TABEL 4 ..........................................................................................................

viii
48

DAFTAR BAGAN

BAGAN 1: KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................... 10


BAGAN 2 ........................................................................................................
BAGAN 3 ........................................................................................................

ix
49

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN


LAMPIRAN 2 : SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 3 : KISI – KISI KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN 4: KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN 5: FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN
LAMPIRAN 6: KARTU BIMBINGAN PROPOSAL
50
51

HUBUNGAN POLA ISTIRAHAT ( TIDUR YANG KURANG )


DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKHIAL DIPOLI UMUM
PUSKESMAS RAJAGALUH

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :
LILIS LESMANAWATI
NIM. 4201.0111.B.021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
CIREBON
2012
52

HUBUNGAN POLA ISTIRAHAT ( TIDUR YANG KURANG )


DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKHIAL DIPOLI UMUM
PUSKESMAS RAJAGALUH

OLEH :
LILIS LESMANAWATI
NIM. 4201.0111.B.021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
CIREBON
2012

Você também pode gostar