Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PEMBUKAAN
BAB I
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
NAMA
(2). Fornas didirikan tanggal 1 April 2014 di Jakarta untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan
KEDUDUKAN
Pasal 3
(3). Pusat organisasi Fornas berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.
BAB II
ASAS, SIFAT, FUNGSI, DAN TUJUAN
Pasal 4
Asas
Pasal 5
Sifat
Pasal 6
Fungsi
FORNAS memiliki fungsi :
(a) Sebagai wadah untuk mempersatukan petani, nelayan, buruh,
(b) Alat penggerak perlawanan nelayan dan petani Indonesia.
(c) Sebagai wadah siraturrahmi para masyarakat nelayan dan tani
(d) Menjadi wadah untuk kesejahteraan petani, nelayan dan buruh
Pasal 7
Nilai-nilai
1. Nasionalis
2. KeIndonesiaan
3. Bineka Tunggal Ika
4. Kebangsaan
5. Merah putih
6. Kerakyatan
7. Kedaulatan, Kemandirian
8. Keadilan, Kesejahteraan dan Kemakmuran
Pasal 8
Tujuan
FORNAS bertujuan menegakkan dan memperjuangkan serta menjunjung tinggi hak hak
rakyat dalam mendapatkan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran ditengah bangsa
Indonesia yang mandiri dan berdaulat sehingga menjadikan rakyat Indonesia berkuasa
dinegerinya sendiri, dan menolak segala bentuk intervensi asing.
BAB III
ATRIBUT DAN SEMBOYAN
Pasal 9
Atribut dan Semboyan
BAB IV
KEGIATAN
Pasal 10
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 11
Pasal 12
Keanggotaan Fornas dapat berakhir karena
a. Meninggal dunia.
b. Menungundurkan diri.
c. Membubarkan diri atau dibubarkan.
d. Diberhentikan sebagai anggota dalam rangka tindakan disiplin organisasi.
Pasal 13
Tata cara untuk menjadi anggota Fornas akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
BAB VI
STRUKTUR KEPEMIMPINAN ORGANISASI
Pasal 14
Struktur Organisasi
(1) Fornas merupakan organisasi kesatuan secara nasional yang terstruktur dari
organisasi satuan-satuan wilayah
a. Fornas Pusat, yakni kesatuan wilayah dalam negara.
b. Fornas Wilayah, yakni kesatuan wilayah dalam satu Provinsi.
c. Fornas Daerah, yakni kesatuan wilayah dalam satu Kabupaten atau Kota.
d. Fornas Cabang, yakni kesatuan wilayah dalam satu Kecamatan.
e. Fornas Ranting, yakni kesatuan wilayah dalam satu Desa /Kelurahan.
(2) Hubungan antarorganisasi satuan wilayah diikat semangat persaudaraan, Jiwa
perlawanan bersama merebut hak tani nelayan
(3) Dengan prinsip desentralisasi, masing-masing organisasi satuan wilayah berstatus
mandiri dalam menentukan kebijakan mengatur kehidupan internal dan gerakan
perjuangan sesuai dengan kondisi, tuntutan dan tantangan masing-masing wilayah,
serta komoditas andalan daerahnya.
Pasal 15
FORNAS PUSAT
1) Fornas Pusat dipimpin oleh Dewan Pimnpinan Nasional disingkat DPN, dengan wilayah
kerja meliputi seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
2) Dewan Pimpinan Nasional terdiri atas:
a. Dewan Pembina Nasional.
b. Dewan Pimpinan Nasional .
3) Dewan Pembina Nasional adalah organ pengurus yang memiliki kedudukan dan
peranan sebagai regulator dan pemberi saran, arahan dan dukungan kepada Dewan
Pimpinan Nasional.
4) Dewan Pimpinan Nasional adalah Ketua Umum, dibantu beberapa Penasehat ketua
Umum, ketua ketua bidang, sekretaris umum dan beberapa Sekretaris , seorang
Bendahara Umum dan beberapa bendahara.
5) Dewan pimpinan Nasional dapat membentuk Alat Kelengkapan Organisasi sesuai
dengan kebutuhan yang akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga
6) Dewan Pimpinan Nasional mempunyai wewenang, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mengelola organisasi secara menyeluruh
b. Menentukan arah kebijaksanaan organisasi
c. Mengesahkan Dewan Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah
d. Mendorong aktivitas Fornas Wilayah, Fornas Daerah, Fornas Cabang,
Fornas Ranting
e. Menetapkan dan memberikan penghargaan kepada mereka yang berjasa
dalam aktifitas
f. Membekukan, membubarkan, mencabut mandat/mengangkat pengurus
Fornas di Semua Level (PW,PD,PC,PR)
8) Musyawarah dan rapat-rapat Fornas terdiri atas:
a. Musyawarah Nasional, sebagai pengejawantahan kedaulatan anggota,
pemegang kekuasaan tertinggi organisasi yang diselenggarakan sekali dalam lima
tahun, dengan wewenang
a.1. Merevisi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
a.2. Menetapkan Program Umum Organisasi .
a.3. Menetapkan Dewan Pembina Nasional
a.4. Menetapkan Dewan Penasehat Nasional
a.5. Menetapkan Dewan Pakar Nasional
a.4. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya.
b. Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub), suatu musyawarah bersifat
istimewa dan khusus untuk penyelamatan eksistensi organisasi.
c. Musyawarah Pimpinan Nasional (Mupimnas), suatu forum pemegang
kekuasan tertinggi diantara dua Munas, untuk menetapkan kebijakan-kebijakan
organisasi secara nasional, yang diikuti oleh utusan Pimpinan Wilayah
d. Rapat Kerja Nasional (Mukernas), suatu forum musyawarah untuk
melakukan evaluasi dan perumusan program kerja, sebagai penjabaran program
umum organisasi, revisi dan restrukturisasi kepengurtusan
e. Rapat Dewan Pimpinan Nasional (Rapimnas), untuk membuat keputusan-
keputusan kebijakan operasional organisasi nasional, dan pengisian lowongan
antar waktu personalia pengurus.
Pasal 16
FORNAS PROVINSI
1) Fornas wilayah dipimpin oleh Pimpinan Wilayah disingkat PW dengan wilayah kerja
meliputi seluruh wilayah di satu provinsi di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2) Pimpinan di Provinsi terdiri atas:
a. Dewan Pembina Wilayah
b. Dewan Pimpinan Wilayah .
3) Pimpinan Harian Wilayah terdiri atas seorang Ketua, beberapa orang Wakil Ketua,
seorang Sekretaris, beberapa orang wakil sekretaris, seorang Bendahara dan beberapa
wakil bendahara.
4) Gerakan Program Aksi Wilayah akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
5) Dewan Pimpinan Wilayah dapat membentuk Alat Kelengkapan Organisasi provinsi
sesuai dengan kebutuhannya, yang akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
6) Dewan Pimpinan Wilayah (PW) mempunyai wewenang, kewajiban dan tanggung
jawab.
a. Mengelola organisasi Fornas di wilayah kerjanya.
b. Mengimplementasikan arah kebijakan pimpinan pusat di wilayah kerjanya.
c. Mengusulkan Pimpinan Fornas Daerah kepada pimpinan pusat untuk
ditetapkan dan disahkan
d. Mendorong aktivitas organisasi Fornas Daerah. Fornas Cabang, Fornas
Ranting
e. Memberi pertanggungjawaban dalam Musyawarah Wilayah.
7) Musyawarah dan rapat-rapat Fornas Wilayah terdiri atas;
a. Musyawarah Wilayah disingkat MUSWIL, pemegang kedaulatan tertinggi
Fornas wilayah, diadakan sekali dalam lima tahun, dengan wewenang:
a.1. Menetapkan kebijaksanaan umum dan pokok-pokok program organisasi
wilayah.
a.2. Menetapkan penilaian pertanggungjawaban Pimpinan wiayah.
a.3. Menerima pengunduran diri Pimpinan Wiayah serta mengusulkan dan
menetapkan pimpinan wilayah
a.4. Menetapkan Dewan Pembina Daerah dengan pertimbangan Pimpinan Pusat
b. Musyawarah Pimpinan Wilayah, pemegang kekuasaan tertinggi diantara
dua MUSWIL, untuk menetapkan kebijakan-kebijakan Fornas Provinsi.
c. Rapat Kerja Wilayah disingkat RAKERWIL, untuk melakukan evaluasi dan
penyusun program Fornas Provinsi.
d. Rapat Pimpinan Wilayah, untuk membuat keputusan-keputusan kebijakan
Fornas Provinsi, dan melakukan pengisian lowongan antar waktu personial
pengurus
Pasal 17
FORNAS Kabupaten/Kota
1) Fornas Daerah dipimpin oleh Pimpinan Daerah disingkat PD dengan wilayah kerja
meliputi seluruh wilayah di satu Kabupaten/Kota di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2) Dewan Pimpinan Daerah terdiri dari:
a. Dewan Pembina Daerah
b. Dewan Pimpinan Daerah
3) Pimpinan Harian Fornas Daerah terdiri atas seorang Ketua, beberapa orang wakil
ketua, seorang sekretaris, beberapa orang wakil sekretaris, seorang bendahara dan
wakil bendahara.
4) Dewan Pimpinan Daerah dapat membentuk Alat Kelengkapan Organisasi
Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhannnya yang akan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
5) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) mempunyai wewenang, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mengelola Organisasi Fornas di wilayah kerjanya.
b. Mengimplementasikan arah kebijakan Pusat, provinsi di wilayah kerjanya.
c. Mengusulkan Pimpinan Cabang kepada pimpinan wilayah untuk
ditetapkan.
d. Mendorong aktivitas organisasi Fornas Cabang.
e. Memberi pertanggung jawaban kepada Musyawarah Daerah.
6) Musyawarah dan rapat-rapat Fornas Kabupaten/kota terdiri datas:
a. Musyawarah Daerah disingkat MUSDA, pemegang kedaulatan tertinggi
organisasi Fornas Kabupaten/Kota, diadakan sekali setiap lima tahun, dengan
wewenang
a.1. Menetapkan kebijaksanaan umum dan pokok-pokok program organisasi di
wilayah Kabupaten/Kota.
a.2. Menetapkan penilaian pertanggungjawaban Pimpinan Daerah.
a.3. Menerima pengunduran diri Dewan Pimpinan Daerah serta memilih dan
menetapkan Dewan Pimpinan Daerah yang baru.
a.4. Menetapkan Dewan Pembina Daerah dengan pertimbangan pimpinan wilayah
b. Musyawarah Pimpinan Daerah, untuk membuat ketetapan kebijakan
Fornas Kabupaten/Kota, diantara dua MUSDA.
c. Rapat Kerja Daerah , untuk melakukan evaluasi dan menyusun program
kerja Fornas Kabupaten/Kota.
Pasal 18
FORNAS KECAMATAN
1) Fornas Cabang dipimpin oleh Pimpinan Cabang disingkat PC dengan wilayah kerja
meliputi seluruh wilayah di satu Kecamatan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2) Pimpinan Cabang terdiri atas:
a. Dewan Pembina Cabang
b. Dewan Pimpinan Cabang
3) Dewan Pimpinan Cabang terdiri atas seorang Ketua, beberapa orang wakil ketua,
seorang sekretaris, beberapa orang wakil sekretaris, seorang bendahara dan wakil
bendahara.
4) Pimpinan Cabang mempunyai wewenang, kewajiban dan tanggung jawab;
a. Mengelola Organisasi Fornas di wilayah kerjanya
b. Mengimplementasikan arah kebijakan kabupaten/kota di wilayah kerjanya
dan mengkoordinasikan kegiatan di Fornas ranting
c. Mengesahkan Dewan Pimpinan Ranting
d. Mendorong aktivitas organisasi Ranting
e. Memberi pertanggungjawaban kepada Musyawarah Cabang
Pasal 19
Fornas Desa/Kelurahan
1) Fornas Ranting dipimpin oleh Dewan Pimpinan Ranting disingkat PR, dengan wilayah
kerja meliputi seluruh wilayah satu desa/kelurahan di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2) Pimpinan Ranting terdiri dari
a. Dewanb Pembina Ranting
b. Dewan Pimpinan Ranting
3) Dewan Pimpinan Ranting terdiri dari seorang ketua, beberapa orang wakil Ketua,
seorang sekretaris, beberapa orang wakil sekretaris, seorang Bendahara dan wakil
bendahara.
4) Dewan Pimpinan Ranting mempunyai wewenang, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mengelola organisasi Fornas di wilayah kerjanya.
b. Mengimplementasikan arah kebijakan kebupaten/kota diwilayah kerjanya.
c. Memberi pertanggung jawaban kepada Musyawarah Ranting.
d. Melakukan pendaftaran Anggota Fornas Ranting
e. Menumbuh kembangkan pemberdayaan nelayan dan petani di daerahnya.
5) Musyawarah dan rapat-rapat Fornas Desa/Kelurahan terdiri dari
a. Musyawarah Ranting, pemegang kedaulatan teringgi Fornas Ranting,
diadakan sekali setiap lima tahun, dengan wewenang
a.1. Menetapkan kebijaksanaan umum dan pokok-pokok program Fornas Ranting.
a.2. Menetapkan penilaian pertanggungjawaban Dewan pimpinan Ranting.
a.3. Menerima pengunduran diri Dewan Pimpinan Ranting serta memilih dan
menetapkan Dewan Pimpinan Ranting yang baru.
a.4. Menetapkan Ketua Pembina oranisasi ranting dengan pertimbangan
pimpinan cabang
b. Rapat Kerja Ranting, untuk melakukan evaluasi dan menyusun program
kerja Fornas Ranting
c. Rapat Dewan Pimpinan Ranting untuk membuat keputusan organisasi
Fornas Ranting, dan mengisi lowongan antar waktu personalia pengurus
Pasal 20
HIRARKI PERATURAN
BAB VIII
DARURAT
Pasal 22
BAB IX
PEMBUBARAN & PENUTUP
Pasal 23
Pembubaran
(1) Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan di dalam suatu Musyawarah pusat atau
Musyawarah pusat Luar Biasa yang diadakan khusus untuk itu yang dihadiri sekurang-
kurangnya dua pertiga dari jumlah yang berhak hadir sebagai peserta Musyawarah
pusat atau Musyawarah pusat Luar Biasa bersangkutan.
(2) Keputusan pembubaran organisasi hanya sah jika disetujui dengan mufakat bulat atau
oleh dua pertiga dari jumlah suara yang hadir.
(3). Dalam hal organisasi bubar, maka kekayaan organisasi diserahkan kepada Badan-
badan/Lembaga-lembaga Sosial di Indonesia oleh Tim Likuidasi yang dibentuk oleh
Musyawarah pusat Luar Biasa.
Penutup.
4). Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah dan ditambah oleh Musyawarah pusat atau
Musyawarah Nasional Luar Biasa
5) Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.
6) Pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diatur dalam Peraturan
Organisasi yang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
1) Yang dapat diterima sebagai Anggota Perorangan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
(a) Warga Negara Indonesia yang mempunyai kegiatan di bidang perikanan
dan pertanian yang berminat kuat memperjuangkan hak masyarakat nelayan dan
petani untuk kemakmuran dan kesejahteraan
(b) Telah berumur 17 tahun atau telah kawin
(c) Bermoral Pancasila
(d) Menyetujui Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Program Umum dan
mematuhi Peraturan-Peraturan Organisasi Fornas
(e) Mendaftar kepada Pengurus Fornas terdekat
2) Organisasi Kemasyarakatan, kelompok usaha nelayan, kelompok usaha tani, koperasi
dan sebagainya, dapat diterima sebagai anggota Fornas, kecuali yang menentang
Pancasila, UUD 1945 dan NKRI
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
(1) Anggota yang lalai memenuhi kewajiban sebagaimana diatur pasal 5 ayat (2) dan ayat
(30 atau dengan sengaja melanggar ketentuan yang tercantum pada Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi atau dihukum karena terbukti
melakukan tindak pidana kejahatan dapat dikenakan tindakan disiplin organisasi.
(2) Tindakan disiplin yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat berupa:
a. Peringatan tertulis
b. Pemecatan dari keanggotaan Fornas
(3) Tindakan disiplin dikenakan oleh kepengurusan Fornas dimana anggota yang
bersangkutan terdaftar, atau pemecatan hanya dapat dikenakan setelah terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari tingkat kepengurusan yang lebih tinggi, kecuali
tindakan disiplin dimaksud dikenakan oleh Pimpinan pusat Fornas
(4) Anggota dan atau bekas anggota yang dikenakan tindakan disiplin, berhak mengajukan
banding disertai alasan-alasan pembelaan diri.
(5) Permintaan banding yang dimaksud pada ayat (5) Pasal ini, diajukan kepada dan
diputus oleh:
a. Musyawarah pusat dalam hal tindakan disiplin dikenakan oleh Pimpinan Pusat atau
tindakan disiplin berupa pemecatan, dengan ketentuan permintaan banding
diajukan melalui Pimpinan pusat selambat-lambatnya satu bulan menjelang
Musyawarah pusat diadakan.
b. Pengurus Fornas setingkat lebih tinggi dari kepengurusan yang memberi
persetujuan pengenaan tindakan disiplin dimaksud, dengan ketentuan permintaan
banding diajukan dalam jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan sejak
menerima pemberitahuan tentang tindakan disiplin tersebut.
(6) Dalam hal pemecatan dicabut atau dibatalkan oleh Musyawarah Nasional,
keanggotaan yang bersangkutan didaftarkan kembali oleh Pengurus yang mengenakan
tindakan disiplin tersebut.
BAB II
KEPENGURUSAN
Pasal 6
(1) Pengurus Pusat dipilih dan ditetapkan oleh Fornas untuk masa jabatan lima tahun.
(2) Pengurus Provinsi dipilih dan ditetapkan oleh MUSWIL serta disahkan oleh Pengurus
Nasional untuk masa jabatan 5 (lima) tahun.
(3) Pengurus Kabupaten/Kota dipilih dan ditetapkan oleh MUSDA serta disahkan oleh
Pengurus Provinsi untuk masa jabatan 5 (lima) tahun.
(4) Pengurus Kecamatan dipilih dan ditetapkan oleh MUSCA serta disahkan oleh Pengurus
Kabupatan/Kota untuk masa jabatan 5 (lima) tahun.
(5) Pengurus Desa/Kelurahan dipilih dan ditetapkan oleh MUSRA serta disahkan oleh
Pengurus Kecamatan untuk masa jabatan 5 (lima) tahun
Pasal 7
(1) Pengurus Fornas di setiap wilayah kerja organisasi mempunyai tugas, kewenangan
dan tanggung jawab:
a. Menetapkan kebijaksanaan organisasi ditingkat wilayah kerjanya masing-
masing, sebagai pelaksanaan semua Keputusan/ Ketetapan Musyawarah Nasional,
Musyawarah Pimpinan Nasional, Rapat Kerja Nasional, Musyawarah Organisasi/
Musyawarah Pimpinan/ Rapat Kerja diwilayah kerjanya masing-masing dan
Kebijaksanaan organisasi yang ditetapkan oleh Pengurus setingkat lebih tinggi.
b. Menetapkan kebijaksanaan pelaksanaan program umum organisasi dan
menetapkan program kerja tahunan di masing-masing wilayah kerjanya
c. Mengangkat dan menetapkan keanggotaan pembina Organisasi
d. Membentuk Alat Kelengkapan Organinasi berupa Yayasan atau Lembaga
yang dipandang perlu.
e. Melaksanakan tugas dan kewenangan lainnya yang ditentukan dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan
Peraturan Organisasi.
f. Khusus Pimpinan Pusat Fornas dapat menetapkan dan mengangkat seseorang
atas kapasitas pribadinya menjadi Pinisepuh Fornas , atau Penasehat Fornas.
(2) Pimpinan Harian ditiap wilayah kerja organisasi mempunyai tugas, kewenangan dan
tanggung jawab:
a. Memimpin pelaksanaan tugas sehari-hari, kewenangan dan tanggung
jawab pengurus diwilayah kerja masing-masing.
b. Mengatur pelaksanaan keputusan yang ditetapkan Pengurus diwilayah
kerjanya masing-masing.
c. Melaksanakan tugas dan kewajiban lainnya yang ditetapkan oleh Fornas
wilayah kerjanya masing-masing sebagai pelaksanaan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Peraturan Organisasi.
BAB III
KOMPOSISI PENGURUS HARIAN
Pasal 10
(1) Pimpinan Harian terdiri atas sekurang kurangnya 12 orang disusun dengan komposisi:
Ketua Umum
Asisten Ketua Umum
. Ketua Bidang
Sekretaris Umum
Sekretaris
Bendahara Umum
Bendahara
BAB IV
PEMBINA ORGANISASI
Pasal 11
BAB V
ALAT KELENGKAPAN ORGANISASI
Pasal 12
(1) Pengurus Fornas melalui Dewan Pimpinan Nasional sesuai dengan kebutuhan
dapat membentuk Alat Kelengkapan Organisasi berupa Badan, Lembaga dan organ
sejenis
(2) Alat Kelengkapan Organisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatas bersifat
mandiri dalam mengatur internal kelembagaannya dengan kontrol dewan pimpinan
nasional
(3) Hubungan antara Fornas dengan Alat Kelengkapan Organisasi diatur dengan
ketentuan khusus.
BAB VI
MUSYAWARAH
Pasal 13
(1) Musyawarah Organisasi berupa Musyawarah Nasional (MUNAS), Rapat Kerja Nasional,
dan Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan oleh Pengurus Pusat
(2) Musyawarah Nasional, Rapat Kerja nasional merupakan pemegang kedaulatan
tertinggi organisasi diadakan sekali dalam waktu lima tahun mempunyai wewenang:
a. Menetapkan atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
b. Menetapkan Program Umum Organisasi.
c. Menampung pertanggung jawaban Pimpinan Pusat.
d. Menerima pengunduran diri Pimpinan Pusat serta memilih dan
menetapkan Pimpinan Pusat yang baru.
e. Menetapkan Ketua Dewan Pembina Pusat
(3) Peserta Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa adalah:
a. Pimpinan Pusat.
b. Pimpinan Harian Daerah dari seluruh Indonesia.
c. Organisasi Kemasyarakatan dan Kelompok/koperasi Fornas yang
mempunyai ruang lingkup nasional.
d. Pimpinan Harian Kabupaten/Kota seluruh Indonesia.
(4) Utusan peserta MUNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir b sampai d,
jumlahnya ditetapkan oleh Pimpinan Harian Pusat.
(5)Dewan Pembina sebagai organ Dewan Pimpinan Nasional dan Badan, Lembaga
sebagai Alat Kelengkapan Organisasi diundang sebagai peninjau.
(6) Selain dihadiri Peserta dan Peninjau, Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional
Luar Biasa dapat dihadiri oleh Undangan yang ditetapkan oleh Pimpinan Harian Pusat.
Pasal 14
(1) Musyawarah Wilayah (MUSWA) dan Musyawarah Luar Biasa Wilayah diselenggarakan
oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
(2) MUSWA merupakan pemegang kedaulatan tertinggi organisasi Fornas Wilayah
diadakan sekali dalam waktu lima tahun dengan wewenang:
a. Menetapkan kebijaksanaan umum dan pokok-pokok program organisasi
b. Menampung penilaian laporan pertanggung jawaban Pimpinan Wilayah
c. Menerima pengunduruan diri Pimpinan Daerah serta memilih dan
menetapkan Pimpinan Wilayah Baru.
d. Menetapkan Ketua Dewan Pembina Organisasi.
(3) Peserta Musyawarah Wilayah/Musyawarah Luar Biasa Wilayah adalah ;
a. Pimpinan Pusat yang diwakili oleh perutusannya
b. Pimpinan Wilayah
c. Pimpinan Harian Kabupaten/Kota yang ada di wilayah provinsinya
d. Organisasi Kemasyarakatan, kelompok/koperasi anggota Fornas yang
memiliki ruang lingkup kepengurusan tingkat provinsi
(4) Utusan peserta Musyawarah Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) c dan d
jumlahnya ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah.
(5) PembinaWilayah, Alat Kelengkapan Organisasi yang ada diwilayah Provinsi diundang
sebagai penijau.
(6) Selain dihadiri peserta dan peninjau Musyawarah Wilayah dapat dihadiri Undangan
yang ditetapkan oleh Pengurus Wilayah.
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
(1) Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, Pimpinan
ranting, dapat membentuk panitia penyelenggaran Musyawarah Organisasi atau
Musyawarah Pimpinan yang diadakan pada wilayah bersangkutan.
(2) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terus berfungsi dan bekerja hingga
dibubarkan oleh Pimpinan yang ada.
(3) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban mempertanggungjawabkan
pelaksanaan dan pembiayaan musyawarah kepada Pengurus tingkatannya
masing¬masing.
BAB VII
RAPAT-RAPAT
Pasal 20
(1) Rapat-rapat terdiri atas:
a. Rapat Kerja (RAKER)
b. Rapat Pimpinan Pleno
c. Rapat Pimpinan Harian
d. Rapat pembina Organisasi
e. Rapat Alat Kelengkapan Organisasi
(2) Rapat Kerja sebagai forum penjabaran program umum menjadi program kerja tahunan
untuk masing-masing wilayah kerja diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan
masing¬masing wilayah kerja bersangkutan.
(3) Rapat Pimpinan Pleno merupakan rapat gabungan segenap organ pengurus pada
masing-masing tingkatan.
(4) Rapat Pimpinan Harian merupakan rapat periodik pengurus pada masing-masing
tingkatan sekurang-kurangnya diadakan sebulan sekali.
(5) Rapat Dewan Pembina Organisasi dimasing-masing tingkatan kepengurusan sekurang-
kurangnya tiga bulan sekali.
Pasal 21
Peserta Rapat Kerja pada masing-masing tingkat kepengurusan dihadiri oleh Pimpinan di
wilayah bersangkutan dan utusan dari Pimpinan di wilayah setingkat dibawahnya.
BAB VIII
TATA TERTIB MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 22
Tata tertib Musyawarah dan Rapat Kerja ditiap tingkat wilayah organisasi ditetapkan oleh
Musyawarah atau rapat ditingkatan masing-masing sesuai dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 23
(1) Musyawarah Organisasi ditiap tingkat wilayah organisasi dipimpin oleh Pimpinan
Musyawarah yang dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah ditingkatan masing-masing
terdiri atas seorang Ketua dan sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang Anggota.
(2) Selain alat kelengkapan Musyawarah seperti dimaksud pada ayat (1) pasal ini,
Musyawarah dapat membentuk alat kelengkapan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 24
Pasal 25
Pengaturan lebih lanjut dari Tata Tertib Musyawarah ditiap tingkatan ditetapkan oleh
Musyawarah atau Rapat di tingkatan masing-masing sesuai dengan ketentuan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 26
(1) Keputusan Musyawarah atau Rapat diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal mufakat belum tercapai walaupun sudah diusahakan dengan
sungguh¬sungguh, sedang keputusannya yang hendak diambil sangat mendesak, maka
keputusan dapat diambil dengan pemungutan suara.
(3) Keputusan yang diambil dengan pemungutan suara hanya sah jika pengambilan
keputusan itu dihadiri oleh sekurang-kurangnya separoh dari jumlah peserta yang
berhak menggunakan hak suaranya dan keputusan tersebut disetujui oleh separuh
dari jumlah suara.
(4) Jumlah hak suara masing-masing peserta MUNAS atau MUNASLUB adalah sebagai
berikut:
a. Pimpinan Harian Pusat mempunyai satu hak suara,
b. Masing-masing Organisasi Fornas Wilayah mempunyai satu hak suara;
c. Masing-masing Organisasi Forns Daerah mempunyai satu hak suara.
(5) Jumlah suara masing-masing peserta Musyawarah Wilayah adalah sebagai berikut:
a. Pimpinan Fornas Pusat mempunyai satu hak suara, kecuali dalam
pemilihan Pimpinan Wilayah dan pengambilan keputusan berdasarkan
pemungutan suara;
b. Pimpinan Wilayah mempunyai satu suara;
c. Masing-masing Organisasi Fornas Daerah mempunyai satu hak suara
dengan ketentuan masing-masing Pimpinan Fornas Daerah yang mempunyai
Dewan Pimpinan Fornas Cabang lebih dari tiga mendapat tambahan satu hak
suara untuk setiap lima Pimpinan Kecamatan.
(6) Jumlah hak suara masing-masing peserta Musyawarah Daerah adalah sebagai berikut:
a. Pimpinan Fornas Wilayah mempunyai satu hak suara, kecuali dalam
pemilihan Pimpinan Fornas Daerah dan pengambilan keputusan berdasarkan
pemungutan suara;
b. Pimpinan Daerah mempunyai satu hak suara;
c. Masing-masing Pimpinan Fornas Cabang mempunyai satu hak suara
dengan ketentuan masing-masing Fornas Kecamatan yang mempunyai Fornas
Cabang lebih dari lima mendapat tambahan satu hak suara untuk setiap
tambahan lima Fornas Desa/Kelurahan.
(7) Jumlah hak suara masing-masing peserta Musyawarah Cabang adalah sebagai berikut:
a. Pimpinan Daerah mempunyai satu hak suara, kecuali dalam pemilihan
Pimpinan Cabang dan pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara;
b. Pimpinan Cabang mempunyai satu hak suara
c. Masing-masing Fornas Ranting mempunyai satu hak suara, dengan
ketentuan masing-masing Fornas Desa/ Kelurahan yang mempunyai anggota
lebih dari 25 orang, mendapat tambahan satu hak suara untuk setiap tambahan
25 anggota.
(8) Jumlah hak suara masing-masing peserta Musyawarah ranting adalah sebagai berikut:
a. Pimpinan Cabang mempunyai satu hak suara, kecuali dalam pemilihan
Pimpinan Fornas Ranting dan pengambilan keputusan berdasar pemungutan
suara;
b. Pimpinan ranting mempunyai satu hak suara;
c. Setiap 25 (dua puluh) orang anggota perorangan, mempunyai satu hak
suara;
d. Setiap kelompok yang dibentuk Pimpinan Fornas Desa/Kelurahan
mempunyai satu hak suara,
e. Masing-masing kelompok mempunyai satu hak suara, dengan ketentuan
masing¬masing kelompok yang mempunyai anggota lebih dari 25 orang,
mendapat tambahan satu hak suara untuk setiap tambahan 25 orang anggota
(9) Masing-masing organisasi Kemasyarakatan, Kelompok/koperasi/ anggota Fornas pada
setiap tingkatan Musyawarah mempunyai hak bicara.
Pasal 27
Pasal 28
(1) Setiap Musyawarah atau Rapat dibuat notulen yang ditandatangani Pimpinan
Musyawarah atau Rapat bersangkutan dan disampaikan kepada Peserta.
(2) Notulen yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini dianggap sah apabila tidak ada yang
mengajukan keberatan sekurang-kurangnya dalam satu bulan setelah tanggal notulen
tersebut.
(3) Keberatan yang dimaksud pada ayat (2) Pasal ini diajukan kepada Pimpinan yang
menyelenggarakan Musyawarah atau Rapat, dan harus dibahas dan diambil keputusan
pada kesempatan pertama diadakannya rapat Pimpinan bersangkutan.
BAB IX
KEUANGAN
Pasal 29
(1) Tiap tiap tahun Pimpinan Fornas disetiap tingkatan menetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Organisasi.
(2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi didasarkan pada prinsip kemandirian
dalam rangka pelaksanaan Program Umum.
Pasal 30
(1) Setiap Anggota wajib membayar uang pangkal dan uang iuran bulanan.
(2) Besarnya uang pangkal dan uang iuran bulanan ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
(3) Untuk membiayai kehidupan dan pengembangan organisasi disemua tingkat wilayah
diadakan kegiatan-kegiatan usaha guna mendapatkan dana dengan jalan:
a. Usaha-usaha mendapatkan bantuan yang tidak mengikat;
b. Membentuk usaha-usaha rutin yang menghasilkan.
(4) Ketentuan tentang pelaksanaan ayat (4) Pasal ini ditetapkan oleh Pimpinan Pusat
BAB X
PENUTUP
Pasal 31
1). Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Organisasi yang dibuat dan ditetapkan Pimpinan Pusat.
2). Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
BAB XI
EMERGENCY
Pasal 32