Você está na página 1de 3

1. Apa saja nilai kesadaran ?

(soal no 3)
Jawab :
a. Kompos mentis
Sadar sepenuhnya
b. Apatis
Pasien tampak acuh tak acuh terhadap sekitar
c. Delirium
Penurunan kesadaran yang disertai kekacauan motorik dan siklus tidur
terganggu sehingga pasien tampak gelisah
d. Somnolen
Keadaan mengantuk, sadar apabila dirangsang tetapi ketika rangsangan
dihentikan maka pasien akan tetidur kembali
e. Stupor
Keadaan mengantuk yang dalam, pasien bisa dibangunkan dengan
rangsangan nyeri yang kuat tetapi tidak terbangun sempurna
f. Semi koma
Penurunan kesadaran yang tidak memberikan respon terhadap rangsangan
verbal dan tidak bisa dibangunkan sama sekali tetapi refflek pupil dan
kornea masih baik
g. Koma
Tidak ada gerakan respon spontan
Nilai tingkat GCS orang dewasa :
1. Respon membuka mata (EYE)
- Membuka mata dengan sendirinya tanpa dirangsang (4)
- Dengan rangsang suara (3)
- Dengan rangsang nyeri (2)
- Tidak ada respon meskipun sudah dirangsang (1)
2. Respon verbal atau ucapan (VERBAL)
- Orientasi baik, bicaranya jelas (5)
- Bingun, bicara mengacau, disorientasi tempat dan waktu (4)
- Mengucapakan kata tidak jelas (3)
- Suara tanpa arti (2)
- Tidak respon (1)
3. Gerakan (MOTORIK)
- Mengikuti perintah pemeriksa (6)
- Melokalisir nyeri, menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri (5)
- Menghindar atau menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri (4)
- Flexi abnormal (3)
- Ekstensi abnormal (2)
- Tidak ada rspon (1)
 nilai gcs 14-15 > kompos mentis
 nilai gcs 12-13 > apatis
 nilai gcs 10-11 > delirium
 nilai gcs 7-9 > somnolen
 nilai gcs 5-6 > spoor
 niloai gcs 4 > semi koma
 nilai gcs 3 > koma
https://mediskus.com/dasar/penilaian-tingkat-kesadaran-berdasarkan-nilai-gcs

2. bagaimana tatalaksana fraktur yang dialami nenek w ?


Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan
pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
a Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulangpada kesejajarannya
dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi
dan reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur
b Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi
manual.
c Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.
Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
d Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang
direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku
atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen
tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
e Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di
imobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi
eksternal atau inernal. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai,
traksi kontinui, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal. Fiksasi internal
dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai inerna untuk
mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai
lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12
minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.
f Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan pada
penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;
 Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
 Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
 Memantau status neurologi.
 Mengontrol kecemasan dan nyeri
 Latihan isometrik dan setting otot
 Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari

Penatalaksanaan kasus-kasus fraktur pada lansia terdiri dari:


a. Tindakan terhadap fraktur: Apakah penderita memerlukan tindakan operatif,
ataukah oleh karena suatu sebab tidak boleh dioperasi dan hanya dilakukan
tindakan konvensional. Untuk itu diperlukan kerjasama dengan bagian
ortopedi.
b. Tindakan terhadap jatuh: Mengapa penderita mengalami jatuh, apa
penyebabnya, dan bagaimana agar tidak terjadi jatuh berulang.
Tindakan terhadap kerapuhan tulang: Apa penyebabnya, bagaimana memperkuat
kerapuhan tulang yang telah terjadi. Tindakan terhadap hal ini biasanya tidak bisa
mengembalikan tulang seperti semula, tetapi bisa membantu mengurangi nyeri dan
mempercepat penyembuhan fraktur. d. Keperawatan dan rehabilitasi untuk mencegah
komplikasi imobilitas (infeksi, dekubitus, konfusio) dan upaya agar penderita secepat
mungkin bisa mandiri lagi.
1. Setiati, Siti. Buku ajar ilmu penyakit dalam: gangguan keseimbangan, jatuh dan fraktur.
Jakarta: pusat penerbitan IPD FK-UI;2006.
2. Martono H. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi IV.
Jakarta: Universitas Indonesia;2010.
3. Noor, Helmi Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika

Você também pode gostar