Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
12
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Tn.PDenganGangguan Sistem Penglihatan
Katarakdi Wisma Matahari UPT Pelaksana Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan”.
Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
laporan ini.
Selesainya pembuatan laporan ini tidak langsung terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihakbaik secara langsung ataupun tidak langsung, oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak H. Hasan Basri Nasution SKM. MKes. Selaku ketua Yayasan Akademi
Keperawatan Sehat Binjai.
2. Bapak Ilham Syahputra Siregar, S.Kep, Selaku direktur Akademi Keperawatan Sehat
Binjai.
3. Ibu Leny suarni S,pd.,selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk penulis demi kesempurnaan laporan studi kasus ini.
4. Seluruh staf dosen dan pengajar Akademi Keperawatan Sehat Binjai yang telah
memberikan pengetahuan kepada penulis agar tersusunnya laporan ini.
5. Mahasiswa/I Akademi Keperawataan Sehat Binjai, yang telah banyak membantu
penulis dalam pembuatan laporan ini.
Akhirnya penulis menyerahkan diri kepada Allah SWT semoga ilmu yang penulis dapatkan
bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 4 PEMBAHASAN..........................................................................
4.1 Pengkajian..................................................................................
4.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................
4.3 Intervensi....................................................................................
4.4 Implementasi..............................................................................
4.5 Evaluasi......................................................................................
BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................
5.1 Kesimpulan.................................................................................
5.2 Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan - lahan. Katarak
baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat dua
kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan merupakan
masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang
dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah
penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut
menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah
berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata.
WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara
berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di
negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia
Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr
Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup
orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan proses
penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula
penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8%),
glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata yang
terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh. Dalam keadaan normal jernih dan tembus
cahaya. Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini
sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen
Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena
katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka
tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses
degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari
90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia
75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).
BAB 2
LANDASAN TEORITIS
2.1 Katarak
2.1.1 Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan
secara bertahap (Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang
yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang
terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak
elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan
proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1. Lapisan luar, yang terdiri dari :
- Sclera
- Kornea
2. Lapisan tengah, yang terdiri dari :
- Koroid
- Badan (korpus) siliare
- Iris
3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :
- Retina
- Fundus optic
Lensa
Badan vitreus
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola
mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata. Pergerakan mata yang
terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis pada
masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus
dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat otak
menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah, 2003).
2.1.3 Etiologi Katarak
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia
(Tamsuri, 2008)
2.1.4 Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam.
Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular). Penyebab
katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.
Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan
chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak ini
juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau
akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu
mata lainnya.
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak – bercak
kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya
myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008
2.1.5 Manifestasi Klinis Katarak
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien mengalami
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan
dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu
- abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika
katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
2.1.6 Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea, sehingga
menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga mengganggu
aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).
Darah putih: dibawah 10.000 normal
2.1.9. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser.
Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat
digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ketitik
dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji
derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain,
sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing
penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak adalah
pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang
dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi
perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi
intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang
mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau
mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika
(Suddarth, 2001).
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1 Riwayat klien / Data Biologis
Nama :Tn.P
Alamat :Binjai
Telp :-
Tempat, Tanggal lahir/Umur :Tanjung keliling,4 maret 1932 jenis
kelamin :Laki - Laki
Suku :Jawa
Agama :Islam
Status perkawinan :Duda
Pendidikan :-
Alamat :Binjai
Orang yang paling dekat di hubungi :Anak Kandung
3.1.2. Riwayat Keluarga
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya
mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P dirumah.Anak
perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga kurang memperhatikan
Tn,P istrinya sudah meninggal dunia dikarenakan kelumpuhan. Setelah tinggal di panti sosial
Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang mana mereka bertemu dipanti sosial tersebut dan
mereka pun tinggal bersama di wisma Matahari, tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup
bersama dengan Ny.S hanya sekitar 5 tahun. Karena Tn.P keluarga telah meninggal dunia
pada umur 100 tahun akibat kelumpuhan dan serangan jantung dan Tn,P
keluargadikebumikan di kawasan panti sosial tersebut.
3.1.3. Riwayat Pekerjaan
Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja sebagai
petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi kebutuhannya sehari -
hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup untuk bekerja dikarenakan semakin
meningkatnya usia.
3.1.4. Riwayat Lingkungan Hidup
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari bambu dan atap
dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam rumah terdapat dua kamar. Adapun
jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut adalah 11 orang, yang mana 8 orang adalah
cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan menantu dari An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn.P
adalah Ny. A yang selalu membantu dikala Tn.P mengalami kesulitan.
3.1.5. Riwayat Rekreasi
Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.P hidup dengan rukun bersama
anak - anaknya, Dalam keluargaTn.P tidak mempunyai kegiatan rekreasi.
3.1.6. Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan
Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal jauh.
Ket :
= Laki-laki (meninggal)
= Perempuan (meninggal)
= Pasien
· Telinga
Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa mendengar detak jarum
jam, serumen ada dalam batas normal. Di dalam telinga Tn.P tidak ada keluar cairan maupun
peradangan. Dan Tn.P juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa mendengar dengan baik
dikarenakan usia Tn.P yang semakin bertambah.
· Hidung
Tn.P dapat mencium dengan baik. Didalam hidung tidak terdapat polip dan tidak ada
obstruksi didalam hidung. Dan didalam hidung Tn.P juga tidak ditemukan adanya pendarahan
maupun peradangan.
Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik.
· Mulut
Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat. Gigi Tn.P hanya tinggal 3 batang itu pun
tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat. Tn.P mengalami
perubahan suara. Suara sesak, dan Tn.P mengalami kesulitan menelan.
Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah dikarenakan gigi yang
semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.P
· Leher
Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid. Nyeri tidak ada, dan pada
leher Tn.P juga tidak ditemukan benjolan.
· Payudara
Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya kelainan pada
payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan adanya benjolan dan
pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting susu.
· Pernapasan
Inspeksi : simetris kedua lapangan paru
Perkusi : sonor kedua lapangan paru
Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler kedua lapangan paru
· Kardiovaskuler
Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering mengalami sesak
nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo napacin 1x dalam sehari.
Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi dapat berjalan dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk
dan terdapat perubahan warna kaki pada Tn.P
· Gastrointestinal
Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi. dan Tn.Pjuga
mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun
Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat mencerna makanan dengan baik,
walaupun sedikit demi sedikit.
· Musculoskeletal
Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.P tidak mempunyai masalah
dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri tanpa menggunakan alat bantu seperti
tongkat.
· Sistem saraf pusat
Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan kalau dirinya belum
pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena semakin meningkatnya usia maka
Tn.P mengalami masalah pada memorinya, sehingga Tn.P tidak mampu mengingat semua
masa lalunya.
· Sistem endokrin
Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika diberi respon,
dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut, rambut Tn.P putih dengan uban.
· Integument
Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan karena Tn.P
tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya sering mengalami gatal
- gatal.
· Psikososial
Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga mengaku kalau dia
sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan Tn.P juga mengatakan kalau dia
sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.
S : klien mengatakan
pandangan masih kabur
O : klien tidak bisa bergerak
banyak
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
- Bantu klien untuk
Nyeri b/d luka dimata memenuhi kebutuhan
d/d Wajah meringis perawatan dirinya, mis : ganti
menahan sakit, klien baju, dan berhias setelah
berusaha memegang mandi.
daerah mata. - Secara bertahap libatkan
klien dalam memenuhi
kebutuhan diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan
S : pasien mengatakan pedih
daerah mata
O : pasien meringis menahan
sakit
A : masalah sedikit teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji skala nyeri setiap
hari
- Anjurkan untuk
melaporkan perkembangan
nyeri setiap hari atau segera
saat terjadi peningkatan nyeri
mendadak
- Anjurkan klien untuk
tidak melakukan gerakan tiba
- tiba yang dapat
memprovokasi nyeri
- Ajarkan teknik distraksi
dan relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan
kolaboratif untuk pemberian
analgesic topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan – kesenangan yang penulis jumpai antara
tinjauan teoritis dan tinjauan kasus pada Asuhan Keperawatan Pada Tn.P Dengan Gangguan
Sistem Penglihatan Katarak diWisma Matahari UPT Pelayanan Lanjut Usia dan Balita
Wilayah Binjai - Medan. Selanjutnya penulis akan memaparkan hambatan dan dukungan
dalam melakukan asuhan keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosakeperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Selama pengkajian penulis tidak ada mengalami kesulitan/ hambatan dalam mengumpulkan
data atau informasi, mengenai status kesehatan pasien ataupun data lain tentang penulisan, di
perlukan dalam penyusunan studi kasus ini penulis mendapat bantuan penuh dari pasien,
perawat, dan dokter yang merawat pasien atau tim terkait.
4.3 Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan keperawatan yang
teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah keperawatan di tetapkan sesuai
dengan prioritas masalah maka langkah selanjutnya adalah merumuskan tinjauan berdasarkan
hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang di yang dilakukan perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan tindaakan ini.
Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan kesulitan di
karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan orang -orang
disekitar klien.
4.4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh perawat untuk
dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung adalah pasien mau
bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat oleh perawat.
Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan berpartisipasi aktif
bersama pasien, selama penulis melakukan tindakan keperawatan penulis juga melanjutkan
pengkajian data-data untuk melihat perkembangan pasien selanjutnya.
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap keberhasilan dalam menggunakan
proses keperawatan dalam pelaksanaan tindakan. Dalam tahap ini penulis tidak menemukan
hambatan karna hasil yang diharapkan dapat d lihat dengan jelas semua tindakan keperawatan
yang penulis laksanakan dapat berhasil dengan baik.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan Keperawatan pada
Tn.P dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak Di Wisma Matahari UPT Pelayananan
sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan hambatan dalam
pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Hal ini dikarenakan adanya
kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim medis lainnya.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan
pasien yang di sertai dengan tindakan keperawatan.dalam tinjauan teoritis penulis
menemukan 4 diagnosa keperawatan, sedangkan dalam tinjauan kasus penulis hanya
mengangkat 4 diagnosa keperawatan. Karena selama tahap pengkajian penulis tidak
menemukan semua persamaan antara diagnosa dari tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.
Karena itu tidak dialami sepenuhnya oleh pasien yang di kaji oleh penulis.
3. Intervensi
Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan yang sesuai dengan
masalah - masalah yang dihadapi oleh pasien. Dalam melakukan perencanaan ini penulis
tidak menemukan hambatan dan kesulitan dikarenakan semua rencana tindakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang telah disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat
berdasarkan keadaan dan kondisi pasien.
4. Implementasi
Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis melanjutkan kepada
tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan perencanaan
yang berarti. Karena rencana tindakan yang dibuat dapat dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan. Hal ini dapat terlaksana dengan baik dikarenakan adanya kerjasama yang baik
antara perawat, orang terdekat klien, dan tim medis lainnya. Di samping itu juga didukung
oleh sarana dan prasarana yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah
Binjai - Medan.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam tahap ini penulis
mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan mendapat respon dari orang - orang
disekitar pasien. Pasien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan. Meskipun tidak
semua masalah dapat teratasi namun asuhan keperawatan yang diberikan telah banyak
membantu dalam mengatasi masalah pasien.
5.2. Saran
1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan dirinya. Dan
kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma sakura disarankan untuk terus
memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya, pola istirahatnya, dan sebagainya.
2. Kepada perawat yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah
Binjai - Medan. Disarankan untuk lebih teliti dan lebih memperhatikan kondisi pasien. Serta
selalu memantau kondisi pasien. Terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
diharapkan adanya kecermatan dan ketelitian terhadap tindakan yang akan dilakukan.
3. Kepada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan
diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan
dan memenuhi segala perawatan yang dibutuhkan oleh pasien.
4. Kepada institusi, di harapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
referensi buku - buku terbaru tentang askep katarak.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi. Salemba
Medika ; Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html
0
Tambahkan komentar
kumpulanaskep
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
APR
12
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Tn.PDenganGangguan Sistem Penglihatan
Katarakdi Wisma Matahari UPT Pelaksana Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan”.
Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
laporan ini.
Selesainya pembuatan laporan ini tidak langsung terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihakbaik secara langsung ataupun tidak langsung, oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak H. Hasan Basri Nasution SKM. MKes. Selaku ketua Yayasan Akademi
Keperawatan Sehat Binjai.
2. Bapak Ilham Syahputra Siregar, S.Kep, Selaku direktur Akademi Keperawatan
Sehat Binjai.
3. Ibu Leny suarni S,pd.,selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk penulis demi kesempurnaan laporan studi kasus ini.
4. Seluruh staf dosen dan pengajar Akademi Keperawatan Sehat Binjai yang
telah memberikan pengetahuan kepada penulis agar tersusunnya laporan ini.
5. Mahasiswa/I Akademi Keperawataan Sehat Binjai, yang telah banyak
membantu penulis dalam pembuatan laporan ini.
Akhirnya penulis menyerahkan diri kepada Allah SWT semoga ilmu yang penulis dapatkan
bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 4 PEMBAHASAN..........................................................................
4.1 Pengkajian..................................................................................
4.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................
4.3 Intervensi....................................................................................
4.4 Implementasi..............................................................................
4.5 Evaluasi......................................................................................
BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................
5.1 Kesimpulan.................................................................................
5.2 Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan - lahan. Katarak
baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat dua
kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan merupakan
masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang
dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah
penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut
menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah
berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata.
WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara
berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di
negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia
Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr
Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup
orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan proses
penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula
penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8%),
glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata yang
terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh. Dalam keadaan normal jernih dan tembus
cahaya. Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini
sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen
Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena
katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka
tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses
degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari
90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia
75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).
BAB 2
LANDASAN TEORITIS
2.1 Katarak
2.1.1 Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan
secara bertahap (Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang
yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang
terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak
elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan
proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1. Lapisan luar, yang terdiri dari :
- Sclera
- Kornea
2. Lapisan tengah, yang terdiri dari :
- Koroid
- Badan (korpus) siliare
- Iris
3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :
- Retina
- Fundus optic
Lensa
Badan vitreus
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola
mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata. Pergerakan mata yang
terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis pada
masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus
dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat otak
menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah, 2003).
2.1.3 Etiologi Katarak
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia
(Tamsuri, 2008)
2.1.4 Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam.
Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular). Penyebab
katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.
Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan
chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak ini
juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau
akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu
mata lainnya.
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak – bercak
kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya
myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008
2.1.5 Manifestasi Klinis Katarak
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien mengalami
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan
dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu
- abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika
katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
2.1.6 Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea, sehingga
menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga mengganggu
aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).
Darah putih: dibawah 10.000 normal
2.1.9. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser.
Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat
digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ketitik
dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji
derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain,
sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing
penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak adalah
pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang
dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi
perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi
intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang
mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau
mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika
(Suddarth, 2001).
BAB 3
STUDI KASUS
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1 Riwayat klien / Data Biologis
Nama :Tn.P
Alamat :Binjai
Telp :-
Tempat, Tanggal lahir/Umur :Tanjung keliling,4 maret 1932 jenis
kelamin :Laki - Laki
Suku :Jawa
Agama :Islam
Status perkawinan :Duda
Pendidikan :-
Alamat :Binjai
Orang yang paling dekat di hubungi :Anak Kandung
3.1.2. Riwayat Keluarga
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya
mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P dirumah.Anak
perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga kurang memperhatikan
Tn,P istrinya sudah meninggal dunia dikarenakan kelumpuhan. Setelah tinggal di panti sosial
Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang mana mereka bertemu dipanti sosial tersebut dan
mereka pun tinggal bersama di wisma Matahari, tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup
bersama dengan Ny.S hanya sekitar 5 tahun. Karena Tn.P keluarga telah meninggal dunia
pada umur 100 tahun akibat kelumpuhan dan serangan jantung dan Tn,P
keluargadikebumikan di kawasan panti sosial tersebut.
3.1.3. Riwayat Pekerjaan
Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja sebagai
petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi kebutuhannya sehari -
hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup untuk bekerja dikarenakan semakin
meningkatnya usia.
3.1.4. Riwayat Lingkungan Hidup
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari bambu dan atap
dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam rumah terdapat dua kamar. Adapun
jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut adalah 11 orang, yang mana 8 orang adalah
cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan menantu dari An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn.P
adalah Ny. A yang selalu membantu dikala Tn.P mengalami kesulitan.
3.1.5. Riwayat Rekreasi
Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.P hidup dengan rukun bersama
anak - anaknya, Dalam keluargaTn.P tidak mempunyai kegiatan rekreasi.
3.1.6. Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan
Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal jauh.
Ket :
= Laki-laki (meninggal)
= Perempuan (meninggal)
= Pasien
· Telinga
Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa mendengar detak jarum
jam, serumen ada dalam batas normal. Di dalam telinga Tn.P tidak ada keluar cairan maupun
peradangan. Dan Tn.P juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa mendengar dengan baik
dikarenakan usia Tn.P yang semakin bertambah.
· Hidung
Tn.P dapat mencium dengan baik. Didalam hidung tidak terdapat polip dan tidak ada
obstruksi didalam hidung. Dan didalam hidung Tn.P juga tidak ditemukan adanya pendarahan
maupun peradangan.
Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik.
· Mulut
Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat. Gigi Tn.P hanya tinggal 3 batang itu pun
tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat. Tn.P mengalami
perubahan suara. Suara sesak, dan Tn.P mengalami kesulitan menelan.
Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah dikarenakan gigi yang
semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.P
· Leher
Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid. Nyeri tidak ada, dan pada
leher Tn.P juga tidak ditemukan benjolan.
· Payudara
Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya kelainan pada
payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan adanya benjolan dan
pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting susu.
· Pernapasan
Inspeksi : simetris kedua lapangan paru
Perkusi : sonor kedua lapangan paru
Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler kedua lapangan paru
· Kardiovaskuler
Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering mengalami sesak
nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo napacin 1x dalam sehari.
Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi dapat berjalan dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk
dan terdapat perubahan warna kaki pada Tn.P
· Gastrointestinal
Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi. dan Tn.Pjuga
mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun
Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat mencerna makanan dengan baik,
walaupun sedikit demi sedikit.
· Musculoskeletal
Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.P tidak mempunyai masalah
dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri tanpa menggunakan alat bantu seperti
tongkat.
· Sistem saraf pusat
Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan kalau dirinya belum
pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena semakin meningkatnya usia maka
Tn.P mengalami masalah pada memorinya, sehingga Tn.P tidak mampu mengingat semua
masa lalunya.
· Sistem endokrin
Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika diberi respon,
dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut, rambut Tn.P putih dengan uban.
· Integument
Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan karena Tn.P
tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya sering mengalami gatal
- gatal.
· Psikososial
Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga mengaku kalau dia
sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan Tn.P juga mengatakan kalau dia
sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.
S : klien mengatakan
pandangan masih kabur
O : klien tidak bisa bergerak
banyak
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
- Bantu klien untuk
Nyeri b/d luka dimata memenuhi kebutuhan
d/d Wajah meringis perawatan dirinya, mis : ganti
menahan sakit, klien baju, dan berhias setelah
berusaha memegang mandi.
daerah mata. - Secara bertahap libatkan
klien dalam memenuhi
kebutuhan diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan
S : pasien mengatakan pedih
daerah mata
O : pasien meringis menahan
sakit
A : masalah sedikit teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji skala nyeri setiap
hari
- Anjurkan untuk
melaporkan perkembangan
nyeri setiap hari atau segera
saat terjadi peningkatan nyeri
mendadak
- Anjurkan klien untuk
tidak melakukan gerakan tiba
- tiba yang dapat
memprovokasi nyeri
- Ajarkan teknik distraksi
dan relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan
kolaboratif untuk pemberian
analgesic topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan – kesenangan yang penulis jumpai antara
tinjauan teoritis dan tinjauan kasus pada Asuhan Keperawatan Pada Tn.P Dengan Gangguan
Sistem Penglihatan Katarak diWisma Matahari UPT Pelayanan Lanjut Usia dan Balita
Wilayah Binjai - Medan. Selanjutnya penulis akan memaparkan hambatan dan dukungan
dalam melakukan asuhan keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosakeperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Selama pengkajian penulis tidak ada mengalami kesulitan/ hambatan dalam mengumpulkan
data atau informasi, mengenai status kesehatan pasien ataupun data lain tentang penulisan, di
perlukan dalam penyusunan studi kasus ini penulis mendapat bantuan penuh dari pasien,
perawat, dan dokter yang merawat pasien atau tim terkait.
4.3 Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan keperawatan yang
teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah keperawatan di tetapkan sesuai
dengan prioritas masalah maka langkah selanjutnya adalah merumuskan tinjauan berdasarkan
hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang di yang dilakukan perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan tindaakan ini.
Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan kesulitan di
karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan orang -orang
disekitar klien.
4.4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh perawat untuk
dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung adalah pasien mau
bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat oleh perawat.
Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan berpartisipasi aktif
bersama pasien, selama penulis melakukan tindakan keperawatan penulis juga melanjutkan
pengkajian data-data untuk melihat perkembangan pasien selanjutnya.
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap keberhasilan dalam menggunakan
proses keperawatan dalam pelaksanaan tindakan. Dalam tahap ini penulis tidak menemukan
hambatan karna hasil yang diharapkan dapat d lihat dengan jelas semua tindakan keperawatan
yang penulis laksanakan dapat berhasil dengan baik.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan Keperawatan pada
Tn.P dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak Di Wisma Matahari UPT Pelayananan
sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan hambatan dalam
pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Hal ini dikarenakan adanya
kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim medis lainnya.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan
pasien yang di sertai dengan tindakan keperawatan.dalam tinjauan teoritis penulis
menemukan 4 diagnosa keperawatan, sedangkan dalam tinjauan kasus penulis hanya
mengangkat 4 diagnosa keperawatan. Karena selama tahap pengkajian penulis tidak
menemukan semua persamaan antara diagnosa dari tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.
Karena itu tidak dialami sepenuhnya oleh pasien yang di kaji oleh penulis.
3. Intervensi
Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan yang sesuai dengan
masalah - masalah yang dihadapi oleh pasien. Dalam melakukan perencanaan ini penulis
tidak menemukan hambatan dan kesulitan dikarenakan semua rencana tindakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang telah disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat
berdasarkan keadaan dan kondisi pasien.
4. Implementasi
Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis melanjutkan kepada
tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan perencanaan
yang berarti. Karena rencana tindakan yang dibuat dapat dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan. Hal ini dapat terlaksana dengan baik dikarenakan adanya kerjasama yang baik
antara perawat, orang terdekat klien, dan tim medis lainnya. Di samping itu juga didukung
oleh sarana dan prasarana yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah
Binjai - Medan.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam tahap ini penulis
mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan mendapat respon dari orang - orang
disekitar pasien. Pasien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan. Meskipun tidak
semua masalah dapat teratasi namun asuhan keperawatan yang diberikan telah banyak
membantu dalam mengatasi masalah pasien.
5.2. Saran
1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan dirinya. Dan
kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma sakura disarankan untuk terus
memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya, pola istirahatnya, dan sebagainya.
2. Kepada perawat yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah
Binjai - Medan. Disarankan untuk lebih teliti dan lebih memperhatikan kondisi pasien. Serta
selalu memantau kondisi pasien. Terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
diharapkan adanya kecermatan dan ketelitian terhadap tindakan yang akan dilakukan.
3. Kepada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan
diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan
dan memenuhi segala perawatan yang dibutuhkan oleh pasien.
4. Kepada institusi, di harapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
referensi buku - buku terbaru tentang askep katarak.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi. Salemba
Medika ; Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html
0
Tambahkan komentar
2.
APR
12
ASKEP MENINGITIS
I. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Meningitis adalah suatu inflamasi di arachnoid dan piamater pada otak dan spinal cord,
yang disebabkan oleh infeksi pada cairan serebrospinal (Lewis, 2005).
Meningitis adalah suatu inflamasi di piameter , arakhnoid dan subararakhnoid infeksi
biasanya menyebabkan meningitis dan chemical meningitis juga dapat menjadi meningitis
bisa akut atau kronik yang disebabkan karena bakteri,virus, jamur atau parasit. (Lemone.
2004).
Meningitis adalah inflamasi meningen yang juga dapat menyerang arakhonoid dan
subarakhonoid, infeksi menyebar sampai subarakhonoid melalui cairan serebrospinal sekitar
otak dan spinal cord (Joyce M black,2005).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah suatu inflamasi
meningen yang juga dapat menyebar ke arakhonoid dan subarakhonoid pada otak dan spinal
cord, yang disebabkan oleh bakteri , virus jamur atau protozoa.
B.ETIOLOGI
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme tetapi kebanyakan klien dengan
meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi sistemik,
lainnya. Etiologi dapat dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi :
A. Bakteri :haemophilus, influenzae , neisseria meningitidis ,(meningococcal), diplococus
pneunomia (pneumoccal), streptococcus group A, staphylococcus aureus , escherichia coli
,klebsiella,proteus,pseudomonas.
B. Virus: abses otak ,encephalitis ,limfoma leukemia atau darah diruang arakhnoid
,cytomegalovirus ,polyoma virus, herpes simplex dan herpes zoster .
C. Jamur:cryptococcus
C.PATOFISIOLOGI
Otak dilapisi oleh duramater, arakhonoid dan piamater. Cairan Serebrospinal (CSF)
diproduksi oleh fleksus koroid yang berada didasar ventrikel lateral dan diatas ventrikel ke III
dan IV. Setiap hari diproduksi 500-800 ml CSF. Setelah CSF bersirkulasi di otak dan medulla
spinalis, CSF akan direabssorpsi melalui villi arakhonoid, dalam lapisan arakhonoid
meninges. Organisme (bakteri,virus ,jamur dan protozoa) masuk SSP melalui pembuluh
darah dan blood brain barrier ,jalan masuk yang langsung terjadi sebagai akibat dari trauma
,prosedur pembedahan atau abses cerebri /ruptur .otorhea atau rhinorrhea mungkin
disebabkan karena fraktur basis tengkorak bisa mengarah terjadinya meningitis organisme.
Meningitis menyerang mekanisme pertahanan tubuh spesifik dan non spesifik untuk masuk
dan bereplikasi dalam CSF.pertahanan ini meliputi barrier kulit, barrier darah – otak, respon
inflamasi nonspesifik dan respon imun. Infeksi cairan serebrospinal dan meningeal
menyebabkan respon inflamasi pada piamater , arakhnoid dan CSF. Pembuluh darah yg
mengalami inflamasi di dalam area sekitar otak mengeluarkan cairan sebagai respon
permeabilitas sel. Cairan serebrospinal mengalami kekeruhan, terbentuk eksudat. Eksudat
yang purulen menginfiltrasi saraf kranial dan membloks fleksus koroid dan villi arakhnoid.
Eksudat menyebabkan inflamasi dan edema lebih lanjut sel meningeal. Pembesaran
pembuluh darah, eksudat, gangguan aliran CSF dan edema sel meningeal menyebabkan
peningkatan TIK. Dengan peningkatan TIK, maka perfusi serebral menurun dan kehilangan
autoregulasi serebal [LeMone, 2004 ].
D.TANDA DAN GEJALA
Demam, sakit kepala hebat, neusea, muntah dan nuchal rigidity [kaku kuduk ] adalah tanda-
anda utama pada meningitis. Tanda kernig positif , brudzinsky positif,photophobia,penurunan
kesadaran ,dan tanda-tanda peningkatan TIK mungkin juga dapat timbul (Lewis,2005). Klien
dengan meningitis bakteri biasanya mengalami demam .menggigil ,nyeri kepala,nyeri
punggung dan abdomen, mual dan muntah .Iritasi meningel menyebabkan nuchal rigidity
/kaki duduk (LeMone ,2004).
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada meningitis adalah peningkat TIK yang menyebabkan
penurunan kesadaran .Komplikasi lain pada meningitis yaitu disfungsi neurology,disfungsi
saraf kranial (N.C III,IV VII atau VIII ),hemiparesis ,dysphasia dan hemiparesia. Mungkin
juga dapat terjadi syok, gangguan koagulasi, komplikasi septic (bacterial endokarditis) dan
demam yang terus – menerus. Hidrosefalus dapat terjadi jika eksudat menyebabkan adhesi
yang dapat mencegah aliran CSF normal dari ventrikel. DIC (Dimensi Intravascular
Coagulation) adalah komplikasi yang serius pada meningitis yang dapat menyebabkan
kematian (Lewis, 2005)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan daiagnostik yang paling utama untuk mendiagnosa meningitis yaitu analisa CSF
tetapi lumbal pungsi tidak dilakukan bila ada peningkatan TIK, karena bisa menyebabkan
herniasi jaringan otak di medula dan cardiopulmonary arrest. Pada meningitis bakteri tekanan
meningkat, cairan keruh atau berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat,
glukosa menurun, kultur positif beberapa jenis bakteri. Sedangkan pada meningitis virus
tekanan bervariasi, CSF biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein
biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya hanya dengan prosedur
khusus. CIE (Counter Immono Electrophoresis) bisa dilakukan untuk mengidentifikasi
kemungkinan sumber infeksi karena bakteri kultur darah dan urin, tenggorok dan hidung.
Glukosa serum meningkat, LDH serum meningkat (pada meningitis bakteri), sel darah putih
sedikit meningkat dengan peningkatan neutropil (infeksi bakteri), elektrolit darah abnormal,
LED meningkat. CT Scan/MRI dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran atau letak
ventrikel, hematoma daerah serebral, hemoragik atau tumor. EEG mungkin terlihat
gelombang lambat secara vokal atau umum (encephalitis) atau voltasenya meningkat (abses).
Rontgen dada, kepala dan sinus mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi
intrakranial.
G. PENATALAKSANAAN MEDIK
Keefektifan pengobatan tergantung pada pemberian dini antibiotik yang mampu menembus
barier blood – brain ke dalam lapisan subarakhnoid. Antibiotik penicillin (ampisillin,
piperasillin) atau salah satu chepalosporin (ceftriaxone sodium, cefotaxim sodium) dapat
digunakan. Vacomyan hydrocloride tunggal atau kombinasi dengan rifampisin juga dapat
digunakan jika bakteri telah teridentifikasi. Antibiotik dosis tinggi diberikan secara intravena.
Dexametason dapat diberikan sebagai terapi tambahan pada meningitis akut dan meningitis
pneumococcus. Dexametasone dapat diberikan bersamaan dengan antibiotik untuk
mensupresi inflamasi dan mengefektifkan pengobatan pada orang dewasa serta tidak
meningkatkan resiko perdarahan gastrointestinal.
Dehidrasi dan syok dapat diatasi dengan penambahan volume cairan. Seizure yang terjadi
pada tahap awal penyakit dapat dikontrol dengan phenitoin/dilantin (Lewis, 2005).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan untuk klien dengan meningitis mencakup: Perubahan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan peningkatan TIK atau edema serebral, Resiko terjadinya
penyebaran infeksi berhubungan dengan penekanan respon inflamasi (akibat obat), status
cairan tubuh, Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi/inflamasi, toksin dalam
sirkulasi, inefektif manajemen terapeutik berhubungan dengan berbagai kondisi yang dialami
yang ditandai oleh masalah sensorik dan motorik, keterbatasan aktifitas, Hipertermia
berhubungan dengan infeksi dan gangguan regulasi temperatur pada hipotalamus karena
peningkatan TIK ditandai peningkatan suhu.
C. PERENCANAAN
Perencanaan dibuat untuk menetapkan tujuan, criteria hasil dan perawatan pada klien dengan
meningitis. Adapun dalam menetapkan tujuan harus spesifik, nyata dan dapat dilakukan dan
mempunyai criteria waktu dan menetapkan criteria hasil, serta merencanakan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan. Adapun prinsip dari perencanaan bertujuan:
mengembalikan fungsi saraf secara optimal, mengatasi infeksi, mengurangi rasa nyeri dan
ketidak nyamanan.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah
ditentukan secara umum. Intervensi yang dapat dilakukan pada klien meningitis adalah: kaji
status neurology, monitor tanda-tanda vital, mengkaji adanya komplikasi, hindari fleksi leher,
kaji kepatenan dan fungsi jalan nafas, peningkatan kesehatan, pencegahan infeksi pernafasan
melalui vaksinasi pneumococcal pneumonia dan influenza dengan dibantu oleh perawat,
monitor intake dan out put, kolaborasi dengan medis, membantu memenuhi kebutuhan klien,
memberi support kepada klien dan keluarga.
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dipakai sebagai alat ukur
keberhasilan dari rencana keperawatan didalam memenuhi kebutuhan klien.
Pada perawatan klien dengan meningitis hasil yang diharapkan adalah: perfusi jaringan
serebral adekuat, meningkatnya tingkat kesadaran, tubuh dipertahankan normal (36 –
37,2°C), nyeri berkurang/hilang, melaksanakan program terapi, terhindari dari komplikasi
meningitis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
0
Tambahkan komentar
Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.