Você está na página 1de 37

LAPORAN KASUS

GIZI BURUK

Pembimbing :
dr. Erman, Sp.A

Disusun Oleh :
Abdul Kadir
61115098

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM


KKS SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD EMBUNG FATIMAH
KOTA BATAM
MEI2017

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat,serta karunia Nya, sehingga laporan
kasus yang berjudul “Gizi Buruk” ini dapat diselesaikan.

Adapun tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk menambah


pengetahuan mahasiswa koass bagian ilmu kesehatan anak mengenai Gizi Buruk,
yang mana penyakit ini memiliki prevalensi tinggi dalam angka kejadiannya. Dengan
laporan kasus ini juga diharapkan mahasiswa dapat mendiagnosis, menatalaksana dan
mencegah kejadian Gizi Buruk.

Laporan kasus ini juga merupakan tugas penulis sebagai mahasiswa koass
dalam menjalani kepaniteraan klinik senior pada bagian ilmu kesehatan anak di
Rumah Sakit Embung Fatimah kota Batam.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Erman
Sp.A selaku pembimbing dalam penulisan laporan kasus ini dan penulis juga
berterimakasih yang sebesar - besarnya kepada orang tua yang telah membimbing
serta membantu penulis selama ini, serta kepada teman-teman yang telah membantu
selama ini.

Mengingat keterbatasan pengetahuan serta pengalaman, penulis banyak


kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar laporan kasus ini dapat sempurna di kemudian
hari. Semoga bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sumbangan pikiran
untuk perkembangan pendidikan khususnya pendidikan kedokteran. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.

Batam, Mei 2017

2
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama penderita : By.DF


RM : 17****
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 15 Febuari 2017
Umur : 1,5 bulan
Agama : Islam
Suku :-
Kiriman dari : UGD
Tanggal dirawat : 01 April 2017

Nama ayah : Tn. YC


Umur : 30 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Rempang cate galang

Nama Ibu : Ny. SR


Umur : 24 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Rempang cate galang

3
B. ANAMNESIS
1. Alloanamnesis diberikan oleh : Ibu dan Ayah Pasien
2. Keluhan Utama : Demam 3 hari
3. Riwayat Penyakit sekarang
Seorang bayi perempuan by.DF, umur 1,5 bulan,datang ke UGD

RSUD Embung Fatimah Kota Batam pada tanggal 1 April 2017 dengan

keluhan utama demam 3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan

naik turun tanpa disertai dengan kejang, demam meningkat terutama di

malam hari, dan turun di siang hari. Tidak mau minum sejak 2 hari yang lalu.

Di sertai dengan mencret sejak 3 hari dengan durasi lebih dari 5 kali

konsistensinya air dan disertai sedikit ampas, berlendir dan berbau. Batuk

kering tanpa disertai dengan dahak dan pilek 3 hari secret berwarna putih

kehijauan. Bayi tampak sesak, dan lemas. BB saat lahir 2500, BB sekarang

2100.

Tidak terdapat penyakit yang terdahulu seperti kejang demam (-),

demam thypoid (-), DHF (-) TB Paru (-), campak (-).

4. Penyakit Keluarga

Penyakit diabetes mellitus, penyakit asma, jantung, ginjal, TB

disangkal oleh orang tua. Hipertensi pada ayah

5. Riwayat Kehamilan / Kelahiran

Riwayat Kehamilan/Kelahiran:

4
Kehamilan Morbiditas kehamilan Normal

Kelahiran Tempat persalinan Puskesmas


Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Normal
Masa gestasi 9 bulan (Aterm)
Keadaan bayi Berat bayi lahir 2500gram
Panjang badan lahir 48 cm
Langsung menangis
Kulit kemerahan

Kesimpulan riwayat kehamilan baik

6. Riwayat Makanan :

Sejak lahir hingga usia 1,5 bulan penderita hanya mendapat ASI dan

PASI.

Riwayat Imunisasi:

BCG : (+)

DPT : (+)

Hepatitis : (+)

Polio : (+)

7. Riwayat Tumbuh Kembang

5
Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi, bayi sudah mulai bias

mengoceh, mulai menopang kepala, serta bisa tengkurap.


8. Riwayat Sosial, Ekonomi, dan lingkungan
Pasien merupakan anak pertama dan tinggal bersama kedua orang

tuanya. Ibu pasien biasanya menggunakan air pam untuk memasak dan

mencuci. Minum biasanya dari air galon.


C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum
Kesan : Tampak lemah, sakit sedangkurus, rewel,
Kesadaran : compos mentis, aktif
2. Tanda-tanda Vital
Nadi : 150 x / menit
Suhu tubuh : 39,0º C
Pernapasan : 40x/ menit
3. Status Antropometri
Umur : 1,5 bulan
Berat badan : 2100 g
Tinggi Badan : 48 cm

4. Status generalis
Kepala
Kepala : Normocephali, UUB cekung.
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), cekung (+/+),
Hidung : Pernafasan Cuping Hidung (-/-), secret (-/-), deviasi septum
(-), epistaksis (-)

6
Mulut : Bibir kering (+), stomatitis (-) Lidah kotor (-),gusi
berdarah (-)
Leher
Kaku kuduk (-) Pembesaran Kelenjar (-), Nyeri Tekan (-).
Dada
Dinding dada / paru- paru
Inspeksi : Simetris dextra-sinistra, Bentuk dan pergerakan
simetris dextra=sinistra , retraksi(-)
Palpasi : Vocal Fremitus (tidak dilakukan pemeriksaan)
Perkusi : Sonor pada semua lapang paru
Auskultasi :Suara nafas vesikular (+), Ronchi (-/-),wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : Batas jantung dalam batasan normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal reguler, murmur (-),
gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Cembung(+), Perut kembung (-), Hernia umbilical (-),
Palpasi : Massa tumor (-), Nyeri Tekan (-), Soepel (+)
Hepatomegali (-) dan Splenomegali (-).
Turgor melambat (+)
Perkusi : Timpani, Asites (-), Distensi (+)

7
Auskultasi : Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, CRT <2 detik,

D. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi tanggal 1 April 2017

Hasil Satuan Nilai Rujukan


Haemoglobin 11,6 gr/dl 11-16
Lekosit 44,700 /ul 5.700-18.000
Hematokrit 33 % 31-45
Eritrosit 4,0 juta/ul 3,8-6,1
Trombosit 590 ribu/ul 150.000-450.000
MCV 81,5 Fl 80,0-97,4
MCH 28,5 Pg 26,5-33,9
MCHC 34,9 g/dl 31,5-35,4
Limfosit 15 % 17-48
Monosit 4 % 4-10
Glukosa Sewaktu 80 mg/dl <200

E. DIGANOSIS KERJA
Observasi febris, Dehidrasi
F. DIAGNOSIS BANDING
Dehidrasi sedang – berat
Sepsis
G. PENATALAKSAAN AWAL
 O2 Sungkup 5 L
 IUFD Ranger Laktat
 IUFD DS10% 200 CC / 24 Jam

8
 Injeksi Cefotaxim 2x100 mg
 Injeksi Rantidine 2 x 4 mg
 P.o paracetamol drop 4 x 30 m
H. RENCANA KERJA
 Cek DL
 GDS
 Feses
 Elektrolit
 CRP
 Urine lengkap
 SGOT & SGPT

I. FOLLOW UP

FOLLOW UP PASIEN DI RUANG ANYELIR

1. Hari 1 perawatan (tanggal 1 April 2017)


Keadaan umum pasien demam sudah berkurang. Disertai batuk dan

pilek sejak 3 hari yang lalu, mencret 3 hari dengan durasi lebih dari 5 kali.

Kesadaran kompos mentis. Tidak terdapat mual dan muntah. BAB (+), BAK

(+). Berat badan pasien 2100 kg. Tanda-tanda vital HR: 121 x/menit, RR 39

x/menit, T 36,8oC. Diet ASI/Formula 8 x 5cc.


Terapi: O2 Nasal Canule 2L
IVFD DS 10% NS200cc/24jam
Injeksi Meropenem 3x50 mg
Injeksi Ranitidine 2x4 mg
Po : paracetamol drop 4x30
Program: Observasi
2. Hari 2 perawatan (tanggal 2 April 2017)
Keadaan umum pasien demam sudah berkurang. Sesak berkurang.

Kesadaran kompos mentis. Tidak terdapat mual dan muntah. BAB (+), BAK

(+). Berat badan pasien 2100 kg. Tanda-tanda vital HR: 120 x/menit, RR 40

x/menit, T 36,8oC. Diet ASI/Formula 8x15cc.


Terapi : O2 Nasal Canule 5 LPM

9
IVFD DS 10% NS200cc/24jam
Injeksi Meropenem 3x50 mg
Injeksi Ranitidine 2x4 mg
Po : paracetamol drop 4x30
Program: Observasi
Cek GDS dan Elektrolit

3. Hari 3 perawatan (tanggal 3 April 2017)


Keadaan umum pasien demam sudah berkurang. Sesak sudah

berkurang, Lemas (+). Kesadaran kompos mentis. Tidak terdapat mual dan

muntah. BAB (+), BAK (+). Berat badan pasien 2100 kg. Tanda-tanda vital

HR: 110 x/menit, RR 38 x/menit, T 36,6 oC. Diet ASI/Formula 8x20cc

mencoba oral.
Terapi : O2 Nasal Canule 5LPM

IVFD DS 10% NS200cc

KCL 4 cc 24 jam

NaCl 3%

Injeksi Meropenem 3x50 mg

Injeksi Ranitidine 2x4 mg


Po : paracetamol drop 4x30
Program: Observasi
Cek albumin
Darah Rutin
GDS

Hasil Satuan Nilai Rujukan


Haemoglobin 10,8 gr/dl 11-16
Lekosit 21,600 /ul 5.700-18.000
Hematokrit 31 % 31-45

10
Eritrosit 4,0 juta/ul 3,8-6,1
Trombosit 486 ribu/ul 150.000-450.000
MCV 76 Fl 80,0-97,4
MCH 27 Pg 26,5-33,9
MCHC 35 g/dl 31,5-35,4
Limfosit 15 % 17-48
Monosit 4 % 4-10
Glukosa Sewaktu 107 mg/dl <200
Natrium 128 Mmol/L 136-145
Kalium 2,5 Mmol/L 3,5-5,1
Clorida 103 Mmol/L 98-107

4. Hari 4 perawatan (tanggal 4 April 2017)

Keadaan umum pasien anak sangat rewel dan menangis terus

sehingga sulit tidur.. BAB (+), BAK (+) dalam keadaan normal. Berat badan

pasien 2100 kg. Tanda-tanda vital HR: 132 x/menit, RR 56 x/menit, T 37,1 oC.

Diet ASI/Formula 8 x 20cc.


Terapi : O2 Nasal Canule 5LPM

IVFD DS 10% NS200cc

KCL 4 cc 24 jam

NaCl 3%

Injeksi Meropenem 3x50 mg

Injeksi Ranitidine 2x4 mg


Po : paracetamol drop 4x30
Program: O2 coba off
5. Hari 5 perawatan (tanggal 5 April 2017)

11
Keadaan umum pasien anak sangat rewel dan menangis terus

sehingga sulit tidur. Sudah mau menghisap kompeng dan puting susu dan

sudah kencang. BAB (+), BAK (+) dalam keadaan normal. Berat badan pasien

2100 kg. Tanda-tanda vital HR: 138 x/menit, RR 52 x/menit, T 36,4 oC. Diet

ASI/Formula 8 x 25cc.
Terapi : O2 Nasal Canule 5LPM

IVFD DS 10% NS200cc

KCL 4 cc 24 jam

NaCl 3%

Injeksi Meropenem 3x50 mg

Injeksi Ranitidine 2x4 mg


Po : paracetamol drop 4x30

Program : Cek Elektrolit

6. Hari 6 perawatan (tanggal 6 April 2017)

Keadaan umum pasien anak sangat rewel dan menangis terus

sehingga sulit tidur. Perut kembung (+), BAB (+) kuning dan lembek, BAK

(+). Berat badan pasien 2100 kg. Tanda-tanda vital HR: 142 x/menit, RR 52

x/menit, T 35,8oC. Diet ASI/Formula 4 x 5cc.


Terapi : IVFD D5 ¼ NS 300cc per 24 jam

Injeksi Meropenem 3x50 mg

Injeksi Ranitidine 2x4 mg


Po : paracetamol drop 4x30

Program : Observasi

12
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Natrium 132 Mmol/L 136-145
Kalium 4,8 Mmol/L 3,5-5,1
Clorida 101 Mmol/L 98-107

7. Hari 7 perawatan (tanggal 7 April 2017)

Keadaan umum pasien anak tidak rewel dan menangis, sudah mau

minum. Perut kembung (+), BAB (+) kuning dan lembek, BAK (+). Berat

badan pasien 2100 kg. Tanda-tanda vital HR: 132 x/menit, RR 48 x/menit, T

36,2oC. Diet ASI/Formula 8 x 15cc.


Terapi : IVFD D5 ¼ NS 240cc per 24 jam

Injeksi Meropenem 3x50 mg

Injeksi Ranitidine 2x4 mg


Po : paracetamol drop 4x30

Program : Observasi

8. Hari 8 perawatan (tanggal 8 April 2017)

Keadaan umum pasien demam (+) subfebris. Kesadaran kompos

mentis. Tidak terdapat mual dan muntah. BAB (+), BAK (+) dalam keadaan

normal. Berat badan pasien 2100 kg. Tanda-tanda vital HR: 120 x/menit, RR

37 x/menit, T 37,4oC. Diet ASI/Formula 8 x 20cc.

13
Terapi : : IVFD D5 ¼ NS 240cc per 24 jam

Injeksi Meropenem 3x50 mg

Injeksi Ranitidine 2x4 mg


Po : paracetamol drop 4x30

Program : Observasi

9. Hari 9 perawatan (tanggal 9 April 2017)

Keadaan umum pasien sudah tidak demam. Minum sudah lancer.

Kesadaran kompos mentis. Tidak terdapat mual dan muntah. BAB (+), BAK

(+) dalam keadaan normal. Berat badan pasien 2100 kg. Tanda-tanda vital

HR: 120 x/menit, RR 37 x/menit, T 37,4oC. Diet ASI/Formula 8 x 20cc.


Terapi : : IVFD D5 ¼ NS 240cc per 24 jam

Injeksi Meropenem 3x50 mg

Injeksi Ranitidine 2x4 mg


Po : paracetamol drop 4x30

Program : Observasi

Senin konsul Kardiologi

10. Hari 10 perawatan (tanggal 10 April 2017)


Keadaan umum pasien sudah tidak demam. Minum sudah lancar.

Kesadaran kompos mentis. Tidak terdapat mual dan muntah. BAB (+), BAK

(+) dalam keadaan normal. Berat badan pasien 2100 kg. Tanda-tanda vital

HR: 130 x/menit, RR 44 x/menit, T 36,6oC. Diet ASI/Formula 8 x 30cc.


Terapi : : IVFD D5 ¼ NS 240cc per 24 jam

Injeksi Meropenem 3x50 mg

14
Injeksi Ranitidine 2x4 mg
Po : paracetamol drop 4x30

Program : Observasi

11. Hari 11 perawatan (tanggal 11 April 2017)

Keadaan umum pasien sudah tidak demam. Minum sudah lancar.

Kesadaran kompos mentis. Tidak terdapat mual dan muntah. BAB (+), BAK

(+) dalam keadaan normal. Berat badan pasien 2100 kg. Tanda-tanda vital

HR: 164 x/menit, RR 42 x/menit, T 37,3oC. Diet ASI/Formula 8 x 30cc.


Terapi : : IVFD D5 ¼ NS 240cc per 24 jam

Injeksi Meropenem 3x50 mg

Injeksi Ranitidine 2x4 mg


Po : paracetamol drop 4x30

Program : BLPL

Obat pulang : Zamel 1 x 0,5 ml

Paracetamol 4 x 0,3 ml

Ferum 1 x 0,6 ml

J. PROGNOSIS
- Ad vitam : Dubia
- Ad Functionam : Dubia
- Ad Sanationam : Ad Malam

K. RESUME

Pada allo anamnesis terhadap ibu pasien laki-laki umur 1,5 bulan, datang ke

UGD RSUD Embung Fatimah Kota Batam tanggal 1 April 2017 dengan keluhan

15
utama demam 3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan naik turun. Tidak

mau minum sejak 2 hari yang lalu. Di sertai dengan mencret sejak 3 hari dengan

durasi lebih dari 5 kali. Batuk dan pilek 3 hari. Bayi tampak sesak, kurus dan lemas.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tampak kurus, rewel dan lemas. Kesadaran

: compos mentis, berat badan lahir : 2500 kg, berat badan sekarang : 2100 kg. tanda-

tanda vital suhu tubuh : 36,5ᵒC, nadi : 150 x/menit, pernafasan : 48x/menit. Pada

status generalis: Kepala : normochephali, ubun-ubun datar. Rambut :hitam tidak

mudah dicabut. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung (+/+).

Hidung : Pernafasan Cuping, Hidung (-/-), secret (-/-), deviasi septum (-), epistaksis

(-). Mulut : Bibir kering (+), stomatitis (-). Lidah : Kotor (-), hiperemis (-).Abdomen,

turgor melambat (+) perut cembung (+) pada palpasi tidak didapatkan pembesaran

hepar dan lien, nyeri tekan (-), Hernia umbilikalis (-). Ekstremitas: akral hangat, tidak

ada edema, CRT <2 detik.

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik darah didapatkan Hb 11,6 gr/dl, Lekosit

44,700 /ul, Hematokrit 33 %, Eritrosit 4,0 juta/ul, Trombosit 590 ribu/ul, GDS 80

mg/dl. Selama perawatan penderita mendapat asupan nutrisi yang dinaikan secara

bertahap, dan antibiotik. Toleransi penderita terhadap asupan nutrisi serta pengobatan

yang dilakukan cukup baik dan terdapat perbaikan yang ditandai dengan sudah tidak

demam dan sudah mau minum.

L. DISKUSI

Pada kasus ini diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dengan keluhan

demam sejak 3 hari yang lalu di sertai dengan mencret 3 kali durasi lebih dari 5 kali

16
serta turgor sejalan dengan teori bahwa kurang energi dan protein dalam tubuh dapat

menyebabkan energi menurun sehingga cadangan protein otot terpakai secara terus

menerus untuk memperoleh asam amino menyebabkan perbandingan asam amino

yang berbeda dengan protein jaringan menjadikan salah satu jenis asam amino rendah

konsentrasinya lalu asam amino tidak berguna bagi sel dan tubuh mengalami

kehilangan energi secara terus menerus sehingga otot-otot melemah dan menciut lalu

terjadi gangguan integritas kulit.

Manifestasi klinis lainnya didapatkan pula penurunan BB ini sejalan dengan

teori bahwa penurunan jumlah protein dalam tubuh menyebabkan terjadinya

perubahan biokimia dalam tubuh sehingga terjadi gangguan absorbsi dan trasnportasi

zat-zat gizi menyebabkan pengambilan energi selain dari protein dari otot juga maka

terjadi penyusutan otot menyebabkan penurunan BB.

Selain itu di pada hasil laboratorium didapatkan Lekosit 44,700 /ul yang

memungkinkan terjadinya infeksi karena jika penurunan jumlah protein dalam tubuh

menyebabkan terjadinya perubahan biokimia dalam tubuh sehingga produksi albumin

dalam hepar rendah dan ini kan bisa menyebabkan gangguan pembentukan lemak

atau lipoprotein dari hati sehingga terjadi penurunan detoksifikasi hati dan

menjadikan kondisi ini resiko tinggi terkena infeksi.

17
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Menurut WHO adalah terdapatnya edema pada kedua kaki atau adanya severe wasting (BB/TB < 70% atau < -3 SD), atau

ada gejala klinis gizi buruk (kwasiorkor, marasmus, atau marasmik-kwashiorkor).1

Klinis Antropometri
Gizi Buruk Tampak sangat kurus dan atau edema pada < -3 SD **)
kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
Gizi Kurang Tampak Kurus -3 SD - < -2 SD
Gizi Baik Tampak Sehat -2 SD -2 SD
Gizi Lebih Tampak Gemuk >2 SD
2. KLASIFIKASI DAN KLINIS 1,2,3,4

18
Pada umumnya pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode Z–
Score, anak dengan Z – Score stunning, wasting, underweight<-2 SD.Sedangkan
anak yang memiliki Z-Score -3 SD termasuk malnutrisi berat.5

3. PREVALENSI 6

4. MEKANISME TERJADINYA GIZI BURUK

Interaksi antara faktor-faktor keberadaan zat gizi (faktor penyebab),


cadangan zat gizi dalam tubuh, penyakit infeksi, infestasi cacing, aktifitas
(faktor penjamu), pantangan, cara pengolahan (faktor lingkungan) sangat
penting dipertahankan dalam keadaan seimbang dan optimal. Bila
keseimbangan ini tidak terjaga maka akan terjadi perubahan dalam tubuh,
yakni terjadinya pemakaian cadangan zat gizi yang tersimpan dalam tubuh.
Bila hal ini berlangsung lama maka berangsur-angsur cadangan tubuh
akan berkurang dan akhirnya akan habis. Maka untuk keperluan metabolisme
dalam mempertahankan metabolisme kehidupan sehari-hari, mulailah terjadi
mobilisasi zat-zat gizi yang berasal dari jaringan tubuh. Sebagai akibat hal
tersebut, tubuh akan mengalami penyusutan jaringan tubuh, kelainan
metabolisme oleh karena kekurangan zat-zat gizi, kelainan fungsional, dan
akhirnya kerusakan organ tubuh dengan segala keluhan, gejala-gejala dan
tanda-tanda yang timbul sesuai dengan jenis zat gizi yang menjadi pangkal
penyebabnya, bila protein penyebabnya akan terjadi kwasiorkor, bila energi
penyebanya akan terjadi marasmus atau keduanya sebagai penyebab akan
terjadi marasmus kwasiorkor.

19
Dimulai dengan perubahan yang paling ringan sampai berat, dimulai
hanya dengan kekurangan cadangan zat gizi (belum ada perubahan biokemik
dan fisiologi), kelainan gizi potensial (sudah ada perubahan biokemik dan
fisiologi), kelainan gizi laten (gejala, dan tanda klinis masih terbatas dan
belum khas) sampai terjadi kelainan gizi klinik (gejala, dan tanda klinis khas
dan jelas).7
5. DIAGNOSIS

Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran


antropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila:
- BB/TB < -3 SD atau <70% dari median (marasmus)
- Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor:
BB/TB >-3SD ataumarasmik-kwashiorkor: BB/TB <-3SD
Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis
berupa anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak
mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan,
pantat dan paha; tulang iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya edema
(lihat gambar). Anak-anak dengan BB/U < 60% belum tentu gizi buruk,
karena mungkin anak tersebut pendek, sehingga tidak terlihat sangat kurus.
Anak seperti itu tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, kecuali jika
ditemukan penyakit lain yang berat.1

6. PENILAIAN AWAL ANAK GIZI BURUK


Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Anamnesis terdiri dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan.1,2,3

Anamnesis awal (untuk kedaruratan):

- Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan
- Diare (encer/darah/lendir)
- Kapan terakhir berkemih
- Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.
Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami
dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segera.1,2,3

20
Anamnesis lanjutan
Untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya, dilakukan
setelah kedaruratan ditangani:
- Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit
- Riwayat pemberian ASI
- Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir
- Hilangnya nafsu makan
- Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru
- Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
- Batuk kronik
- Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung
- Berat badan lahir
- Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain
- Riwayat imunisasi
- Apakah ditimbang setiap bulan
- Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)
- Diketahui atau tersangka infeksi HIV.1,2,3
Pemeriksaan fisis
- Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua
punggung kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB
- Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati
menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).
- Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat,
nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun.
- Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu aksilar <
35.5°C).
- Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung
- Sangat pucat
- Pembesaran hati dan ikterus
- Adakah perut kembung,
- Bising usus melemah/meninggi,
- Tanda asites, atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air
(abdominal splash)1,2,3

7. PENANGANAN DAN PENCEGAHAN

Pengobatan terhadap gizi buruk adalah ditujukan untuk menambah zat


gizi yang kurang, namun dalam prosesnya memerlukan waktu dan harus

21
secara bertahap, oleh karenanya harus di rawat inap di rumah sakit. Secara
garis besar penanganannya adalah sebagai berikut : 7

- Pada tahap awal harus diberikan cairan intra vena, selanjutnya dengan
parenteral dengan bertahap, dan pada tahap akhir dengan diet tinggi
kalori dan tinggi protein

- Komplikasi penyakit penyerta seperti infeksi, anemia, dehidrasi dan


defiseiensi vitamin diberikan secara bersamaan.

- Penanganan terhadap perkembangan mental anak melalui terapi


tumbuh kembang anak.

- Penanganan kepada keluarga, melalui petunjuk terapi gizi kepada ibu


karena sangat penting pada saat akan keluar rumah sakit akan
mempengaruhi keberhasilan penanganan di rumah.

Adapun penanganan gizi buruk yang terdiri atas sepuluh langkah:1,8

1. Hipoglikemia1

22
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar
gula darah < 3 mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi
buruk harus diberi makan atau larutan glukosa/gula pasir 10% segera
setelah masuk rumah sakit (lihat bawah). Pemberian makan yang
sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk.
Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa
kadar guladarah, maka semua anak gizi buruk harus dianggap
menderita hipoglikemiadan segera ditangani sesuai panduan.
Tatalaksana
- Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila
penyediaannyamemungkinkan.
- Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan
50 ml. larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung
gula dalam 50 mlair) secara oral atau melalui NGT.
- Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam, siang dan malam
selamaminimal dua hari.
- Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar
jadwalpemberian F-75.
- Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10%
secaraintravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan
glukosa/larutangula pasir 50 ml dengan NGT.
- Beri antibiotik.

Pemantauan
- Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar
gula darahsetelah 30 menit.
- Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi
pemberianlarutan glukosa atau gula 10%.

- Jika suhu rektal < 35.5° C atau bila kesadaran memburuk,


mungkinhipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi

23
pengukuran kadar guladarah dan tangani sesuai keadaan
(hipotermia dan hipoglikemia).
2. Hipotermia
Diagnosis: Suhu aksilar <35°C.
Tatalaksana
- Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih
dulu).
- Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup
denganselimut hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah
langsung kepadaanak) atau lampu di dekatnya, atau letakkan
anak langsung pada dadaatau perut ibunya (dari kulit ke kulit:
metode kanguru). Bila menggunakan lampu listrik, letakkan
lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak.
- Beri antibiotik sesuai pedoman.
Pemantauan
- Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu
meningkatmenjadi36.5° C atau lebih. Jika digunakan pemanas,
ukur suhu tiap setengah jam.Hentikan pemanasan bila suhu
mencapai 36.5° C.
- Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut,
terutama padamalam hari
- Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia

Pencegahan
- Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal
yang bebasangin dan pastikan anak selalu tertutup
pakaian/selimut
- Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga agar anak dan
tempat tidurtetap Kering

24
- Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu
dansetelah mandi,atau selama pemeriksaan medis)
- Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanya agar tetap
hangat, terutama di malam hari
- Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai
sesegera mungkin,sepanjang hari, siang danmalam.
3. Dehidrasi
Diagnosis
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan
estimasi yangberlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak
dengan gizi buruk.Hal ini disebabkan oleh sulitnya menentukan status
dehidrasi secara tepatpada anak dengan gizi buruk, hanya dengan
menggunakan gejala klinissaja. Anak gizi buruk dengan diare cair, bila
gejala dehidrasi tidak jelas,anggap dehidrasi ringan.
Tatalaksana
- Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus
dehidrasi beratdengan syok.
- Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih
lambatDibandingjika melakukan rehidrasi pada anak dengan
gizi baik.
- beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
- setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-
seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam
selama 10 jam. Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak
anak mau, volume tinjayang keluar dan apakah anak muntah.
- Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam.
- Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia <
1 th: 50-100ml setiap buang air besar, usia ≥ 1 th: 100-200 ml
setiap buang air besar.

25
Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan
Cu, makadapat diberikan makanan yang merupakan sumber mineral
tersebut.Dapatpula diberikan MgSO4 40% IM 1 x/hari dengan dosis
0.3 ml/kg BB,maksimum 2 ml/hari.

26
Pemantauan

27
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis
setiap setengah jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam
sampai 10 jam berikutnya. Waspada terhadap gejala kelebihan
cairan, yang sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan gagal
jantung dan kematian.
Periksalah:
• frekuensi napas
• frekuensi nadi
• frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
• frekuensi buang air besar dan muntah

Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan


berkurang dan mulai ada diuresis. Kembalinya air mata, mulut
basah; cekung mata dan fontanel berkurang serta turgor kulit
membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi
buruk seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut walaupun
rehidrasi penuh telah terjadi, sehingga sangat penting untuk
memantau berat badan.
Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas
meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan
pemberian cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang
setelah 1 jam.

4. Gangguan keseimbangan elektrolit

Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium


dan magnesiumyang mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau
lebih untuk memperbaikinya.Terdapat kelebihan natrium total dalam
tubuh, walaupun kadar natrium serummungkin rendah. Edema dapat
diakibatkan oleh keadaan ini.Jangan obatiedema dengan diuretikum.

Tatalaksana

28
Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan
Magnesium,yang sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix
yang ditambahkan kedalam F-75, F-100 atau ReSoMal. Gunakan
larutan ReSoMal untuk rehidrasiSiapkan makanan tanpa
menambahkan garam (NaCl).
5. Infeksi
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti
demam,seringkali tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal
yang sering terjadi.Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi
buruk mengalami infeksisaat mereka datang ke rumah sakit dan segera
tangani dengan antibiotik.Hipoglikemia dan hipotermia merupakan
tanda infeksi berat.
Tatalaksana
Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:
- Antibiotik spektrum luas
- Vaksin campak jika anak berumur ≥ 6 bulan dan belum
pernahmendapatkannya,atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah
pernahdiberi vaksinsebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika
anaksyok.
- Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri
Kotrimoksazolper oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap
12 jam selama 5 hari
- Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak
terlihatLetargisatau tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri:
Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari),
dilanjutkan dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8
jam selama 5 hari) ATAU, jika tidak tersedia amoksisilin,
beri Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama 5

29
hari) sehingga total selama 7 hari, DITAMBAH: Gentamisin
(7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.

Catatan: Jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian gentamisin dosis


ke-2sampai ada diuresis untuk mencegah efek
samping/toksik gentamisinJika anak tidak membaik dalam
waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol(25 mg/kgBB
IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.

Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk


memastikan dan obatidengan Kloramfenikol (25 mg/kg
setiap 6 jam) selama 10 hari.

Jika ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia,


tuberkulosis,malaria, disentri, infeksi kulit atau jaringan
lunak), beri antibiotik yang sesuai.Beri obat antimalaria bila
pada apusan darah tepi ditemukan parasit malaria.Walaupun
tuberkulosis merupakan penyakit yang umum terdapat, obat
antituberkulosis hanya diberikan bila anak terbukti atau
sangat diduga menderitatuberkulosis.

Pengobatan terhadap parasit cacing

Jika terdapat bukti adanya infestasi cacing, beri mebendazol (100


mg/kgBB) selama 3 hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri
mebendazol setelah 7 hari perawatan, walaupun belum terbukti adanya
infestasi cacing.

Pemantauan

30
Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas,
lanjutkanpengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh.Jika nafsu
makan belummembaik, lakukan penilaian ulang menyeluruh pada
anak.

6. Defisiensi zat gizi mikro

Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan


mineral.Meskipunsering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada
fase awal, tetapi tunggusampai anak mempunyai nafsu makan yang
baik dan mulai bertambah beratbadannya (biasanya pada minggu
kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zatbesi dapat memperparah
infeksi.

Tatalaksana

Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:

- Multivitamin
- Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1
mg/hari)
- Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
- Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
- Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik
(mulai fase rehabilitasi). Vitamin A: diberikan secara
oral pada hari ke 1

7. Pemberian makan awal (Initial refeeding)


Pada fase awal, pemberian makan (formula) harus diberikan
secara hati-hati sebab keadaan fisiologis anak masih rapuh.

31
Tatalaksana
Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal adalah:
• Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah
osmolaritasmaupun rendah laktosa
• Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari
penggunaan parenteral
• Energi: 100 kkal/kgBB/hari
• Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari
• Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri
100ml/kgBB/hari)

• Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi


pastikan bahwa jumlah F-75 yang ditentukan harus
dipenuhi.

Pada anak dengan nafsu makan baik dan tanpa edema, jadwal
di atas dapatdipercepat menjadi 2-3 hari.Formula awal F-75 sesuai
resep (halaman 209) dan jadwal makan dibuat untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi pada fase stabilisasi.Pada F-75 yang berbahan
serealia, sebagian gula diganti dengan tepungberas atau maizena
sehingga lebih menguntungkan karena mempunyaiosmolaritas yang
lebih rendah, tetapi perlu dimasak dulu. Formula ini baikbagi anak gizi
buruk dengan diare persisten.Terdapat 2 macam tabel petunjuk

32
pemberian F-75 yaitu untuk gizi buruktanpa edema dan dengan edema
berat (+++).

8. Tumbuh kejar
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini
adalah:
- Kembalinya nafsu makan
- Edema minimal atau hilang.
Tatalaksana
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke
formulatumbuh-kejar (F-100) (fase transisi):Ganti F 75 dengan F 100.
Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75selama 2 hari
berturutan.Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap
kali pemberiansampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa
sedikit.Biasanyahal ini terjadi ketika pemberian formula mencapai 200
ml/kgBB/hari.Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping
ASI yangdimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya
sebandingdengan F-100.
Setelah transisi bertahap, beri anak:
- Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak
terbatas (sesuai kemampuan anak)
- Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari
- Protein: 4-6 g/kgBB/hari.
Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi
pastikan anaksudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak
mengandungcukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-
terapeutik-siap-saji(ready to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung
energi sebanyak500 kkal/sachet 92 g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.

33
9. Stimulasi sensorik dan emosional
Lakukan:
- Ungkapan kasih sayang
- Lingkungan yang ceria
- Terapi bermain terstruktur selama 15–30 menit per hari
- Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat
- Keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya
menghibur, memberi makan, memandikan, bermain)

34
10. Malnutrisi pada bayi < 6 bulan
Malnutrisi pada bayi < 6 bulan lebih jarang dibanding pada
anak yanglebih tua.Kemungkinan penyebab organik atau gagal
tumbuh harus dipertimbangkan,sehingga dapat diberikan penanganan
yang sesuai.Jika ternyatatermasuk gizi buruk, prinsip dasar tatalaksana
gizi buruk dapat diterapkanpada kelompok umur ini.Walaupun
demikian, bayi muda ini kurang mampumengekskresikan garam dan
urea melalui urin, terutama pada cuaca panas.Oleh karena itu pada fase
stabilisasi, urutan pilihan diet adalah:
• ASI (jika tersedia dalam jumlah cukup)
• Susu formula bayi (starting formula)
Pada fase rehabilitasi, dapat digunakan F-100 yang diencerkan
(tambahan airpada formula menjadi 1500 ml, bukan 1000 ml).

Pencegahan
Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau
jika perlu, lakukan rehidrasilebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap
2-3 jam siang malam.

Pencegahan pada dasarnya adalah bagaimana makanan yang seimbang


dapat dipertahankan ketersediannya di masyarakat. Langkah- langkah nyata
yang dapat dilakukan untuk pencegahan adalah :

- Mempertahankan status gizi anak yang sudah baik tetap baik dengan
menggiatkan kegiatan surveilance gizi di institusi kesehatan terdepan
(Puskesmas, Puskesmas Pembantu).

35
- Mengurangi resiko untuk mendapat penyakit, mengkoreksi konsumsi
pangan bila ada yang kurang, penyuluhan pemberian makanan
pendamping ASI.

- Memperbaiki/mengurangi efek penyakit infeksi yang sudah terjadi


supaya tidak menurunkan status gizi.

- Merehabilitasi anak yang menderita pada fase awal/BGM.

- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam program keluarga


berencana.

- Meningkatkan status ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan

segala sektor ekonomi masyarakat (pertanian, perdagangan, dan lain-

lain).6

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Adaptasi Indonesia. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Pedoman


Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.World Health
Organization. Jakarta : 2009
2. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I.Departement Kesehatan RI.
2011

36
3. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II.Departement Kesehatan
RI. 2011
4. Anonym. Kurang Energi Protein. Acceced on
http://mabanget.wordpress.com/2010/05/24/referat-kurang-energi-protein

5. Siddiqi Nure Alam,Md.www.nepjol.info/index.php/AJMS/article/


download/3662/4451. Asian Journal of Medical Sciences 2. 2011
6. Riset Kesehatan Dasar .Ringkasan Kajian Gizi Ibu dan Anak.Unicef Indonesia.
Acceced on
http://www.unicef.org/indonesia/id/A6B_Ringkasan_Kajian_Gizi.pdf. 2010
7. dr. I Wayan Sujana. Kekurangan Energi Protein. Acceced on http://www.
idijembrana.or.id. September 2014.
8. Pudjiadhi Antonius H. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Malnutrisi Energi Protein. 2011.
9. Mansjoer Arif, Suprohaita dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III (jilid2).
Jakarta: Media Aesculpius FKUI.
10. Anonim. 2011. Imunisasi Murah dan Efektif Imunisasi Melindungi Anak
Indonesia dari Wabah, Kematian atau Kecacatan. Jakarta: Pusat Komunikasi
Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada 3 Desember
2013 dari www.depkes.go.id.

37

Você também pode gostar