Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun
XI IPS 4
2018
MITIGASI BENCANA ALAM
3. MACAM-MACAM MITIGASI
Mitigasi bencana terbagi menjadi dua macam, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non
struktural. berikut penjelasannya,
a. Mitigasi Struktural
Mitigasi strukural adalah serangkaian upaya untuk meminimalkan bencana yang
dilakukan melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik serta dengan menggunakan
pendekatan teknologi. Contoh dari mitigasi struktural adalah pembuatan kanal khusus untuk
pencegahan banjir, alat pendeteksi akitivitas gunung yang masih aktif, bangunan yang tahan
gempa, dan juga alat pendeteksi dan peringatan jika terjadinya gelombang tsunami.
b. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non–struktural adalah serangkaian upaya mengurangi dampak bencana selain
dari mitigasi struktural. Seperti upaya pembuatan kebijakan dan pembuatan suatu peraturan.
Contoh dari mitigasi non struktural adalah pembuatan Undang-Undang Penanggulangan
Bencana, pembuatan tata ruang kota yang baik, capacity building masyarakat, ataupun
menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna untuk menambah pengetahuan
masyarakat.
5. PENERAPAN MITIGASI
5.1 Bencana Tsunami
a. Pengertian
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia.
Tsunami adalah gelombang besar yang dihasilkan oleh gempa bumi di dasar
samudera, letusan gunung api, atau longsoran masa batuan di sekitar basin samudera
(Djunire 2009).
Simandjuntak (1994) mengartikan tsunami sebagai salah satu kejadian alam yang
dicirikan oleh terjadinya pasang naik yang besar secara medadak yang biasanya
terjadi sesaat setelah terjadi goncangan gempa bumi tektonik. Gelombang yang
dihasilkan oleh bencana alam ini dapat menghancurkan daerah pemukiman yang
berada di dekat pantai.
Berdasarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) (2006),
tsunami adalah gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan tinggi hingga
lebih dari 900 km/jam, gelombang ini disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di
dasar laut.
Tsunami sendiri sangat berkaitan dengan perubahan bentuk dasar laut dengan cepat
karena adanya faktor-faktor geologi, seperti letusan gunung berapi ataupun gempa
bumi (Sudrajat 1994).
b. Jenis-Jenis Tsunami
Tsunami vulkanik adalah jenis tsunami yang disebabkan gempa yang berasal dari
kegiatan vulkanik bumi.
Tsunami tektonik disebabkan karena adanya gempa yang terjadi akibat aktivitas
tektonik bumi.
Tsunami lokal berhubungan dengan episentrum gempa di sekitar pantai sehingga
waktu tempuh dari sumber kejadian sampai ke bibir pantai berkisar antara lima
sampai tiga puluh menit. Biasanya dampak dari tsunami ini cukup besar karena
kekuatan dari gelombang masih sangat terasa ketika sudah mencapai daratan.
Tsunami berjarak adalah jenis tsunami yang paling umum terjadi di pantai-pantai
yang bertemu langsung dengan Samudera Pasifik. Jenis tsunami ini memiliki sumber
penyebab yang jauh dari bibir pantai sehingga kekuatan gelombang yang dihasilkan
tidak sebesar tsunami lokal. Waktu tempuh pada saat gempa sampai terjadinya
tsunami di daratan berkisar antara 5.5 jam sampai 18 jam.
c. karakteristik
Karakteristik umum dari tsunami pada dasarnya berbeda dengan karakteristik ombak
pada biasanya. Ombak merupakan gelombang air yang dihasilkan dari tiupan angin,
sedangkan tsunami merupakan gelombang yang dibentuk akibat adanya kegiatan geologi
bumi. Tsunami merupakan gelombang yang dapat mencapai panjang gelombang lebih dari
150 km, serta memiliki kecepatan gelombang seperti pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam
(King 1972). Menurut PVMBG (2006), kecepatan gelombang tsunami bergantung pada
kedalaman laut.
Tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100 km di laut
lepas dan selisih waktu antara kedua puncak tersebut diperkirakan antara 10 menit sampai 1
jam. Pada saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai, gelombang ini
kemudian akan menurun kecepatannya, namun tinggi gelombang akan meningkat sehingga
sangat bersifat merusak benda-benda yang berada di sekitar pantai.
Tsunami menurut PVBMG (2006), dapat terjadi dari gempa tektonik maupun vulkanik
apabila memenuhi syarat berikut:
1. Pusat gempa terjadi di dasar laut
2. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km
3. Magnitude lebih besar dari 6.0 Skala Richter
4. Jenis patahan tergolong sesar naik atau sesar turun
Sedangkan menurut King (1972) dan Anhert (1996), faktor-faktor yang dapat
menyebabkan tsunami adalah sebagai berikut:
1. Ada retakan di dasar laut yang disertai dengan suatu gempa bumi. Retakan di sini
maksudnya adalah suatu zona planar yang lemah yang melewati daerah kerak bumi.
2. Ada tanah longsor, baik yang terjadi di bawah air atau yang berasal dari atas lautan
yang kemudian menghujam ke dalam air.
3. Ada aktivitas gunung berapi yang terletak di dekat pantai atau di bawah air yang
sewaktu-waktu dapat terangkat atau tertekan seperti gerakan yang terjadi pada
retakan.
1. Tanah longsor translasi. Tanah longsor translasi merupakan tanah longsor yang kerap
terjadi karena adanya pergerakan masa tanah dan bebatuan yang terdapat dalam bidang
gelincir berbentuk rata.
2. Tanah longsor rotasi. Tanah longsor rotasiadalah tanah longsor yang kerap terjadi karena
adanya pergerakan massa tanah dan bebatuan yang bergerak dibidang gelincir berbentuk
cekung.
3. Tanah longsor blok batu. Tanah longsor blok batu ini merupakan jenis tanah longsor
yang terjadi karena adanya berpindahan batuan yang bergerak dibidang gelincir
berbentuk rata.
4. Tanah longsor runtuhan batu. Tanah longsor runtuhan batu ini merupakan salah satu jenis
tanah longsor yang parah. Tanah longssor jenis ini umumnya terjadi di bukit terjal dekat
yang dekat dengan daerah pantai. Tanah longsor ini terjadi karena sejumlah besar batuan
bergerak kebawah dengan gerak jatuh bebas. Daerah yang berada dibawah tanah
longsoran ini akan mengalami kerusakan yang parah hal ini karena batu besar yang jatuh
kebawah.
5. Tanah Longsor Rayapan Tanah. Tanah longsor rayapan tanah merupakan jenis tanah
longsor yang tidak terdeteksi. Tanah longsor jenis dapat diketahui akan terjadi jika
pepohonan, atap rumah, dtiang listrik dan lain-lain banyak terdapat tanah halus atau
tanah yang sedikit kasar. Terjadinya tanah longsor ini secara perlahan-lahan dari atas
kebawah.
6. Tanah Longsor Bahan Rombakan. Tanah longsor bahan rombakan ini merupakan jenis
tanah longsor yang terjadi karena adanya bantuan air hujan deras sehingga bebatuan yang
besar menggelinding kebawah. Tanah longsor jenis ini merupakan tanah yang terparah.
Jika tanah longsor ini biasanya memakan korban jiwa. Tanah longsor bahan rombakan
umumnya terjadi.
c. Penyebab Tanah Longsor
1. Erosi tanah. Penyebab terjadinya tanah longsor salah satunya disebabkan oleh erosi
tanah. Erosi tanah bisa disebabkan karena berbagai hal seperti aliran air yang terlalu hal
ini bisa menyebabkan tanah longsor, karena tidak ada penopang yang kuat di bagian kaki
lerengnya.
2. Gempa bumi. Selanjutnya hal yang menyebabkan tanah longsor adalah gempa bumi
(baca: akibat gempa bumi). Gempa bumi berupa getaran yang ada di dalam bumi atau
tanah. Getaran yang berasal dari gempa bumi bisa merupakan getaran yang kuat, sedang
maupun ringan. Namun getaran yang berasal dari dalam tanah ini mampu menimbulkan
tekanan pada partikel- partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah
yang dapat mengakibatkan longsornya lereng- lereng tersebut.
3. Gunung meletus. Penyebab tanah longsor selanjutnya adalah gunung meletus. Gunung
meletus (baca: ciri gunung meletus) juga dapat menimbulkan getaran yang dapat memicu
terjadinya tanah longsor. Selain itu, gunung berapi yang meletus atau erupsi
mengeluarkan material- material seperti debu dan juga lahar dingin. Apabila material-
material ini bertumpuk terlalu berat maka ada kemungkinan tanah atau lereng yang
menopangnya tidak akan kuat sehingga menyebabkan terjadinya tanah longsor.
4. Getaran. Seperti halnya gempa bumi dan juga gunung meletus, pada dasarnya tanah
longsor ini disebabkan oleh getaran. Selain gempa bumi dan gunung meletus, getaran ini
juga ditimbulkan oleh berbagai hal seperti mesin, lalu lintas, penggunaan bahan- bahan
peledak hingga petir.
6. Hancurnya bebatuan. Bebatuan yang hancur juga bisa menyebabkan terjadinya longsor.
Longsor yang disebabkan karena hancurnya bebatuan lebih sering terjadi pada batuan
yang ada di lereng gunung. Jenis batuan yang sering longsor adalah jenis batuan sedimen
kecil dan batuan endapan yang berasal dari gunung berapi. Biasanya batu yang ada di
lereng bersofat lapuk atau tidak memiliki kekuatan dan mudah hancur menjadi tanah. Hal
inilah yang memicu terjadinya tanah longsor.
7. Tumpukan sampah. Siapa sangka ternyata sampah yang telah menumpuk juga dapat
menyebabkan tanah longsor. Sampah akan bisa menjadi pemicu tanah longsor ketika
sampah tersebut sudah menumpuk hingga menggunung. Hal ini apabila ditambah dengan
hujan deras maka dapat mengakibatkan longsornya gunungan sampah beserta tanah yang
telah melapuk di bawah sampah tersebut.
8. Hutan gundul. Salah satu fungsi dari pepohonan adalah memperkuat struktur tanah. Akar
pohon tidak hanya dapat menyimpan air namun juga dapat memperkuat struktur tanah.
Apabila hutan yang banyak pohonnya ditebangi secara liar maka hal ini menjadikan
tanah lemah strukturnya sehingga ketika hujan lebat akan sangat mudah bagi tanah
tersebut longsor. Hal ini sudah banyak terjadi di Indonesia.
9. Bendungan susut. Tanah longsor juga dapat disebabkan karena susutnya bendungan.
Turunnya permukaan tanah dan timbulnya retakan dapat diakibatkan oleh penyusutan
muka air danau atau bendungan dengan cepat. Penyusutan ini akan berdampak juga pada
hilangnya gaya penahan lereng. Waduk yang mempunyai kemiringan sebesar 220 derajat
memiliki potensi untuk longsor.
10. Lereng dan tebing yang terjal. Bagi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah yang
memiliki lereng dan tebing yang terjal, maka harus lebih waspada karena tanah longsor
dapat mengintai kapan saja. Proses pembentukan lereng maupun tebing yang terjal
adalah melalui angin dan juga air yang berada di sekitar lereng. Hal ini berdampak pada
pengikisan lereng tersebut. Dengan pengikisan ini maka sangat mudah bagi tanah untuk
mengalami longsor.
11. Lahan pertanian di lereng. Adanya lahan pertanian yang ada di lerang gunung menjadi
salah satu penyebab terjadinya tanah longsor. Penataan lahan pertanian maupun
perkebunan yang buruk akan berdampak pada timbulnya bencana longsor. Tanaman
pertanian dan juga perkebunan mempunyai akar yang kecil dan tidak cukup kokoh untuk
mnejaga struktur tanah agar tetap kuat. Pepohonan yang ditebangi untuk dibuat lahan
pertanian dan perkebunan tanpa mempertimbangkan efek sampingnya. Dengan
menyusutnya jumlah pepohonan yang ada di lereng maka akan sangat memudahkan
lereng tersebut untuk terserang tanah longsor.
12. Tanah tidak padat. Bencana tanah longsor juga dapat terjadi akibat tanah mempunyai
struktur yang tidak padat. Tanah yang mempunyai struktur yang tidak padat contohnya
adalah tanah liat. Sifat tanah yang pecah ketika musim kemarau dan akan lembek ketika
musim penghujan tiba. Melembeknya tanah ketika diterpa hujan akan berpotensi longsor
jika hujan yang yang turun sangat deras. Tanah yang ketebalannya sekitar 2,5 meter akan
berpotensi longsor jika terdapat di kemiringan lereng 220 derajat.
13. Kelebihan beban. Adanya beban yang berlebihan pada tanah juga akan memicu tanah
mudah mengalami longsor. Adanya beban yang berlebihan akan memberikan tekanan
pada tanah, sehingga tanah tersebut akan mudah longsor. Contoh beban yang dapat
memicu terjadinya tanah longsor adalah adanya rumah atau pemukiman di lereng,
kendaraan yang berlalu lalang di tikungan lembah.
14. Longsoran lama. Tanah yang sudah pernah mengalami longsor sebelumnya (longsoran
lama), maka tanah tersebut rawan terkena longsor lagi. Maka dari itulah ketika memilih
daerah tempat tinggal, kita harus menghindari daerah yang pernah mengalami tanah
longsor.
15. Menumpuknya material. Tanah dari hasil tumpukan material akan lebih mudah
mengalami longsor. Banyak orang yang ingin melakukab perluasan pemukiman dengan
cara menimbun lembah atau memotong tebing. Tanah yang digunakan untuk menimbun
lembah belum benar padat strukturnya, jadi ketika ada hujan yang turun maka dapat
menimbulkan retakan dan permukaan tanah yang turun.