Você está na página 1de 6

1. Bagaimana cara penegakan diagnosis hidrokel testis dan penangannya ?

 Penegakan Diagnosis
 Anamnesis
- Pembengkakan daerah skrotum (+)
 Pemeriksaan fisik
- Inspeksi; benjolan daerah skrotum dan warna sama dengan kulit
sekitar
- Palpasi ; nyeri tekan di skrotum, teraba adanya benjolan di
kantong skrotum dengan konsistensi kistus
- Auskultasi ; tidak terdapat bising usus
- Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada
posisi berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi
supine. Pada hidrokel testis tidak didapati resolusi pada tonjolan
(dapat mengecil)
 Pemeriksaan penunjang
- Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya
menemukan massa skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap,
sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur
vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi
sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga
yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel .
- Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati
skrotum dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan
(hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan kemungkinan adanya tumor.

 Penanganan
- Non Bedah
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan
jika penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman atau jika
hidrokelnya sedemikian besar sehingga mengancam aliran darah ke testis.
Pengobatannya bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan) dengan bantuan
sebuah jarum atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi, kemungkinan
besar hidrokel akan berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah dilakukan
aspirasi, bisa disuntikkan zat sklerotik tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat
atau urea) untuk menyumbat/menutup lubang di kantung skrotum sehingga
cairan tidak akan tertimbun kembali. Hidrokel yang berhubungan dengan
hernia inguinalis harus diatasi dengan pembedahan sesegera mungkin.
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh
sendiri, tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu
dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :
(1) Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah,
(2) Indikasi kosmetik
(3) Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

- Bedah

Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa


dilakukan anestesi umum ataupun regional (spinal).

Teknik Operasi
Secara singkat tehnik dari hidrokelektomi dapat dijelaskan sebagai berikut:
· Dengan pembiusan regional atau umum.
· Posisi pasien terlentang (supinasi).
· Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
· Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
· Insisi kulit pada raphe pada bagian skrotum yang paling menonjol lapis demi
lapis sampai tampak tunika vaginalis.
· Dilakukan preparasi tumpul untuk meluksir hidrokel, bila hidrokelnya besar
sekali dilakukan aspirasi isi kantong terlebih dahulu.
· Insisi bagian yang paling menonjol dari hidrokel, kemudian dilakukan:
· Teknik Jaboulay: tunika vaginalis parietalis dimarsupialisasi dan bila
diperlukan diplikasi dengan benang chromic cat gut.
· Teknik Lord: tunika vaginalis parietalis dieksisi dan tepinya diplikasi dengan
benang chromic cat gut.
· Luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan benang chromic cat gut

2. Apa itu fimosis beserta terapi nya


Fimosis adalah suatu kelainan dimana preputium penis yang tidak dapat di retraksi
(ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Preputium penis merupakan lipatan
kulit yang menutupi glans penis. Normalnya, kulit preputium selalu melekat erat pada
glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring
bertambahnya usia dan pertumbuhan terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan
deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya
kulit preputium terpisah dari glans penis.
(Fimosis kongenital)

(Fimosis patologis)

Terapi
Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua
kali sehari selama 20-30 hari. Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang
masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.

Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada penderita
fimosis, karena akan menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium
sebagai fimosis sekunder. Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi pada anak-
anak adalah fimosis patologik. Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih
berulang atau balloning kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa
memperhitungkan usia pasien.
Prosedur Teknik Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong
preputium pada bagian dorsal pada jam 12 sejajar sumbu panjang penis ke arah proksimal,
kemudian dilakukan pemotongan sirkuler kekiri dan kekanan sejajar sulcus coronarius.

1. Disinfeksi penis dan sekitarnya dengan cairan disinfeksi


2. Persempit lapangan tindakan dengan doek lubang steril
3. Lakukan anestesi infiltrasi subkutan dimulai dari pangkal penis melingkar. Bila perlu
tambahkan juga pada daerah preputium yang akan dipotong dan daerah ventral
4. Tunggu 3 – 5 menit dan yakinkan anestesi lokal sudah bekerja dengan mencubitkan
pinset
5. Bila didapati phimosis, lakukan dilatasi dengan klem pada lubang preputium,
lepaskan perlengketannya dengan glans memakai sonde atau klem sampai seluruh
glans bebas. Bila ada smegma, dibersihkan.
6. Jepit kulit preputium sebelah kanan dan kiri garis median bagian dorsal dengan 2
klem lurus. Klem ketiga dipasang pada garis tengah ventral. (Prepusium dijepit klem
pada jam 11, 1 dan jam 6 ditarik ke distal)

Gambar 7. TeknikDorsumsisi

7. Gunting preputium dorsal tepat digaris tengah (diantara dua klem) kira-kira ½ sampai
1 sentimeter dari sulkus koronarius (dorsumsisi),buat tali kendali. kulit Preputium
dijepit dengan klem bengkok dan frenulum dijepit dengan kocher.
8. Pindahkan klem (dari jam 1 dan 11 ) ke ujung distal sayatan (jam 12 dan 12’). Insisi
meingkar kekiri dan kekanan dengan arah serong menuju frenulum di distal penis
(pada frenulum insisi dibuat agak meruncing (huruf V), buat tali kendali )
9. Cari perdarahan dan klem, ikat dengan benang plain catgut yang disiapkan.
10. Setelah diyakini tidak ada perdarahan (biasanya perdarahan yang banyak ada di
frenulum) siap untuk dijahit.Penjahitan dimulai dari dorsal (jam 12), dengan patokan
klem yang terpasang dan jahitan kedua pada bagian ventral (jam 6). Tergantung
banyaknya jahitan yang diperlukan, selanjutnya jahitan dibuat melingkar pada jam
3,6, 9,12 dan seterusnya.
11. Luka ditutup dengan kasa atau penutup luka lain, dan diplester. Lubang uretra harus
bebas dan sedapat mungkin tidak terkena urin.

Você também pode gostar