Você está na página 1de 9

ALIRAN DANA INTERNASIONAL

I. Latar Belakang Masalah


Di era globalisasi dewasa ini – dimana bisnis tidak terpaku lagi pada satu negara –
hubungan bisnis antar negara yang melibatkan mata uang yang berbeda menjadi suatu fenomena
yang tidak dapat dihindari. Karena itu risiko akibat transaksi mata uang sudah seyogyanya
dipahami keberadaannya oleh setiap individu yang terlibat di dalamnya. AFTA (Asia Free Trade
Area) dan sejenis organisasi lainnya bagi negara lainnya merupakan salah satu indikasi
timbulnya perdagangan bebas. Guna mendukung aktifitas perusahaan dalam bertransaksi secara
internasional maka diperlukan suatu penggunaan sistem mata uang, dimana sistem floating
exchange rate sekarang ini yang menggunakan fiat money berfluktuasi secara bebas. Fiat money
adalah uang kertas yang secara legal diakui pemerintah melalui dekrit sebagai uang resmi,
namun tidak ditopang dengan logam mulia seperti emas dan perak (Hamidi,2007). Uang kertas
itulah yang sekarang mayoritas digunakan oleh negara-negara kapitalis termasuk Indonesia.
Kondisi ini digambarkan dimana sejak Indonesia 62 tahun silam, rupiah menjadi mata
uang yang digunakan sebagai alat transaksi yang sah. Namun, siapa sangka mata uang yang
dibanggakan tersebut ternyata tak cukup kuat ditimpa inflasi dan guncangan mata uang lainnya
seperti dolar AS. Bahkan, sebagian masyarakat lebih memilih investasi simpanan dalam mata
uang dolar AS, termasuk para pejabat pemerintahan sebagaimana tersinyalir dalam artikel di
salah satu koran nasional. Alasannya, dolar AS lebih kuat dibandingkan rupiah. Akibat jatuhnya
nilai rupiah terhadap dolar AS tersebut menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi terpuruk.
Harga-harga barang impor melonjak tajam yang juga diikuti lonjakan harga barang dalam negeri.
Tak lepas dari itu, BBM (bahan bakar minyak) pun ikut merangkak naik. Impasnya banyak
perusahaan gulung tikar dan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal tersebut
berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran dan berbagai dampak sosial lain.
Oleh sebab itulah, dari pernyataan diatas, pelaku bisnis terutama perusahaan multinasional
yang berexpansi dan melakukan transaksi secara internasional tidak lepas dari berhadapan
dengan fluktuasi tingkat mata uang antara suatu negara dengan negara lain. Dari fluktuasi mata
uang inilah terdapat suatu risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan, yakni risiko valas (valuta
asing). Dengan adanya risiko ini menimbulkan dua hal yang akan dihadapi oleh suatu perusahaan
MNC, diuntungkan ataukah dirugikan akibat dari fluktuasi mata uang suatu negara. Sejauh ini,
sudah saatnya kita harus bersikap hati-hati dalam menghindari kondisi seperti ini karena
fluktuasi mata uang tersebut sangatlah tidak jelas. Dengan demikian, perlunya menerapkan risk
management yang baik dan terstruktur sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perkembangan
mutakhir dari fluktuasi harga valas dunia dan dapat segera mengambil langkah-langkah
pengamanan yang tepat. Dengan demikian kesulitan financial seperti yang terjadi pada saat krisis
ekonomi dapat dihindari.

II. Pembahasan
Di dalam suatu perekonomian terdapat dua pelaku utama yaitu pihak surplus atau yang
biasa disebut dengan kelebihan dana (rumah tangga), dan pihak deficit kelompok masyarakat
yang memerlukan dana(perusahaan). Penyaluran dana yang dilakukan oleh pihak rumah tangga
kepada pihak kekurangan dana telah melewati dua motif yaitu motif transaksi dan motif berjaga-
jaga. Sehingga dana yang disalurkan dapat disebut sebagai motif spekulasi dengan bentuk
investasi. Atau dapat digambarkan sebagai berikut :

Didalam penyalurannya dari pihak surplus ke deficit dapat melalui lembaga keuangan
yaitu bank. Berikut skema pinjaman dapat melalui lembaga keuangan :

Dimana :
I1 < I2
I1 < I3
I2 > I3
Keterangan :
I1 adalah suku bunga yang diberikan perbankan kepada nasabah sebagai imbalan atas dana yang
telah dipercayakan kepada pihak perbankan.
I2 adalah dana yang dikenakan bank kepada pihak minus sebagai imbalan karena, telah
meminjamkan uang kepada pihak minus.
I3 adalah dana yang berlaku didalam masyarakat, apabila peminjaman uang terjadi secara
langsung. artinya dari pihak surplus A langsung ke pihak minus B, maka suku bunga yang
berlaku adalah sebesar 6%.

Pada gambar diatas Bank sebagai lembaga keuangan juga berfungsi sebagai Financial
Intermediary yaitu membantu menyalurkan dana dari pemilik dana ke peminjam yang tak
dikenal oleh pemilik dana dengan biaya transaksi dan biaya informasi yang relative lebih rendah
dibandingkan apabila peminjam harus mencari dan melakukan transaksi langsung. sehingga bank
menarik nasabah dari pihak surplus dengan membrerikan bunga sebesar 6% p.a. dari dana yang
telah dipercayakan kepada perbankan. Pihak perbankan tidak memberikan imbalan kepada pihak
surplus dari modal perusahaan melainkan dari pihak minus yang membutuhkan dana dimana
bunga yang diberikan perbankan kepada pihak minus sebesar 7% p.a. sedangkan dana yang
berlaku apabila pihak minus kepada masyarakat (BEI) adalah sebesar 6% p.a. Lebih rendah jika
dibandingkan dengan bunga yang diberikan oleh perbankan, hal ini terjadi karena selisih dari
bunga tersebut merupakan salah satu pendapatan perbankan.
Sebagai perantara keuangan bank akan memeperoleh keuntunan dari selisih bunga yang
diberikan kepada penyimpan (i1) dengan bunga yang diterima dari peminjam (i2) atau dapat
digambarakan dengan I1-I2 = Spread based. Jenis keuntungan ini diperoleh dari bank jenis
konvensional. Sedangkan jenis bank syariah (muamalah) tidak dikenal istilah bunga, karena bank
syariah mengharamkan bunga. Dalam bank syariah keuntungan ytang diperoleh dikenal istilah
bagi hasil atau profit sharing.
Disamping keuntungan yang diperoleh dari spread based, bank juga memeperoleh
keuntungan dari kegiatan jasa-jasa bank lainnya, jasa-jasa bank lainnya yang diberikan oleh bank
dipungut biaya yang besarnya tergantung dari jenis jasa bank yang digunakan. Biaya yang
dipungut meliputi biaya kirim, biaya tagih, biaya administrasi, biaya provisi dan komisi, biaya
iuran, biaya sewa dan biaya-biaya lainnya. Keuntungan dari pungutan biaya ini dikenal dengan
nama istilah fee based.
Selain dari sektor perbankan dapat mendapatkan dana dari pihak ke-3, tetapi didalam
pihak ke-3 kita memerlukan suatu lembaga sebagai wadah untuk bertemu atau yang biasa disebut
sebagai BEI. BEI atau pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutam dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkautan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Yang ditawarkan oleh
bursa efek tidak sama dengan yang ditawarkan oleh bank. Instrument yang ditawarkan oleh pasar
modal terdiri dari :

1.Saham

Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah diketahui
bahwa tujuan pemodai membeli saham untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut.
Masyarakat pemodal itu dikategorikan sebagai investor dan speculator. Investor disini adalah
masyarakat yang membeli saham untuk memiliki perusahaan dengan harapan mendapatkan
deviden dan capitat gain dalam jangka panjang, sedangkan spekulator adalah masyarakat yang
membeli saham untuk segera dijual kembali bila situasi kurs dianggap paling menguntungkan
seperti yang telah diketahui bahwa saham memberikan dua macam penghasilan yaitu deviden
dan capital gain.

Jenis Saham :
Dalam transaksi jual-beli di Bursa Efek, saham atau sering pula disebut shares merupakan
instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Saham tersebut dapat diterbitkan dengan cara
atas nama atau atas iinjuk. Selanjutnya saham dapat dibedakan antara saham biasa (common
stoks) dan saham preferen (preffered stocks).

a. Saham Biasa (Common Stock)


Saham biasa adalah efek dari penyertaan pemilikan (equity security) dari badan usaha yang
berbentuk Perseroan Terbatas. Saham biasa memberikan jaminan untuk turut serta daiam
pembagian laba daiam bentuk deviden, apabila perusahaan tersebut memperoleh laba.

Menurut Dahlan Siamat (1995:385), ciri - ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut:
1) Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
2) Memiliki hak suara (one share one vote).
3) Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut dilakukan setelah semua
kewajiban perusahaan dilunasi.

b. Saham Preferen (Preferred Stock)


Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa.
Adapun ciri - eiri dari saham preferen menurut Dahlan Siamat (1995:385)adalah:
1) Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden.
2) Tidak memiliki hak suara,
3) Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus.
4) Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah
kreditur apabila perusahaan dilikuidasi.

Faktor yangMempengarahi Harga Saham


Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan Brigham
(1993:26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari
proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden.
Faktor lainnya yang dapat mempengarahi pergerakan harga saham adalah kendala eksternai
seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham. Investasi haras
henar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntimgan tidak menutup
kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat
dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham rnerapakan penilaian
sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi [performance) dari
perusahaan, kendala-kendala eksteraal, kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar,
serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham. Menurut Sawidji (1996:81) :
"Faktor utama yang menyebabkan harga saham adalah persepsi yang berbeda dari masing-
masing investor sesuai dengan informasi yang didapat"

2. Obligasi
Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga dengan
nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Salah satu jenis obligasi yang
diperdagangkan di pasar modal kita saat ini adalah obligasi kupon (coupon bond) dengan tingkat
bunga tetap (fixed) selama masa berlaku obligasi.
Berinvestasi dalam obligasi mirip dengan berinvestasi di deposito pada bank. Bila Anda
membeli obligasi, Anda akan memperoleh bunga/kupon yang tetap secara berkala biasanya
setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali sampai waktu jatuh tempo.
Ketika obligasi tersebut jatuh tempo, penerbit harus membayar kepada investor sesuai
dengan nilai dari obligasi tersebut beserta bunga/kupon terakhirnya. Dengan karakteristik seperti
ini, bagi mereka yang memasuki masa pensiun, tentunya investasi ini sangat baik karena adanya
kebutuhan reguler selama masa pensiun.
Misalkan, Anda membeli obligasi sebesar Rp 100 juta untuk masa tiga tahun dengan kupon
bunga sebesar 12%. Anda akan menerima Rp 12 juta setiap tahunnya selama tiga tahun sampai
obligasi tersebut jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo, penerbit obligasi akan membayar modal
Anda sebesar Rp 100 juta.

Keempat masalah yang harus Anda cermati dengan baik bila Anda tertarik untuk membeli
instrument investasi.
1.Default Risk
Penerbit obligasi terkadang mengalami kesulitan untuk membayar kupon bunga
obligasinya. Anda sebagai investor biasanya terkena dua dampak sekaligus. Pertama, Anda tidak
mendapatkan pendapatan dari kupon bunga seperti yang dijanjikan. Dan biasanya harga dari
obligasi tersebut akan menurun tajam. Risiko ini dikenal dengan default risk atau risiko gagal
bayar.
Berkaitan dengan risiko gagal bayar tersebut, ada satu pendekatan yang bisa Anda lakukan
untuk melihat potensi gagal bayar dari penerbit obligasi, yaitu dengan melihat peringkat atau
rating obligasi tersebut.
Pemeringkatan ini dilakukan oleh sebuah perusahaan independen. Di Indonesia, perusahaan
peringkat independen tersebut adalah Pefindo (pemeringkat Efek Indonesia). Pemeringkatan ini
dapat Anda lihat di harian bisnis yang beredar di Jakarta.

2.Naiknya Tingkat Suku Bunga


Risiko gagal bayar merupakan risiko yang paling ditakuti oleh para investor obligasi.
Namun, bukan hanya risiko itu saja yang dapat mengakibatkan kerugian. Anda dapat tertimpa
kerugian juga bila tingkat suku bunga naik.

3.Biaya Investasi Tinggi


Walau investasi obligasi berpotensi memberikan keamanan pada nilai investasi Anda,
kerugian mungkin saja terjadi bila Anda ingin menjualnya sebelum jatuh tempo. Karena satuan
jual beli instrumen investasi yang cukup besar, umumnya Rp 1 miliar, bila Anda hanya memiliki
obligasi bernilai Rp.100 juta, biasanya bila Anda ingin menjualnya, Anda harus mau menerima
nilai yang lebih rendah.
Salah satu trik yang bisa Anda lakukan adalah dengan membeli obligasi saat pejualan perdana
dan menahannya sampai jatuh tempo. Dengan begitu, Anda akan mendapatkan harga yang sama
seperti institusi besar.

4.Risiko Pembelian Kembali


Ada beberapa jenis obligasi yang memiliki feature call, di mana perusahaan penerbit
memiliki hak untuk membeli kembali (buy back) obligasi yang Anda pegang atau Anda miliki
pada harga tertentu (call price), sebelum obligasi tersebut jatuh tempo. Hal ini biasa dilakukan
oleh perusahaan penerbit saat tingkat suku bunga di pasar turun menjadi lebih rendah dari tingkat
pembayaran kupon (coupon rate). Selanjutnya perusahaan penerbit akan menggantikan obligasi
baru dengan tingkat kupon yang lebih rendah dari obligasi yang telah ditarik (call).

Seperti halnya bisnis pada sektor perbankan, maka bisnis asuransi juga memiliki risiko
terjadinya kerugian. Dalam upaya untuk mengatasi risiko ini perusahaan dapat melakukan
berbagai alternative, yaitu dengan cara menanggung sendiri risiko, mengurangi risiko,
memperkecil risiko atau mengalihkan risiko melalui asuransi. Jadi, perusahaan tersebut dapat
mengalihkan sebagian atau seluruh resiko yang dihadapi kepada perusahaan asuransi. Oleh
karena itu, perusahaan asuransi juga memerlukan kebijakan dalam mengelola risiko atas
pertanggungan-pertanggungan yang diterimanya. Cara yang ditempuh untuk mengelola risiko
yang timbul dari perjanjian pertanggungan asuransi adalah dengan menghindari resiko (risk
avoidance), menahan risiko (risk retention), mengurangi risiko (risk reduction), memindahkan
risiko (risk transfer), dan membagi risiko (risk sharing). Pada umumnya, perusahaan asuransi
dalam mengelola menggunakan cara Risk sharing, yaitu dengan reasuransi atau
mempertanggungkan kembali resiko yang tidak mungkin mereka tanggung sendiri kepada
reasuradur (penanggung ulang).
Reasuransi adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau
asuransi dari asuransi. Reasuransi adalah suatu sistem penyebaran risiko di mana penanggung
menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung
yang lain. Pihak tertanggung biasa disebut sebagai ceding company dan yang menjadi
penanggung adalah reasuradur.
Dalam menjalankan usahanya, ada kemungkinan perusahaan asuransi menanggung risiko
yang lebih besar dari kemampuan finansialnya. Untuk mengatasi kemungkinan kegagalan
menanggung klaim dari tertanggung, perusahaan dapat membagi risiko dengan perusahaan lain.
Penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu koasuransi dan
reasuransi. Koasuransi adalah pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu objek
asuransi. Biasanya nilai pertanggungannya berjumlah besar sehingga perusahaan asuransi
tersebut perlu menawarkan kepada beberapa perusahaan asuransi yang lain. Dalam kerja sama
tersebut diperlukan perusahaan asuransi yang berperan sebagai pemimpin. Setelah melakukan-
koasuransi, gabungan beberapa perusahaan asuransi tersebut dapat mempertimbangkan untuk
melakukan reasuransi. Reasuransi adalah proses untuk mengasuransikan kembali
pertanggungjawaban pada pihak tertanggung. Jaminan atau perlindungan reasuransi sangat
diperlukan karena berbagai macam alasan. Salah satu alasan yang terpenting adalah faktor
keamanan (security).

Adapun manfaat dari Reasuransi pada perusahaan asuransi adalah :


a. Meningkatkan kapasitas akseptasi.
Dengan melakukan kerja sama reasuransi, penanggung akan dapat meningkatkan akseptasi
sehingga penutupan asuransi tersebut dapat memperbesar jumlah nilaipertanggungan melampaui
batas kemampuan keuangannya. Peusahaan asuransi dan reasuradur menurut ketentuan harus
memiliki retensi sendiri (own retention) untuk setiap risiko yang menjadi tanggungan sendiri
tanpa dukungan reasuransi. Adapun besarnya retensi sendiri maksimum 10% dari modal sendiri.
Besarnya retensi sendiri biasanya jauh lebih kecil disbanding jumlah klaim yang harus
ditanggung untuk setiap penutupan asuransi.
b. Malakukan penyebaran risiko
Penyebaran asuransi pada prinsipnya bertujuan agar perusahaan asuransi tidak menanggung
risiko secara keseluruhan. Risiko-risiko yang diterima oleh penanggung tidak ditahan sendiri,
tetapi disebar ke beberapa reasuradur.
c. Meningkatkan stabilitas keuangan
Kalaim yang sering terjadi tanpa didukung oleh preteksi reasuransi dapat mempengaruhi
stabilitas keungan perusahaan asuransi dan kemungkinan menyebabkan kegiatan usaha akan
terganggu.

Apabila dalam pertanggungan yang diberikan suatu perusahaan reasuransi kepada


perusahaan asuransi lain, maka hal ini disebut sebagai retrosesi (retrocession). Dalam hal ini,
reasuransi objeknya adalah perusahaan asuransi namun retrosesi yang dijadikan obvjek baik
yang dijadikan yang asuransi maupun perusahaan adalah perusahaan reasuransi.
Mekanisme pertanggungan antara pihak penangggung dengan yang tertanggung adalah
bersifat langsung dimana pihak asuransi dapat langsung bertanggung jawab kepada pihak Bank
apabila ada kerugian yang dialami oleh bank sesuai dengan perjanjian yang dipertanggungkan,
dan pihak tertanggung tidak mempunyai tanggung jawab terhadap perusahaan reasuransi.
Sedangkan perusahaan asuransi, reasuransi dan retrosesi dapat mempunyai hubungan yang
bersifat timbale balik. Dimana pihak yang satu dapat memberikan tanggung jawab kepada pihak
asuransi yang asuransi yang lainnya, dengan perjanjian dimana terdapat premi yang harus
dibayar oleh pihak tertanggung.
Berikut adalah skema pertanggungan dari dana asuransi yang dilakukan oleh perbankan :

Apabila ada nasabah suatu bank datang meminjam uang dalam rangka ekspansi
perusahaan dengan meminjam uang sebanyak Rp. 10.000.000, lalu pihak bank menyetujui
peminjaman tersebut dengan syarat bunga yang dibayarkan setiap bulan adalah sebesar 7% p.a..
pihak kreditor menyetujui sehingga terjadi kontrak kerja sama kedua belah pihak dalam
peminjaman uang tersebut. Pihak bank tidak mau mengambil resiko ketidakpastian yang akan
terjadi sehingga, mengalihkannya kepada pihak “Asuransi XYZ” dengan membayar premi setiap
bulan kepada perusahaan “Asuransi XYZ”. Tetapi, “Asuransi XYZ” tidak dapat menyanggupi
pertanggungan sebesar Rp. 10.000.000 sehingga dia mengalihkan kepada perusahaan Asuransi
yang lain yaitu “Asuransi KLM” gejala ini yang disebut sebagai reasuransi. Tetapi, Perusahaan
“Asuransi KLM” tidak dapat menyanggupi pertanggungan yang cukup besar yaitu sebesar RP.
7.500.000 sehingga dia mencari bantuan dengan bekerja sama dengan perusahaan asuransi luar
negeri yaitu perusahaan “Asuransi DEF” kejadian ini disebut sebagai retrosesi. Sehingga
perusahaan “Asuransi KLM” hanya mampu membiayai sebesar Rp. 3.000.000 dari
pertanggungan sebesar Rp. 10.000.000. lalu, perusahaan “Asuransi DEF” menyetujui untuk
mempertanggungkan dana yang dipinjam sebesar Rp. 4.500.000.
Dari mana asal dana “Asuransi DEF?”
Dana Asuransi berasal dari pasar Modal, dimana Asuransi DEF menjual modal kepada
masyarakat apabila ada yang harus pertanggungan melalui pendirian PT. ZKY, PT. ZKY
merupakan anak dari perusahaan “Asuransi DEF”. Dimana tugas dari perusahaan PT. ZKY
adalah membeli dana pada saat dana murah dan menjualnya kembali pada saat dana tersebut
naik, informasi mengenai investasi tersebut didapatkan dari pialang “CLBK” yang biasa bermain
di Bursa Efek.
Dana Bank yang diperoleh oleh kurang mencukupi untuk membiayai kebuthan modal yang
semakin banyak sehingga, Bank mengajak kerja sama TD untuk menarik nasabah melalui
inovasi dalam dunia perbankan. Karena TD kurang mutakhir di bidang teknologi akhirnya di
mengajak kerja sama INFOP untuk bekerja sama dalam menarik nasabah melalui pembuatan
kartu kredit. INFOP ini adalah milik PT. ZKY dimana sebagian saham INFOP telah dibeli oleh
PT. ZKY melalui pemebritahuan CLBK di Bursa Efek.

III. Simpulan
Di dalam suatu perekonomian terdapat dua pelaku utama yaitu pihak surplus atau yang
biasa disebut dengan kelebihan dana (rumah tangga), dan pihak deficit kelompok masyarakat
yang memerlukan dana(perusahaan).
Yang ditawarkan oleh bursa efek tidak sama dengan yang ditawarkan oleh bank.
Instrument yang ditawarkan oleh pasar modal terdiri dari :
1.Saham
Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah diketahui
bahwa tujuan pemodai membeli saham untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut.
Saham dapat dibedakan antara saham biasa (common stoks) dan saham preferen (preffered
stocks). Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan Brigham
(1993:26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari
proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden.
2. Obligasi
Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga dengan
nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Keempat masalah yang harus
kita cermati dengan baik bila kita ingin membeli instrument investasi, yaitu default risk, naiknya
tingkat suku bunga, resiko pembelian kembali, dan biaya investasi tinggi
Seperti halnya bisnis pada sektor perbankan, maka bisnis asuransi juga memiliki risiko
terjadinya kerugian. Dalam upaya untuk mengatasi risiko ini perusahaan dapat melakukan
berbagai alternative, yaitu dengan cara menanggung sendiri risiko, mengurangi risiko,
memperkecil risiko atau mengalihkan risiko melalui asuransi. Jadi, perusahaan tersebut dapat
mengalihkan sebagian atau seluruh resiko yang dihadapi kepada perusahaan asuransi.
Dalam menjalankan usahanya, ada kemungkinan perusahaan asuransi menanggung
risiko yang lebih besar dari kemampuan finansialnya. Untuk mengatasi kemungkinan kegagalan
menanggung klaim dari tertanggung, perusahaan dapat membagi risiko dengan perusahaan lain.
Penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu koasuransi dan
reasuransi. Koasuransi adalah pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu objek
asuransi.
IV. Daftar Pustaka
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/saham-definisi-jenis-dan-faktor-yang.html
http://saptaningsih.upy.ac.id/index.php?pilih=hal&id=15

Você também pode gostar