Você está na página 1de 19

1.1.

Latar Belakang
Pola asuh anak merupakan kemampuan keluarga dalam menyediakan
waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan sebaik-baiknya. Sikap dan perilaku ibu atau pengasuh
lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat
kebersihan, dan memberikan kasih sayang akan berpengaruh terhadap fisik,
mental dan sosial anak (Zeitlin, 2000 dalam Rosmana, 2003).
Saat anak sedang dalam usia dini, anak dalam tahap untuk mengeksplor
dan berinteraksi secara langsung terhadap dunia sekitar. Anak usia dini secara
umum menghabiskan waktunya dengan bermain dan mencoba hal-hal baru.
Salah satunya menirukan perilaku orang tuanya, seperti saat orang tua sedang
membersihkan rumah dengan sapu. Sebagai anak ingin membantu orang
tuanya agar tugas ibu menjadi ringan. Pekerjaan rumah tangga seperti
menyapu, mengepel, dan membersihkan rumah dapat dijadikan pendidikan
untuk perkembangan anak-anak. Sapu pada umumnya memiliki bentuk dan
bahan yang beraneka ragam.
Namun, kondisi sapu yang digunakan untuk orang dewasa dengan anak
dibawah umur bisa membuat cedera bagi anak sehingga membuat kecemasan
bagi orang tua sehingga tugas ibu yang diinginkan anak agar ringan menjadi
bertambah berat. Selain itu, ukuran sapu pada umumnya tidak sesuai dengan
postur tubuh anak-anak sehingga membuat pekerjaan yang ditujukan tidak
selesai secara tepat dan tidak bekerja secara maksimal, bahkan anak-anak
tidak dapat menjangkau sudut-sudut tertentu untuk membersihkan kotoran.
Maka dari itu perlu adanya evalusi terhadap sapu yang sudah ada untuk
dilakukan perancangan ulang agar sapu yang digunakan oleh anak-anak tidak
menimbulkan cidera, sesuai dengan postur tubuh anak-anak, pekerjaan yang
dilakukan efisien dan bisa melatih motorik dan tumbuh kembang anak.
1.2. Rumusan Masaalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu:
1. Apakah produk sapu yang sudah ada sudah sesuai dan tepat untuk
digunakan anak-anak?
2. Bagaimana merancang produk sapu untuk anak-anak yang sesuai
dengan posturnya agar mudah dalam penggunaan serta dapat bekerja
maksimal ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam perancangan produk sapu untuk anak-anak
adalah:
1. Evaluasi desain sapu yang sudah ada dengan pengguna anak-anak.
2. Merancang sapu untuk anak-anak yang sesuai dengan posturnya.
3. Menciptakan sarana / alat yang tepat untuk digunakan anak-anak dalam
hal mengedukasi masalah kebersihan.
1.4. Manfaat
Terdapat beberapa manfaat dalam perancangan ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mengerti kekurangan atau kelemahan sapu yang sudah
ada.
2. Memberikan sebuah penemuan rancangan sapu yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran kebersihan yang tepat dan sesuai digunakan
untuk anak-anak ditinjau dari aspek postur tubuh.
1.5. Batasan
Adapun batasan dalam perancangan
1. Rancangan ditunjukan untuk usia anak-anak 6-9 tahun.
2. Perancangan didasarkan dari analisis postur tubuh anak.
1.6. Asumsi
Adapun asumsi yang digunakan dalam perancangan ini:
1. Anak-anak dalam objek perancangan ini dalam kondisi sehat dan normal
(tidak berkebutuhan khusus).
2. Anak belum memgerti atau paham menggunakan sapu yang benar.
1.7. Sistematika Penulisan
Rancanngan sistematika penelitian sebaga berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan
penelitian, Manfaat penelitian, Batasan masalah, Asumsi, dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini menjelaskan mengenai beberapa penelitian ang serupa dengan
penelitian ini yang telah dilakukan sebelumnya untuk melihat perbandingan
tujuan, metode, serta hasil analisa. Selain itu pada bab ini juga di jelaskan
mengenai kajian pustaka yang berisi konsep serta teori – teori mengenai
perbaikan desain.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan mengenai objek penelitian, jenis data yang
digunakan, metode pengumpulan data, metode analisis data, serta kerangka alir
penelitian yang menampilkan rangkaian proses yang akan dilakukan dalam
penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan
dengan jelas. Mulai dari pengumpulan data, serta cara mengolah datanya.
Dalam pengolahan data di jelaskan secara jelas dan lengkap mengenai analisis
penjelasan teoritis secara kualitatif ,kuantitatif ataupun statistik.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil semua proses penelitian
yang telah dilakukan secara ringkas dan jelas untuk mencapai tujuan penelitian
guna menjawab rumusan masalah sehingga hasil tersebut dapat digunakan
sebagai rekomendasi/saran kepada pihak yang terkait dalam penelitian.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Penelitian Terdahulu


Sritomo Wignjosoebroto,”Evaluasi Ergonomis Dalam Perancangan
Produk”. Pada penelitian tersebut menyatakan bahwa evaluasi ergonomis
dalam hal ini merupakan salah satu langkah pengujian agar sebuah rancangan
produk pada saat dioperasikan tidak saja mampu memberikan fungsi-fungsi
yang telah direncanakan, akan tetapi juga mampu memberikan keselamatan,
kesehatan dan juga kenyamanan pada saat dioperasikan. Akhirnya, rancangan
produk yang ergonomis itu jelas akan mampu pula meningkatkan nilai
komersial dan daya saing produk.
Chandra Suhadinata (2011),”Segi Perancangan inovasi sapu lantai
dengan pendekatan ergonomi”, dalam penelitian tersebut Konsep
perancangan dan pengembangan produk inovasi sapu lantai multifungsi
tersebut mengacu pada konsep ergonomis, dimana adanya modifikasi gagang
sapu yang bisa diperpanjang pendekkan sesuai dengan kebutuhan
penggunanya dan lakop (kepala) sapu yang lebih lebar. Pengguna sapu pada
umumnya menggenggam bagian ujung, setengah, atau tiga per empat dari
panjang sapu. Jika sapu yang digunakan lebih pendek daripada penggunanya,
maka pengguna cenderung menyapu dengan posisi kerja membungkuk dan
menggenggam ujung sapu. Sedangkan dalam ilmu ergonomi, posisi kerja
yang benar ialah posisi tubuh tetap tegak agar kerangka tubuh dapat
menopang tubuh dengan tepat.
Reisky Billy (2017), “Perbaikan rancangan berdasarkan evaluasi
keamanan produk pada kruk axilla beroda (Aji-Lukman)”, dalam penelitian
tersebut mengevalusi produk krux beroda (Aji Lukman) Karena dalam
produk tersebut belum diketahui apakah terdapat kesalahan desain sehingga
perlu adanya evaluasi keamanan produk. Dalam penenlitian tersebut
dilakukan pembobotan dengan menggunkan metode Simple Additive Weight
guna mengetahui elemen rancangan yang memiliki potensi bahaya paling
tinggi dan Morphologycal Analysis (MA) sebagai pengumpulan ide-ide dalam
melakukan perbaikan serta software olah desain 3D untuk mempermudah
pembuatan desain.
2.2. Evaluasi
2.1.1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu prosedur ilmiah yang sistematis yang
dilakukan untuk mengukur hasil program atau proyek (efektifitas suatu
program) sesuai dengan tujuan yang direncanakan atau tidak, dengan
cara mengumpulkan, menganalisis dan mengkaji pelaksaaan program
yang dilakukan secara objektif. Kemudian merumuskan
dan menentukan kebijakan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan
nilai-nilai positif dan keuntungan suatu program.
2.1.2. Fungsi dan Tujuan Evaluasi
Berdasarkan uraian Michael Scriven (dalam Arikunto, 2007: 222-
223) dan Tayipnapis (1989: 3) dapat disimpulkan bahwa penelitian
evaluasi mempunyai dua fungsi yaitu 1) Fungsi formatif, untuk
pengumpulan data pada kegiatan yang sedang berjalan dan digunakan
untuk perbaikan, pengembangan, dan modifikasi program. 2) Fungsi
sumatif yang dilaksanakan setelah program selesasi dilaksanakan.
Digunakan untuk pertanggungjawaban program dan penentuan sejauh
mana kemanfaatan program. Penelitian evaluasi bertujuan untuk
mengevaluasi komponen-komponen program dan program secara
menyeluruh.
2.1.3. Prosedur Evaluasi
prosedur penelitian evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2007:
299-230) adalah sebagai berikut:
a) Peneliti mengadakan pengkajian terhadap buku-buku, lapangan
dan menggali informasi dari para pakar untuk memperoleh
gambaran tentang masalah yang akan diteliti.
b) Peneliti merumuskan problematika penelitian dalm bentuk
pertanyaan penelitian setelah terlebih dahulu mengkaji lagi
sumber-sumber yang relevan untuk memperoleh ketajamn
problematika.
c) Peneliti menyusun proposal penelitian dengan mencantumkan latar
belakang masalah, alasan mengadakan penelitian, problematika,
tujuan, hipotesis (disertai dengan dukungan teori dan penemuan-
penemuan penelitian), metodologi penelitian yang memuat subjek
penelitian (populasi dan sampel dengan rincian besarnya sampel,
teknik sampling dan siapa sampel penelitiannya), instrumen
pengumpulan data dan teknik analisis data.
d) Peneliti mengatur perencanaan penelitian, menyusun instrumen,
menyiapkan kancah penelitian dan melaksanakn uji coba
instrumen.
2.3. Perbaikan Desain (Redesign)
Kata redesign diadopsi dari bahasa Inggris redesign yang terdiri
dari dua unsur, yaitu re yang berarti mengulang/ kembali dan design yang
berarti merencanakan/ membentuk. Jadi kata ‘redesign’ berarti
merencanakan kembali/membentuk ulang sesuatu yang sudah ada.
Redesign adalah suatu perencanaan untuk melakukan perubahan
pada struktur dan fungsi suatu benda, bangunan atau suatu sistem dengan
tujuan untuk menghasilkan manfaat yang lebih baik dari desain semula, atau
untuk menghasilkan fungsi yang berbeda dari desain semula.
2.4. Anthropometri
Antropometri berasal dari “anthro” yang memiliki arti manusia dan
“metri” yang memiliki arti ukuran. Antropometri adalah sebuah studi
tentang pengukuran tubuh dimensi manusia dari tulang, otot dan jaringan
adiposa atau lemak (Survey, 2009). Menurut (Wignjosoebroto, 2008),
antropometri adalah studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh
manusia. Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh manusia
seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan,
lingkar tubuh, panjang tungkai, dan sebagainya.
Gmbar 2.1. Gambar Anthropometri tangan manusia
Manusia memiliki berbagai ukuran tubuh manusia yang berbeda antara
manusia yang satu dengan lainnya, seperti berat badan (kurus, sedang, dan
berat), ukuran tinggi tubuh ketika posisi berdiri (kecil, sedang, dan tinggi),
lingkar tubuh (kecil, sedang, dan besar) serta posisi ketika merentangkan
tangan, panjang tungkai, dan sebagainya. Data antropometri tersebut
digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja,
fasilitas kerja, dan desain produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai
dan layak dengan dimensi anggota tubuh manusia yang akan
menggunakannnya. Dengan antropometi dapat mengetahui jarak yang
sesuai dan ergonomis ketika terdapat interaksi antara operator dengan kursi,
meja dan seperangkat komputer. Selain itu juga dapat mengetahui desain
yang tepat dan ergonomis ketika membuat sebuah produk seperti kursi,
meja, jok mobil, dan baju.
Antropometri dapat dibagi atas antropometri structural (statis) dan
antropometri fungsional (dinamis). Antropometri statis adalah pengukuran
keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam posisi diam pada dimensi-dimensi
dasar fisik, meliputi panjang segmen atau bagian tubuh, lingkar bagian
tubuh, massa bagian tubuh, dan sebagainya. Antropometri dinamis adalah
pengukuran keadaan dan cirri-ciri fisik manusia ketika melakukan gerakan-
gerakan yang mungkin terjadi saat bekerja, berkaitan erat dengan dimensi
fungsional, misalnya tinggi duduk, panjang jangkauan, dan lain-lain. Dalam
penerapannya, kedua antropometri ini tidak dibedakan. Hasil pengukuran
baik pada keadaan statis atau dinamis secara umum disebut data
antropometri.
Bila antropometri hanya dipandang sebagai suatu pengukuran tubuh
manusia semata, maka hal tersebut tentu dapat dilakukan dengan mudah dan
sederhana. Namun kenyataannya, banyak faktor yang harus diperhatikan
ketika data ukuran tubuh ini digunakan dalam perancangan. Salah satunya
adalah adanya keragaman individu dalam ukuran dan dimensi tubuh.
Variansi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya (Wickens, 2004;
kroemer, 2003) :
1. Usia
Tinggi tubuh manusia terus bertamabah mulai dari lahir hingga usia
sekitar 20-25 tahun. Usia saat berhentinya pertumbuhan pada
perempuan lebih dini daripada laki-laki. Berbeda dengan tinggi tubuh,
dimensi tubuh yang lain, seperti bobot badan dan lingkar perut mungkin
tetap bertambah hingga usia 60 tahun. Pada tahap usia lanjut, dapat
terjadi perubahan bentuk tulang seperti bungkuk pada tulang punggung,
terutama pada perempuan.
2. Jenis Kelamin
Pengamatan kita sehari-hari menunjukkan adanya perbedaan
antropometri antara laki-laki dan perempuan. Di usia dewasa, laki-laki
pada umumnya lebih tinggi daripada perempuan, dengan perbedaan
sekitar 10%. Namun perbedaan ini tidak terlihat saat usia pertumbuhan.
Tingkat pertumbuhan maksimum perempuan terjadi pada usia sekitar
10-12 tahun. Pada usia ini perempuan cenderung lebih tinggi dan lebih
berat dibandingkan laki-laki seusianya.
3. Ras dan Etnis
Ukuran dan proporsi tubuh sangat beragam antar ras dan etnis yang
berbeda, misalnya antara Negroid (Afrika), Kaukasoid (Amerika Utara
dan Eropa), Mongoloid atau Asia, dan Hispanik (Amerika Selatan).
Perhatikan data berikut yang diambil dari Kroemer (2003). Tinggi rata-
rata orang Cina (bagian selatan) adalah 166 cm (laki-laki) dan 152 cm
(perempuan). Bandingkan dengan rata-rata orang Amerika Utara
dengan tinggi bada sekitar 179 cm untuk laki-laki dan 165 cm untuk
perempuan. Orang Asia biasanya mempunyai postur yang berbeda
dengan Amerika dan Eropa, dengan proporsi kaki yang lebih pendek
dan punggu g lebih panjang.
4. Pekerjaan dan Aktivitas
Perbedaan dalam ukuran dan dimenis fisik dapat dengan mudah
kita temukan pada kumpulan orangg yang mempunyai aktivitas kerja
berbeda. Sebagai contoh, petani didesa yang terbiasa melakukan kerja
fisik berat memiliki antropometri yang berbeda dengan orang-orang
yang tinggal di kota dengan jenis pekerjaan kantoran yang hanya duduk
didepan komputer. Orang yang berolahraga secara rutin juga
mempunyai postur tubuh yang berbeda dengan mereka yang jarang
berolahraga.
5. Kondisi Sosio-ekonomi
Faktor kondisi sosio-ekonomi berdampak pada pemberian nutrisi
dan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan badan. Selain itu, faktor ini
juga berhubungan dengan kemampuan untuk mendapatkan pendidikan
yang lebih tinggi. Mahasiswa memiliki tinggi tubuh yang lebih tinggi
daripada teman seusianya yang bukan mahasiswa. Panero dan Zelnik
(1979) menggambarkan hubungan yang linier antara rata-rata tinggi
badab dan bobot anak-anak di Amerika Serikat dengan pendapatan
keluarga dan tingkat pendidikan terakhir orang tua. Berbagai penelitian
menunjukkan terjadinya peningkatan pada tinggi tubuh rata-rata
manusia antargenerasi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya kemakmuran dan asupan gizi yang lebih baik
dibandingkan generasi sebelumnya. Basis data antropometri biasanya
dibedakan atas 5 faktor diatas. Pembedaan ini dilakukan agar dalam
penggunaannya dapat disesuaikan secara spesifik dengan karakteristik
populasi target pengguna hasil rancangan, misalnya apakah target
adalah laki-laki atau perempuan, atau berasal dari kelompok ras tertentu
dan kelompok pekerja tertentu. Faktor usia biasanya dibedakan atas
anak-anak, remaja, dan dewasa dengan mencantumkan kisaran umur
yang dimaksud/diasumsikan. Selain itu, pada suatu basis data juga
tercantum tahun pengambilan data (berhubungan dengan kondisi sosio-
ekonomi), jumlah sampel data (berhubungan dengan tingkat keyakinan
secara statistik), serta simpangan baku (menggambarkan variasi data).

Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam perancangan


produk, diantaranya sebagai berikut :

1. Perancangan berdasarkan individu besar/kecil (konsep persentil


kecil/besar)
Dalam konsep ini, mereka yang mempunyai tubuh besar atau tubuh
kecil dijalankan sebagai pembatas besarnya populasi pengguna yang
akan diakomodasi oleh rancangan. Biasanya dijadikan acuan adalah
persentil besar (P95) atau persentil kecil (P5). Idealnya memang suatu
rancangan dapat mengakomodasi 100% populasi jika tidak ada kendala
dalam biaya, estetika dan aspek teknis. Rancangan yang mampu
mengakomodasi 100% pengguna diperlukan ketika faktor keselamatan
(safety) menjadi pertimbangan, misalnya tinggi posisi alarm berbahaya.
Dalam hal ini, tinggi posisi alarm bahaya dapat mengacu kepada tinggi
bahu berdiri dengan menggunakan P1 sehingga setiap orang jika
diperlukan dapat menjangkau dengan cepat dan mudah.
2. Perancangan yang dapat disesuaikan
3. Konsep ini digunakan untuk berbagai produk atau alat yang dapat diatur
atau disesuaikan panjang, lebar, dan lingkarnya sesuai dengan
kebutuhan pengguna. Kisaran kemampu-sesuaian ini biasnya mulai dari
perempuan dengan persentil 5 hingga laki-laki dengan persentil 95.
Namun tidak etrtutup kemungkinan terdapat kisaran yang lebih besar
untuk menampung presentase populasi yang lebih besar. Perancangan
dengan pendekatan ini merupakan konsep yang ideal namun
membutuhkan dukungan teknis dan biaya yang mahal. Contoh produk
yang biasanya menggunakan pendekatan ini adalah kursi atau meja
dengan tinggi yang dapat dinaik-turunkan, kemiringan yang bisa diatur
dan sebagainya.
4. Perancangan berdasarkan individu rata-rata
Pendekatan ini digunakan jika dua konsep sebelunya, perancangan
berdasar individu ekstrem dan perancangan yang dapat disesuaikan,
tidak relevan atau tidak mungkin dilaksanakan. Perhatikan alat
pengecek harga di supermarket. Ketinggian penempatan benda ini
dirancang berdasarkan individu rata-rata, dan tidak berdasarkan
persentil kecil atau besar, sehingga tidak terlalu rendah bagi orang yang
bertubuh diatas rata-rata dan tidak juga terlalu tinggi bagi orang yang
bertubuh dibawah rata-rata. Penempatan produk ini tidak terlalu
dirancang agar dapat diatur ketinggiannya, mengingat fungsinya
sebatas pengecek harga untuk penggunaannya yang hanya beberapa
detik.
5. Perlu diketahui bahwa konsep perancangan berdasarkan indiviidu
rata-rata ini bukan didasarkan atas seorang individu “manusia rata-
rata”. Hal ini karena tidak ada individu yang disebut pria atau wanita
rata-rata, sehingga seluruh ukuran tubuhnya dapat dijadikan sebagai
referensi perancangan. Seseorang mungkin saja memiliki tinggi tubuh
rata-rata, namun ukuran tubuh yang lain misalnya panjang tangan,
tinggi lutut dan sebagainya tidak merupakan rata-rata dari populasi.
Basis data antropometri merupakan sumber utama informasi yang
diperlukan untuk perancangan, baik perancangan temapt kerja, produk
atau objek lainnya.
2.5. Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos (aturan),
secara keseluruhan ergonomi berarti aturan yang berkaitan dengan kerja.
Ergnomi menurut Manuaba (1981) adalah ”Ilmu” atau pendekatan
multidisipliner yang bertujuan mengoptimalkan sistem manusia-
pekerjaannya, sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat,
aman, nyaman, dan efisien. Sedangkan menurut Tarwaka et al. (2004)
Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan
atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam
beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia
baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan
menjadi lebih baik.
Ergonomi adalah ilmu dari pembelajaran multidisiplin ilmu lain yang
menjembatani beberapa disiplin ilmu dan professional, serta merangkum
informasi, temuan, dan prinsip dari masing-masing keilmuan tersebut.
Keilmuan yang dimaksud antara lain ilmu faal, anatomi, psikologi faal,
fisika, dan teknik. Ilmu faal dan anatomi memberikan gambaran bentuk
tubuh manusia, kemampuan tubuh atau anggota gerak untuk mengangkat
atau ketahanan terhadap suatu gaya yang diterimanya. Ilmu psikologi faal
memberikan gambaran terhadap fungsi otak dan sistem persyarafan dalam
kaitannya dengan tingkah laku, sementara eksperimental mencoba
memahami suatu cara bagaimana mengambil sikap, memahami,
mempelajari, mengingat, serta mengendalikan proses motorik. Sedangkan
ilmu fisika dan teknik memberikan informasi yang sama untuk desain
lingkungan kerja dimana pekerja terlibat.Kesatuan data dari beberapa
bidang keilmuan tersebut, dalam ergonomi dipergunakan untuk
memaksimalkan keselamatan kerja, efisiensi, dan kepercayaan diri pekerja
sehingga dapat mempermudah pengenalan dan pemahaman terhadap tugas
yang diberikan serta untuk meningkatkan kenyamanan dan kepuasan
pekerja (Oborne, 1955).
Tujuan penerapan ergonomi menurut Tarwa et al. (2004) adalah
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja
fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja;
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah
tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis,
dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga
tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. (Tarwaka. dkk,
2004).
2.6. Resiko
Menurut KBBI resiko adalah akibat yang kurang menyenangkan
(merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Secara
istilah Resiko merupakan bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat
terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang
akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu
keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak
dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.

Gambar 2.2 anak sedang menyapu dengan sapu orang dewasa


Penggunaan sapu oleh anak tentu akan ada resiko yang mungkin
ditimbulkan seperti lantai yang belum bersih maksimal, kelelahan pada
anak, bahkan cedera karena bentuk sapu yang tidak sesuai dengan postur
tubuhnya.
2.7. Sapu Anak

Gambar 2.1 Gambar Sapu ijuk


Sapu adalah salah satu alat pembersih yang terdiri dari
bagian serat atau serabut kaku dan biasanya terpasang atau terikat kepada
suatu pegangan silindris. Bentuk sapu hampir selalu mengalami perubahan
mulai dari bahan ranting-ranting pohon hingga seikatan serat-serat alami.
Pada mulanya, sapu memiliki bentuk bulat, bentuk yang mudah dibuat tetapi
kurang efisien untuk melakukan pembersihan. Sapu dapat diikatkan ke
sebuah pegangan, baik yang pendek untuk pembersih debu, maupun
panjang untuk menyapu lantai atau perapian. Dari pengertian tersebut
sehingga dapat diartikan bahwa sapu anak adalah alat pembersih yang
penggunaannya diperuntukkan untuk anak-anak sebagai media latih untuk
mengajarkan kebersihan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian


Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sapu. Dimana sapu
yang ada saat ini dikaji/evaluasi untuk mengetahui kekurangan, kelemahan,
ataupun kesalahannya yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam merancang sapu yang diperuntukkan untuk anak-anak sebagai media
latih untuk mengajarkan kebersihan.
3.2. Jenis Data
Pada penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan
data sekunder sebagai berikut:
1. Data Primer
Merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli/Pihak pertama, dalam hal ini adalah objek penelitian. Data primer
dapat berupa wawancara, kuisioner, observasi saecara langsung, dan
hasil pengujian. Data primer dalam penelitian ini yaitu data mengenai
kekurangan, kelemahan, dan kesalahan dari produk selain itu juga
dilakukan pengukuran anthropometri anak (Dimensi tubuh anak) untuk
menyesuaikan terhadap dimensi produk sapu yang akan dibuat.
2. Data Sekunder
Merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara seperti arsip atau laporan historis perusahaan
atau instansi terkait. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari studi literatur.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di
lapangan atau lokasi penelitian. Agar memperoleh data-data konkret dan
ril secara langsung sehingga dapat mengetahui permasalahan di
lapangan / objek penelitian. Pengamatan langsung dalam penelitian ini
adalah pengamatan terhadap jenis-jenis produk sapu yang ada saat ini.
Adapun data yang diambil secara langsung yaitu mengenai ukuran
dimensi tubuh anak (Anthropometri anak), jenis sapu, dan jumlah Error
(kesalahan) atau ketidaksesuaian dari sapu yang ada saat ini.
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari referensi teori yang relefan
dengan penelitian ini. Studi literatur dalam penelitian ini meliputi
pencarian jurnal, buku, dan penelitian – penelitian serupa yang telah
dilakukan terdahulu terkait evaluasi dan perancanagan ulang produk.
3.4. Metode Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dalam pengamatan langsung (observasi),
kemudian dilakukan analisis / pengolahan data dengan cara analisis
kuantitatif ataupun kualitatif. Dalam penelitian ini produk sapu anak di
analisis / dikaji untuk mengetahui kekurangan/kelemahan kemudian
dilakukan perbaikan desain. Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain:
3.4.1. Peninjauan Standar dan aturan
Penjinjauan ini dilakukan untuk mempermudah dalam proses
pembuatan rancangan (desain) suatu produk seperti penentuan
ukuran, material yang digunakan, dan cara kerja produk itu sendiri.
Sehingga kebutuhan rancangan dapat disesuaikan dengan standar
dan aturan yang ada sehingga dapat mengurangi kesalahan
(ketidakseuaian) ataupun resiko lain.
3.4.2. Evaluasi Anthropometry
Melakukan evaluasi produk sapu anak berdasarkan dari studi
pengukuran dimensi tubuh anak. Hal ini penting dilakukan dalam
merancang suatu produk agar desain produk benar-benar pas
digunakan si pengguna tanpa menyebabkan resiko atau dampak-
dampak yang ditimbulkan.
3.4.3. Faktor Resiko
Mengevaluasi kemungkinan resiko ataupun dampak yang
ditimbulkan dalam penggunaan sapu anak terhadap sipemakai
produk (anak).
3.4.4. Pembobotan Simple Additive Weighting (SAW)
Pembobotan dilakukan untuk mengetahui dan menentukan elemen
rancangan yang memiliki tingkat resiko paling tinggi dan
memerlukan perbaikan.
3.4.5. Morphological Analysis
analisis ini bertujuan untuk mengumpulkan ide atau kemungkinan
solusi yang telah didapatkan berdsarkan elemen rancangan yang
perlu dilakukan perbaikan.
3.4.6. Perancangan ulang (Perbaikan Desain)
Konsep rancangan yang telah didapatkan dari banyaknya ide-ide

yang terkumpul, kemudian rancangan (desain) tersebut

divisualisasikan pada gambar 3D untuk memperjelas desain yang

telah dibuat.
3.5. Kerangka Alir Penelitian

MULAI

Stu di P endahuluan

Evaluasi Produk
 T injaua n lite ratur, T injaua n data anthropome tri,
standa r, dan a tura n (Re gula si)
 Anal isis D es ain
 Anal isis Re sik o

Identifikasi Masalah

Pengumpulan &
Pengolahan

Prioritas Perbaikan
 Menentukan Kriteria
 Simple Additive Weighting
 Menentukan Prioritas Perbaikan

Pemilihan Alternatif Desain

 Morpholo gical Analysis


 Kon flik pen gun aan

Perbaikan Desain (Perancangan ulang)

Pengerjaan d esain menggunakan


software desain 3D

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI
Daftar Pustaka
Juliawan, Reisky.B. 2017. Perbaikan Rancangan Berdsarkan Evaluasi Keamanan
Produk pada Kruk Axilla Beroda (Aji-Lukman). Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.

Suhadinata, Chandra. 2011. Segi Perancangan Sapu Lantai dengan Pendekatan


ergonomi. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.

Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Tayipnapis, F.Y. 1989. Evaluasi Program. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Surabaya, Guna


Widya.

Você também pode gostar