Você está na página 1de 7

A.

JUDUL:

”PENETAPAN HARGA DALAM UU NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN


PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT ( STUDI PUTUSAN
NO 08/KPPU-I/2005)”

B. LATAR BELAKANG

Adanya kegiatan perdagangan dapat di kaitkan dengan pergerakan perkonomian


masyarakat dan dunia usaha. Dalam perkembanganya saat ini dengan meningkatnya harga
barang-barang kebutuhan sehari-hari sementara tingkat pendapatan pekerja yang relative tentu
saja menyebabkan melakukan proses perdagangan lebih menjanjikan dari pada menjadi pegawai
atau pekerja. Akan tetapi dalam melakukan proses perdagangan tidak semudah yang kita
bayangkan, banyak masalah-masalah yang timbul dalam proses perdagangan itu sendiri.
Persaingan merupakan ekspresi kebebasan , persaingan usaha diyakini sebagai mekanisme untuk
dapat mewujudkan efisiensi dan kesejahteraan masyarakat.

Macam-macam bentuk dari kecurangan dalam melakukan usaha dagang sebagai contoh
monopoli, monopsoni,penguasaan pasar, persekongkolan, perjanjian dilarang dan lain-lain. Hal
tersebut terbukti dari salah satu informasi dari media cetak yang melakukan wawancara dan
mendapat informasi sebagai berikut “ komisi pengawas persaingan usaha (KPPU) mengatakan,
praktik persaingan tidak sehat masih berlangsung. Hal tersebut menjadi tantangan bagi KPPU.1

Untuk melindungi konsumen dan mendorong persaingan usaha yang sehat antar sesama
pelaku , maka perjanjian penetapan harga termasuk kegiatan per se illegal/anti persaingan. Per se
illegal adalah larangan mutlak tanpa melihat kondisi pasar. Artinya tidak perlu menganalisa
kondisi akibat dari perjanjian tersebut. Tidak perlu menganalisa kondisi pasar apakah
menyebakbkan persaingan usaha tidak sehat atau praktek monopoli. Yang ditekankan dalam
perjanjian penetapan harga adalah tindakan pelaku dalam proses pembentukan harga yang anti
persaingan. Persaingan usaha tidak sehat dapat mengakibatkan kerugian bagi beberapa pihak dan
dapat merusak kelancaran dari majunya perekonomian dunia maupun local. Oleh karna itu
sebelum terlambat dalam mengatasi , maka kita harus mencegah hal tersebut terjadi.

1
Economy.okezone.com, Persaingan Usaha Tidak Sehat Masih Terjadi, Diakses pada tanggal 9 juni 2013
Dalam hal ini penetapan harga dilakukan bertujuan untuk menghasilkan laba yang
setinggi-tingginya.dengan adanya penetapan harga yang dilakukan antara pelaku usaha
(produsen atau penjual), maka akan meniadakan persaingan dari segi harga bagi produk yang
mereka perdagangkan, yang kemudian dapat mengakibatkan surplus konsumen yang seharusnya
dinikmati oleh pembeli atau konsumen terpaksa beralih ke produsen atau penjual, tanpa harus
mencari alasan-alasan mereka melakukan perbuatan tersebut atau tidak diperlukan membuktikan
perbuatan tersebut menimbulkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak
sehat.Persaingan usaha diyakini sebagai mekanisme untuk dapat mewujudkan efisiensi dan
kesejahteraan masyarakat.bila persaingan dipelihara secara konsisten, akan tercipta kemanfaatan
bagi masyarakat konsumen, yaitu berupa pilihan produk yang bervariantif dengan harga pasar
serta dengan kualitas tinggi. Sebaliknya, bila persaingan dibelenggu oleh peraturan-peraturan,
atau dihambat oleh perilaku-perilaku usaha tidak sehat dari perilaku pasar, maka akan muncul
dampak kerugian pada konsumen.2

Perjanjian penetapan harga merupakan salah satu bentuk perjanjian yang dilarang oleh
undang-undang anti monopoli. Dalam hal ini perjanjian dilarang oleh pasal 5,6,7 dan 8. 3 Pelaku
usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapakan harga
atas suatu barang. Perjanjian penetapan harga menurut UU persaingan usaha adalah suatu
perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu sama atau lebih
pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis. Sedangkan tindakan
penetapan harga adalah tindakan membentuk harga suatu barang/jasa yang dapat dinilai dengan
uang. Harga suatu barang/jasa akan menjadi hal penting bagi pelaku usaha dan konsumen untuk
mendapatkan suatu kesepakatan. Perjanjian yang dilarang per se hanya perjanjian harga ( pasal 5
) horizontal dan diskriminasi ( pasal 6 ). Sedangkan perjanjian harga lain yaitu pasal 7 dan 8
diatur secara rule of reason. Artinya tidak semua perjanjian harga pasti menyebabkan hambatan
persaingan.4

2
Irna Nurhayati, Kajian Hukum Persaingan Usaha: Kartel Antara Teori Dan Praktik. (Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis
Vol.30-No.2-Tahun 2011). Hlm.6.
3
Munir Fuady, S.H., M.H., LL.M. Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2003, hlm. 54
4
Prof. Dr. Ir. Tresna P. Sumardi, Ikhtisar Ketentuan Persaingan Usaha, The Indonesia Netherlands National Legal
Reform Program (NLRP), Jakarta, 2010, hlm.19
Jenis perjanjian ini sering terjadi dalam praktek kegiatan usaha, yang ditentukan oleh pelaku
usaha di bidang tertentu, dengan maksud mencari keuntungan secara mudah, sehingga
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Idealnya harga suatu barang/jasa
terbentuk melalui mekanisme pasar. Harga melaui mekanisme pasar disini adalah harga
barang/jasa yang terbentuk bukan ditentukan oleh kesepakatan sesama pelaku usaha, tetapi
terbentuk karna kekuatan penawaran dan permintaan. Pelaku usaha maupun konsumen berperan
sebagai price taker bukan price maker.

Maka dari itu dibuakan UU mengenai persaingan usaha, sejarah lahirnya Undang-undang
di bidang persaingan usaha tidak terlepas dari krisis moneter yang dialami Indonesia. Untuk
mendapat bantuan internasional, baik melalui Negara donor maupun organisasi Internasional.
Indonesia “dipaksa” untuk memenuhi beberapa syarat. Salah satu syarat yang harus terpenuhi
adalah pembentukan peraturan perundang-undangnan di bidang persaingan usaha. Tahun 1999,
lahirlah UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat ( UU persaingan usaha ). Tujuan dari Undang-undang ini adalah menjaga
kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.5 Keberadaan Undang-undang persaingan usaha yang
berasaskan demokrasi juga harus memperhatikan keseimbangan antara kepentingn pelaku usaha
dan kepentingan masyarakat, sehingga UU tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dan
strategis dalam mewujudkan iklim persaingan usaha yang sehat di Indonesia.6

Secara garis besar Undang-undang persaingan usaha mengatur tiga bagian besar
mengenai perbuatan dilarang, perjanjian dilarang, dan posisi dominan ( berkaitan dengan
penguasaan atas pasar ). Untuk mengatasi kondisi persaingan usaha khususnya dibidang
perjanjian peneapan harga oleh pelaku usaha. Undang-undang anti monopoli membentuk suatu
lembaga khusus terkait dengan pengawasan persaingan usaha yakni komisi pengawasan
persaingan usaha (KPPU), yaitu dimana salah satu tugas pokok lembaga ini adalah untuk
mengawasi pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan persaingan usaha. Dengan demikian,
permasalahan yang dihadapi setiap pelaku usaha yaitu adanya persaingan, berhubungan dengan

5
A.M. Tri Anggriani, Penerapan Pendekatan Rule Of Reason dan Per Se Illegal Dalam Hukum Persaingan , Jurnal
Hukum Bisnis, Vol 24, No. 2, 2005, hlm
6
Dr.Susanti Adi Nugroho, S.H.,M.H, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia Dalam Teori Praktik Serta Penerapan
Hukumnya, Kencana Predamedia Group, Jakarta, hlm. 4
“peranan” (role) yang dimainkan oleh KPPU. Dalam hal ini KPPU memiliki peranan dan
kewenangna untuk menentukan dan memutuskan pihak-pihak yang dirasa melanggar ketentuan
undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat.7 Pasal 35 huruf (f) Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat telah mengamanatkan kepada komisi pengawas
persaingan usaha untuk menyusun suatu pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan Undang-undang No. 5 Tahun 1999. Berkaitan dengan tugas tersebut, KPPU telah
mengeluarkan peraturan KPPU No. 4 Tahun 2011 tentang pedoman pasal 5 ( penetapan harga ),
sebelum di sahkan pedoman tersebut telah melauli proses pengumpuln opini public sehingga
mampu mencakup kepentingan setiap pihak. Pedoman setiap pasal ini sendiri dimaksudkan
untuk memberikan penjelasan yang lengkap namun mudah dimengerti kepada berbagai pihak
yang secara tidak langsung ikut berperan dalam upaya mewujudkan iklim usaha, pemerintah,
penegak hukum maupun masyarakat pada umumnya.

Dalam hal ini salah satunya adalah terkait dengan putusan perkara No. 08/KPPU-I/2005
tentang penyediaan jasa survey gula impor oleh PT Sucofindo dan PT Surveyor Indonesia.
Komisi pengawasan persaingan usaha Republik Indonesia selanjutnya di sebut komisi yang
memeriksa dugaan pelanggaran terhadap pasal 5 ayat (1), pasal 17 dan pasal 19 huruf a Undang-
undang No 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat.8

Pada putusan KPPU no. 08/KPPU-I/2005 atas perkara penetapan harga tersebut telah
diputus oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang menytatakan bahwa para pihak terlapor
terbukti bersalah melakukan tindakan yang diduga dilakukan oleh PT Sucofindo dan PT
Surveyor Indonesia. Hal ini dapat di tinjau dari amar putusan yang memuat pasal 5 ayat (1)
dalam Undang-Undang nomor 5 tahun 1999 , menyatakan bahwa9 : “ pelaku usaha di larang
membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu baranf

7
Rasni Putri , Analisis KPPU Tentang Persekongkolan Tender Kasus Pengadaan Palapa Ring Mataram Kupang Cable
System Project PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, “( Skripsi Universitas Mataram ), 2017, hlm. 4
8
Indonesia, Putusan KPPU Nomor: 08/KPPU-I/2005, Tertanggal 30 Desember 2005 perihal Perkara dalam
Pelanggaran pasal 5 ayat (1), pasal 17, dan pasal 19 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Perihal
Penyediaan Barang Jasa Survey Gula Impor Oleh PT Sucofindo dan PT surveyor indonesia.
9
Indonesia, Undang-undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, UU No. 5
Tahun 1999, LN No. 3817, Psl. 5 ayat (1).
dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang
sama.

Dalam ketentuan pasal 17 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999, juga menyatakan bahwa:10

(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaaan atas produksi dan atau pemasaran barang atau
jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.

(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan pasar atas produk dan atau
pemasaran barang atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila :

a. barang atau jasa yang bersangkutan belum ada subsitusinya; atau

b. mengakibatkan pelaku usaha lain dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang dan atau jasa
yang sama : atau

c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% ( lima puluh
persen ) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Dan dalam ketentuan pasal 19 huruf a Undang-undang Nomor 5 tahun 1999, juga menyatakan :11
“pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama
pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat berupa: (a). menghalangi konsumen atau pelanggaran pelaku usaha pesaingnya
atau tidak melakukan hubungan usahah dengan pelaku usaha pesaingnya itu.”

Permasalahan mengenai adanya dugaan pelanggaran pasal 5 ayat (1) pasal 17 dan pasal
19 huruf a perihal penyediaan jasa survey gula impor oleh PT Sucofindo dan PT surveyor
Indonesia sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai bentuk pelanggaran yang
dilakukan dalam putusan ini dalam bentuk yang seperti apa. Mengingat dalam amar putusan
perkara nomor 08/KPPU-I/2005 menyatakan bahwa PT Sucofindo dan PT surveyor Indonesia
terbukti secara sah melanggar Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dalam hal ini perlu dikaji mendalam terkait

10
Indonesia, Undang-undang Tentang Larangan Praktek Monopoli.., Op.cit., Psl.17
11
Indonesia, Undang-undang Tentang Larangan Praktek Monopoli.., Op.cit., Psl. 19 huruf a
bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh PT Sucofindo dan PT surveyor Indonesia tersebut oleh
Komisi Persaingan Pengawas Usaha. Dimana terdapat pelanggaran undang-undang praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat perihal dalam bidang penyediaan jasa verifikasi atau
penelusuran tehnik impor gula.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas penyusun mencoba menganalisa lebih jauh melalui
penyusunan proposal skripsi judul “ Penetapan Harga Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat ( Studi Putusan
Perkara NO. 08/KPPU-I?2005 ).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penyusun merumuskan masalah sebagai
berikut :

1. Apakah putusan tersebut telah sesuai penerapannya dengan putusan pasal 5 ayat (1), pasal 17
dan pasal 19 huruf a Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 ?

2. Bagaimana bentuk pelanggaran terlapor I dan terlapor II dalam putusan perkara No. 08/KPPU-
I/2005, sehingga dinyatakan sah melakukan pelanggaran pasal 5 ayat (1), pasal 17, dan pasal 19
huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
a)
b) untuk mengetahui bentuk pelanggaran perjanjian penetapan harga yang dilakukan oleh
terlapor I dan terlapor II sehingga dinyatakan sah melanggar Undang-undang penetapan
harga.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi titik focus kajian penelitian ini dan tujuan yang ingin
dicapai maka penyusun mengharapkan penelitian ini dapat member manfaat sebagai berikut :

a. Manfaat Akademis
Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, menambah dan melengkapi
perbendaharaan koleksi tesis serta kontribusi pemikiran dan untuk perkembangan hukum
kedepannya. Serta diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi teori ilmu hukum,
khususnya Hukum Perlindungan Konsumen.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pemikiran dan pertimbangan
dalam menangani dan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat, yaitu
mengenai tambahan pemahaman mengenai larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat, khususnya dalam kaitannya dengan perlindungan konsumen dalam
perjanjian penetapan harga.

Você também pode gostar