Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LAPORAN KASUS
PERSALINAN PRETERM
Oleh:
Pembimbing:
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................... ............................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Persalinan Preterm.................................... 2
2.2 Etiologi Persalinan Preterm.......................................... 2
2.3 Patofisiologi..................................................................... 3
2.4 Klasifikasi Persalinan Preterm..................................... 4
2.5 Faktor risiko .................................................................. 5
2.6 Diagnosis ........................................................................ 9
2.7 Permasalahan................................................................. 9
2.8 Tatalaksana .................................................................... 10
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan .................................................................... 13
3.2 Saran .............................................................................. 13
BAB IV. LAPORAN KASUS
4.1 Identitas Pasien ............................................................. 14
4.2 Anamnesis ..................................................................... 14
4.3 Pemeriksaan Fisik dan Umum .................................... 15
4.4 Diagnosis ....................................................................... 16
4.5 Penatalaksanaan ........................................................... 17
4.6 Lembar Follow Up ....................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................... ............................................... 20
LAMPIRAN..................................................................................... 24
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada tahun 2012 sekitar 44% bayi meninggal pada 28 hari pertama kehidupan
(masa neonatal). Penyebab terbesar (37%) ialah persalinan preterm. Persalinan
preterm menjadi penyebab kematian kedua tersering pada usia kurang dari lima
tahun setelah pneumonia (WHO, 2015). Di Amerika Serikat sebanyak 13.000
kematian neonatal atau sekitar 45% disebabkan karena persalinan preterm. Di
Afrika sebanyak 265.000 kematian neonatal atau sekitar 23% disebabkan karena
persalinan preterm. Pada tahun 2000-2003 di Asia, angka kematian neonatal yang
disebabkan persalinan preterm sebesar 413.000 atau 30% dari kematian neonatal
(WHO, 2005).
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang
dari 37 minggu. Menurut data WHO tahun 2015 bahwa di dunia setiap tahunnya
diperkirakan 15 juta bayi lahir dari persalinan preterm. Pada tahun 2005 angka
kejadian persalinan preterm di rumah sakit Indonesia sebayak 3.142 kasus dan pada
tahun 2006 yaitu sebanyak 3.063 kasus (Depkes RI, 2008). Hal ini menunjukkan
terjadinya penurunan kejadian persalinan preterm namun pada tahun 2010 angka
kejadian persalinan preterm di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup
signifikan yaitu berkisar 675.700 kasus. Angka ini menyebabkan Indonesia
menempati peringkat kelima negara dengan persalinan preterm terbesar (WHO,
2016).
Persalinan preterm dapat disebabkan adanya masalah kesehatan pada ibu hamil
dan janin itu sendiri. Penyebab pasti terjadinya persalinan preterm masih belum
jelas. Menurut Cunningham et al. (2014) terdapat faktor risiko yang dapat
menyebabkan terjadinya persalinan preterm yaitu faktor idiopatik, anomali saluran
reproduksi, hipertensi ibu, solusio plasenta, plasenta previa, ketuban pecah dini, dan
kehamilan gemelli. Preterm memiliki banyak komplikasi khususnya bagi neonatus
antara lain berupa Respiratory Distress, Intra Ventricular Haemorhagge dan
Necrotizing Eneterocolitis.
2
pecahnya kulit ketuban, sehingga bayi sering terlahir preterm (Snegovskikh et al.,
2006).
b. Anemia
Anemia adalah suatu kelainan darah yang terjadi ketika tubuh menghasilkan
terlalu sedikit sel darah merah (SDM), penghancuran SDM berlebihan, atau
kehilangan banyak SDM. Anemia selama kehamilan didefinisikan sebagai suatu
keadaan kadar hemoglobin < 10 g/dL (Cunningham et al., 2014). Angka kejadian
anemia pada kehamilan berkisar 24,1% di Amerika dan 48,2% di Asia Tenggara
pada tahun 1993-2005 (WHO, 2005).
Pada ibu hamil, total jumlah plasma dan jumlah SDM meningkat dari
kebutuhan awal, namun peningkatan volume plasma lebih besar dibandingkan
peningkatan massa SDM.Hal ini menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin,
sehingga mempengaruhi kadar O2 yang masuk ke dalam jaringan. Kurangnya
pasokan O2 ke jaringan dapat menyebabkan hipoksia jaringan yang kemudian akan
menyebabkan diproduksinya. Kortisol dan prostaglandin akan mencetuskan
terjadinya persalinan preterm pada ibu dengan anemia (U.S. Departement Of
Health and Human Services, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Levy
et al. pada tahun 2005, kadar hemoglobin yang dapat menyebabkan terjadinya
persalinan preterm adalah < 8 g/dL.
seluruh kehamilan dan bertanggung jawab untuk sepertiga dari semua persalinan
preterm (Coltart et al., 2011). Ketuban pecah selama persalinan secara umum
disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang, keseimbangan antara
sintesis dan degradasi matriksekstraseluler, perubahan struktur dan jumlah sel, dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah.Degradasi kolagen
dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor
jaringan spesifik dan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antar MMP dan Tissue Inhibitor
of Metalloproteinase (TIMP-1) mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks
ekstraseluler dan membran janin. Pecahnya selaput ketuban yang berfungsi
melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim pecah dan
mengeluarkan air ketuban menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan
ruangan dalam rahim yang memudahkan terjadinya infeksi asenden. Semakin lama
periode laten maka semakin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan
pretermdan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan
bayi atau janin dalam rahim (Prawirohardjo, 2014).
5. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 24
minggu hingga sebelum kelahiran bayi. Perdarahan antepartum menyebabkan
seperlima bayi lahir dengan persalinan preterm dan juga menyebabkan bayi yang
dilahirkan mengalami cerebral palsy. Penyebab paling sering dari perdarahan
antepartum adalah plasenta previa dan solusio plasenta.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
internum.Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
plasenta maternal dari tempat implantasinya sebelum waktunya. Perdarahan tidak
dapat berhenti dikarenakan uterus yang sedang mengandung tidak mampu
berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteri spiralis yang terputus (Prawirohardjo,
2014).Perdarahan yang terjadi pada plasenta dan desidua menyebabkan aktivasi
dari faktor pembekuan Xa (protombinase). Protombinase akan mengubah
8
6. Kehamilan Gemelli
Kehamilan gemelli adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih yang
dikandung. Kehamilan gemelli dianggap mempunyai risiko tinggi karena dapat
menyebabkan komplikasi lebih tinggi untuk mengalami hiperemesis gravidarum,
hipertensi dalam kehamilan, kehamilan dengan polihidroamnion, persalinan
preterm, pertumbuhan janin terhambat (Manuaba et al., 2007). Kehamilan gemelli
merupakan 30% penyebab terjadinya persalinan preterm di Indonesia pada tahun
2010 (Health Technology Assessment Indonesia, 2010).Fisiologi dari kehamilan
gemelli yaitu dua ovum yang dibuahi pada saat hampir besamaan atau berasal dari
satu ovum yang mengalami pemecahan disaat dini. Persalinan preterm pada
kehamilan gemelli dapat terjadi dikarenakan terjadinya overdistensi, maka retraksi
9
akibat ketegangan otot uterus makin dini sehingga dimulailah proses Braxton
Hicks, kontraksi makin sering dan menjadi HIS persalinan (Manuabaet al., 2007).
7. Polihidroamnion
Polihidroamnion adalah keadaan dimana jumlah air ketuban lebih dari
2000mL. Produksi air ketuban berlebih menyababkan terjadinya peregangan yang
berebih sehingga merangsang persalinan sebelum usia kehamilan 28 minggu. Hal
tersebut dapat menyebabkan kelahiran pretermdan dapat meningkatkan kejadian
bayi dengan berat badan lahir rendah (Cunningham et al., 2014).
1. Beta 2 agonis
Beta 2 agonis terikat pada reseptor beta 2 pada permukaan miosit dan memediasi
relaksasi miometrial dengan perantara cAMP. Namun, beta 2 agonis juga memiliki
efek pada beta 1 yang mengakibatkan palpitasi hebat. Penggunaan jangka lama
pada beta 2 mimetik dapat menyebabkan penurunan kepekaan pada reseptor beta 2
(Tak Yuen Fung,2009).
Spesimen yang sering digunakan adalah terbutalin. Terbutalin sebanyak 2 ampul
atau 1000 mcg dicampurkan dalam 500 ml NaCl 0,9% sehingga didapatkan
konsentrasi 0,5 mcg tiap 5 tetes. Untuk mencegah kontraksi dimulai dengan 1 mcg
dan dikoreksi tiap 15 menit dengan naik sebanyak 0,5 mcg. Batasnya hingga 5 mcg.
Apabila pada tetesan tertentu kontraksi sudah berhenti pertahankan kurang lebih 1
jam lalu perlahan tiap 15 menit diturunkan 0,5 mcg hingga didapatkan dosis
maintanance 2 mcg. Setelah 8 jam tanpa kontraksi dalam dosis maintanance maka
dapat diberikan terbutalin per oral 2,5 mg/tabtiap 8 jam hingga 5 hari. Efek samping
dari beta 2 agonis adalah takikardi gangguan sirkulasi fetomaternal (Hariadi,2014)..
4. Progesteron
Progesteron juga digunakan untuk mencegah persalinan preterm (Hariadi,2014).
b. Maturasi paru
Kortikosteroid digunakan untuk pematangan paru. Spesimen yang digunakan
biasanya adalah bethametasone 12-16 mg/hari selama 2 hari ataupun
dexamethasone 6 mg setiap 6 jam secara intramuskular. Pemakaian berulang tidak
dianjurkan karena dapat meningkatkan efek hipertensi pada ibu dan gangguan
perkembangan syaraf pada janin (Hariadi,2014).
c. Antibiotik
Digunakan untuk mencegah infeksi. Spesimen yang digunakan biasanya adalah
derivat penisilin/ampisilin (Hariadi,2014).
d. Cara Persalinan
Diusahakan yang minimal efek traumatisnya. Cara yang biasa digunakan adalah
persalina per vaginam atau SC sesuai indikasi obstetri(Hariadi,2014).
kecuali jika paru sudah matang (dengan pemeriksaan cairan amnion untuk
pemeriksaan lecithin/spyngomyelin).
13
3.1 Kesimpulan
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari
37 minggu. Ada berbagai macam faktor risiko dan etiologis dari persalinan preterm.
Persalinan preterm sendiri memiliki banyak komplikasi, baik bagi janin maupun
bagi ibu. untuk itu, penanganan bagi persalinan preterm perlu dilakukan dengan
tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.
3.2 Saran
Edukasi bagi ibu yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya persalinan preterm
sehingga pencegahan maupun penanganan dapat diberikan sedini mungkin.
14
4.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Kenceng-kenceng
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli hamil dengan
mengeluh kenceng-kenceng sejak 3 hari yang
lalu. Pasien merasa hamil 5 bulan lebih,
HPHT lupa, kemudian dirujuk ke RSD dr.
Soebandi. Pasien memiliki riwayat keputihan
sejak 2 minggu yang lalu, gatal (+), berbau (-
). Keputihan tidak diobati.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien menyangkal memiliki penyakit
saluran reproduksi (infeksi/ keganasan).
HT (-) DM (-) Asma (-)
Pasien tidak pernah dirawat inap di rumah
sakit dan tidak pernah dioperasi.
Riwayat Alergi : Riwayat alergi obat/ makanan (-)
15
TBJ : 930 gr
• Pemeriksaan Umum
Mammae
Inspeksi : aerola mammae menonjol
Kepala/Leher : anemis/icterus/cyanosis/dipsneu (-/-/-/-)
Thorax :
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V mcl s
Perkusi : redup
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, e/g/m : -/-/-
Pulmo
Inspeksi : simetris, retraksi -/-
Palpasi : fremitus raba +/+
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen :
Inspeksi : cembung, distensi -/-, gambaran pembuluh darah
kolateral -/-
Palpasi : His 2x10’x15”
L1 : TFU 18 cm
L2 : puka
L3 : Preskep
L4 : belum masuk PAP
Perkusi : redup
Auskultasi : DJJ 142x/menit, reguler
suara bising usus +/+, metallic sound -/-
Ekstremitas : hangat +/+, edema -/-
Genitalia
Pemeriksaan Dalam :
17
Laboratorium:
Jenis Pemeriksaan Nilai (Normal) Keterangan
Hemoglobin 13,0 (12,0-16,0) Normal
Leukosit 34,8 (4,5-11,0) Meningkat
Hematokrit 38,2 (36-46) Normal
Trombosit 178 (150-450) Normal
4.4 Diagnosis
Diagnosis : G3P1102Ab000 gr 24-26 minggu Janin T/H
+Partus Prematurus Iminens
4.5 Penatalaksanaan
Planning :
• Diagnosis : DL, UL, USG
• Terapi :
• Bedrest
• Tokolitik kaltrofen supp II
• Nifedipin 20mg 8x1
• Asam mefenamat 500mg 3x1
• Pro Konservatif
• Obs. Keluhan, His, DJJ, TTV, tanda-tanda inpartu
Abd :
His (-)
DJJ (+) 147 x/mt
reguler
Gen: VT 0 cm
eff : 50%
1
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Reproductive Medicine. 2012. Multiple Pregnancy and Birth:
Twins, Triplets, and High-order Multiples.USA: American Society for
Reproductive Medicine.
Dahlan, M. S. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel pada Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Kiran, P., B. Ajay, G. Neena, dan K. Geetanjaly. 2010. Predictive Value f Risk
Factors For Preterm Labor. The Journal Of Obstetrics and Gynecology of
India. 60(2): 141-145.
Offiah, I., K. O’Donoghue, dan L. Kenny. 2012. Clinical Risk Factor Of Preterm
Birth. Preterm Birth- Mother and Child. 73-94.
Levy, A., M. Katz, M. Mazor, dan E. Sheiner. 2005. Maternal Anemia During
Pregnancy Is An Independent Risk Factor For Low Birthweight and Preterm
Delevery.European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive
Biology. 182-186.
Patel, P. K., D. P. Pitre, dan S. P. Bhooker. 2015. Predictive Value of Various Risk
Factor for Preterm Labor. National Journal Community Medicine. 6(1):
121-125.
Sahran, A. D. dan H. E. Aini. 2015. Risk Factor of Preterm Birth among Palestinian
Women: Case Control Study. Austin Journal of Nursing & Health Care.
2(1): 1011.
Tehranian, N., M. Ranjbar, dan F. Shobeiri. The Prevalence Rate and Risk Factor
for Preterm Delivery in Tehran, Iran. Journal Of Midwifery Reproductive
Health. 4(2): 600-604.
U.S. Departement of Health and Human Services. 2011. Your Guide To Anemia.
USA: The National Heart, Lung, and Blood Institute.
4