Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekalipun gerakan keluarga berencana telah digalakkan dengan gencar, tetapi ada
sebagian kecil masyarakat sangat mendambakan keturunan karena telah cukup waktu untuk
menunggunya namun belum berhasil. Diperkirakan jumlah mereka sekitar 10 % pasangan
usia subur atau kurang sama dengan 7-8 juta orang. Kerisauan mereka menyebabkan mereka
sangat gelisah, dan terus berusaha dan dapat berkali-kali berganti dokter yang didengarnya
telah berhasil dalam menolong mereka yang mendambakan kehamilan. Infertilitas
didefinisikan sebagai kegagalan mengandung setelah 1 tahun berusaha hamil. Infertil primer
menunjuk pada pasien yang belum pernah hamil sama sekali. Infertil sekunder digunakan
untuk pasien yang pernah hamil sebelumnya (Benson, 2008).
Insiden infertilitas meningkat (sekitar 100 % selama 20 tahun terakhir) di negara-negara
maju karena meningkatnya PMS (terutama gonore dan klamidia yang kemudian
menyebabkan kerusakan tuba), meningkatnya jumlah mitra seksual (meningkatnya
kemungkinan mendapat PMS), sengaja menunda kehamilan , penggunaan kontrasepsi dan
merokok ( > 1 bungkus per hari menurunkan kesempatan hamil sebesar > 20 %). Infertilitas
menyebabkan 10 -20 % dari semua kunjungan ke bagian ginekologi.
Angka fertilitas ditentukan dengan menggunakan fekundibilitas (kemungkinan hamil 1
bulan paparan) hanya 25% pasangan muda sehat yang sering melakukan hubungan seksual
akan hamil perbulan (60% per 6 bulan, 75% per 9 bulan dan 90% per 18 bulan).
Fekundibilitas menurun dengan meningkatnya umur dan efeknya kurang jelas pada wanita
dibanding pria. Pada umur 36-37 tahun kemungkinan hamil kurang dari separuh
dibandingkan pada umur 25-27 tahun.
Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan masalah medis yang
kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan
konsultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula. Penilaian yang cermat harus dapat
mengenali kemungkinan penyebab 85%-90% kasus infertilitas. Yang membahagiakan
meskipun tanpa diberikan terapi, 15-20% pasangan infertil dapat diharapkan hamil sejalan
dengan waktu, tetapi selain fertilisasi in vitro (IVF) dapat menyebabkan kehamilan pada
50%-60% kasus.
B. Rumusan Masalah

1
Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas pada bab selanjutnya:

1. Bagaimana tinjauan teori dari infertilitas?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan klien dengan infertilitas?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan infertilitas

BAB II

2
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan
setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah). Infertilitas
(pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan
sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum
memiliki anak. (Sarwono, 2000).
B. Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun koitus teratur dan dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2. Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan pernah hamil, akan tetapi
kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.

C. Etiologi Infertilitas
1. Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)
a. Faktor penyakit
1) Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan
paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain.
Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium)
yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran
telur, atau bahkan dalam rongga perut.
2) Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita
bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding
dalam panggul.

3) Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada
di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan
tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering
menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam
(lapisan endometrium).

3
4) Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya
diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi
rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan
sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan
susah tumbuh.
5) Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang
tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia. Terdapat
berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan.
Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus
dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis
kista yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium
polikistik.
6) Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel
telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.
7) Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya
merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi).
Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium
polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid
yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc
dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu
semua, maka sebaiknya untuk periksa ke dokter.

b. Faktor fungsional
1) Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan
(immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
2) Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)

4
Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi
gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui
sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang normal.
3) Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka
perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan
adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu dengan sel telur
matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin)
maka gerakan sperma melambat.
4) Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim
Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio,
selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium. Perempuan
yang memiliki kadar hormon progesteron rendah, cenderung mengalami
gangguan pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena struktur
jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan hormon progesteron yang
memadai
c. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida
dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang
akan mempengaruhi kesuburan

2. Penyebab pada laki-laki


a. Kelainan pada alat kelamin
1) Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada
permukaan testis
2) Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung
kemih
3) Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu
besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang
berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan
4) Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun
b. Kegagalan fungsional

5
1) Kemampuan ereksi kurang
2) Kelainan pembentukan spermatozoa
3) Gangguan pada sperma
c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas
mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis
dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu
serta mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa
dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormon.
d. Gangguan di daerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi.
Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga
produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik”
sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C,
sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 2–3
°C saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu.
e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan
lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir,
terkena infeksi penyakit seperti tuberkulosis (Tb), serta vasektomi yang memang
disengaja.
f. Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak
ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya
disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
g. Testosterone
Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi
sperma.

3. Penyebab pada suami dan istri


a. Gangguan pada hubungan seksual
Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina,
impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik
seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)
1) Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
2) Masalah dalam pendidikan

6
3) Emosi karena didahului orang lain hamil

D. Patofisiologi
1) Perempuan
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak
adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas,
diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak
terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil
konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses
pemasukan sperma.
Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan
kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.
2) Laki-laki
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan
peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan
obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan
libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan
berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi
abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat
pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang
mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

E. Manifestasi Klinis
1) Perempuan
a) Terjadi kelainan system endokrin
b) Hipominore dan amenore
c) Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetic
d) Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal

7
e) Wanita infertil dapat memiliki uterus
f) Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi,
atau tumor
g) Traktus reproduksi internal yang abnormal
2) Laki-laki
a) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
c) Hipertiroidisme dan hipotiroid
d) Tumor hipofisis atau prolactinoma
e) Disfungsi ereksi berat
f) Ejakulasi retrograt
g) Hypo/epispadia
h) Mikropenis
i) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
j) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
k) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
l) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
m) Abnormalitas cairan semen

F. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan fisik:
1) Hirsutisme diukur dengan skala ferryman dan gallway, jerawat
2) Pembesaran kel tiroid
3) Galaktorea
4) Inspeksi lender serviks di tunjukan dengan kualitas mucus
5) PDV untuk menunjukan adanya tumor uterus/ adneksa
b. Pemeriksaan penunjang
1) Analisis sperma
Bila dijumpai hasil analisis sperma yang kurang atau kurang baik, maka biasanya
diperlukan pemeriksaan ulang 1 minggu sesudahnya pada keadaan yang lebih sehat/
nyaman guna mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat bahwa apapun hasil analis
sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi, tindakan, dan pemilihan
penatalaksanaan infertilitas.
2) Deteksi ovulasi
a. Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar
b. Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1⁰C setelah ovulasi : Bifasik
c. Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks
encer,daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan
terjadi Estradiol meningkat

8
3) Hormonal : FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan tentang sebab infertilitas, dapat
dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui keterangan tentang hubungan hipotalamus
dengan hipofise dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin (follicle stimulation
hormone (FSH), hormone luteinisasi (LH), dan hormone (estrogen dan progesterone, prolaktin).
Pemeriksaan hormonal ini diharapkan dapat menerangkan kemungkinan infertilitas
dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi)..
4) Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
5) Uji pasca senggama
Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tembus
spermatozoa menyerbu lender serviks.
6) Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan
pada 2-3 hr sebelum haid.
7) Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat
dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi
akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
8) Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
9) Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri

G. Penatalaksanaan
1. Perempuan
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang
tepat untuk coital
b. Pemberian terapi obat, seperti;
a) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
b) Terapi penggantian hormon
c) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
d) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
e) GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
f) Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
g) Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,

9
h) Pengangkatan tumor atau fibroid
i) Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
2. Laki-laki
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan
kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi,
tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status sipil,
pendidikan, pekerjaan dan alamat
2. Riwayat Kesehatan
a) Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Riwayat terpapar
2. benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
3. Riwayat infeksi genitorurinaria
4. Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
5. Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
6. Tumor hipofisis atau prolaktinoma
7. Riwayat penyakit menular seksual
8. Riwayat kista
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Endometriosis dan endometrits
2. Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3. Gangguan ovulasi
4. Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5. Autoimun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
d. Riwayat Obstetri
1. Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2. Mengalami aborsi berulang
3. Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi

b) Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
2. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
3. Riwayat infeksi genitorurinaria
4. Hipertiroidisme dan hipotiroid
5. Tumor hipofisis atau prolactinoma
6. Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
7. Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis

11
8. Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh :
operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
9. Riwayat vasektomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1 Disfungsi ereksi berat
2 Ejakulasi retrograt
3 Hypo/epispadia
4 Mikropenis
5 Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
6 Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
7 Saluran sperma yang tersumbat
8 Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
9 Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
10 Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
3. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kelainan pada organ genital wanita maupun pria
a. Pemeriksaan wanita
a) Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani ke dalam vagina
sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen
disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena
bawaan atau perolehan.
b) Pemeriksaan leher Rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear (smear test) ini
perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa dengan kehidupan
seks yang aktif. Vagina dibuka dengan spekulum dan contoh sel permukaan lehir
rahim diambil dengan alat spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan
melakukan hubungan seksual, Douche / menggunakan produk pembersih vagina
selama 24 jam setelah PAP Smear.
b. Pemeriksaan Pria
a) Mengamati kelainan fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut dan lemak yang
tidak rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat ketidakseimbangan
hormonal kelainan fisik lain dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah
kemungkinan adanya parut atau varises pada scrotumyang dapat mempengaruhi
jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma. Salah satu testis tidak turun
(kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan produksi sperma.

12
b) Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam botol gelas yang
bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya
penampungan dilakukan dirumah kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam
setelah dikeluarkan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan Penurunan produktivitas (nanda hal: 343)
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (nanda hal : 466)
3. Resiko ketidakberdayaan berhubungan dengan harga diri rendah (nanda hal : 366)
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (kehamilan) (nanda
hal: 293)
C. Rencana atau Intervensi Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Ansietas berhubungan Setelah dilakukannya tindakan Pengurangan kecemasan :
1. Gunakan pendekatan
dengan Penurunan 1x24 jam pasien dapat mengatur:
1. Tingkat kecemasan yang meyakinkandan
produktivitas
tenang
(nanda hal: 343)
2. Jelaskan semua prosedur
Dengan tujuan :
termasuk sensasi yang
a. Pasien mampu
akan dirasakan yang
menggungkapkan perasaan
mungkin akan dialami
cemasnya
b. Pasien dapat mengatur klien selama prosedur
3. Bantu klie untuk
frekuensi nafasnya
c. Pasien dapat mengatur pola mengidentifikasi situasi
nafasnya yang memicu kecemasan
4. Instruksikan klien untuk
(noc hal : 572-573) menggunakan teknik
relaksasi

(nic hal : 319)


2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukannya tindakan Pengurangan kecemasan :
a. Gunakan pendekatan
berhubungan dengan 1x24 jam pasien dapandekaan
yang tenang dan
gejala terkait penyakit yang tenang dapatt menentukan:

13
1. Status kenyamanan: fisik meyakinkan
2. Control gejala b. Berada disisi klien untuk
(nanda hal : 466)
meningkatkan rasa aman
Dengan tujuan : dan mengurangi
a. Pasien mampu ketakutan
c. Berikan objek yang
mengontrol terhadap
menunjukkan perasaan
gejala yang dialaminya
b. Pasien dapat menentukn aman
d. Identifikasi pada saat ada
mana posisi yang nyaman
c. Pasien dapat perubahan tingkat
meningkatkan intake kecemasan
makanan dan cairan
(nic hal : 319)
(noc hal : 592)

3. Ketidakberdayaan Setelah dilakukannya tindakan Dukungan pengambilan


berhubungan dengan 1x24 jam pasien dapandekaan keputusan:
a. Bantu pasien untuk
disfungsi lingkungan yang tenang dapatt menentukan:
1. Kepercayaan mengenai mangklarifikasikan nilai
perawatan
kesehatan: ancaman yang dan harapan yang
diraakan mungkin akan
(nanda hal : 365)
2. Control diri terhadap
membantu dalam
depresi
membuat pilihan yang
3. Tingkat kecemasan
penting
b. Bangun komunikasi
Dengan tujuan:
pada pasien sedini
a. Psien dapat mengontrol
mungkin sejak masuk
kekhawatiran penyakit c. Bantu pasien
atau cidera menjelaskan keputusan
b. Pasien dapat mengontrol
pada orang lain, sesuai
ketidaknyamanan
dngan kebutuhan
c. Pasien dapat merasakan
d. Jadilah sebagai
dampak pada status fungsi
penghubung antara
d. Pasien dapat mengontrol
pasien dan penyedia

14
keparahan cidera atu pelayanan kesehatan
penyakit yang lain
e. Fasilitasi percakapan
pasien mengenai tujuan
(noc hal : 164-165)
perawatan

(nic hal : 93)


4. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukannya tindakan Peningkatan citra tubuh:
a. Tentukan harapan citra
berhubungan dengan 1x24 jam pasien dapandekaan
diri pasien didasarkan
perubahan fungsi tubuh yang tenang dapat menentukan:
1. Tingkat kecemasan social pada tahap
(kehamilan)
2. Menahan diri dari
perkembangan
kemarahan b. Bantu pasien untuk
(nanda hal: 293) 3. Reaksi terhadap sisi yang
mendiskusikan stressor
terkena dampak
yang mempengaruhi
citra diri terkait dengan
Dengan tujuan :
kondisi kongenital,
a. Pasien dapat
cedera, penyakit, atau
menggambarkan internal
pembedahan
diri c. Monitor frekuensi dari
b. Pasien dapat
pernyataan yang
mendeskripsikan
mengkritik diri
bagian(tubuh) yang d. Tentukan apakah
terkena dampak perubahan citra tubuh
c. Pasien dapat
berkontribusi pada
menyesuaikan terhadap
penihkatan isolasi social
perubaha fissik e. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
(noc hal: 79) tindakan-tindakan yang
akan meningkatkan
penampilan

(nic hal : 324-325)

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan
setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah). Infertilitas
(pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan
sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum
memiliki anak.
Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan masalah medis yang
kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan
konsultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula. Penilaian yang cermat harus dapat
mengenali kemungkinan penyebab 85%-90% kasus infertilitas. Yang membahagiakan
meskipun tanpa diberikan terapi, 15-20% pasangan infertil dapat diharapkan hamil sejalan
dengan waktu, tetapi selain fertilisasi in vitro (IVF) dapat menyebabkan kehamilan pada
50%-60% kasus.

B. Saran
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan
saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran
yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-
teman kami ucapkan terima kasih.

16
DAFTAR PUSTAKA

Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga, Edisi
18. Jakarta: EGC
Bobak. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta : EGC
Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB.
Jakarta:EGC
Benson, Ralph.2008. Buku saku obstetri dan ginekologi.. Jakarta:Arcan
Wiknjosastro.Hanifa.2005.Ilmu Kandungan.Jakarta :YBP-SP
Burner and, suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta:
EGC

17

Você também pode gostar