Você está na página 1de 10

Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak

merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat dengan
perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran
umum.
Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat
pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.Akan tetapi kita
harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku abnormal, dengan
kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan suatu
pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut
neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis
munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang biologis juga
memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang diturunkan.

Model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan, meliputi model-model yang mewakili
perspektif biologis, psikologis, sosiokultural, dan biopsikososial. Di bawah ini adalah penjelasan-
penjelasan singkatnya :
• Perspektif biologis: Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868) menyatakan bahwa
perilaku abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi dokter Jerman
lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks penting dalam bidang psikiatri pada
tahun 1883. Ia meyakini bahwa gangguan mental berhubungan dengan penyakit fisik. Memang tidak
semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini bahwa setiap pola perilaku abnormal
merupakan hasil dari kerusakan biologis, namun mereka mempertahankan keyakinan bahwa pola
perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit fisik karena ciri-cirinya dapat
dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom dari gangguan yang mendasarinya.
• Perspektif psikologis: Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria (1856-1939) berpikir bahwa
penyebab perilaku abnormal terletak pada interaksi antara kekuatan-kekuatan di dalam pikiran bawah
sadar. Model yang dikenal sebagai model psikodinamika ini merupakan model psikologis utama yang
pertama membahas mengenai perilaku abnormal.
• Perspektif sosiokultural: Pandangan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan konteks-
konteks sosial yang lebih luas di mana suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari perilaku
abnormal. Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada
kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat,
seperti kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi ras, gender,gayahidup,dansebagainya.
• Perspektif biopsikososial: Pandangan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu kompleks untuk
dapat dipahami hanya dari salah satu model atau perspektif. Mereka mendukung pandangan bahwa
perilaku abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila memperhitungkan interaksi antara berbagai
macam penyebab yang mewakili bidang biologis, psikologis, dan sosiokultural.

Kriteria Perilaku Abnormal


Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang individu menunjukkan perilaku
abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria berikut:
1. Kriteria Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku yang yang
tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve distribusi normal
(kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem
kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku
abnormal.
2. Kriteria Norma
Banyak ditentukan oleh norma-norma yng berlaku di masyarakat,ekspektasi kultural tentang benar-
salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan dalam
masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan lainnya. Apabila
seorang individu kerapkali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa
dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal.
3. Personal distress
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu. Tidak
semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai
orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan. Juga tidak semua penderitaan atau
kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat
subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan
secara umum.

2.4 Penyembuhan Perilaku Abnormal


Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat bahwa gangguan mental,
seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi biokimiawi atau fisiologis otak. Terapi fisiologis dalam
upaya penyembuhan perilaku abnormal meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif dan prosedur
pembedahan.
1. Kemoterapi(Chemotherapy)
Chemotherapy atau Kemoterapi dalam kamus J.P. Chaplin diartikan sebagai penggunaan obat bius
dalam penyembuhan gangguan atau penyakit-penyakit mental.Adapun penemuan obat-obat ini dimulai
pada awal tahun 1950-an, yaitu ditemukannya obat yang menghilangkan sebagian gejala Schizophrenia.
Beberapa tahun kemudian ditemukan obat yang dapat meredakan depresi dan sejumlah obat-obatan
dikembangkan untuk menyembuhkan kecemasan.
2. Electroconvulsive
Terapi elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy) dijelaskan oleh psikiater asal Itali Ugo Carletti pada
tahun 1939. Pada terapi ini dikenal electroschot therapy, yaitu adanya penggunaan arus listrik kecil yang
dialirkan ke otak untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Pada saat ini ECT
diberikan pada pasien yang mengalami depresi yang parah dimana pasien tidak merespon pada terapi
otak.
3. Psychosurgery
Pada terapi ini, tindakan yang dilakukan adalah adanya pemotongan serabut saraf dengan penyinaran
ultrasonik. Psychosurgery merupakan metode yang digunakan untuk pasien yang menunjukan tingkah
laku abnormal, diantaranya pasien yang mengalamai gangguan emosi yang berat dan kerusakan pada
bagian otaknya.
Pada pasien yang mengalami gangguan berat, pembedahan dilakukan terhadap serabut yang
menghubungkan frontal lobe dengan sistim limbik atau dengan area hipotalamus tertentu.
Terapi ini digunakan untuk mengurangi simptom psikotis, seperti disorganisasi proses pikiran, gangguan
emosionalitas, disorientasi waktu ruang dan lingkungan, serta halusinasi dan delusi.

Macam-macam kepribadian abnormal

C. MACAM-MACAM KEPRIBADIAN YANG ABNORMAL

1) PSIKOPAT
Disebut juga sosiopat, adalah kelainan perilaku yang berbentuk antisosial yaitu yang tidak
mempedulikan norma – norma sosial .
2) KELAINAN SEXUAL
Ada 2 macam kelainan tingkah laku sexual yaitu :
A. Kelainan pada obyek
Cara seseorang memuaskan dorongan sexualnya normal, tetapi obyek yang dijadikan sasaran
pemuasan lain dari biasanya
Homosex : Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis ( pria )
Lesbian : Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis ( wanita )
Pedofilia : Obyek pemuasan seksual adalah pada anak yang belum akil baligh
Fetisisme : Obyek pemuasan seksual adalah dengan benda mati seperti pakaian dalam, rambut.
Nekrofilia : Obyek pemuasan seksual adalah dengan mayat
Bestiality : Obyek pemuasan seksual adalah dengan binatang
Gerontoseksualitas : Obyek pemuasan seksual adalah dengan seseorang yang berusia lanjut
Incest : Obyek pemuasan seksual dengan sesama anggota keluarga yang tidak diperbolehkan
melakukan pernikahan

2. Kelainan pada cara


Obyek pemuasan seksual tetap lawan jenis, tetapi dengan cara yang tidak biasa, contoh :
Ekshibisionis : Cara pemuasan seksual dengan memperlihatkan genetalianya kepada orang lain
yang tidak dikenalnya
Voyeuris :Cara pemuasan seksual dengan melihat/ mengintip orang telanjang
Sadisme : Cara pemuasan seksual dengan menyakiti secara fisik dan psikologis obyek
seksualnya
Masokisme : Cara pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri
Frottage : Cara pemuasan seksual dengan meraba orang yang disenangi tanpa diketahui oleh
korbannya
PSIKONEUROSIS
Kumpulan reaksi psikis dengan ciri spesifik kecemasan dan diekspresikan secara tidak sadar
dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri, contoh :
Fugue : Bentuk gangguan mental disertai keinginan kuat untuk mengembara atau meninggalkan
rumah karena amnesia
Somnabulisme : Keadaan tidur sambil berjalan dan melakukan suatu perbuatan
Multiple personality : Kepribadian ganda
Fobia : Ketakutan yang tiada sebab, irasional dan tidak logis walaupun sebenarnya tidak ada
alasan untuk takut
Obsesi : Ide kuat yang bersifat terus menerus melekat dalam pikiran dan tidak mau hilang serta
sering irasional
Histeria : Gangguan mental yang ditandai dengan perilaku yang cenderung dramatis, emosional
dan reaksi berlebihan
Hipokondria : Kondisi kecemasan yang kronis, pasien selalu merasakan ketakutan yang patologis
tentang kesehatan sendiri
PSIKOSIS
Disebut dengan kelainan kepribadian yang besar (Psychosis Mayor) karena seluruh kepribadian
orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat lagi hidup dan bergaul normal
dengan orang di sekitarnya

Jenis – jenis Psikosis


a. Psikosis Fungsional
☻Skizophrenia
Terjadi perpecahan kepribadian, antara pikiran, perasaan dan perbuatan berjalan sendiri –
sendiri
Contoh : Seseorang bercerita tentang anaknya yang meninggal terlindas kereta api (pikiran)
sambil tertawa (perasaan) dan menari – nari (perbuatan)
☻Paranoid
Sering merasa cemburu, curiga, dendam, iri hati kepada orang lain yang sifatnya irasional
☻Psikosis manis – depresif
Gangguan mental serius yang ditandai dengan perubahan emosi seperti menjadi sangat
gembira dan tidak lama kemudian menjadi sangat sedih
b. Psikosis Organik
Faktor penyebabnya adalah kelainan pada tubuh atau fungsi anggota tubuh.
Contoh: karena usia tua terjadi penyempitan pembuluh darah sehingga menyebabkan individu
tersebut sering marah.

D. USAHA PENCEGAHAN TERJADINYA ABNORMALITAS KEPRIBADIAN

1) Hindari konflik batin yang berasal dari diri sendiri maupun lingkungan
2) Upayakan untuk selalu memelihara kebersihan jiwa, hati nurani yaitu dengan kejujuran, tidak
iri dengki dan tidak berfikir negatif
3) Upayakan segala tingkah laku sesuai dengan norma dan etika yang ada di masyarakat
4) Dalam kehidupan berusaha melatih, membiasakan dan menegakkan disiplin dalam segala hal
5) Melatih berfikir positif dan berbuat wajar tanpa menggunakan mekanisme pertahanan diri dan
pelarian negatif
6) Berani dan mampu mengatasi setiap kesulitan yang dihadapi dengan kemauan dan usaha
konkrit dan rasional
Ciri-Ciri Gangguan Abnormal

Dengan melihat berbagai macam masalah yang seringkali dialami individu yang tidak
jarang juga menjadikan mereka mengalami gangguan psikologis atau disebut juga perilaku
abnormal. Perilaku abnormal merupakan perilaku yang menyimpang dari normal. Individu yang
mengalami gangguan abnormalitas ada kemungkinan untuk berubah menjadi normal. Gangguan
abnormal tidak dapat berubah menjadi normal secara total atau sepenuhnya. oleh karena itu
upaya yang dapat dilakukan, yaitu dengan melakukan treatment (terapis psikologis) dan dibantu
untuk dapat bersosialisasi agar dapat menjadi invidu yang mandiri (sembuh sosial). Bahkan yang
mulanya individu tersebut normal, ada kemugkinan untuk berubah menjadi abnormal jika
mereka terlalu banyak melakukan defence mecahnism dengan mereprese dirinya terus menerus.
Sehingga individu mengalami frustasi karena titidak bisa mencapai tujuan hidupnya seperti yang
inginkan yang kemudian akan menimbulkan stres sehingga individu merasa tertekan dan
akhirnya depresi (stres yang berkepanjangan). Semua itu yang kemudian dapat menimbulkan
konflik dalam diri yang juga menimbulkan simtom seperti menangis atau berbicara sendiri atau
melakukan perilaku bunuh diri. Baik yang commit suicide (hanya baru keinginan bunuh diri)
maupun suicide (sudah melakukan bunuh diri).

Rentang Kontinum : diyakinkan dapat berubah; tidak selalu tetap


Abnormal → Normal ; Normal → Abnormal

Gangguan abnormal tidak selalu negatif adapula abnormal positif. Contoh, seorang ibu
yang tinggal dilingkungan perkampungan tidak suka ngutang atau melakukan kredit untuk
membeli barang-barang yang diinginkan. Dia memilih untuk bersabar (tidak muluk-muluk), “ada
uang ya beli ga ada uang ya ga beli”. Tetapi tetangga-tetangganya yang sesama ibu-ibu rela
ngutang atau kredit untuk membeli barang yang mereka inginkan walaupun mereka tidak
mempunyai uang demi mempertahankan gengsi mereka.

Untuk lebih singkat dan jelasnya berikut adalah point-point mengenai ciri-ciri Gangguan
Abnormalitas.
Ciri-Ciri Gangguan Abnormal
1. Disfungsi Psikologis: menjalankan peran/fungsi dalam kehidupan; integrasi aspek kognitif,
afektif, konatif/psikomotorik.
Contoh: seorang anak melihat ibunya bertengkar dengan ayahnya dan melihat ibunya
dipukul/dianiaya oleh ayahnya dan kemudian kedua orangtuanya bercerai.
 Aspek kognitif → perspektif anak terhadap ayahnya menjadi negatif, menurutnya ayahnya itu
jahat, tidak mempunyai perasaan dan tidak sayang terhadap ibunya. Disekolah anak juga jadi
tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar. Sehingga anak jadi malas belajar, sehingga nilai
disekolah menurun. Menjadi pendiam disekolah dan tidak percaya diri.
 Aspek afektif → anak menjadi sedih, khawatir, cemas dan takut apabila melihat ibunya
bertengkar dengan ayahnya.
 Aspek konatif → malas belajar, ingin memukul dan membunuh ayahnya
2. Distres; Impairment (Hendaya) → menunjukkan pada keadaan “merusak” dirinya baik secara
fisik ataupun psikologis.
Secara Fisik → memukul-mukul tangannya ketembok/kekaca hingga berdarah, mengonsumsi
narkoba, minuman beralkohol secara berlebihan.
Secara Psikologis → mengurung diri dikamar tidak mau makan, main game online di warnet
hingga larut makan bahkan terkadang tidak pulang seharian.
3. Respon Atipikal (Secara Kultural Tidak Diharapkan) → Reaksi yang TIDAK sesuai dengan
keadaan sosio kultural yang berlaku
Teman-temannya mengolok-olok dan menjauhi dirinya karena dia berasal dari keluarga broken
home dan karena dia sudah menjadi narapidana karena terlibat kasus narkoba. Ayahnya sudah
tidak peduli lagi terhada keadaan ia dan ibunyanya sehingga ayahnya tidak mau sama sekali
menemui anaknya dan isrinya lagi. Ibunya juga dirawat dirumah sakit jiwa.

Adapula dari sumber lain mengenai kriteria gangguan abnormalitas adalah sebagai berikut:
a. Abnormalitas menurut Konsepsi Statistik
Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang dari mayoritas.
Dengan demikian seorang yang jenius sama- sama abnormalnya dengan seorang idiot, seorang
yang jujur menjadi abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur.

b. Abnormal menurut Konsepsi Patologis


Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan tidak normal bila terdapat
simptom-simptom (tanda-tanda) klinis tertentu, misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia, dst.
Sebaliknya individu yang tingkah lakunya tidak menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut
adalah individu yang normal.

c. Abnormal menurut Konsepsi Penyesuaian Pribadi


Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan
mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan
bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya
menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak
terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan
jiwanya tidak normal.

d. Abnormal menurut Konsepsi Penderitaan/tekanan Pribadi


Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu.

 Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang


mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau
kecemasan.
 Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya
seseorang yang sakit karena disuntik.
 Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan standar tingkat
distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.

e. Perilaku berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain dapat
dikatakan abnormal.

f. Abnormalitas menurut Konsepsi Sosio-kultural


Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan
mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan
bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi maslah dirinya
menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak
terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan
jiwanya tidak normal.

g. Abnormalitas menurut Konsepsi Kematangan Pribadi


Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya bila dirinya
telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berperilaku sesuai dengan
tingkat perkembangannya.

h. Disability (tidak stabil)


· Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas
yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba
telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial
atau pekerjaan.

· Seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai
gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain
telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami
disability dalam masalah seksual.

Menurut Elizabeth B. Hurlock ada tiga ciri perilaku abnormal, yaitu sebagai berikut:
1. Manic Syndrome
Gejala ini ditandai dengan ketidakmampuan seseorang dalam mengenali perubahan
personality. Ia tidak dapat membedakan mana dirinya ketika ia sedih atau ketika ia sedang
bahagia. Selain itu, ketidakmampuan ini pun terlihat dari gejala perubahan fisik maupun usia,
tetapi kepribadiannya tidak berkembang. Mereka yang termasuk kedalam individu abnormal
sering kali dikuasai oleh halusinasi. Seolah mereka mempunyai dunia sendiri, aktivitas
merekapun sangat tidak dimengerti oleh orang-orang biasa. Gejala halusinasi ini kemudian
diikuti oleh perlaku lainnya, seperti berbicara sendiri, banyak bicara, over aktif, juga menjadi
tidak sabar. Adapun ciri lain dari Manic Syndrom dalam individu abnormal adalah tidak
memiliki dorongan seksual. Mereka sama sekali pasif terhadap lawan jenis, bahkan terkadang
mereka menganggapnya sebagai individu yang sama.

2. Psychopathic Personality
Dalam gejala Psichopathic Personality, seseorang yang dikatakan abnormal biasanya
memiliki ego yang sangat tinggi. Mereka tidak mau tahu (karena memang mereka tidak
mengerti) apapun tentang keadaan orang lain, yang terpenting bagi mereka adalah kepuasan
terhadap ego.

Saat sedang tertawa dan bahagia, beberapa detik atau menit kemudian tiba-tiba menangis dan
bersedih. Mungkin gejala perubahan emosi ini dipengaruhi pula oleh halusinasi. Mereka pun
tidak jarang mengekspresikankan perasaan mereka, seperti cinta, marah, bahagia, sedih, atau
takut dengan bentuk-bentuk perilaku yang sulit dikendalikan.

3. Deliquen Personality
Gejala ini ditampilkan dengan sikap pertahanan diri yang sangat kuat. Mereka yang abnormal
seringkali mengunci diri dalam lingkungan yang sepi dan sendiri. Mereka seolah tidak ingin ada
serangan yang datang terhadap dirinya sehingga mereka selalu mempertahankan diri atau
membuat benteng pertahanan terhadap segala hal yang ada.

Gejala lain yang ditunjukkan adalah hiper-sensitif. Mereka dengan sangat cepat
mengekspresikan rasa sedih, marah, takut, atau senang dengan hal-hal yang oleh orang normal
biasa-biasa saja. Gejala hiper-sensitif inilah yang perlu diperhatikan ketika invidu abnormal
berhubungan dengan orang lain, bisa-bisa terjadi pertengkaran karena yang satu tidak
mengetahui dan memahami yang lainnya.

Bentuk lain dari Deliquen Personality adalah ketidakmampuan menurut terhadap peraturan
yang disebut juga Diciplin Problems. Baik itu masalah kedisplinan yang berkaitan dengan aturan
yang di rumah, ataupun di lingkungan masyarakat.

Sumber:
aniendriani.blogspot.com/konsep normal dan abnormalitas

Rusidi, Maslim, Dr., 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa: PPDGJ-III.Jakarta: PT. Nuh Jaya.

Ruhyaningtias. Buku Catatan Kuliah. Jakarta: Psikologi 2009.

www.anneahira.com/mengetahui gejala psikologi abnormal.

Você também pode gostar