Você está na página 1de 152

PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN LANTAI 2

GEDUNG INSTALASI GAWAT DARURAT


RUMAH SAKIT PARU PARIAMAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli


Madya dari Politeknik Negeri Padang

ANGGI AFRIALDI
BP:1301031007

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI PADANG
2016
PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN
LANTAI 2 GEDUNG INSTALASI GAWAT
DARURAT RUMAH SAKIT PARU PARIAMAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH:

ANGGI AFRIALDI

BP.1301032029

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

DR.Nazriz Naazaruddin,ST.,M.Si Desmiwarman,ST.,M.Si


Nip. 19700527 199501 1 001 Nip. 19591226 198903 1 002
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir yang berjudul Perencanaan Instalasi Penerangan Lantai 2 Gedung


Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Paru Pariaman ini telah disidangkan atau
dipertanggung jawabkan di depan tim penguji sebagai berikut, pada hari Senin 22
September 2016 di Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik
Negeri Padang.

No. Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Zass Ressy Aidha,SST.,MT Ketua ………………


Nip. 19710207 200003 2002
2.RizaWidia,SST.,MT Sekretaris ………………

Nip. 19730219 200321 2 003


3. Berlianti,ST.,MT Anggota ………………
Nip. 19730929 200212 2 002
4. DR.Nazris Nazaruddin,ST.,M.Si Anggota ………………

Nip. 19700527 199501 1 001

Mengetahui:
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Teknik Elektro Teknik Listrik

Afrizal Yuhanef,ST.,M.Kom Herisanjani,ST.,M.Kom


Nip.19640429 199303 1 003 Nip. 19660130 199003 1 001
Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(Q.S Ar-Rahmaan)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,


Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain,
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Q.S Al-Insyirah ayat 6-8)

Allah, Terima kasih atas segala nikmat, rahmat, dan semua yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku. Alhamdulillah, Ya Rabb Ya Rahman Ya Rahim…

Segenap jiwa dan raga saya persembahkan karya kecil ini untuk orang-orang
tersayang.Ayah,Syahriyal yang selalu menyayangi saya dengan caranya yang tidak dapat
saya artikan sampai hembusan nafas terakhirnya.Ayah, Maaf anggi tidak bisa
mewujudnya lebih cepat. Kebahagian ini akan terasa lebih lengkap jika Ayah disisi.
Bundo Elmida Asra,semoga karya ini dapat menjadi alasan bundo tersenyum setelah
begitu banyak alasan yang membuat bundo menangis.
Ruli Saputra S.Pt, Elza Zikriani,S.Psi,dan Salwa Syahira, abang, One,dan adik
yang membanggakan. Semangat berjuang demi membahagiakan Bundo dan tetap
berdoa untuk Ayah.
Keluarga Besar yang sangat menyenangkan Makdang Alfian Asra, S.Pd dan
Tante Irda Febriani, SH, Makngah Nofriadi Asra, Makciak Yudi Iswandi Asra dan
Tante Elvira Deswita, S.PdI, Tete Delvia Yenti Asra, SE, Oma Anisma, Een Erniati
Khairunas. Terima kasih telah menguatkan dan telah menjadi tempat bergantung
setelah Ayah dipanggil oleh-Nya.
Kawan-kawan Sanasib Sapajuangan, Salapiak sapatiduran,Saduduak
Sapamanianan.Terutama untuk anak kos AM. Ridho (kaliang), Ricardo
(boge),Putra(Cipuik),Fajri (Camaik),Rahman, Randi, Didi, Adi. Terima kasih untuk
kebersamaan, Kegilaan dan Canda tawa Selama ini. Kita mungkin sekarang terpisah,
tetapi ingatlah kita pernah merangkai cita dan rencana bersama. Semoga kelak kita
dipertemukan dengan impian yang telah digengaman masing-masing.
Kamu, Dia, Mereka dan Kalian. Kamu yang mungkin terlewat tapi senantiasa
mendoakan dalam diam. Dia yang mungkin terlupakan yang memperhatikan dalam
enggan.Mereka yang mungkin terlewatkan yang mengkhawatirkan dari jauh.Kalian yang
mungkin terlupakan yang mendukung dengan ikhlas.Maafkan setiap ke-alfa-an yang
mungkin melukai hati.Setiap dari kalian adalah sumber inspirasi dalam menjalani hidup
ini.Terima kasih telah bersedia memaafkan dan mendoakan.Allah bless us !

Anggi Afrialdi
ABSTRAK

Gedung Instalasi gawat darurat merupakan salah satu gedung baru di lingkungan

rumah sakit paru pariaman, Pada lantai 2 gedung ini terdapat ruangan tindak medis

seperi ruang operasi,ruang observasi, Ruang Hight care Unit (HCU) dan ruang tindak

medis lainya.Pada lantai 2 ini juga terdapat ruang pendukung seperti ruang isirahat

doker, gudang obat, ruang linen bersih, toilet dan lain-lain. Maka dari itu untuk sistem

instalasi listrik gedung tersebut harus sesuai dengan standar instalasi listrik yaitu

Standar Nasional Indonesia.

Dalam perencanaan instalasi Penerangan lantai 2 gedung instalasi gawat darurat

Rumah Sakit Paru Pariaman ini dirancang sesuai dengan fungsi setiap ruangan pada

gedung dan aman dari bahaya listrik sesuai dengan standar PUIL 2011, sehingga

orang menjadi nyaman dan aman dalam menggunakan gedung tersebut.

Dalam menganalisa dan dilakukan langkah-langkah antara lain: menghitung

instensitas penerangan yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia, menghitung

total penerangan lantai 2 secara keseluruhan, menentukan penghantar yang digunakan

dan merancang panel Sub Distribution Panel (SDP) pada lantai 2. Seluruh dari

Penerangan lantai 2 gedung instalasi gawat darurat Rumah Sakit Paru Pariaman ini

berpedoman pada PUIL 2011.

Kata Kunci : Instalasi Listrik, Daya Listrik.

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang

telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kepada penulis,

dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini Tepat Waktu

Tugas akhir yang berjudul Perencanaan Instalasi Penerangan Gedung

Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Paru Pariaman,ini penulis buat sebagai

syarat memperoleh gelar sarjana muda ahlimadya dari Politeknik Negeri Padang

Khususnya Jurusan teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik.

Ucapan Terimakasih dengan tuus peulis hatukan Kepada:

1. Kedua Orang tuadan saudar, yang telah banyak memberikan bantuan

beserta drongan moril,spiritual,serta material kepada penulis.

2. Direktur Politeknik Negeri Padang, Bapak Aidil Zamri,ST.,MT

3. Ketua Jurusan Teknik Elektro,Bapak Afrizal Yuhanef ST.,M.Kom

4. Ketua Program Studi Teknik ListrikBapak Hersajani,ST.,M.Kom

5. Pembimbing I dan Pembimbin II, Bapak DR.Nazris Nazaruddin,ST.,M.Si

dan Bapak Desmiwarman,ST.,M.Si

6. Selanjunya, semua piha yang tedak dapat disebutkan satu persatu yang

telah membantu semua proses penelitian dan penulisan tugas ahir ini.

i
Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap agar laporan tugas akhir

ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca,terutama bagi pembaca yang

mempunyai bidan keahlianyang sama dengan penulis.Amin ya rabal’alami

Padang, 20 September 2016

Angi Afrialdi

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK..................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................ix
Bab I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3. Tujuan......................................................................................................................3
1.4. Batasan Masalah..................................................................................................3
1.5. Metodologi Penelitian........................................................................................4
1.6. Sistematika Penulisan.........................................................................................4

Bab II LANDASAN TEORI.................................................................................................6


2.1. Pengertian Instalasi Listrik...............................................................................6
2.2. Ketentuan Umum Perancangan Instalasi Listrik.......................................7
2.3. Prinsip-Prinsip Dasar Instalasi Listrik..........................................................7
2.4. Panel Hubung Bagi (PHB)...............................................................................9
2.5. Armatur..................................................................................................................11
2.6. Downlight..............................................................................................................14
2.7. Penghantar.............................................................................................................15
2.8. Pengaman..............................................................................................................20
2.8.1 MCB......................................................................................................20
2.8.2 MCCB...................................................................................................21
2.9. Sistem Penerangan..............................................................................................23
2.9.1 Absorbsi................................................................................................24
2.9.2 Refleksi.................................................................................................24
2.9.3 Transmisi..............................................................................................26
2.10. Perancangan Penerangan Buatan...................................................................27
2.10.1 Metode Titik Demi Titik (Point by Point Method)................28

iv
2.10.2 Metode Lumen ................................................................... 29
Bab III PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN ................................... 34

3.1. Skema Perencanaan Instalasi Listrik ................................................. 34


3.2. Ketentuan Umum .............................................................................. 35
3.3. Tujuan Perencanaan .......................................................................... 35
3.4. Instalasi Penerangan .......................................................................... 35
3.5. Deskripsi Bangunan ........................................................................... 36
3.6. Perhitungan Jumlah Lampu ............................................................... 37
3.7. Spesifikasi Gedung dan Daya Setiap Bangunan .............................. 107
3.7.1Deskripsi Ruangan .............................................................. 108
3.8. Pembagian Kelompok Beban ........................................................... 109
Bab IV ANALISA DAN PERHITUNGAN ...................................................... 111

4.1. Perencanaan Instalasi Penerangan .................................................... 111


4.1.1 Denah .................................................................................. 111
4.1.2 Perhitungan Jumlah Titik Lampu Berdasarkan Metode
Lumen .......................................................................................... 112
4.1.3 Menentukan Beban Gedung ............................................... 114
4.2. Pemilihan Komponen ....................................................................... 114
4.2.1 Armatur .............................................................................. 114
4.2.2 Pemilihan Penghantar ......................................................... 115
4.2.3 Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) .................................... 118
4.2.4 Saklar .................................................................................. 118
4.2.5 Penempatan Alat Kendali ................................................... 119
Bab V PENUTUP .............................................................................................. 120
5.1. Kesimpulan .................................................................................... 120
5.2. Saran ............................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 122

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Panel MDP..........................................................................................................10

Gambar 2.2 Panel SDP............................................................................................................11

Gambar 2.3 Konstruksi Armatur Tipe TBS 300..............................................................12

Gambar 2.4 Konstruksi Armatur Tipe TCS.......................................................................13

Gambar 2.5 Konstruksi Armature Tipe TCW...................................................................13

Gambar 2.6 Konstruksi Downlight......................................................................................15

Gambar 2.7 Kabel NYA..........................................................................................................17

Gambar 2.8 Kabel NYM.........................................................................................................17

Gambar 2.9 Kabel NYY.........................................................................................................18

Gambar 2.10 Kabel NYFGbY..............................................................................................19

Gambar 2.11 Kabel BC...........................................................................................................19

Gambar 2.12 MCB 1 Fasa......................................................................................................21

Gambar 2.13 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB).................................................22

Gambar 2.14 Refleksi Teratur...............................................................................................25

Gambar 2.15 Refleksi Baur....................................................................................................25

Gambar 2.16 Refleksi Campuran.........................................................................................25

Gambar 2.17 Refleksi Terpencar..........................................................................................25

Gambar 2.18 Transmisi Teratur............................................................................................26

Gambar 2.19 Transmisi Difus Sempurna...........................................................................26

Gambar 2.20 Transmisi Campuran......................................................................................27


Gambar 2.21 Sumber Cahaya Diatas Bidang Kerja.......................................................29

Gambar 3.1 Skema Perencanaan Instalasi Penerangan.................................................34

Gambar 3.2 Bidang Kerja Pada Ruang Kantor................................................................36


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan pencahayaan di zaman sekarang sangat penting dalam

kehidupan. Dengan pencahayaan yang sesuai dengan kebutuhan maka semua

kegiatan bisa dilakukan dengan optimal. Kebutuhan pencahayaan pada

sebuah rumah sakit sangat penting. Karena dengan intensitas pencahayaan

yang sesuai kegiatan pelayanan pada suatu rumah sakit dapat berjalan dengan

lancar dan juga karyawan rumah sakit tersebut dapat melaksanakan

pekerjaanya dengan nyaman.

Penerangan atau pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk

mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman berkaitan dengan

produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat

melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas dan cepat. Pencahayaan

dalam suatu ruangan dalam sebuah gedung harus memenuhi kebutuhan

instensitas cahaya yang diperlukan oleh ruangan tersebut berdasarkan

kegunaan dan keperluan dari ruangan.

Pembangunan gedung rumah sakit tidak terlepas dari kebutuhan energi

listrik. Di dalam gedung, energi listrik digunakan untuk sistem penerangan

dan keperluan lain, seperti sumber tenaga untuk peralatan listrik yang dapat

mendukung pekerjaan (baik medis maupun non medis). Instalasi penerangan


2

sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan

alami. Fungsi dari instalasi penerangan dapat diterapkan secara tersendiri

maupu dikombinasikan dengan pencahayaan alami, agar tercipta lingkungan

yang memungkinkan penghuni dapat melihat secara detail serta dapat

melaksanakan kegiatan visual secara mudah dan tepat, serta memberikan

pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak

berkedip maupun menyilaukan. Sehingga ketersediaan tenaga listrik menjadi

kebutuhan yang mendasar bagi rumah sakit untuk keperluan peralatan listrik

untuk mendukung operasi kerja.

Dari latar belakang di atas penulis mengangkat laporan Tugas Akhir

dengan judul “PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN LANTAI 2

GEDUNG IGD RS. PARU PARIAMAN”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, terdapat beberapa

masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana merencanakan instalasi penerangan lantai 2 gedung Instalasi

Gawat Darurat Rumah Sakit Paru Pariaman.

2. Bagaimana merencanakan jumlah lampu berdasarkan luminasi cahaya dan

kapasitas beban.

3. Bagaimana merencanakan jenis dan kapasitas penghantar yang digunakan.

4. Bagaimana merencanakan pengaman instalasi listrik yang digunakan


3

1.3 Tujuan

Adapun tujuan umum dari “PERENCANAAN INSTALASI

PENERANGAN LANTAI 2 GEDUNG INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT PARU PARIAMAN” ini adalah

1. Merencanakan instalasi penerangan gedung Instalasi Gawat Darurat

Rumah Sakit Paru Pariaman

2. Menentukan jumlah lampu berdasarkan luminasi cahaya dan kapasitas

beban.

3. Merencanakan jenis dan kapasitas penghantar yang digunakan

4. Merencanakan pengaman sistem instalasi listrik yang digunakan

1.4 Batasan Masalah

Agar lebih terperinci dan lebih mudah dipahami, topik penulisan Tugas Akhir

ini dibatasi pada permasalahan berikut :

1. Perencanaan instalasi penerangan gedung Instalasi Gawat Darurat rumah

sakit paru pariaman

2. Perencanaan instalasi penerangan dilakukan untuk lantai 2 Rumah Sakit

Paru Pariaman.

3. Penentuan jumlah lampu berdasarkan luminasi cahaya dan kapasitas

beban.

4. Pemilihan jenis dan kapasitas penghantar yang digunakan.

5. Penentuan pengaman instalai listrik yang digunakan.


4

1.5 Metode Penelitian

Penulisan tugas akhir ini menggunakan beberapa metode penelitian, yaitu:

1. Studi literatur

Studi literatur adalah suatu cara yang digunakan dalam pengumpulan data

dengan membaca buku-buku dan artikel yang relevan dengan masalah yang

akan dibahas.

2. Wawancara

Wawancara adalah mengumpulkan informasi dengan cara mengadakan

diskusi dengan dosen dan pihak yang menangani sistem kelistrikan di rumah

sakit tersebut.

3. Pengumpulan Data

Mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku dan sumber

lainnya yang mendukung tersedianya informasi yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan dibahas.

4. Perancangan

Melakukan perencanaan pembuatan gambar instalasi penerangan, perhitungan

jumlah titik lampu serta perencanaan proteksi berdasarkan PUIL 2011.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini, Penulis menggunakan sistematika

penulisan laporan yang dibagi dalam lima bab yaitu :


5

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang Perencanaan Instalasi Penerangan lantai 2

gedung Istalasi Gawat Daruarat rumah sakit paru pariaman,

perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian dan

sistematika penulisan laporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang teori dasar mengenai perancangan instalasi

penerangan , komponen yang digunakan dan proteksi .

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN

Berisikan tentang perencanaan, gambaran umum Instalasi listrik

gedung, perhitungan sistem instalasi kelistrikan gedung

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Berisikan tentang teknik dan tujuan pengambilan data serta hasil

yang diperoleh dari perencanaan instalasi listrik dan analisa dari

data penelitian.

BAB V PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan, kritikan dan saran


7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Instalasi Listrik

Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang

terpasang baik di dalam maupun di luar bangunan untuk menyalurkan arus listrik.

Rancangan instalasi listrik harus memenuhi ketentuan PUIL 2011 dan peraturan yang

terkait dalam dokumen seperti UU NO 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi,

Peraturan Pemerintah NO 51 Tahun 1995 tentang Usaha Penunjang Tenaga Listrik

dan peraturan lainnya.

Instalasi listrik atau instalasi tenaga listrik dapat diartikan sebagai suatu cara

penempatan dan pemasangan penyalur tenaga listrik untuk semua peralatan yang

memerlukan tenaga listrik untuk pengoperasiannya dan bagian ini langsung berada

dalam daerah kegiatan konsumen.

Suatu instalasi tenaga listrik terdiri dari beberapa bagian :

a. Penyediaan tenaga listrik

b. Sistem pembagian

c. Saluran tenaga listrik

d. Pengamanan

e. Pentanahan

(Sumber : PUIL 2011)


8

2.2 Ketentuan Umum Perancangan Instalasi Listrik

Rancangan suatu sistem instalasi listrik harus memenuhi ketentuan Peraturan

Umum Instalasi Listrik (PUIL) dan peraturan lain seperti :

a) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Beserta

Peraturan Pelaksanaannya.

b) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

c) Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan.

Dalam perancangan sistem instalasi listrik harus diperhatikan tentang

keselamatan manusia, makhluk hidup lain dan keamanan harta benda dari bahaya dan

kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh penggunaan instalasi listrik. Selain itu,

berfungsinya instalasi listrik harus dalam keadaan baik dan sesuai dengan maksud

penggunaannya.

(Sumber : PUIL 2011)

2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Instalasi Listrik

Beberapa prinsip instalasi listrik yang harus menjadi pertimbangan pada

pemasangan suatu instalasi listrik dimaksudkan agar instalasi yang dipasang dapat

digunakan secara optimum, efektif dan efisien. Adapun prinsip dasar tersebut ialah

sebagai berikut :

1. Keandalan

Artinya, seluruh peralatan yang dipakai pada instalasi tersebut haruslah handal

dan baik secara mekanik maupun secara kelistrikannya. Keandalan juga berkaitan
9

dengan sesuai tidaknya pemakaian pengaman jika terjadi gangguan, contohnya bila

terjadi suatu kerusakan atau gangguan harus mudah dan cepat diatasi dan diperbaiki

agar gangguan yang terjadi dapat diatasi.

2. Ketercapaian

Artinya, dalam pemasangan peralatan instalasi listrik yang relatif mudah

dijangkau oleh pengguna pada saat mengoperasikannya dan tata letak komponen

listrik tidak susah untuk di operasikan, sebagai contoh pemasangan saklar tidak

terlalu tinggi atau terlalu rendah.

3. Ketersediaan

Artinya, kesiapan suatu instalasi listrik dalam melayani kebutuhan baik berupa

daya, peralatan maupun kemungkinan perluasan instalasi. Apabila ada perluasan

instalasi tidak mengganggu sistem instalasi yang sudah ada, tetapi kita hanya

menghubungkannya pada sumber cadangan (spare) yang telah diberi pengaman.

4. Keindahan

Artinya, dalam pemasangan komponen atau peralatan instalasi listrik harus ditata

sedemikian rupa, sehingga dapat terlihat rapi dan indah serta tidak menyalahi

peraturan yang berlaku.

5. Keamanan

Artinya, harus mempertimbangkan faktor keamanan dari suatu instalasi listrik,

baik keamanan terhadap manusia, bangunan atau harta benda, makhluk hidup lain dan

peralatan itu sendiri.


10

6. Ekonomis

Artinya, biaya yang dikeluarkan dalam pemasangan instalasi listrik harus

diperhitungkan dengan teliti dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sehingga

biaya yang dikeluarkan dapat sehemat mungkin tanpa harus mengesampingkan ha-hal

diatas.

2.4 Panel Hubung Bagi (PHB)

PHB adalah panel hubung bagi / papan hubung bagi / panel berbentuk lemari

(cubicle), yang dapat dibedakan sebagai :

a. Panel Utama / MDP : Main Distribution Panel

b. Panel Cabang / SDP : Sub Distribution Panel

c. Panel Beban / SSDP : Sub-sub Distribution Panel

Untuk PHB sistem tegangan rendah, hantaran utamanya merupakan kabel feeder

dan biasanya menggunakan NYFGBY. Untuk menempatkan panel pada lokasinya dan

persyaratan lainnya perlu memperhatikan aturan-aturan yang terdapat di dalam PUIL

2011.

a. Main Distribution Panel (MDP)

MDP menghubungkan langsung antara sumber tenaga listrik dengan Sub

Distribution Panel (SDP).


11

Gambar 2.1 Panel MDP

Pada gambar 2.1 terlihat pintu panel MDP terpasang lampu indikator atau

lampu tanda yang fungsinya menggambarkan bahwasanya aliran arus listrik pada

panel dalam keadaan bekerja atau mengalir. Pada pintu panel juga terpasang alat ukur

ampermeter, ampermeter digunakan untuk mengukur arus yang disuplai beban. Alat

ukur ini pemasangannya seri. Selain itu juga terpasang alat ukur voltmeter, voltmeter

adalah alat ukur yang mengukur besaran tegangan yang mengalir pada suatu

rangkaian instalasi listrik. Maksud pengukuran ini adalah untuk mengetahui besaran

tegangan yang mengalir pada rangkaian tersebut, apakah mengalami penurunan (drop

voltega) ataupun naik (over voltege).

b. Sub Distribution Panel (SDP)

SDP menghubungkan antara sumber dari panel MDP dengan Panel

Distribution beban.
12

Gambar 2.2 Panel SDP

Seperti yang terlihat pada gambar 2.2 pada pintu panel SDP terdapat lampu

inndikator yang fungsinya menggambarkan bahwasanya aliran arus listrik dari panel

MDP dalam keadaan bekerja atau mengalir dan masuk pada panel SDP.

c. Sub-sub Distribusi Panel

Panel ini hampi sama dengan SDP. Yang membedakannya adalah kapasitasnya

yang lebih kecil dari SDP.

(Sumber : Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik 1)

2.5 Armatur

Armatur (luminer) dimaksudkan untuk mengontrol distribusi cahaya dari sebuah

lampu dan juga melindungi lampu serta tempat penyambungan rangkaian sumber.

Beberapa karakteristik penting bagi sebuah armatur seperti dijelaskan W.J.M Van

Bommel (1980:97) adalah :

a. Memiliki foto metrik yang dinyatakan dalam bentuk grafik untuk perhitungan

penerangan

b. Tahan panas pada temperatur kerja


13

c. Secara mekanis terdiri dari bahan yang kuat

d. Tempat komponen-komponen dan penyambungan rangkaian

e. Dapat dengan mudah dilakukan pemeliharaan

f. Tahan terhadap perubahan cuaca

g. Tersedianya sengkang atau tempat penggantungan kabel pada bagian belakang.

h. Bentuknya indah dan menarik

i. Armatur untuk penerangan dalam ruangan.

Berbagai jenis armatur dan bentuk konstruksi armatur untuk penerangan dalam kantor

diantaranya sebagai berikut :

1) Armatur Tipe TBS 300

Armatur dengan kode TBS 300 digunakan untuk penerangan dalam kantor-

kantor dan gedung-gedung pertemuan. Bentuknya sangat dekoratif dan terdiri darai

bebrbagai model. Lampu yang dipakai TL, TLD, TLDHF dengan bermacam daya.

Rumah lampu ini terbuat dari galvanizes sheet steel. Reflektor terbuat dari glass-fibre

reinforced polyester. Disamping itu armatur ini dilengkapi cermin. Konstruksi armatur

tipe TBS 300 ditunjukan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Konstruksi Armatur Tipe TBS 300


14

2) Armatur Tipe TCS

Armatur tipe TCS dapat digunakan untuk kantor dengan lampu TLD, TLDHF

dengan bermacam-macam daya. Rumah armatur terbuat dari glass-fibre reinforced

polyester. Reflektor terbuat dari bahan white glass-fibre reinforced polyester.

Konstuksi armatur tipe TCS ditunjukan pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Konstruksi Armatur Tipe TCS

(Philips 1988 : 203)

3) Armatur Tipe TCW

Armatur tipe ini juga digunakan untuk penerangan dalam diindustri-industri.

Lampu yang digunakan pada armatu adalah TDL. Rumah armatur terbuat dari glass-

fibre reinforced pressed polyester. Konstruksi armatur tipe TCW ditujunjukan pada

gambar 2.5.
15

Gambar 2.5 Konstruksi Armatur Tipe TCW

(Philips 1988 ; 233)

2.6 Downlight

Rumah lampu downlight adalah sebuah perangkat yang dibuat menggunakan

konsep memanfaatkan karakteristik dari cermin. Teknik pencahayaan yang dimiliki

oleh rumah lampu downlight dapat dikatakan sangat sederhana, yaitu hanya

membelokkan arah sebaran cahaya disekeliling lampu ke bagian bawah ruangan.

Teknik ini akan menjadikan area bagian bawah ruangan terasa lebih terang meskipun

menggunakan lampu yang sama.

Dalam hal ini, rumah lampu downlight bisa dikatakan sebagai perangkat yang

memodifikasi cahaya keluaran dari lampu. Jadi, cahaya keluaran dari lampu dijadikan

sebagai input, dimodifikasi perilaku sebaran cahayanya, maka terbentuklah produk

cahaya baru dengan intensitas lebih tinggi. Sebuah konsep memaksimalkan cahaya

lampu yang sederhana dan murah, dan sangat efektif dalam mengefisiensikan
16

pemakaian daya. Rumah lampu downlight merupakan satu unit perangkat yang terdiri

dari beberapa bagian. Tiga bagian utama yang harus ada di dalamnya adalahfitting

lampu, rangka penampang (bracket) dan mangkuk berkilat. Entah apa istilah resmi

dari ketiga unit itu. Mangkuk berkilat ini memegang peran terpenting dari

keseluruhan unit untuk meningkatkan intensitas cahaya di bagian bawah ruangan.

Fungsi mangkuk ini adalah memantulkan cahaya yang dihasilkan lampu. Semakin

bening kilat yang dimiliki mangkuk tersebut, pantulan cahaya yang dihasilkan

semakin mendekati tingkat intensitas lampu sebenarnya.

Fitur ini menjadikan pemakaian rumah lampu sangat efektif untuk

mengefisiensikan pemakaian daya, karena tidak diperlukan tambahan apapun untuk

meningkatkan intensitas cahaya lampu hingga area bagian bawah ruangan. Kerumitan

memakai rumah lampu downlight adalah saat pemasangannya. Anda harus mengukur

diameter lingkaran rumah lampu untuk membuat lubang pada langit-langit rumah.

Inilah yang harus direncanakan dengan matang sebelum dikerjakan. Karena begitu

lubang dibuat, tidak dapat ditutup lagi. Konstruksi downlight ditunjukan pada gambar

2.6.

Gambar 2.6 kontruksi downlight


17

Secara perawatan, unit rumah lampu downlight tidak memerlukan biaya yang

besar. Kita hanya perlu membersihkan mangkuk berkilat secara berkala agar kilat

mangkuk tetap terjaga kebersihannya.

2.7 Penghantar

Setiap penghantar mempunyai warna instalasi berbeda. Dimana perbedaan warna

ini dimaksudkan agar mempermudah dalam penginstalasian serta mencegah

terjadinya kesalahan dalam penyambungan penghantar yang berbeda. Adapun warna

isolasi pada setiap penghantar (PUIL 2011) adalah :

a. Warna isolasi merah untuk phasa L1/R

b. Warna isolasi kuning untuk phasa L2/S

c. Warna isolasi hitam untuk phasa L3/T

d. Warna isolasi biru untuk netral.

e. Warna isolasi loreng hijau kuning untuk pembumian

Cara penggunaan kode pengenal untuk salah satu jenis kabel yaitu :

Arti huruf-huruf kode yang digunakan adalah :

N : Kabel jenis standar dengan penghantar tembaga

NA : Kabel jenis standar dengan penghantar aluminium

Y : Isolasi atau selubung PVC

F: Perisai kawat baja pipih

R: Perisai kawat baja bulat

Gb : Spriral pita baja

Re : Penghantar padat bulat


18

Rm : Penghantar bulat kawat banyak

se : Penghantar padat bentuk sektor

sm : Penghantar kawat banyak bentuk sektor

(Sumber : Instalasi Listrik 1)

Jenis penghantar yang banyak digunakan untuk isolasi gedung adalah :

1) Kabel NYA, (thermoplastic insulated single core cable)

Kabel NYA hanya memiliki satu penghantar berbentuk pejal, kabel ini pada

umumnya digunakan pada instalasi rumah tinggal. Dalam pemakaiannya pada

instalasi listrik harus menggunakan pelindung dari pipa union atau paralon/PVC

ataupun pipa fleksibel. Konstruksi kabel NYA ditunjukan pada gambar 2.7

Gambar 2.7 Kabel NYA

2) Kabel NYM, (thermoplastic insulated and sheated cable)

Sedangkan kabel NYM adalah kabel yang memiliki beberapa penghantar dan

memiliki isolasi luar sebagai pelindung. Konstruksi dari kabel NYM terlihat pada

gambar. Penghantar dalam pemasangan pada instalasi listrik, boleh tidak

menggunakan pelindung pipa. Namun, untuk memudahkan saat penggantian


19

kabel/revisi, sebaliknya pada pemasangan dalam dinding/beton menggunakan

selongsong pipa. Konstruksi kabel NYM ditunjukan pada gambar 2.8

Gambar 2.8 Kabel NYM

3) Kabel NYY, (low tension insulated and PVC sheatedpower cable)

Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai seperti NYY, biasanya digunakan untuk

kabel tenaga pada industri. Kabel ini juga dapat ditanam dalam tanah, dengan syarat

diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis. Perlindungannya

bisa berupa pipa atau pasir dan diatasnya diberi batu. Pada prinsipnya susunan NYY

ini sama dengan susunan NYM. Hanya tebal isolasi dan selubung luarnya serta jenis

PVC yang digunakan berbeda. Warna selubung luarnya hitam. Untuk kabel tegangan

rendah tegangan nominalnya 0,6/1 kV dimana maksudnya yaitu :


 0,6 kV : Tegangan nominal terhadap tanah.

 1,0 kV : Tegangan nominal antar penghantar.

Penggunaan utama NYY sebagai kabel tenaga adalah untuk instalasi industri

di dalam gedung maupun di alam terbuka, di saluran kabel dan dalam lemari hubung

bagi, apabila diperkirakan tidak akan ada gangguan mekanis. NYY dapat juga
20

ditanam di dalam tanah asalkan diberi perlindungan secukupnya terhadap

kemungkinan terjadinya kerusakan mekanis. Konstruksi kabel NYY ditunjukan pada

gambar 2.9

Gambar 2.9 Kabel NYY

4) Kabel NYFGbY

Kabel tanah thermoplastik berperisai seperti NYFGbY, biasanya digunakan

apabila ada kemungkinan terjadi gangguan kabel secara mekanis, kabel NYFGbY

intinya terdiri dari penghantar tembaga, dengan isolasi PVC, penggabungan dua atau

lebih inti dilengkapi selubung atau pelindung yang terdiri dari karet dan perisai kawat

baja bulat. Perisai dan pembungkus diikat dengan spiral pita baja, untuk menghindari

korosi pada pita baja, maka kabel di selubungi pelindung PVC warna hitam.

Konstruksi kabel NYFGbY ditunjukan pada gambar 2.10.

.
21

Gambar 2.10 Kabel NYFGbY

(Sumber :Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik 1)

5) Kabel BC

2
Kabel ini dipilin/stranded, disatukan. Ukuran/tegangan maks = 6 –500 mm /500

V. Pemakaian saluran diatas tanah dan penghantar pentanahan. Konstruksi kabel BC

ditunjukan pada gambar 2.11

Gambar 2.11 Kabel BC

2.8 Pengaman

Pengaman adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk melindungi

komponen listrik dari kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan seperti arus beban

lebih ataupun arus hubung singkat.

Fungsi dari pengaman dalam distribusi tenaga listrik ialah :

1. Isolasi, yaitu untuk memisahkan instalasi atau bagiannya dari catu daya listrik
22

untuk alasan keamanan.

2. Kontrol, yaitu untuk membuka atau menutup sirkit instalasi selama kondisi

operasi normal untuk tujuan operasi dan perawatan.

3. Proteksi, yaitu untuk pengamanan kabel, peralatan listrik dan manusianya

terhadap kondisi tidak normal seperti beban lebih, hubung singkat dengan

memutuskan arus gangguan dan mengisolasi gangguan yang terjadi.

2.8.1 MCB

MCB adalah suatu rangkaian pengaman yang dilengkapi dengan komponen

thermis (bimetal) untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relay

elektromagnetik untuk pengaman hubung singkat. Konstruksi MCB ditunjukan pada

gambar 2.12.

MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu fasa dan tiga fasa. Keuntungan

menggunakan MCB, yaitu :

a. Dapat memutuskan rangkaian tiga fasa walaupun terjadi hubung singkat pada

salah satu fasanya.

b. Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung singkat

atau beban lebih.

c. Mempunyai respon yang baik apabila terjadi hubung singkat atau beban lebih.
23

Gambar 2.12 MCB 1 Fasa

2.8.2 MCCB

MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses operasinya

mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat untuk penghubung.

Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman

gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman ini,

mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.

Konstruksi MCCB ditunjukan pada gambar 2.13


24

Gambar 2.13 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)

Keterangan :

1. Bahan BMC untuk bodi dan tutup

2. Peredam busur api

3. Blok sambungan untuk pemasangan ST dan UVT

4. Penggerak lepas-sambung

5. Kontak bergerak

6. Data kelistrikan dan pabrik pembuat

7. Unit magnetik trip

(Sumber :Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik 1)

Untuk perhitungan dan menentukan besar suatu MCB dapat menggunakan

rumus sebagai berikut :


25

Ampere (untuk satu fasa) (2.1)


Ampere (untuk tiga fasa) (2.2)

Dimana:

In = Arus nominal (Ampere)

P = Daya (Watt)

V = Tegangan (Volt)

Cos = Faktror daya

Untuk mendapatkan ukuran busbar yang sesuai ditentukan berdasarkan arus

yang mengalir pada busbar tersebut dan harus sesuai dengan standart yang ditetapkan

dalam PUIL 2000, yaitu arus busbar harus 1,5 kali arus nominalnya.

(2.3)

2.9 Sistem Penerangan

Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi sumber

cahaya itu sendiri dan pada kontruksi armatur yang digunakan (harten, tahun 2002 :

23). Kontruksi armaturnya anatara lain ditentukan oleh :

a. Cara pemasangannya pada dinding atau langit-langit

b. Cara pemasangan fiting atau fiting-fiting di dalam armatur

c. Perlindungan sumber cahayanya

d. Penyesuaian bentuknya dengan lingkungan

e. Penyebaran cahayanya
26

Sebagian besar dari cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak dating langsung dari

sumber cahaya tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan.

Karena besarnya luminansi sumber-sumber cahaya modern, cahaya langsung dan

sumber cahaya biasanya akan menyilaukan mata. Karena itu bahan-bahan armatur

harus dipilih sedemikian rupa sehingga sumber cahayanya terbagi secara tepat.

Berdasarkan pembagian flux cahayanya oleh sumber cahaya dan armatur yang

digunakan dapat dibedakan sistem-sistem penerangan, seperti terlihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Jenis Sistem Senerangan

Sistem penerangan Langsung ke bidang kerja


a. Penerangan langsung 90-100%
b. Terutama penerangan langsung 60-90%
c. Penerangan Campuran atau penerangan difus 40-60%
d. Terutama penerangan tak langsung 10-40%
e. Penerangan tak langsung 0-10%

2.9.1 Absorbsi

Sebagian dari cahaya mengenai suatu permukaan akan diserap oleh

permukaan itu. Bagian yang diserap ini menimbulkan panas pada permukaan tersebut.

Permukaan yang gelap dan buram menyerap banyak cahaya.

Bagian flux cahaya yang diserap oleh suatu permukaan ditentukan oleh factor

absorbs a permukaan itu :

(2.4)
27

2.9.2Refleksi

Jika sinar-sinar cahaya sejajar yang mengenai suatu permukaan, dipantulkan

tetap sejajar, maka terjadi refleksi cermin atau refleksi teratur (gambar 2.13). Refleksi

demikian terjadi pada cermin dan pada permukaan logam yang dipoles.

Jika sinar-sinarnya dipantulkan tersebar ke semua jurusan, maka terjadi

refleksi baur atau refleksi difus (gambar 2.14), seperti yang terjadi pada suatu

permukaan kasar misalnya pada langit-langit yang dikapur.

Antara dua bentuk ini masih dijumpai beberapa bentuk refleksi lain, misalnya

refleksi campuran (gambar 2.15) yang dapat dikenali dari permukaan yang berkilat.

Kalau bentuk berkas cahaya yang dipantulkan agak lebih teratur, dikatakan

bahwa refleksi terpencar (gambar 2.16).

Jumlah cahaya yang dipantulkan tidak ditentukan oleh mengkilatnya suatu

permukaan, tetapi oleh sifat-sifat dan permukaan bahannya. Permukaan difus kadang-

kadang dapat memantulkan lebih banyak cahaya daripada suatu permukaan yang

mengkilat.

Gambar 2.14 Refleksi Teratur Gambar 2.15 Refleksi Baur


28

Gambar 2.16 Refleksi Campuran Gambar 2.17 Refleksi Terpencar

Bagian flux cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh factor refleksi r suatu

permukaan :

(2.5)

Faktor refleksi 0,6 atau 60% berarti, bahwa 60% dan flux cahaya yang mengenai

permukaan.

2.9.3 Transmisi

Bahan-bahan tembus cahaya seperti berbagai jenis kaca akan memantulkan

atau menyerap hanya sebagian saja dari cahaya yang mengenainya. Sebagian besar

dan cahaya itu dapat menembus bahan-bahan tersebut.

Gambar 2.18 memperlihatkan transmisi teratur. Sinar-sinar cahaya yang masuk sejajar

keluar tetap sejajar.

Gambar 2.19 memperlihatkan transmisi difus sempurna. Sinar-sinar yang masuk

sejajar, keluar tersebar, seperti misalnya pada kaca opal.

Gambar 2.20 memperlihatkan transmisi campuran yang merupakan gabungan antara

transmisi teratur dan transmisi difus.


29

Gambar 2.18 Transmisi Teratur Gambar 2.19 Transmisi Difus Sempurna

Gambar 2.20 Transmisi Campuran

(2.6)

2.10 Perancangan Penerangan Buatan

Intensitas penerangan yang direkomendasikan tidak boleh kurang dari intensitas

penerangan dalam tabel yang diukur pada bidang kerja. Ada 3 tipe sistem penerangan

buatan, yaitu :

1. Sistem penerangan merata


30

Memberikan intensitas penerangan yang seragam pada seluruh ruangan,

penggunaannya pada ruang-ruang yang tidak memerlukan tempat untuk mengerjakan

pekerjaan visual khusus.

2. Sistem penerangan terarah

Cahaya diarahkan kejurusan tertentu dalam ruangan, digunakan untuk menerangi

suatu objek tertentu agar kelihatan menonjol, misal pada penggung atau pada ruangan

untuk pameran. Pada sistem ini dapat menggunakan lampu dan reflektor yang

diarahkan atau ”spotlight” dengan reflektor bersudut lebar.

3. Sistem penerangan setempat

Cahaya dikonsentrasikan pada tempat mengerjakan pekerjaan visual khusus.

a. Pekerjaan visual yang presisi

b. Pengamatan bentuk / susunan benda dari arah tertentu.

c. Melengkapi penerangan umum yang mungkin terhalang.

d. Membantu menambah daya lihat.

e. Menunjang pekerjaan visual yang mungkin pada awalnya tidak terencana pada

suatu ruangan.

Perancangan penerangan buatan secara kuantitas dapat dilakukan perhitungan

dengan 2 metode yaitu :

2.10.1 Metode titik demi titik (point by point method)


31

Metode ini hanya berlaku untuk cahaya langsung, tidak memperhitungkan

cahaya pantulan, dan sumber cahaya dianggap satu titik, serta mempunyai syarat

sebagai berikut :

1) Dimensi sumber cahaya dibanding dengan jarak sumber cahaya ke bidang kerja

tidak boleh lebih besar dari 1 dibanding 5.

Gambar 2.21 Sumber Cahaya diatas bidang kerja

Keterangan :

la = lebar armatur

t = tinggi/jarak antara armatur ke bidang kerja

(2.7)

2) Berdasarkan diagram pola intensitas cahaya.

Panjang jari-jari dari 0 ke suatu titik dari grafik menyatakan intensitas cahaya

kearah itu dalam suatu candela. Setiap gambar biasanya dilengkapi dengan data yang

menunjukan nilai dalam lumen/cd. (misal 500 lumen/cd ; 1000 lumen/cd ; 2000

lumen /cd dan seterusnya).


32

2.10.2 Metode Lumen

Metode lumen adalah menghitung intensitas penerangan rata-rata pada bidang

kerja. Fluks cahaya diukur pada bidang kerja, yang secara umum mempunyai tinggi

antara 75 – 90 cm diatas lantai.

Besarnya intensitas penerangan (E) bergantung dari jumlah fluks cahaya dari

luas bidang kerja yang dinyatakan dalam lux (lx).

(2.8)

Keterangan :

E : Intensitas penerangan (lux)

F : Fluks cahaya (luman)

2
A : Luas bidang kerja (m )

Tidak semua cahaya dari lampu mencapai bidang kerja, karena ada yang di

pantulkan (faktor refleksi = r), dan diserap (faktor absorpsi = a) oleh dinding, plafon

dan lantai. Faktor refleksi dinding (rw) dan faktor refleksi plafon (rp) merupakan

bagian cahaya yang dipantulkan oleh dinding dan langit-langit / plafon yang

kemudian mencapai bidang kerja.

Faktor refleksi bidang kerja (rm) ditentukan oleh refleksi lantai dan refleksi

dinding antara bidang kerja dan lantai secara umum, nilai rm = 0,10 (jika rm tidak

diketahui, maka diambil nilai rm 0,10) Faktor refleksi dinding / langit-langit untuk

warna :
33

a) Warna Putih = 0,80


b) Warna sangat muda = 0.70

c) Warna muda = 0,50

d) Warna sedang = 0.30

e) Warna gelap = 0,10

 Indeks ruang (K)

Indeks ruang atau indeks bentuk disimbolkan dengan K. Indeks ruang

digunakan untuk menyalakan pengaruh bentuk ruangan.

(2.9)

Keterangan :

l = lebar ruangan (m)

p = Panjang ruangan (m)

h = tinggi cahaya diatas bidang kerja (m)

Ketinggian sumber cahaya diatas bidang kerja atau disebut juga tinggi efektif, yaitu h’

= h – tinggi bidang kerja

 Effisiensi Penerangan

Effisiensi penerangan adalah perbandingan fluks cahaya yang berguna yang

mencapai bidang kerja dengan fluks cahaya (lumen) yang dipancarkan oleh semua

sumber cahaya karena fluks yang mencapai bidang kerja.


34

Karena fluks cahaya ke bidang kerja :


F = E x A, maka (2.10)

(2.11)

Keterangan :

E = Intensitas penerangan (lux)

F = Fluks cahaya (lumen)

2
A = Luas ruangan (m )

µ = Effisiensi penerangan

 Jumlah Lampu

Untuk mendapatkan cahaya yang merata maka dibutuhkan jumlah lampu atau

armatur yang cukup. Jumlah lampu dan armatur dapat ditentukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

(2.12)

Keterangan :

n = Jumlah lampu atau armatur yang digunakan

E = Intensitas penerangan (lux)


35

2
A = Luas bidang kerja (m )

F = Fluks cahaya (lumen)

µ = Effesiensi (50-65%) (Sumber : www.caramenghitungtitiklampu.com)

(Sumber : Instalasi Listrik Arus Kuat 2)

atau dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

ExLxW (2.13)
N=
Ø x LLF x CU x n

Dimana :

N = jumlah titik lampu

E = Kuat Penerangan /target kuat penerangan yang akan dicapai (Lux)

L = Panjang Ruang(Meter)

Ø = Total Lumen Lampu / Lamp Luminous Flux

LLF = Light loss factor / Faktor Cahaya Rugi (0,7-0,8)

CU = coeffesien of utilization / Faktor Pemanfaatan (50-65 %)

n = Jumlah Lampu dalam 1 titik Lampu


35

BAB 3

PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN

3.1 Skema Perencanaan Instalasi Penerangan

Dalam melakukan perencanaan instalasi penerangan pada lantai 2 gedung

Instalasi Gawat Darurat Rumans Sakit Paru Pariaman, harus diperhatikan sistem

penerangan yang digunakan sesuai dengan kegunaan ruangan pada gedung tersebut.

Maka perencanaan instalasi penerangan harus memperhatikan syarat dan sistem

pemasangan instalasi sesuai dengan standar PUIL 2011.

Ada beberapa tahapan dalam melakukan perencanaan instalasi penerangan,

gambar 3.1 memperlihatkan skema peraencanaa instalasi penerangan.


36

Mulai

Input :
- Denah ruangan
- Fungsi ruangan
- Tingkat penerangan
yang diperlukan
- Jenis lampu
- Jenis armatur
- Warna dinding

Hitung fluks luminous yang


diperlukan

Hitung jumlah armatur dan jumlah


lampu yang diperlukan

Hitung daya terpasang per group

Selesai

Gambar 3.1 Skema perencanaan instalasi penerangan

Setelah didapatkan data berupa bentuk denah dan ukuran denah dari gedung IGD

rumah sakit paru di pariaman maka selanjutnya dilakukan pelengkapan data agar

perencanaan instalasi dapat dilakukan.

3.2 Ketentuan Umum

1. Rancangan suatu instalasi penerangan harus memenuhi ketentuan PUIL dan

ketentuan-ketentuan lain yang tercantum dalam PUIL 2011.


37

2. Rancangan suatu instalasi penerangan harus berdasarkan persyaratan dasar yang

ditentukan dan memperhitungkan serta memenuhi proteksi keselamatan.

3. Sebelum merancang suatu instalasi penerangan harus dilakukan penilaian dan

survey lokasi.

3.3 Tujuan Perencanaan

Tujuan perencanaan adalah untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan

dalam merealisasikan ide atau gagasan yang akan dicapai berdasarkan teori

pendukung, dengan memperhatikan semua aspek yang berkaitan dengan perencanaan

tersebut.

3.4. Instalasi Penerangan

Tipe-tipe ruangan pada gedung IGD rumah sakit paru pariaman sebagian besar

berbentuk persegi, banyaknya jumlah lampu, armatur, dan downlight untuk masing-

masing ruangan bergantung dari fungsi dan luas ruangannya. Perhitungan jumlah

lampu, armatur, dan downlight pada sebuah ruangan, dimaksudkan untuk

mendapatkan tingkat pencahayaan yang baik.

Untuk teknik penerangannya yaitu berdasarkan lampu dengan bidang kerja yang

sesuai dengan gambar 3.2.


38

h = 2,5 m Truangan = 3,5 m

Tb = 1 m

Gambar 3.2 Bidang Kerja Pada Ruang Kantor

3.5 Deskripsi Bangunan

Deskripsi gedung IGD rumah sakit paru pariaman dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Dinding bangunan terbuat dari batako press dan diberi plaster yang diberi cat

tembok bewarna putih. Dan bagian bawahnya diberi keramik dari lantai setinggi

90 cm dan juga dibawah jendela.

2. Langit-langit bangunan bewarna putih.

3. Panjang bangunan 33,5 meter, lebar bangunan 20 meter.

3.6 Perhitungan jumlah lampu

Untuk menentukan jumlah lampu yang digunakan dalam suatu ruangan maka data
39

yang diperlukan sebagai berikut :

1. Dimensi ruangan.

2. Tinggi cahaya ke bidang kerja (tinggi efektif).

3. Indeks dan fungsi ruangan.

4. Intensitas dan efesiensi penerangan.

5. Faktor refleksi dan utilitas.

6. Lampu yang digunakan dan fluks cahaya yang dihasilkannya dan lain-lain.

(sumber: PUIL 2011)

Untuk perhitungan jumlah lampu yang diperlukan pada lantai 2 gedung

instalasi gawat darurat Rumah Sakit Paru Pariaman dapat dilihat pada lembaran

berikut:
40

1. Koridor Publik

Tabel 3.1 Data Ruangan Koridor Publik

Uraian Keteranagan satuan

Ruangan Koridor public


Data ruang Panjang 18 Meter

Lebar 3 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 0 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 3.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu DL LED 1X9 W

digunakan Daya/armatur 9 Watt

Fluks cahaya 806 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 150 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.1 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
18 × 3
3.5(18 + 3)
41
= 0.73

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0.6 : η1 = 0.3 dan
Untuk k2= 0.8 :η2 = 0.38

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.73 − 0.6
η = 0.3 + 0.8 − 0.6 (0.3 − 0.38) = 0.25

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
150 × 18 × 3
=
806 × 0,8 × 0,65 × 1
= 19,3

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 19 buah.
42

2. Koridor non Steril

Tabel 3.2 Data Ruangan Koridor non Steril

Uraian Keterangan Satuan

Ruangan Koridor non steril


Data ruang Panjang 25 Meter

Lebar 2 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 0 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 3.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu DL LED 1X9 W

digunakan Daya/armatur 9 Watt

Fluks cahaya 806 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 150 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data table 3.2 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
25 × 2
3.5(25 + 2)
43
= 0.53

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0: η1 = 0.26 dan
Untuk k2= 0,6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.53 − 0
η = 0.38 + 0,6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.22

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
150 × 25 × 2
=
806 × 0,8 × 0,65 × 1
= 17,9

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 18 buah.
44

3. IRCU

Tabel 3.3 Data Ruangan IRCU

Uraian Keterangan Satuan

Ruangan IRCU
Data ruang Panjang 5 Meter

Lebar 6 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 2X 36 W

digunakan Daya/armatur 72 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 300 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.3 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
5×6
2.5(5 + 6)
45
=1.09

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 1 : η1 = 0.43 dan
Untuk k2= 1.2 :η2 = 0.47

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


1.09 − 1
η = 0.43 + 1.2 − 1 (0.43 − 0.47) = 0.412

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
300 × 5 × 6
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 5.2

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 6 buah. Dan

armature yang dipasan pada ruang IRCU adalah sebanyak 3 buah.


46

4. Toilet IRCU

Tabel 3.4 Data Ruangan Toilet IRCU

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Toilet IRCU


Data ruang Panjang 1 Meter

Lebar 2 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu DL LED 1X7 W

digunakan Daya/armatur 7 Watt

Fluks cahaya 600 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.4 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
1 2
3.5(1 + 2)
47
= 0.27

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan
Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.27 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.242

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 1 × 2
=
600 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.3

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
48

5. Air Lock

Tabel 3.5 Data Ruangan Air lock

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Air lock


Data ruang Panjang 3 Meter

Lebar 4 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 0 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 3.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL2X36 W

digunakan Daya/armatur 72 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.5 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
3×4
3.5(3 + 4)
49
= 0.49

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan
Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.49 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.227

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 3 × 4
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.4

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 2 buah. Dan

armature yang direncanakan adalah 1 buah.


50

6. Ruang Makan

Tabel 3.6 Data ruangan makan

Ruangan Makan

Data ruang Panjang 3 Meter


Lebar 2.5 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X36 W

digunakan Daya/armatur 36 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.6 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
3 × 2.5
2.5(3 + 2.5)

= 0.55
51

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan
Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.55 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.224

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 3 × 2.5
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 0.9

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
52

7. Pantry

Tabel 3.7 Data Ruangan Pantry

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Pantry
Data ruang Panjang 3 Meter

Lebar 2 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X36 W

digunakan Daya/armatur 36 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.7 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
3×2
2.5(3 + 2)
53
= 0.48

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan
Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.48 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.228

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 3 × 2
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 0.7

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
54

8. HCU

Tabel 3.8 Data Ruangan HCU

Uraian Keterangan satuan

Ruangan HCU
Data ruang Panjang 5 Meter

Lebar 4 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 2X 36 W

digunakan Daya/armatur 72 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 300 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.8 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
5×4
2.5(5 + 4)
55
=0.89

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0.8 : η1 = 0.38 dan
Untuk k2= 1 :η2 = 0.43

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :

0.89 − 0.8
η = 0.38 + (0.38 − 0.43) = 0.36
1 − 0.8

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
300 × 5 × 4
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
=3.4

Jadi jumlah lampu yang direncanakan adalah 4 buah. Dan jumlah armature yang

direncanakan adalah 2 buah.


56

9. Ruang Ganti Dokter 1

Tabel 3.9 Data Ruangan Ganti Dokter 1

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Ganti dokter 1


Data ruang Panjang 2.5 Meter

Lebar 1.5 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X18 W

digunakan Daya/armatur 18 Watt

Fluks cahaya 1350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.9 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
2.5 × 1.5
2.5(2.5 + 1.5)
57
= 0.38

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan
Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.38 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.235

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 2.5 × 1.5
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.1

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
58

10. Ruang Ganti Dokter 2

Tabel 3.10 Data Ruangan Ganti Dokter 2

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Ganti dokter 2


Data ruang Panjang 2.5 Meter

Lebar 1.5 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X18 W

digunakan Daya/armatur 18 Watt

Fluks cahaya 1350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.10 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
2.5 × 1.5
2.5(2.5 + 1.5)
59
= 0.38

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan
Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.38 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.235

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 2.5 × 1.5
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.1

Jadi jumlah lampu yang direncanakan adalah 1 buah.


60

11. Kamar mandi ruang ganti dokter 1

Tabel 3.11 Data ruangan kamar mandi ganti dokter 1

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Kamar mandi Ganti dokter 1


Data ruang Panjang 2.5 Meter

Lebar 1.5 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu DL LED 1X7 W

digunakan Daya/armatur 7 Watt

Fluks cahaya 600 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.11 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
2.5 × 1.5
2.5(2.5 + 1.5)
61
= 0.38

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan
Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.38 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.235

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 2.5 × 1.5
=
600 × 0,8 × 0,65 × 1
= 2.4

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 2 buah.
62

12. Kamar Mandi Ruang Ganti Dokter 2

Tabel 3.12 Data ruangan kamar mandi ganti dokter 2

Uraian Keterangan Satuan

Ruangan Kamar mandi Ganti dokter 2


Data ruang Panjang 2.5 Meter

Lebar 1.5 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu DL LED 1X7 W

digunakan Daya/armatur 7 Watt

Fluks cahaya 600 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.12 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
2.5 × 1.5
2.5(2.5 + 1.5)
63
= 0.38

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan
Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.38 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.235

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 2.5 × 1.5
=
600 × 0,8 × 0,65 × 1
= 2.4

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 2 buah.
64

13. Ruang Konsultasi

Tabel 3.13 Data Ruangan Konsultasi

Uraian Keterangan Satuan

Ruangan Konsultasi
Data ruang Panjang 3 Meter

Lebar 3 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X36 W

digunakan Daya/armatur 36 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.13 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
3×3
2.5(3 + 3)
65
= 0.6

Dari persamaan diatas didapatkan nilai efisiensi penerangan sebesar 0,6. Nilai indeks

0.6 terdapat pada tabel efisiensi sebesar 0,3. Maka jumlah titk lampu dapat dihitung

dengan persamaan (2.13)


× ×
=
∅× × ×
200 × 3 × 3
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
=1

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
66

14. Ruang Persiapan

Tabel 3.5 Data Ruangan Persiapan

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Kamar mandi persiapan


Data ruang Panjang 5 Meter

Lebar 3 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 2X36 W

digunakan Daya/armatur 72 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.14 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
5×3
2.5(5 + 3)
67
= 0.75

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0.6 : η1 = 0.3 dan
Untuk k2= 0.8 :η2 = 0.38

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.38 − 0.6
η = 0.3 + 0.8 − 0.6 (0.3 − 0.38) = 0.38

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
500 × 5 × 3
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 4.3

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 4 buah. Dan

armature yang direncanakan adalah 2 buah


68

15. Ruang Alat Medis

Tabel 3.15 Data Ruangan Alat Medis

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Alat medis


Data ruang Panjang 2 Meter

Lebar 2,5 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X18 W

digunakan Daya/armatur 18 Watt

Fluks cahaya 1350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.15 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
2 × 2,5
2.5(2 + 2,5)
69
= 0.44

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan
Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.44 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.23

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 2 × 2,5
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1,4

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
70

16. Ruang Scrub up

Tabel 3.16 Data ruangan Scrub Up

Uraian Keterangan Satuan

Ruangan Scrub up
Data ruang Panjang 2 Meter

Lebar 2.5 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X18 W

digunakan Daya/armatur 18 Watt

Fluks cahaya 1350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 300 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.16 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
2 × 2.5
2.5(2 + 2.5)
71
= 0.44

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan
Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.44 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.23

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
300 × 2 × 2,5
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
=1,4

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
72

17. Ruang operasi

Tabel 3.17 Data Ruangan Operasi

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Operasi
Data ruang Panjang 7 Meter

Lebar 6 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1.2 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.3 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 2X36 W

digunakan Daya/armatur 72 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 500 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.17 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
7×6
2.3(8 + 6)
73
= 1.4

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 =1.2 : η1 = 0.47dan
Untuk k2= 1.5 :η2 = 0.51

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.4 − 1.2
η = 0.47 + 1.5 − 1.2 (0.47 − 0.51) = 0.44

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
500 × 6 × 7
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 12,1

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 12 buah. Dan

jumlah armature yang direncanakan adalah 6 buah.


74

18. Ruang Observasi

Tabel 3.18 Data Ruangan Observasi

Ruangan Observasi

Data ruang Panjang 6 Meter


Lebar 5 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 2X36 W

digunakan Daya/armatur 72 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 300 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.18 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
6×5
2.5(6 + 5)
75
= 1.09

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 1 : η1 = 0.43dan
Untuk k2= 1.2 :η2 = 0.47

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


1.09 − 1
η = 0.43 + 1.2 − 1 (0.43 − 0.47) = 0.0.41

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
300 × 2.5 × 1.5
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 5.2

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 6 buah. Dan

armatur yang direncanakan adalah 3 buah.


76

19. Koridor Steril

Tabel 3.19 Data Ruangan Koridor Steril

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Koridor steril


Data ruang Panjang 10 Meter

Lebar 3 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 0 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 3.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu DL LED 1X9 W

digunakan Daya/armatur 9 Watt

Fluks cahaya 806 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.19 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
10 × 3
3.5(10 + 3)
77
= 0.66

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0.6 : η1 = 0.3 dan
Untuk k2= 0.8 :η2 = 0.38

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :

0.66 − 0.6
η = 0.3 + (0.3 − 0.38) = 0.28
08. −0.6

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 10 × 3
=
806 × 0,8 × 0,65 × 1
= 14

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 14 buah.
78

20. Ruang Antara Untuk Membawa Material non Steril

Tabel 3.20 Data Ruangan Antara Untuk Membawa Material non Steril

Uraian Keterangan satuan

Ruangan antara utk membawa material


non steril

Data ruang Panjang 3 Meter

Lebar 3 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X36 W

digunakan Daya/armatur 36 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.20 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )
79
=
3×3
2.5(3 + 3)

= 0.6

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan. Nilai

indeks 0.6 terdapat pada tabel efisiensi penerangan sebesar 0.3.

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 3 × 3
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
=1

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
80

21. Ruang Antara Keluarga

Tabel 3.21 Data Ruangan Antara Keluarga

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Antara keluarga

Data ruang Panjang 4 Meter

Lebar 3 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL1X36 W


digunakan
Daya/armatur 36 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.21 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )
81
=
4×3
2.5(4 + 3)

= 0.69

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :


Untuk k1 = 0.6 : η1 = 0.3 dan
Untuk k2= 0.8 :η2 = 0.38

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.69 − 0.6
η = 0.3 + 0.8 − 0.6 (0.3 − 0.38) = 0.27

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 2.5 × 1.5
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
=1.4

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
82

22. Ruang Sterilisasi

Tabel 3.22 Data Ruangan Sterilisasi

Uraian Keterangan Satuan

Ruangan Sterilisasi
Data ruang Panjang 2 Meter

Lebar 2.5 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X18 W

digunakan Daya/armatur 18 Watt

Fluks cahaya 1350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.22 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )
83
=
2 × 2.5
2.5(2 + 2.5)

= 0.44

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan

Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.4 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.23

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 2 × 2.5
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1,4

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
84

23. Balkon

Tabel 3.23 Data Ruangan Balkon

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Balkon
Data ruang Panjang 1 Meter

Lebar 5 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu DL LED 1X10 W

digunakan Daya/armatur 10 Watt

Fluks cahaya 1055 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.23 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )
85
=
1×5
2.5(1 + 5)
= 0.33

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan

Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.33 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.24

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 2.5 × 1.5
=
1055 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.8

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 2 buah.
86

24. Gudang Alat Steril

Tabel 3.24 Data Ruangan Gudang Alat Steril

Uraian Keterangan Satuan

Ruangan Alat steril


Data ruang Panjang Meter

Lebar 2.5 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X18 W

digunakan Daya/armatur 18 Watt

Fluks cahaya 1350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.24 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )
87
=
2 × 2.5
2.5(2 + 2.5)

= 0.44

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan

Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.44 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.23

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 2 × 2.5
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1,4

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
88

25. Ruang Rapat

Tabel 3.25 Data Ruangan Rapat

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Rapat
Data ruang Panjang 3 Meter

Lebar 3.25 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 2X72 W

digunakan Daya/armatur 72 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 300 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.25 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )
89
=
3 × 3.25
2.5(3 + 3.25)

= 0.62

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0.6 : η1 = 0.3 dan

Untuk k2= 0.8 :η2 = 0.38

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.62 − 0.6
η = 0.3 + 0.6 − 0.6 (0.3 − 0.26) = 0.29

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
300 × 3 × 3.25
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.7

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 2 buah.
90

26. Ruang Perawat

Tabel 3.26 Data Ruangan Perawat

Uraian Keterangan Satuan

Ruangan Perawat
Data ruang Panjang 3 Meter

Lebar 3 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X36 W

digunakan Daya/armatur 36 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 200 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.26 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
3×3
2.5(3 + 3)
91
= 0.6

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan

Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.48 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.228

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 2.5 × 1.5
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.7

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 2 buah.
92

27. Nurse Station 1

Tabel 3.27 Data Ruangan Nurse Station 1

Uraian Keterangan Satuan

Ruangan Nurse station 1


Data ruang Panjang 2.5 Meter

Lebar 3 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X36 W

digunakan Daya/armatur 36 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 300 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.27 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )
93
=
2.5 × 3
2.5(2.5 + 3)
= 0.55

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan

Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.55 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.22

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 3 × 2.5
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.3

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
94

28. Nurse Station 2

Tabel 3.28 Data Ruangan Nurse Station 2

Uraian Keterangan Satuan

Ruangan Nurse station 2


Data ruang Panjang 3 Meter

Lebar 2.75 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X36 W

digunakan Daya/armatur 36 Watt

Fluks cahaya 3350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 300 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.28 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )
95
=
3 × 2.75
2.5(3 + 2.75)

= 0.57

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan

Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.57 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.22

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
200 × 3 × 2.75
=
3350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.4

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
96

29. gudang obat

Tabel 3.29 Data Ruangan Gudang Obat

Uraian Keterangan Satuan

Ruangan Gudang obat


Data ruang Panjang 2 Meter

Lebar 2 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X18 W

digunakan Daya/armatur 18 Watt

Fluks cahaya 1350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 150 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.29 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
2×2
2.5(2 + 2)
97
= 0.4

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan

Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.4 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0,23

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
150 × 2 × 2
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1,1

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
98

30. Ruang linen bersih

Tabel 3.30 Data Ruangan Linen Bersih

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Linen bersih


Data ruang Panjang 2,5 Meter

Lebar 2.5 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X18 W

digunakan Daya/armatur 18 Watt

Fluks cahaya 1350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 150 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.30 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )
99
=
2,5 × 2.5
2.5(2,5 + 2.5)

= 0.54

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan

Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.5 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.23

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
150 × 2,5 × 2.5
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.3

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
100

31. Ruang S.Hook

Tabel 3.31 Data Ruangan S.Hook

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Alat medis


Data ruang Panjang 1.5 Meter

Lebar 4 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X18 W

digunakan Daya/armatur 18 Watt

Fluks cahaya 1350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 150 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.31 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )
101
=
1.5 × 4
2.5(1.5 + 4)
= 0.44

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan

Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.44 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.23

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
150 × 1.5 × 4
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.3

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
102

32. Ruang panel

Tabel 3.32 Data Ruangan Panel

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Panel
Data ruang Panjang 1.5 Meter

Lebar 4 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X18 W

digunakan Daya/armatur 18 Watt

Fluks cahaya 1350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 150 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.22 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )
103
=
1.5 × 4
2.5(1.5 + 4)
= 0.44

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan

Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.44 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.23

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
150 × 1.5 × 4
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.3

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
104

33. Ruang AHU (AC) Khusus R. Operasi

Tabel 3.33 Data Ruangan AHU (AC) Khusus Untuk R.Operasi

Uraian Keterangan satuan

Ruangan AHU (AC) khusus utk R.ok


Data ruang Panjang 1.5 Meter

Lebar 4 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X18 W

digunakan Daya/armatur 18 Watt

Fluks cahaya 1350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 150 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.33 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )
105
=
1.5 × 4
2.5(1.5 + 4)
= 0.44

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan

Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.44 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.23

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
150 × 1.5 × 4
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.3

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
106

34. Ruang Dirty Utility

Tabel 3.34 Data Ruangan Dirty Utility

Uraian Keterangan satuan

Ruangan Dirty utility


Data ruang Panjang 1.5 Meter

Lebar 4 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X18 W

digunakan Daya/armatur 18 Watt

Fluks cahaya 1350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 150 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.34 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )
107
=
1.5 × 4
2.5(1.5 + 4)
= 0.44

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan

Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.44 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.23

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
150 × 1.5 × 4
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.3

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah.
108

35. Toilet

Tabel 3.35 data ruangan toilet

Uraian Keterangan Satuan

Ruangan Panel
Data ruang Panjang 1.5 Meter

Lebar 2 Meter

Tinggi 3.5 Meter

Ketinggian bidang kerja 1 Meter

Jarak armatur kebidang kerja 2.5 Meter

Armatur yang Tipe armatur dan lampu TL 1X18 W

digunakan Daya/armatur 18 Watt

Fluks cahaya 1350 lumen

Tinggkat pencahayaan yang diperlukan 150 Lux

Cu 0.65

Factor pengotoran 0.8

Tipe Penerangan Langsung

Dari data tabel 3.22 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9)

sehingga didapatkan nilai indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ( + )

=
1×2
2.5(1 + 2)
109
= 0.27

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan

dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm dapat diasumsikan seperti berikut :

Untuk k1 = 0 : η1 = 0.26 dan

Untuk k2= 0.6 :η2 = 0.3

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :


0.27 − 0
η = 0.26 + 0.6 − 0 (0.26 − 0.3) = 0.24

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan

tersebut dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
150 × 1 × 2
=
1350 × 0,8 × 0,65 × 1
= 1.0

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 1 buah. Karena

ukuran ukuran dan fungsi pada ruangan toilet laintai dua IGD RS. Paru pariaman ini

sama maka perhitungan hanya dilakukan satu kali.

3.7.Spesifikasi Gedung dan Daya Setiap Ruangan

Spesifikasifedung dimaksudkan untuk mengetahui spesifikasi beban yang akan

dilayani dari setiap ruang yang terdapat dalam sebuah gedung.dengan membuat tabel
110

spesifikasi gedung ini dapat diketahui beban yang dilayani dari setiap ruangan dalam

sebuah gedung, yang meruoakan penjumlahan dari total beban yang dilayani dari

dalam gedung tersebut. Pembuatan tabel desifikasi gedung dapat membanti proses

perancangan instalasi penerangan gedung tersebut.

3.7.1. Deskripsi Ruangan

Dalam perencanaan instalasi penerangan lantai 2 gedung IGD Rumah Sakit Paru

pariaman , dimana keseluuhan daya pada lantai 2 adalah sebesar 2335 Watt hasil

perhitungan daya tersebut dapat dilhat pada tabel 3.36

Tabel 3.36 Deskripsi ruangan lantai 2

No Beban Pemakaian Beban Daya Per- Beban Total Daya

1 DL LED 1 X 7 8 Buah 7 Watt 56


Watt

2 DL LED 1 X 9 51 Buah 9 Watt 459

Watt

3 DL LED 1 X 10 2 Buah 10 watt 20

Watt

4 TL 2 X 36 Watt 18 72 Watt 1296

5 TL 1 X 36 Watt 8 36 Watt 288

6 TL 1 X 18 Watt 12 18 Watt 216

Jumlah 2335
111

Pada tabel Diatas dijelaskan bahwa :

1. Pemakaian lampu DL LED 1 X 7 watt sebanyak 219 buah, yang mana masing-

masing lampu memiliki daya 7 watt, sehingga total daya yang diperlukan untuk

lampu adalah sebesar 56 Watt

2. Pemakaian lampu DL LED 1 X 9 watt sebanyak 51 buah yang mana masing –

masing lampu memilii daya sebesar 9 watt, sehingga total daya yang diperlukan

adalah sebesar 459 watt.

3. Pemakaian DL LED 1 X 10 Watt sebanyak 2 buah, yang mana masing-masing

lampu memiliki daya sebesar 10 Watt, sehingga total daya yang diperlukan adalah

sebesar 20 Watt.

4. Pemakaian lampu tl 2 X36 watt sebanyak 18 buah yang mana masing –masing

lampu memilii daya sebesar 72 watt, sehingga total daya yang diperlukan

adalah sebesar 1296 watt.

5. Pemakaian lampu TL 1 X 36 watt sebanyak 8 buah yang mana masing –masing

lampu memilii daya sebesar 36 watt, sehingga total daya yang diperlukan adalah

sebesar 288 watt.

6. Pemakaian lampu TL 1 X 918 watt sebanyak 12 buah yang mana masing –

masing lampu memilii daya sebesar 18 watt, sehingga total daya yang diperlukan

adalah sebesar 216watt.


112

3.8.Pembagian Kelompok Beban

Suplai energi listrik pada gedung ini menggunakan sistem 3phasa dengan

tegangan suplai 220/380 V, sehingga perlu dilaqkukan pembagian kelompok beban ,

hal ini bertujuan untuk:

1. Menjaga keseimbangan beban pada setiap phasa .

2. Melokalisir ganguan yang tmbuldengan tidak mempengaruhi kerja sistem secara

keseluruhan

3. mempermudah pemasangan, pemeriksaan, pengoperasian, dan perbaikan .

4. jika terjadi gangguan pada salah satu kelmpok, maka kelmpok laon tidsk sksn

terpengaruh oleh gangguan tersebut.

pembagian group untuk instalasi penerangan lantai 2 gedung IGD rumah

sakit Paru Pariaman ini dibagi menjadi 3 group yaitu R,S, dan T.

a. Group 1 dipadang pada phasa R dengan daya total 784 watt.

b. Group 2 dipasang pada phasa S dengan daya total 793 watt.

c. Group 3 dipasan pada phasa T dengan daya total 758 watt.

Untuk rincian pembagian group dapat dilihat pada tabel rekapitulasi daya

(lampiran).
113

BAB IV

ANALISA

4.1 Perencanaan Instalasi Penerangan

Dalam merencanakan suatu instalasi penerangan, seorang ahli listrik harus mengetahui

dan memahami peraturan-peraturan yang berdasarkan pada SPLN atau standar PUIL 2000.

Agar kehandalan dan keamanan dari instalasi penerangan tersebut benar-benar terjaga, baik

keamanan terhadap manusia, hewan ternak atau benda lain yang diaanggap rawan.

Kemudian dalam merencanakan instalasi penerangan diperlukan beberapa

tahapan untuk mendapatkan data yang mendukung.

4.1.1 Denah

Dalam perencanaan suatu instalasi penerangan, terlebih dahulu harus dibuat gambar

perencanaan berdasarkan denah bangunan. Dimana instalasinya akan dipasang gambar-

gambarnya harus jelas, mudah dibaca, dan mudah dimengerti.

Gambar-gambar yang diperlukan adalah:

a) Gambar situasi, untuk menyatakan letak bangunan, dimana instalasinya akan dipasang,

serta rencana penyambungan dengan jaringan PLN.

b) Gambar instalasi, meliputi:

- Rencana penempatan semua peralatan listrik, yang akan dipasang dan sarana

pelayanannya, misalnya titik lampu, saklar, kotak kontak, perlengkapan hubung bagi dan

sebagainya.

- Hubungan antara peralatan listrik dan sarana pelayanannya dengan perlengkapan hubung

bagi yang bersangkutan.

- Rencana penyambungan peralatan listrik dengan alat pelayanannya, misalnya antara

lampu dan saklarnya, motor dan pengasutnya, dan sebagainya.


114

- Data teknis yang penting dari setiap peralatan listrik yang akan dipasang.

c) Diagram instalasi garis tunggal, meliputi:

- Diagram perlengkapan hubung bagi, dengan keterangan mengenai ukuran atau daya

nominal setiap komponennya.

- Keterangan mengenai beban yang terpasang dan pembagiannya.

- Ukuran dan jenis hantaran yang akan digunakan.

- Sistem pentanahannya.

d) Gambar perincian atau keterangan yang diperlukan, meliputi:

- Perkiraan ukuran fisik, perlengkapan hubung baginya.

- Cara pemasangan alat-alat listriknya.

- Cara pemasangan kabelnya

Dalam melakukan perencanaan instalasi penerangan lantai 2 gedung IGD Rumah Sakit

Paru Pariaman, penulis mendapatkan data berupa gambar denah ruang gedung instalasi gawat

darurat Rumah Sakit Paru Pariaman dari konsultan. Dari gambar denah tersebut dapat

direncanakan instalasi penerangan lantai 2 gedung IGD Rumah Sakit Paru Sumatera Barat

ini.

Gambar denah yang didapatkan merupakan gambar perencanaan yang telah dilakukan

oleh PT. Afiza Limko Konsultan. Dalam hal ini perencanaan dilakukan berdasarkan gambar

denah dan metode lumen yang penulis ketahui.

4.1.2 Perhitungan Jumlah Titik Lampu Berdasarkan Metode Lumen

Dalam melakukan perhitungan jumlah titik lampu dengan menggunakan metode lumen

harus mendapatkan data ruangan berupa panjang ruangan, lebar ruangan, tinggi ruangan,

ketinggian bidang kerja pada ruangan tersebut dan fungsi dari ruangan tersebut. Setelah

semua data tersebut terpenuhi, dapat dilakukan perhitungan jumlah titik lampu pada ruangan
115

tersebut. Hal yang lain yang harus diketahui setelah data ruang didapatkan adalah fluks

cahaya yang diperlukan untuk ruangan tersebut. Fluks cahaya ini tergantung pada fungsi dari

ruangan tersebut.

Dari data ruangan akan didapatkan data indeks ruangan yang nantinya akan

berhubungan dengan jumlah titik lampu pada ruangan tersebut. Dari indeks ruang ini akan

didapat nilai dari efisiensi penerangan dari armatur yang akan digunakan pada ruangan

tersebut. Setelah semua data ini didapatkan maka jumlah titik lampu dapat ditentukan dengan

melakukan perhitungan berdasarkan metode lumen.

Berikut penulis contohkan perhitungan jumlah titik lampu ruangan kordor public pada

lantai dua:

Dari data tabel 3.1 dapat dicari nilai indeks ruangan dengan persamaan (2.9) sehingga didapatkan nilai

indeks ruangan sebagai berikut :

=
ℎ(+ )

=
18 × 3
3.5(18 + 3)
= 0.73

Dari hasil nilai indeks ruangan tersebut ditentukan efisiensi penerangan dengan nilai-

nilai k, rp, rw, dan rm seperti berikut :


Untuk k1 = 0.6 : η1 = 0.3 dan
Untuk k2= 0.8 :η2 = 0.38

Untuk perhitungan efesiensi dapat dicari menggunakan persamaan :

0.73 − 0.6
η = 0.3 + (0.3 − 0.38) = 0.25
0.8 − 0.6

Setelah didapatkan effisiensi dapat dihitung jumlah lampu pada ruangan tersebut

dengan menggunakan persamaan(2.13) :


× ×
=
∅× × ×
116
150 × 18 × 3
=
806 × 0,8 × 0,65 × 1
= 19,3

Jadi jumlah lampu yang direncanakan pada ruangan ini sebanyak 19 buah.

Untuk perhitungan jumlah armatur berdasarkan tipe armatur yang digunakan dan

disesuaikan dengan jumlah lampu. Banyak armatur yang digunakan adalah 19 buah. Untuk

perhitungan jumlah lampu dan jumlah armatur yang diperlukan pada ruangan berikutnya

penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan aplikasi microsoft excel.

4.1.1 Menentukan Beban Gedung

Dalam menentukan beban pada lantai 2 gedung IGD Rumah Sakit Paru Pariaman,

dilakukan pembagian beban menjadi dua yaitu; beban instalasi penerangan dan beban

instalasi tenaga. Pada penulisan tugas akhir ini penulis hanya membahas instalasi penerangan,

sehingga beban yang dihitung hanya beban pada instalasi penerangan.

Dari perhitungan daya yang didapatkan pada bab sebelumnya dapat diketahui besarnya

daya penerangan yang dibutuhkan oleh lantai 2 gedung IGD Rumah Sakit Paru Pariaman

yaitu sebesar 2335 watt.

4.2 Pemilihan Komponen

4.2.1 Armatur

Dalam pemilihan armatur penulis memilih armatur berdasarkan pertimbangan faktor-

faktor yang berhubungan dengan pencahayaan sebagai berikut:

1. Distribusi intensitas cahaya

2. Efisiensi cahaya

3. Koefisien penggunaan

4. Perlindungan terhadap kejut listrik

5. Ketahanan terhadap masuknya debu dan air

6. Ketahanan terhadap timbulnya ledakan dan kebakaran


117

7. Kebisingan yang ditimbulkan

Jumlah cahaya yang dipancarkan oleh armatur akan selalu lebih kecil dari pada jumlah

cahaya yang dipancarkan oleh lampu di dalam armatur tersebut. Perbandingan antara kedua

jumlah cahaya ini disebut efisiensi cahaya dari armatur. Besarnya efisiensi cahaya

dipengaruhi oleh penyerapan cahaya yang terjadi dalam armatur, misalnya; oleh penutup

armatur untuk meneruskan cahaya yang terlalu buram, dan oleh permukaan dalam armatur,

reflektor yang kurang merefleksi cahaya.

Berdasarkan pada faktor-faktor pertimbangan di atas dan klasifikasi armatur pada Bab 2

maka tipe armatur yang digunakan untuk instalasi penerangan lantai 2 gedung IGD Rumah

Sakit Paru Sumatera Barat yaitu tipe TBS dan Downlight.

4.2.2 Pemilihan Penghantar

Dalam pemilihan penghantar, seharusnya penulis terlebih dahulu melihat tanda

pengenal dari penghantar yang tertera pada penghantar tersebut. Maka dari itu, pada

permukaan kabel tertera beberapa hal, yang diantaranya:

1) Tanda pengenal seperti; SNI, IEC, SPLN

2) Tanda pengenal produsen

3) Jumlah dan ukuran inti dari kabel penghantar

Pemilihan penghantar pada instalasi listrik tergantung pada kemampuan antar arus (KHA)

sebuah penghantar. Oleh karena itu, luas penampang penghantar harus diperhitungkan dengan

teliti, untuk menghindari terjadinya kerusakan pada sebuah penghantar yang diakibatkan arus

yang melalui penghantar tersebut melebihi kemampuan hantar arusnya (KHA). Kemampuan

hantar harus dapat dilihat pada tabel Kemampuan Hantar Arus.

Jenis penghantar yang tepat akan menentukan kemampuan dan keandalan untuk

peralatan listrik bekerja dengan baik


118

1. Semua penghantar yang digunakan harus dibuat memenuhi syarat, sesuai dengan tujuan

dan penggunaannya, serta telah diperiksa dan diuji menurut standar penghantar yang

dikeluarkan atau diakui oleh instansi yang berwenang.

2. Penghantar harus diamankan dengan pengaman (pengaman lebur atau pemutus daya) yang

harus membuka sirkuit yang tepat bila timbul bahaya bahwa suhu penghantar akan

menjadi terlalu tinggi.

a. Penghantar tembaga bulat

b. Isolasi PVC

2
c. Ukuran 2,5 mm

d. Rating tegangan 1000 V

e. Pemasangan dalam pipa

f. Type SPLN 42-1, SII 0208-78

Perencanaan instalasi penerangan lantai 2 gedung IGD Ruah sakit Paru pariaman

dengan daya yang didapatkan sebesar 2335 watt dapat dihitung dengan persaamaan berikut:
In=
√3 × ×
2335
In=
√3 ×380×0,8

2335
In=
1,73 ×380×0,8

In= 4,44

KHA = 125% X 4,44 A

= 1,25 X4,44 A

=5,54 A
119

Dari perhitungan diatas dapat ditentukan penghantar yang digunakan untuk instalasi

penerangan lantai 2 gedung IGD Rumah Sakit Paru pariaman . dari total daya 2335 watt

dengan tegangan 3 phasa 380 volt didapatkan pengaman yang digunakan yang digunakan

2
adalah MCCB 6 ampere dengan penghantar NYY 4 x 16 mm .

Untuk penghantar pada setiap group, dapat dihitung dengan mengunakaan persamaan

berikut:

a. Group 1 (Phasa R)

In =
×

In =
784

220× ,8

In = 4,45 A

Kha = 125% X In

Kha = 125% X 4,45

Kha = 5,56 A

b. Group
I =
2 (Phasa S)
n
×
793
In =
220×0,8

In = 4,50 A

Kha = 125% X In
Kha = 125% X 4,50

Kha = 5,63 A
120

c. Group 3 (Phasa R)

In =
×

In =
758

220×0,8

In = 4,30 A

Kha = 125% X In

Kha = 125% X 4,30

Kha = 5,37 A

Jadi untuk Penghantar yang digunakan Pada Pembagian Group (R,S, dan T),masing

2
mengggunakanpenghantar NYM 3 X 2,5 mm .Pengaman yang digunakan berdasarkan

perhitungan di atas termasuk kedalam SDP.

4.2.3 Perlengkapan Hubung Bagi (PHB)

Perlengkapan hubung bagi terbuat dari besi plat dengan tebal 2 mm, agar didapatkan

konstruksi yang kokoh. Ukuran kotak panel dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Panel penerangan (SDP), panel ini mempunyai ukuran 700 x 400 x 250 mm.

b. Panel dipasang pada ketinggian 1,5 m dari atas lantai. Isi panel terdiri dari MCCB, MCB

lengkap dengan kedudukannya, terminal, kabel,lampu indicator dan busbar.

4.2.4 Saklar

Saklardinding biasanysn dipasang urang lebih 150 cm diatas lantai yang jalan biasa

dilalui. Jika harus dengan membuka pintu terlebih dahulu, maka saklar dinding ditempatkan

didekat sisi daun pintu yang membuka. Ratting saklar yang dipilih yaitu harus mampu untuk

menghantarkan arus 125% dari arus nominal yang melewatinya.

Contoh cara menghitung ratting untuk menentukan ratting saklar. Diaambli dari saklar

yang melayani ruangan operasi dengan jenis lampu peneranganTL 2 X36 watt didapat daya

total sebesar 432 Watt


121
Ratting Saklar = I = ×
I =
432
220 × 0,8

I = 2,45

Dari hasil perhitungan diaas dapat di pilih saklar yang akan digunakanberdasarkan

ratting saklar yang sesuai dengan nilai arus yang mengalir pada beban tersebut.Pada ruangan

ini penulis menggunakan saklar dengan ratting 6 A dipasaran tersedia saklar dengan ratting

dari 2 A,6 A 10 A dst.

4.2.5 Penempatan Alat Kendali

a. Semua alat pengendali pencahayaan harus ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat

dan dijangkau.

b. Saklar yang melayani meja atau tempat kerja, bila mudah dijangkau merupakan armatur

yang digunakan sebagai penerangan.

c. Saklar yang mengendalikan sistem pencahayaan yang lebih dari satu lokasi tidak boleh

dihitung sebagai tambahan jumlah saklar pengendali.

d. Setiap ruangan yang terbentuk karena pemasangan partisi harus dilengkapi sedikitnya

satu saklar ON/OF.

2
e. Ruangan dengan luas maksimum 30 m harus dilengkapi dengan satu saklar untuk satu

macam pekerjaan atau satu kelompok pekerjaan.

f. Setiap saklar maksimum melayani total beban daya sebagaimana dianjurkan pada PUIL

edisi terakhir.
122

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan perencanaan instalasi penerangan pada gedung Sumatera

Barat, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, diantaranya:

1. Dalam melakukan instalasi penerangan untuk lantai 2 gedung IGD Rumah

sakit Paru Sumatera Barat, didapat jumlah lampu yang berbeda-beda pada tiap

ruangan, dan pada armatur yang menggunakan lampu TL tergantung pada

besarnya tingkat pencahayaan begitupun pada ruangan yang menggunakan

downlight.

2. Berdasarkan dari perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui indeks

ruangan, efesiensi ruangan, intensitas penerangan, dan armatur akan berbeda-

beda pada setiap ruangannya.

3. Dalam melakukan perencanaan instalasi penerangan lantai 2 gedung IGD

rumah sakit Paru Sumatera Barat, didapat total daya sebesar 2335 watt, hasil

ini dapat diketahui dari penjumlahan keseluruhan beban penerangan yang ada

pada lantai 2 gedung IGD Rumah Sakit Paru Sumatera Barat.

2
4. Penghantar yang digunakan adalah penghantar NYY 4 X 16 mm untuk
penghantar utama dan untuk masing phasanya digunakan penghantar NYM 3
2
X 2,5 mm

5. Pengaman Yang digunakan adalah MCCB 6 ampere sebagai pengaman utama

dan MCB 6 ampere untuk pengaman pada tiap-tiap pahasanya.


123

5.2 Saran

Adapun saran penulis dalam proses pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

1. Dalam merencanakan suatu instalasi listrik sebaiknya diperhatikan peraturan

instalasi listrik yang berlaku di Indonesia, dalam hal ini Peraturan Umum

Instalasi Listrik (PUIL) yang dikeluarkan oleh LIPI dan PLN.

2. Dalam pemasangan suatu instalasi listrik untuk rumah atau gedung yang baru

di bangun harus memiliki Standar Layak Operasi (SLO) yang dikeluarkan

oleh PLN.

3. Dalam merencanakan sebuah instalasi listrik gedung sebaiknya instalasi

penerangan dan instalasi tenaganya dibuat secara terpisah dengan

pertimbangan kemudahan dalam melakukan perbaikan.


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rekapitulasi Perhitungan Titik Lampu

Lampiran 2. Tabel Efisiensi Penerangan Untuk Keadaan Baru

Lampiran 3. KHA terus menerus yang diperbolehkan untuk kabel instalasi berisolasi
dan berselubung PVC
Lampiran 4. KHA terus menerus untuk kabel tanah berinti tunggal, berpenghantar
tembaga, berisolasi dan berselubung PVC

Lampiran 5. Tabel Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan dan


rendarasi warna

Lampiran 6. Kapasitas MCB beserta Harga

Lampiran 7. Tabel Kapasitas MCCB Beserta Harga

Lampiran 8. Lumen Lampu TED

Lampiran 9. Lumen Lampu TLD

Lampiran 10. Tabel Kategori Tingkat Pencahayaan Rumah Sakit

Lampiran 11. Tabel Tingkat Pencahayaan Gedung Gawat Darurat

Lampiran 12. Denah Lantai 2 Gedung Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Paru
Pariaman

Lampiran 13. Denah Instalasi Penerangan Lantai 2

Lampiran 14. Gambar Satu Garis dan TabelRekapitulasi Beban

vi
DAFTAR PUSTAKA

Harven, Van P. Setiawan, E., 1986, Instalasi Listrik Arus Kuat 1, Binacipta, Bandung.
Harven,. Van P. Setiawan, E., 1986, Instalasi Listrik Arus Kuat 2, Binacipta, Bandung.
Katalalog PT.IKI Indah Kabel Indonesia.
Katalog PT Philips Indonesia.
Katalog PT. Schneider indonsia.
Panitia Reverensi PUIL. 2011. Persyaran Umum Instalasi Listrik 2011(PUIL 2011)SNI 04-
0225-2011. Jakarta: Yayasan PUIL.

Sudiman.1992. Pedoman Pencahayaan di Rumah Sakit .Jakarta:Direktorat


Jenderal Pelayanan Medik

Sumardjati,prih. Dkk. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1.Jakarta:Departeman


pendidikan Nasional.
Suryatmo , F ,2002 Teknik Listrik Instalasi Penerangan,Jakarta Rineka,Jakarta: Rineka Cipta
SNI Pencahayaan Buatan 2001
W.J.M Van Bomel 1980:97
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Sistem Penerangan......................................................................................24

Tabel 3.1 Data Ruangan Koridor Publik............................................................................38

Tabel 3.2 Data Ruangan Koridor Non Steril.....................................................................40

Tabel 3.3 Data Ruangan IRCU.............................................................................................42

Tabel 3.4 Data Ruangan Toilet IRCU.................................................................................44

Tabel 3.5 Data Ruangan Air Lock........................................................................................46

Tabel 3.6 Data Ruangan Makan...........................................................................................48

Tabel 3.7 Data Ruangan Pantry............................................................................................50

Tabel 3.8 Data Ruangan HCU...............................................................................................52

Tabel 3.9 Data Ruangan Ganti Dokter 1............................................................................54

Tabel 3.10 Data Ruangan Ganti Dokter 2..........................................................................56

Tabel 3.11 Data Ruangan Kamar Mandi Ganti Dokter 1..............................................58

Tabel 3.12 Data Ruangan Kamar Mandi Ganti Dokter 2..............................................60

Tabel 3.13 Data Ruangan Konsultasi..................................................................................62

Tabel 3.14 Data Ruangan Persiapan....................................................................................64

Tabel 3.15 Data Ruangan Alat Medis.................................................................................66

Tabel 3.16 Data Ruangan Srucb up.....................................................................................68

Tabel 3.17 Data Ruangan Operasi.......................................................................................70

Tabel 3.18 Data Ruangan Observasi...................................................................................72

Tabel 3.19 Data Ruangan Koridor Steril..........................................................................74

iv
Tabel 3.20 Data Ruangan Antara Untuk Membawa Material Non Steril................76

Tabel 3.21 Data Ruangan Antara Keluarga.......................................................................78

Tabel 3.22 Data Ruangan Sterilisasi...................................................................................80

Tabel 3.23 Data Ruangan Balkon.........................................................................................82

Tabel 3.24 Data Ruangan Gudang Alat Steril..................................................................84

Tabel 3.25 Data Ruangan Rapat...........................................................................................86

Tabel 3.26 Data Ruangan Perawatan..................................................................................88

Tabel 3.27 Data Ruangan Nurse Station 1.........................................................................90

Tabel 3.28 Data Ruangan Nurse Station 2.........................................................................92

Tabel 3.29 Data Ruangan Gudang Obat.............................................................................94

Tabel 3.30 Data Ruangan Linen Bersih.............................................................................96

Tabel 3.31 Data Ruangan S.Hook........................................................................................98

Tabel 3.32 Data Ruangan Panel.........................................................................................100

Tabel 3.33 Data Ruangan AHU(AC) Khusus Untuk Ruang Operasi.....................102

Tabel 3.34 Data Ruangan Dirty Utility............................................................................104

Tabel 3.35 Data Ruangan Toilet........................................................................................106

Tabel 3.36 Deskripsi Ruangan Lantai 2..........................................................................108

v
Rekapitulasi Perhitungan Titik Lampu

No Ruangan P L Truangan Luas h k k1 k2 CU E (lux) Qarm (lm) d n n real n armatur


1 koridor publik 18 3 3,5 54 3,5 0,735 0,6 0,8 0,3 0,38 0,25 0,65 150 806 0,8 19,3 19 19
2 koridor non steril 25 2 3,5 50 3,5 0,529 0 0,6 0,26 0,3 0,22 0,65 150 806 0,8 17,9 18 18
3 IRCU 5 6 3,5 30 2,5 1,091 1 1,2 0,43 0,47 0,41 0,65 300 3350 0,8 5,2 6 3
4 Toilet IRCU 1 2 3,5 2 2,5 0,267 0 0,6 0,26 0,3 0,24 0,65 200 600 0,8 1,3 1 1
5 R. air lock 3 4 3,5 12 3,5 0,49 0 0,6 0,26 0,3 0,23 0,65 200 3350 0,8 1,4 2 2
6 R.makan 3 2,5 3,5 7,5 2,5 0,545 0 0,6 0,26 0,3 0,22 0,65 200 3350 0,8 0,9 1 1
7 pantry 3 2 3,5 6 2,5 0,48 0 0,6 0,26 0,3 0,23 0,65 200 3350 0,8 0,7 1 1
8 HCU 5 4 3,5 20 2,5 0,889 0,8 1 0,38 0,43 0,36 0,65 300 3350 0,8 3,4 4 2
9 R. ganti dokter 1 2,5 1,5 3,5 3,75 2,5 0,375 0 0,6 0,26 0,3 0,24 0,65 200 1350 0,8 1,1 1 1
10 R. ganti dokter 2 2,5 1,5 3,5 3,75 2,5 0,375 0 0,6 0,26 0,3 0,24 0,65 200 1350 0,8 1,1 1 1
11 amar mandi R. ganti dokter 2,5 1,5 3,5 3,75 2,5 0,375 0 0,6 0,26 0,3 0,24 0,65 200 600 0,8 2,4 2 2
12 amar mandi R. ganti dokter 2,5 1,5 3,5 3,75 2,5 0,375 0 0,6 0,26 0,3 0,24 0,65 200 600 0,8 2,4 2 2
13 R. konsultasi 3 3 3,5 9 2,5 0,6 0,6 0,6 0,3 0,3 0,3 0,65 200 3350 0,8 1,0 1 1
14 R.Persiapan 5 3 3,5 15 2,5 0,75 0,6 0,8 0,3 0,38 0,38 0,65 500 3350 0,8 4,3 4 2
15 R.alat medis 2 2,5 3,5 5 2,5 0,444 0 0,6 0,26 0,3 0,23 0,65 200 1350 0,8 1,4 1 1
16 R.scrub up 2 2,5 3,5 5 2,5 0,444 0 0,6 0,26 0,3 0,23 0,65 200 1350 0,8 1,4 1 1
17 R.operasi 7 6 3,5 42 2,3 1,405 1,2 1,5 0,47 0,51 0,44 0,65 500 3350 0,8 12,1 12 6
18 R.observasi 6 5 3,5 30 2,5 1,091 1 1,2 0,43 0,47 0,41 0,65 300 3350 0,8 5,2 6 3
19 koridor steril 10 3 3,5 30 3,5 0,659 0,6 0,8 0,3 0,38 0,28 0,65 200 806 0,8 14,3 14 14
20 ra utk membawa material no 3 3 3,5 9 2,5 0,6 0,6 0,6 0,3 0,3 0,3 0,65 200 3350 0,8 1,0 1 1
21 R.antara keluarga 4 3 3,5 12 2,5 0,686 0,6 0,8 0,3 0,38 0,27 0,65 200 3350 0,8 1,4 1 1
22 ruang sterilisasi 2 2,5 3,5 5 2,5 0,444 0 0,6 0,26 0,3 0,23 0,65 200 1350 0,8 1,4 1 1
23 Balkon 1 5 3,5 5 2,5 0,333 0 0,6 0,26 0,3 0,24 0,65 200 1055 0,8 1,8 2 2
24 gudang alat steril 2 2,5 3,5 5 2,5 0,444 0 0,6 0,26 0,3 0,23 0,65 200 1350 0,8 1,4 1 1
25 R.rapat 3 3,25 3,5 9,75 2,5 0,624 0,6 0,8 0,3 0,38 0,29 0,65 300 3350 0,8 1,7 2 1
26 R.perawat 3 3 3,5 9 2,5 0,6 0,6 0,6 0,3 0,3 0,3 0,65 200 3350 0,8 1,0 1 1
27 nurse station 1 2,5 3 3,5 7,5 2,5 0,545 0 0,6 0,26 0,3 0,22 0,65 300 3350 0,8 1,3 1 1
28 nurse station 2 3 2,75 3,5 8,25 2,5 0,574 0 0,6 0,26 0,3 0,22 0,65 300 3350 0,8 1,4 1 1
29 gudang obat 2 2 3,5 4 2,5 0,4 0 0,6 0,26 0,3 0,23 0,65 200 1350 0,8 1,1 1 1
30 R.linen bersih 2,5 2,5 3,5 6,25 2,5 0,5 0 0,6 0,26 0,3 0,23 0,65 150 1350 0,8 1,3 1 1
31 R. S.hook 1,5 4 3,5 6 2,5 0,436 0 0,6 0,26 0,3 0,23 0,65 150 1350 0,8 1,3 1 1
32 R.panel 1,5 4 3,5 6 2,5 0,436 0 0,6 0,26 0,3 0,23 0,65 150 1350 0,8 1,3 1 1
33 AHU (AC) khusus utk R. OK 1,5 4 3,5 6 2,5 0,436 0 0,6 0,26 0,3 0,23 0,65 150 1350 0,8 1,3 1 1
34 R. dirty utility 1,5 4 3,5 6 2,5 0,436 0 0,8 0,26 0,3 0,24 0,65 150 1350 0,8 1,3 1 1
35 Toilet 1 1 2 3,5 2 2,5 0,267 0 0,6 0,26 0,3 0,24 0,65 150 600 0,8 1,0 1 1
36 Toilet 2 1 2 3,5 2 2,5 0,267 0 0,6 0,26 0,3 0,24 0,65 150 600 0,8 1,0 1 1
Lampiran 2. Tabel efisiensi penerangan untuk keadaan baru

Sumber : Instalasi Listrik Arus Kuat 2


Lampiran 3. KHA terus menerus yang diperbolehkan untuk kabel instalasi berisolasi dan berselubung

PVC, serta kabel fleksibel dengan tegangan pengenal 230/400 (300) volt dan 300/500 (400) volt pada

suhu keliling 30 °C, dengan suhu penghantar maksimum 70 °C

Jenis Kabel Luas Penampang KHA terus KHA pengenal


2 menerus gawai proteksi
mm

1 2 3 4

1,5 18 10

2,5 26 20
4 34 25
6 44 35

NYIF 10 61 50
NYIFY 16 82 63
NYPLYw 25 108 80
NYM/NYM-0
35 135 100
NYRAMZ
50 168 125
NYRUZY
NYRUZYr 70 207 160
NHYRUZY 95 250 200
NHYRUZYr 120 292 250
NYBUY 150 335 250
NYLRZY, dan
185 382 315
Kabel fleksibel
240 453 400
Berisolasi PVC
300 504 400
400 - -
500 - -

Sumber : PUIL 2000


Lampiran 4. KHA terus menerus untuk kabel tanah berinti tunggal,
berpenghantar tembaga, berisolasi dan berselubung PVC, dipasang pada sistem
a.s. dengan tegangan kerja maksimum 1,8 kV; serta untuk kabel tanah berinti
dua, tiga dan empat berpenghantar tembaga, berisolasi dan berselubung PVC
yang dipasang pada sistem a.b. fase tiga dengan tegangan pengenal 0,6/1 kV (1,2
kV), pada suhu keliling 30 °C.

Luas KHA terus menerus


Berinti tiga dan
penampang Berinti tunggal Berinti dua
empat
Jenis Kabel di di udara di tanah di udara di tanah di udara
anah
2 A A A A A A
Mm

1 2 3 4 5 6 7 8
1,5 40 26 31 20 26 18,5
2,5 54 35 41 27 34 25
4 70 46 54 37 44 34
6 90 58 68 48 56 43

NYY 10 122 79 92 66 75 60
NYBY 16 160 105 121 89 98 80
NYFGbY
NYCY 25 206 140 153 118 128 106
NYCWY 35 249 174 187 145 157 131
NYSY 50 296 212 222 176 185 159
NYCWY
NYSEY 70 365 269 272 224 228 202
NYHSY 95 438 331 328 271 275 244
NYKY 120 499 386 375 314 313 282
NYKBY
NYKFGBY 150 561 442 419 361 353 324
NYKRGbY 185 637 511 475 412 399 371
240 743 612 550 484 464 436
300 843 707 525 590 524 481

400 986 859 605 710 600 560


500 1125 1000 - - - -

Sumber : PUIL 2000


Lampiran 5. Tabel Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan dan
rendarasi warna

Fungsi Tingkat Kelompok


Pencahayaan Rendarasi Keterangan
Ruangan
(lux) Warna
Rumah Tinggal :
Teras 60 1 atau 2
Ruang Tamu 120 ~ 250 1 atau 2
Ruang Makan 120 ~ 250 1 atau 2
Ruang kerja 120 ~ 250
Ruang tidur 120 ~ 250 1 atau 2
Ruang mandi 250 1 atau 2
Dapur 250 1 atau 2
Garasi 60 3 atau 4
Perkantoran :
Ruang direktur 350 1 atau 2
Ruang kerja 350 1 atau 2
Ruang 350 1 atau 2 Gunakan armatur berkisi untuk mencegah
komputer silau akibat pantulan layar monitor
Ruang rapat 300 1 atau 2
Ruang gambar 750 1 atau 2 Gunakan pencahayaan setempat pada meja
gambar
Gudang arsip 150 3 atau 4
Ruang arsip 300 1 atau 2
aktif
Lembaga pendidikan :
Ruang kelas 250 1 atau 2
Perpustakaan 300 1 atau 2
Laboraturium 500 1
Ruang gambar 750 1
Kantin 200 1
Hotel & Restoran :
Lobby & Pencahayaan pada bidanga vertikal sangat
100 1 penting untuk menciptakan suasana/kesan
koridor
ruang yang baik
Sistem pencahayaan harus dirancang untuk
Ballroom/ruang menciptakan suasana sesuai sistem
200 1 pengendalian "switching" dan "dimming"
sidang
untuk memperoleh berbagai efek
pencahayaan
Ruang Makan 250 1
Cafetaria 250 1
Kamar tidur 150 1 atau 2 Diperlukan lampu tambahan pada bagian
kepala tempat tidur dan cermin
Dapur 300 1
Rumah Sakit/Balai pengobatan :
Ruang awat 250 1 atau 2
inap
Ruang operasi, 300 1 Gunakan pencahayaan setempat pada tempat
ruang bersalin yang diperlukan
Laboraturium
Ruang reksrasi
& rehabilitasi
Pertokoan/ruang pamer :
Ruang pamer Tingkat pencahayaan ini harus dipenuhi pada
dengan obyek
lantai. Untuk beberapa produk tingkat
berukuran besar 500 1
pencahayaan pada bidang vertikal juga
(misalnya
penting
mobil)
Toko kue dan 250 1
makanan
Toko buku dan
alat 300 1
tulis/gambar
Toko
perhiasan, 500 1
arloji
Barang kulit 500 1
dan sepatu
Toko pakaian 500 1
Pasar swalayan 500 1 atau 2 Pencahayaan pada bidang vertikal pada rak
barang
Toko alat listrik
(tv, radio, 250 1 atau 2
cassette, mesin
cuci, dll)
Industri umu :
Gudang arsip 100 3
Pekerjaan kasar 100 ~ 250 2 atau 3
Pekerjaan 200 ~ 500 1 atau 2
sedang
Pekerjaan halus 500 ~ 1000 1
Pekerjaan amat 1000 ~ 2000 1
halus
Pemeriksaan 750 1
warna
Rumah ibadah :
Untuk tempat-tempat yang membutuhkan
Mesjid 200 1 atau 2 tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dapat
digunakan pencahayaan setempat
Gereja 200 Idem
Vihara 200 Idem

Sumber : Teknik pemanfaatan listrik arus kuat 1


Lampiran 6. Kapasitas MCB beserta Harga

Sumber : Daftar harga PT schneider Indonesia


Lampiran 7. Tabel Kapasitas MCCB Beserta Harga

Sumber : Daftar harga PT schneider Indonesia


Lampiran 8. Lumen lampu LED

Lampiran 9 Lumen lampu TLD


Lampiran 10. Tabel kategori tinkat pencahayaan ruangan rumah sakit

Você também pode gostar