Você está na página 1de 3

Aplikasi Tepung Otak Udang dalam Pakan

Udang sebagai salah satu komoditi ekspor terbagi atas tiga macam, yaitu (1) produk yang
terdiri dari bagian badan dan kepala secara utuh , (2) badan tanpa kepala dan (3) dagingnya saja.
Pengolahan produksi udang berdasarkan ketiga macam produk tersebut, menyebabkan terdapat bagian-
bagian udang yang terbuang seperti kepala, ekor dan kulitnya. Bagian tersebut merupakan limbah
industri pengolahan udang beku yang disebut limbah udang (Mudjima,1986 dalam Abun 2009).
Pemanfaatan limbah udang sebagai pakan ternak berdasarkan pada dua hal, yaitu jumlah dan mutunya.
Seiring dengan maraknya ekspor udang beku kebeberapa negara, seperti Jepang, Taiwan, Amerika Serikat
maka limbah yang dihasilkan akan bertambah pula. Limbah udang tersebut pada umumnya terdiri dari
bagian kepala, kulit ekor dan udang kecil -kecil disamping sedikit daging udang (Parakkasi, 1983
dalam Abun 2009). Tepung Otak Udang (TOK) adalah salah satu jenis bahan pakan yang terbuat dari
limbah bagian kepala udang yang sudah dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu agar menghilangkan
hama yang ada dan mengurangi kadar air.
Menurut (Mirzah, dkk. 2007) proses pembuatan tepung kepala udang terdiri dari beberapa tahapan antara
lain :

1. Mempersiapkan limbah kepala udang yang dapat diperoleh dari pasar tradisional, industri
pengalengan atau pembekuan udang.
2. Sebelum diolah limbah udang ini dibersihkan dari benda-benda asing yang melekat dan dicuci
dengan air segar.
3. Perendaman dengan larutan filtrat air abu sekam (FAAS) 20 % selama 48 jam.Untuk
memperoleh larutan abu sekam padi 20 % dilakukan dengan melarutkan 200 g abu sekam padi
dalam 1 liter air bersih. Larutan ini dibiarkan selama 24 jam, lalu disaring untuk memperoleh
filtratnya dan siap digunakan.
4. Selanjutnya dipanaskan dengan autoclave selama 45 menit, dan langsung digiling menjadi bentuk
pasta.
5. Dilanjutkan dengan proses fermentasi dengan EM--4 dengan dosis 20 ml/100 gram substrat
dengan lama fermentasi 11 hari.
6. Kemudian di keringkan dengan cahaya matahari lalu digiling

Penggunaan bahan kimia sebenarnya dapat dihindari dengan menggunakan larutan filtrat air abu
sekam (alkali) yang tidak bersifat polutan. Hasil penelitian Mirzah (2006), menunjukkan bahwa
perendaman limbah udang dalam larutan filtrat air abu sekam (FAAS) 10% selama 48 jam dan dikukus
selama 45 menit dapat menurunkan kitin dari 15,2% menjadi 9,87% dan meningkatkan kecernaan protein
kasar dari 50% menjadi 70,50%, sedangkan kandungan zat-zat makanan lain tidak banyak berubah, yaitu
bahan keringnya 86,40%, protein kasar 38,98%, lemak 4,12%, kalsium 14,63%, fosfor 1,75%, dan asam
amino kritis seperti metionin 0,86%, lisin 1,15%, triptopan 0,35%, serta retensi nitrogen 66,13% dan
energy termetabolis 2204, 54 kkal/kg. TLU hasil olahan dengan FAAS 10% tersebut lebih baik
dibandingkan TLU tanpa diolah, yaitu dengan kandungan protein kasar 42, 6%, lemak 5,43%, kitin
15,24%, retensi nitrogen 55,23%, energi termetabolis 1984,87 kkal/kg, dan kecernaan protein 52,00%,
namun kualitas TLU olahan itu perlu dievaluasi secara biologis melalui pemberian pakan kepada ikan.
Pengolahan limbah udang digunakan filtrat air abu sekam (FAAS) 10%. Filtrat air abu sekam
sebagai larutan untuk perendam dibuat dengan cara sekam padi yang telah diabukan secara sempurna
dilarutkan dalam air bersih. Larutan abu sekam padi 10% diperoleh dengan melarutkan 100 g abu sekam
padi dalam 1 liter air bersih. Larutan ini dibiarkan selama 24 jam, lalu disaring untuk memperoleh
filtratnya dan siap digunakan. Setelah direndam selanjutnya limbah udang dikukus selama 45 menit, dan
dikeringkan dengan cahaya matahari dan akhirnya digiling. Kandungan zat-zat makanan TLU tanpa
olahan dan diolah dibandingkan dengan tepung ikan.
Untuk meningkatkan kualitas dan memaksimalkan pemanfaatan limbah udang ini, maka sebelum
diberikan pada ternak perlu dilakukan pengolahan, yaitu yang dapat meningkatkan kecernaan dan
menurunkan kandungan khitinnya. Penggunaan teknologi pengolahan pakan yang tepat guna, untuk
tujuan meningkatkan kualitas nutrisi limbah udang sangat diperlukan agar pemanfaatan proteinnya
maksimal. Berbagai perlakuan pengolahan dapat dilakukan antara lain perlakuan fisik, kimia dan biologis
serta kombinasinya.
Adapun beberapa alasan limbah kepala/otak udang dibuat menjadi tepung untuk pakan,
diantaranya :
1. Kadar air menjadi lebih rendah, karena apabila kadar air kurang dari 10% maka dapat dipastikan jamur
dan bakteri pathogen sulit berkembangbiak, kondisi ini tentunya akan membuat TKU lebih tahan hama,
dibanding dengan kondisi basah (kadar air yang tinggi).
2. Penyimpanan yang lebih lama (dapat bertahan hingga 10-12 bulan) tentunya dengan packing tertentu
yang dapat mempertahankan kekeringan tersebut. Penyimpanan ditujukan agar tidak menggunakan
freefer jadi kontinuitas pemberian pakan ke ikan dan unggas lebih terjamin tentunya.
3. Kemudahan dalam distribusi atau pengangkutan. Kepala udang kering dapat muat 10 kg untuk 1
karung beras (yang beredar di pasaran). Sedangkan untuk tepung kepala udang dapat memuat 40 kg untuk
karung yang sama.
4. Lebih mudah dalam melakukan mix design sehingga pengguna dapat mencampur aduk dan membuat
konsentrat dengan lebih mudah hingga tidak over budget.
Daftar Pustaka :

Abun. 2009. Pengolahan Limbah Udang Windu Secara Kimiawi Dengan NaOH dan H2SO4 Terhadap
Protein dan Mineral Terlarut. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran .Jatinangor.

Harnentis. 2004. Pengaruh Lama Fermentasi Limbah Udang dengan Effective Microorganism 4 (EM4)
terhadap Kuatitas dan Kualitas Tepung Limbah Udang. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan
Universitas Andalas ,Padang.

Wanasuria, S. 1990 Tepung Kepala Udang dalam Pakan Ikan dan Ternak. Poultry Indonesia.

Você também pode gostar