Você está na página 1de 4

ANALISIS DATA

1. Menghitung kecepatan homolisis dan krenasi

Pada praktikum ini yang digunakan adalah darah katak (katak di single pith terlebih
dahulu). Pertama, katak dibedah dan disingkirkan perlahan-lahan organ tubuh yang
menutupi pembuluh darah, kemudian pembuluh darah besar tersebut dipotong dan
diambil darahnya yang keluar dengan menggunakan mikropipet 2 ml.

Karena darah katak yang sedikit dan susah diambil, setelah diambil dengan pipet,
kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi serbuk anti koagulan, dan
sambil mengumpulkan darahnya, darah yang sudah berada didalam tabung reaksi
dikocok agar zat anti koagulan dan darahnya menyatu.

Setelah itu diambil setetes dengan menggunakan pipet biasa dan meneteskannya
pada kaca benda yang telah ditetesi NaCl yang konsentrasinya berbeda pada tiap
perlakuan, yakni sebagai berikut:

a. Uji kecepatan terjadinya hemolisis

1) Darah + 0.7 % NaCl

Kaca benda yang telah disiapkan kemudian ditetesi NaCl 0.7 %. Setelah
itu di tetesi darah katak yang diambil tadi (darah katak telah dicampur
dengan anti koagulan). Kemudian diamati dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada perlakuan ini tidak terjadi
hemolisis.

2) Darah + 0.5 % NaCl

Kaca benda yang telah disiapkan kemudian ditetesi NaCl 0.5 %. Setelah
itu di tetesi darah katak yang diambil tadi (darah katak telah dicampur
dengan anti koagulan). Kemudian diamati dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada perlakuan ini terjadi hemolisis
setelah 2 menit 17 detik dihitung dari saat dimulainya mengamati
dibawah mikroskop.
3) Darah + 0.3 % NaCl

Kaca benda yang telah disiapkan kemudian ditetesi NaCl 0.3 %. Setelah
itu di tetesi darah katak yang diambil tadi (darah katak telah dicampur
dengan anti koagulan). Kemudian diamati dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada perlakuan ini terjadi hemolisis
setelah 1 menit 33 detik dihitung dari saat dimulainya mengamati
dibawah mikroskop.

4) Darah + 0.1 % NaCl

Kaca benda yang telah disiapkan kemudian ditetesi NaCl 0.1 %. Setelah
itu di tetesi darah katak yang diambil tadi (darah katak telah dicampur
dengan anti koagulan). Kemudian diamati dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada perlakuan ini terjadi hemolisis
setelah 57 detik dihitung dari saat dimulainya mengamati dibawah
mikroskop.

5) Darah + Aquades

Kaca benda yang telah disiapkan kemudian ditetesi aquades. Setelah itu
di tetesi darah katak yang diambil tadi (darah katak telah dicampur
dengan anti koagulan). Kemudian diamati dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada perlakuan ini terjadi hemolisis
setelah 24 detik dihitung dari saat dimulainya mengamati dibawah
mikroskop.

b. Uji kecepatan terjadinya krenasi

1) Darah + 0.9 % NaCl

Kaca benda yang telah disiapkan kemudian ditetesi NaCl 0.9 %. Setelah
itu di tetesi darah katak yang diambil tadi (darah katak telah dicampur
dengan anti koagulan). Kemudian diamati dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada perlakuan ini terjadi hemolisis
setelah 2 menit 30 detik dihitung dari saat dimulainya mengamati
dibawah mikroskop.

2) Darah + 1 % NaCl

Kaca benda yang telah disiapkan kemudian ditetesi NaCl 1 %. Setelah


itu di tetesi darah katak yang diambil tadi (darah katak telah dicampur
dengan anti koagulan). Kemudian diamati dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada perlakuan ini terjadi hemolisis
setelah 1 menit 10 detik dihitung dari saat dimulainya mengamati
dibawah mikroskop.

3) Darah + 2 % NaCl

Kaca benda yang telah disiapkan kemudian ditetesi NaCl 2 %. Setelah


itu di tetesi darah katak yang diambil tadi (darah katak telah dicampur
dengan anti koagulan). Kemudian diamati dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada perlakuan ini terjadi hemolisis
setelah 59 detik dihitung dari saat dimulainya mengamati dibawah
mikroskop.

4) Darah + 3 % NaCl

Kaca benda yang telah disiapkan kemudian ditetesi NaCl 3 %. Setelah


itu di tetesi darah katak yang diambil tadi (darah katak telah dicampur
dengan anti koagulan). Kemudian diamati dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada perlakuan ini terjadi hemolisis
setelah 51 detik dihitung dari saat dimulainya mengamati dibawah
mikroskop.

KESIMPULAN

Setiap sel termasuk sel darah memiliki toleransi tekanan osmotik dengan larutan sekitar
yang berbeda-beda, yakni hipotonik, dimana konsentrasi larutan sekitar lebih rendah dari
lingkungan internal sel sehingga membuat zat-zat dalam sel keluar mengakibatkan krenasi.
Hipertonik, apabila konsentrasi larutan sekitar lebih tinggi dari konsentrasi dalam internal
sel sehingga zat dari larutan sekitar cenderung masuk kedalam sel mengakibatkan sel
mengalami hemolisis. Serta isotonik dimana konsentrasi larutan sekitar sel sama dengan
konsentrasi internal sel sehingga sel pun stabil. Dengan ini sel hanya dapat bertahan dalam
larutan yang isotonis dengannya (sejauh masih dalam batas toleransi osmotiknya).

LAMPIRAN

Gambar 3: darah setelah di sentrifuge dalam berbagai Gambar 2: darah setelah di sentrifuge dalam berbagai
konsentrasi NaCl dan aquades (sumber: hasil pengamatan konsentrasi NaCl dan aquades (sumber: hasil pengamatan
praktikum) praktikum)

Gambar 1: darah setelah di sentrifuge dalam berbagai konsentrasi


NaCl dan aquades (sumber: hasil pengamatan praktikum)

Você também pode gostar