Você está na página 1de 1

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

2015
NERACA
Analisis Rasio Keuangan:

1. Berdasarkan current ratio pemerintah tahun 2015 sebesar 70% artinya setiap Rp 1
utang lancar pemerintah ditanggung oleh Rp 0,70 aset lancar pemerintah, rasio ini mengalami penurunan sebesar
5% dari tahun 2014. Rasio ini juga menunjukkan keadaan yang tidak baik. Pemerintah tidak memiliki
kemampuan yang baik dalam melunasi atau memenuhi kewajiban atau utang jangka pendeknya.
2. Berdasarkan hasil Debt to Equity Ratio tahun 2015 yaitu sebesar 209% artinya adalah setiap Rp 1 ekuitas dana
pemerintah pemerintah menanggung utang sebesar Rp 2,09. Rasio ini menunjukkan keadaan yang tidak baik
karena dengan ekuitas yang dimiliki Negara tidak mampu menutupi seluruh utang yang dimiliki Negara.
3. Cash Ratio menunjukkan hasil yaitu sebesar 25%, ini berarti Rp 1 utang lancar dijamin oleh Rp 0,25 kas
dan setara kas. Hasil ini menunjukkan keadaan yang tidak baik. Kondisi keuangan Pemerintah sangat tidak liquid.
Pemerintah mengalami kesulitan untuk membayar utang jangka pendeknya dengan kas atau setara kas

LAPORAN OPERASIONAL

ANALISIS LAPORAN OPERASIONAL

Transaksi keuangan yang dilaporkan sebagai kegiatan operasional


Pemerintah Pusat adalah seluruh kegiatan yang dilaksanakan secara normal
oleh seluruh entitas akuntansi lingkup Pemerintah Pusat dalam melaksanakan
kegiatan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Defisit dari Kegiatan Operasional Tahun 2015 sebesar Rp136.580.525.773.875
diperoleh dari Pendapatan Operasional sebesar Rp1.577.677.827.701.885 dan
Beban Operasional sebesar Rp1.714.258.353.475.760.
3. Defisit dari Kegiatan Non Operasional sebesar Rp106.695.334.827.375,
diperoleh dari Defisit Pelepasan Aset non Lancar sebesar Rp4.441.731.023.849.
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp52.552.330.000 dan
Defisit dari Kegiatan non Operasional Lainnya sebesar Rp102.201.051.473.526.
4. Pos luar biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi
karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan
sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.
5. Defisit dari Pos Luar Biasa berasal dari Beban Luar Biasa sebesar Rp6.612.473.000
yang merupakan penggantian biaya revitalisasi pembangunan rumah kios pasca kerusuhan
di Kabupaten Tolikara, provinsi Papua.

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS


LAPORAN ARUS KAS
1. Arus kas bersih dari aktivitas operasi adalah sebesar Rp -83.072.978.797.410
yang menunjukkan bahwa pendapatan operasional pemerintah tidak mencukupi
untuk membiayai seluruh kegiatan operasional pemerintah. Arus kas yang masuk
lebih rendah mengindikasikan rendahnya capaian realisasi penerimaan negara
yang dipengaruhi oleh harga internasional atas komoditi utama yang terkena bea
keluar yang rendah di pasar Internasional, harga komoditas mineral juga menurun
karena terjadinya perlambatan ekonomi global. Sebab lainnya adalah adanya kebijakan
pemerintah dalam pembangunan infrastruktur dengan meningkatkan peran BUMN
sebagai agent of development, sehingga penerimaan laba BUMN turun.
2. Arus kas dari aktivitas investasi non keuangan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas yang berasal dari penjualan aset tetap dan perolehan aset tetap. Dengan
arus kas yang bernilai negatif menunjukkan bahwa pemerintah sedang membangun dan
mengadakan sarana dan prasarana terutama pembangunan infrastruktur yang telah
dicanangkan dan dikerjakan oleh Presiden Jokowi.
3. Arus kas dari aktivitas pembiayaan yang surplus sebesar Rp 382.421.051.971.590 ini
mencerminkan bahwa dengan adanya surplus, pemerintah dapat menutup defisit dari
aktivitas operasi dan aktivitas aset non keuangan dengan surplus dari arus kas bersih pembiayaan.
4. Arus kas ini mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak memengaruhi
anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan pemerintah. Arus kas bersih pemerintah tahun 2015 lebih
besar dari tahun 2014 sebesar Rp 69.366.488.066.995.

Você também pode gostar